Hidden Truth

By dntfym

60K 6.6K 1.3K

Saat semua orang menyalahkannya, siapa yang akan tetap bertahan disisinya? Wanita itu berumur dua puluh enam... More

One - Prologue
Two - Aneh
Three - Pembawa Sial
Four - Wajah Baru
Five - Kembali
Six - Friends
Seven - Pengacara Baru
Eight - First Love
Nine - Triangle Love
Eleven - Past
Twelve - Connected
Thirteen - Cover Up
Fourteen - Letter S
Fifteen - Coming Back
Sixteen - Mistake
Seventeen - Seo Juhyun
Eighteen - Memburu Pelaku
Nineteen - Sakit Jiwa
Twenty - Krystal

Ten - Dokter Jung

2.5K 331 36
By dntfym

10 menit...

15 menit...

19 menit...

20 men-

"T-tunggu!"Panggil Jessica ketika melihat gadis di hadapannya bangkit dari tempat duduknya, "Kau tak ingin mengatakan apapun?"

"Kau berbicara denganku?"Tanya gadis itu cukup terkejut, dan Jessica memberikan sebuah anggukan sebagai balasan, "Waktu berkunjungku sudah habis, dan kau sepertinya tak ingin mengatakan apapun."

Saat ini Yoona sedang mengunjungi Jessica di penjara yang merupakan bagian dari kegiatan rutinnya sebagai seorang pengacara atas kasus gadis itu. Namun, sampai Jessica menghentikannya beberapa saat lalu, tak ada satupun kata yang keluar dari bibir keduanya. Mereka memilih bungkam, dan memutuskan bermain di dalam pikirannya masing-masing.

Jessica menghela nafas pelan, "Apa kau benar-benar seorang pengacara? Kau sama sekali tak membantuku."

Yoona menaikkan sebelah alisnya bingung, "Bukankah kau yang meminta ini semua? Aku hanya ingin menjalankan kewajibanku untuk mengunjungimu."

"Apa yang kau inginkan? Kau tak melakukan semua ini secara percuma bukan?"Jessica bertanya dengan nada dinginnya.

"Tentu saja!"Yoona tertawa kecil, "Aku melakukan ini semua untuk mendapatkan uang. Kau pikir bagaimana seorang pengacara dapat bertahan hidup?"

Jessica memutar bola matanya malas, "Kau pikir aku bodoh? Kau pasti dibayar oleh orang-orang itu bukan?"

"Orang-orang itu? Kau mengetahuinya?"Tanya Yoona tak percaya.

"Ternyata tebakanku benar."Jessica menghela nafasnya panjang, "Kau tahu dimana pintu keluar, dan sebaiknya kau pergi. Dan katakan padanya, tak perlu repot-repot untuk menjatuhkanku karena tanpa bantuan merekapun aku akan memastikan diriku untuk jatuh."

"Jessica, kau benar-benar mengenal orang itu?"Yoona mengabaikan perkataan Jessica beberapa saat yang lalu dan mulai berjalan mendekati gadis itu. "Apa kau adalah bagian dari mereka?"

"Apa maksudmu? Kau memutar balikkan pernyataanku. Apa kau sekarang sedang menjebakku?"

Yoona menggeleng, kemudian mengeluarkan sebundel kertas dari dalam tasnya. Ia melirik gadis itu sebentar, sebelum akhirnya memberikan kertas itu pada gadis brunette di hadapannya. "Sebelum kau berbicara seperti itu, aku harap kau dapat membaca ini."

Jessica mengerutkan dahinya bingung, tetapi tetap mengambil kertas itu dan mulai membacanya. Matanya melebar dan keringat dingin muncul ketika melihat sebuah foto familiar dan apa yang tertera di atas kertas itu.

Nama : Ok Taecyeon

Umur : 27 Tahun

Penyebab Kematian : Penusukan dan Terkena Pukulan Benda Tumpul di bagian kepala

"A-apa ini?"Tanya Jessica terbata-bata, tangannya secara otomatis terulur untuk menutup mulutnya yang setengah terbuka, "A-aku tak mengerti."

"Pria ini, ia mengunjungimu dua hari yang lalu bukan?"Yoona menatap Jessica dengan wajah serius, "Ia ditemukan tewas kemarin malam di sebuah gang dekat komplek perumahannya. Polisi mengatakan jika pria itu baru saja pulang setelah membayar seluruh hutangnya pada lintah darat, malam itu ia dibunuh dan mayatnya di buang di sebuah bar yang tak jauh dari tempat itu."

"S-siapa pembunuhnya?"Tanya Jessica dengan suara yang terdengar seperti sebuah bisikan, matanya berair dan perlahan mulai tumpah mengalir di pipinya,"A-apa ini ada hubungannya denganku?"

"Itu yang aku tanyakan padamu. Tadi, kau menyebut tentang orang-orang itu, dan jika saja tebakanku tepat. Ini pasti ada hubungannya denganmu. Polisi mengatakan jika pelakunya sudah tertangkap. Mereka tak lain adalah rentenir yang sudah mengambil seluruh uang tebusan dari pria malang itu, mereka mengatakan bahwa mereka ingin merampas harta yang dimiliki oleh pria itu karena mereka berpikiran Taecyeon memiliki harta lain melihat bagaimana pria itu secara tiba-tiba memiliki uang yang banyak dan menebus segala hutangnya."Ucap Yoona panjang lebar. Ia menghela nafas sebelum melanjutkan kembali perkataannya, "Hal itu sangat aneh bagiku karena saat melakukan pemeriksaan, polisi tak menemukan satupun barang yang hilang di kediamannya. Dan, yang lebih aneh lagi adalah para polisi dengan cepat menutup kasus itu dan menyalahkan sepenuhnya pada kreditur itu."

Jessica merasakan kepalanya berputar kuat, segala informasi yang ditemukannya benar-benar membuatnya merasa sinting. Taecyeon baru saja bersaksi di pengadilan dan mengunjunginya dua hari yang lalu. Kenapa ia tiba-tiba menjadi tak bernyawa? Dan lebih lanjut lagi, Apa kematian pria itu ada hubungan dengannya?

"Aku yakin, jika kau mengetahui atau lebih tepatnya menyimpan sesuatu bukan? Dan jika perasaanku benar, kau adalah saksi kunci dari semua kejadian itu."Yoona menatap Jessica dengan tatapan penuh intimidasi. "Sepertinya prasangkaku benar."Ucap Yoona kemudian setelah melihat sekilas perubahan dari wajah Jessica.

Jessica hanya diam, terlalu kalut dalam lautan pikirannya yang berganti setiap saat. Berlalu lalang memikirkan banyak hal dan asumsi-asumsi mengenai beberapa hal yang sama sekali tak ia mengerti.

"Ini kesempatan terakhirmu nona Jung."Ucap Yoona tegas, "Pikirkan seperti ini, anggap saja asumsiku benar mengenai keterkaitan antara kematian Taecyeon dengan kasusmu. Jika kau tetap bungkam dan tidak mengatakan apapun padaku aku bisa memastikan akan ada orang lain yang terluka setelah pria itu. Kemungkinan terbesar adalah orang-orang yang terlibat ataupun berada di sekitarmu. Siapapun yang berusaha menolongmu ataupun membuka kebenarannya, dan aku juga bisa memasukkan namaku kedalam kategori list yang akan mereka incar. Dan bukankah hal itu menjadikan bahwa secara tak langsung melukai mereka? Pikirkan sekali lagi nona Jung. Aku akan mencoba untuk membantumu dan ini adalah peluang terakhirmu untuk membuktikan kebenarannya."

"Apa yang membuatku bisa percaya padamu? Bagaimana jika kau memanfaatkan situasi ini untuk memerasku? dan kenapa kau begitu yakin jika ini bukan salahku? Semua orang menyalahkanku dan kau tak seharusnya keluar dari jalur mereka."Kata Jessica dingin, gadis ini benar-benar mengalami Trust issue yang cukup parah.

"Just because. Aku hanya percaya padamu tanpa ada alasan apapun. Intuisiku mengatakan bahwa kau bukanlah gadis yang baik, tapi tidak begitu buruk hingga sampai membunuh seseorang. Jika saja pernah, aku pikir kau tak akan mengulanginya lagi."Kata gadis itu berusaha meyakinkan, "Tak bisakah kau mempercayaiku seperti aku mempercayaimu?"

Jessica mencoba mencari kebenaran di balik kata-kata itu. Ia menatap Yoona untuk melihat kebohongan yang tersimpan namun nihil. Gadis di hadapannya ini hanya memancarkan sinar tekad dan beberapa hal yang ia tak mengerti. Namun itu cukup, cukup untuk membuat Jessica yakin dan percaya padanya. Tapi.. Apa keputusan ini sudah benar?

"Baiklah, mungkin aku tak bisa menceritakan semuanya sekaligus padamu. Aku akan memfokuskan cerita pada saat kejadian dan beberapa hal yang aku ketahui. Dan aku harap kau tak mengecewakanku setelah aku mencoba percaya padamu."Ucap Jessica diiringi dengan sebuah senyuman tipis. Yoona mengangguk dan tanpa sadar merefleksikan ekspresi yang ditampilkan oleh gadis brunette tersebut.

-6 bulan yang lalu-

Seorang gadis terlihat tertawa keras ketika sedang bercakap dengan orang lain melalui ponselnya, ia menyandarkan tubuhnya pada dinding balkon apartemennya dan membiarkan angin laut menampar halus wajahnya. Malam dengan penuh bintang di pulau Jeju terlihat begitu menakjubkan dan semakin terlihat indah dengan ombak laut yang saling berkejaran menuju ke daratan. Bulan melengkapi keelokannya dengan merefleksikan cahayanya pada permukaan air yang tenang pada malam itu.

"Baiklah, aku akan kembali secepatnya. Beri aku waktu seminggu."Ucap gadis itu di sela tawanya.

"Kau harus berjanji Sica. Kau sudah mengatakannya semenjak beberapa bulan yang lalu. Tapi lihat! Kau selalu menundanya dan menelantarkan sahabatmu disini."Rengek gadis di seberang sana dengan mencoba menambahkan suara imut dibelakangnya.

"Kau benar-benar membuatku ingin muntah Sooyoung. Aku akan menepati janjiku mengingat akan ada seseorang yang mentraktirku disana karena mendapat pekerjaan baru setelah sekian lama."Jawab Jessica dengan nada menyindir.

"YA! Dulu aku bukan pengangguran seperti yang kau pikirkan. Seniman sepertiku tak membutuhkan waktu dua puluh empat jam bekerja seperti dirimu dokter Jung dan juga aku tidak perlu pergi ke kantor setiap hari melewati kemacetan yang memuakkan. Aku hanya butuh kanvas, cat, dan kuas kesayanganku."Sooyoung mendengus sebal, "Dan aku mulai menyesal jika aku harus bangun pagi dan pergi bekerja di perusahaan."

"Hei, kau bilang kau menyesal? Perusahaan tempat kau bekerja adalah perusahaan periklanan terbesar di Korea dan pekerjaan ini dapat menyalurkan bakatmu. Kau tak perlu bolak-balik studio untuk menyelesaikan lukisanmu dan menjualnya dengan harga yang rendah. Yakinlah, kau akan lebih dihargai di perusahaan ini."Ucap Jessica serius.

Sooyoung tersenyum, dan tentunya tak bisa terlihat oleh gadis di sebrang sana, "Gomawo Sica, Aku berjanji akan menjadi Sooyoung yang lebih baik lagi. Bukan Sooyoung yang selalu memakai baju penuh dengan cat dan pergi kian kemari untuk melukis dan menawarkan jasanya untuk mencari uang. Tapi, pengalaman berharga itu tak akan pernah aku sesali tentunya."

"Kau harus ingat, bagaimanapun juga aku akan terus mendukungmu buddy. Remember that."Ucap Jessica tulus.

"Terimakasih Jessica, jika saja nona.. uh maksudku jika saja aku tak mengenalmu aku yakin aku tak akan menyelesaikan kuliahku. Terima kasih karena telah memotivasiku, dan juga terimakasih karena telah membuka diri dan percaya padaku."Ucap Sooyoung bersungguh-sungguh.

"Aigoo, apa yang membuat uri Sooyoung tumbuh menjadi lebih dewasa? sepertinya food goddess telah merubah jalur hidupnya."Ejek Jessica mencoba menghidupkan kembali suasana, dan akhirnya gadis itu dapat menghembuskan nafas lega setelah mendengar suara tawa dari ujung sana. "Baiklah Soo, tapi sepertinya kita harus menyudahi percakapan ini. Aku bertugas untuk shift pagi dan aku harus melakukan beberapa shift sekaligus agar bisa bertemu denganmu."

"Ya! Kau sengaja untuk membuatku merasa bersalah, huh?"Sooyoung berdecak kesal sementara Jessica membalasnya dengan kekehan kecil, "Ya sudah, kalau begitu sampai jumpa di Gimpo Airport."

***

Jessica, gadis itu kini berprofesi sebagai seorang dokter ahli kardiologi--merupakan dokter spesialis Jantung dan pembuluh darah-- telah bekerja selama dua tahun belakangan ini di sebuah rumah sakit di pulau Jeju. Gadis itu memutuskan untuk melanjutkan sekolah medisnya setelah melalui berbagai kesulitan dan memilih untuk menjadi dokter untuk mengisi mimpi adiknya yang sedari dulu sering kali ia dengar. Sedikit banyak ia berkeinginan agar profesinya ini dapat membuat kedua orang tuanya kembali seperti sedia kala, namun.. setelah mendapatkan gelarnya Jessica tak merasakan perubahan apapun. Apakah itu karena Jessica tidak cukup pintar untuk membuat orang tuanya bangga atau Jessica sama sekali tak memiliki kesempatan untuk menjadi pengganti Soojung dimata kedua orang tuanya.

Jessica sedih, tentu saja gadis itu sedih setelah melihat perjuangannya yang sama sekali tak dihargai, ia dapat mengingat dengan jelas ketika ia mendapat gelar dan merayakan kelulusannya, orang tuanya sama sekali tak datang. Sama sekali tak memberikan ucapan selamat bahkan ketika Jessica telah berusaha untuk menemui mereka. Mereka hanya berkata "Soojung-nya pasti bisa melakukan hal yang lebih hebat dibandingkan Jessica. Jika dan hanya jika Jessica tak melakukan hal itu dan membuat Soojung lenyap." Dan yang Jessica tau, hari itu hati gadis itu benar-benar patah, lebih sakit daripada ketika Taecyeon mengatakannya seorang monster gendut, lebih sakit dari pada ketika Yuri tiba-tiba saja menghilang setelah insiden itu dan pergi entah kemana. Tetapi itu masa lalu, seberapapun besarnya Jessica menyesali perbuatannya ia tak dapat mengubahnya. Ia hanya bisa melanjutkan kehidupannya dan berharap dengan membantu orang-orang sembuh dari penyakitnya dapat membuat perasaan bersalah itu sedikit menipis.

Hari berganti dengan cepat, dan setelah membutuhkan waktu lebih kurang dua minggu akhirnya Jessica dapat mengambil izin cuti dan bertolak kembali ke Seoul. Ia sedang merapikan berkas-berkas medisnya ketika seorang pria masuk sambil membawakan dua cangkir kopi ditangannya.

"Selamat pagi dok,"Sapa pria itu sambil meletakkan sebuah cangkir diatas meja kerja Jessica. "Apa kau akhirnya mengambil cuti?"

Jessica mengangguk, tanpa menoleh pada pria yang kini sudah duduk di hadapannya.

"Wah, bolehkah aku ikut?"

Gadis itu langsung menolehkan kepalanya dan menatap tajam pada pria yang kini tengah tersenyum lebar, "kau sudah berjanji untuk menggantikanku Sehun."

Pria yang dipanggil Sehun itu hanya memutar bola matanya malas, "Tapi kau harus membawakanku oleh-oleh."

"Tidak."

"Sunbae-nim. Ayolah, aku sudah lama tak berkunjung ke Seoul, terakhir kali.. hmm sepertinya setengah tahun yang lalu."

"Terserah."Ucap Jessica lalu memutar tubuhnya ke arah Sehun sambil memberikan beberapa berkas, "Ini adalah data-data dari pasien yang aku tangani. Aku pikir tak ada operasi yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini kecuali jika ada pasien dari gawat darurat."

Sehun mengangguk beberapa kali sebelum kembali menatap Jessica, "Apa kau mau kuantarkan ke bandara?"

"Tidak perlu, aku sudah memesan taksi dan lebih baik kau mulai bekerja."Ucap Jessica datar, ia meminum kopi yang diberikan oleh Sehun dan pria dihadapannya tersenyum semakin lebar, "Jangan ganggu aku selama aku libur dan rawat pasienku dengan baik kau mengerti?"Ia kemudian mengambil tas dan koper bajunya dan mulai melangkah keluar ruangan meninggalkan pria itu.

"Baiklah! Aku akan menunggumu kembali dan segera melamarmu dok!"Goda Sehun dengan suara lantangnya, tanpa tau jika seseorang yang sedang diteriakinya merasa malu dan wajahnya mulai memerah.

"Dasar bocah nakal itu,"Gumam Jessica kesal.

***

"Sooyoung!"

"Sica? Astaga! Dokter Jung!"Sooyoung melambaikan tangannya ke arah Jessica yang berada tak jauh didepannya tengah menyeret kopernya.

"Aku merindukanmu, jerapah."Kata Jessica seraya memeluk wanita jangkung itu. "Bagaimana kabarmu?"

Sooyoung melepaskan pelukannya dan mencubit pipi Jessica pelan, "Aku merasa benar-benar sehat dengan keberadaanmu disini. apa butuh waktu enam bulan bagimu untuk mengunjungiku disini?"

"Aku tak menyangka jika pulau Jeju memiliki banyak orang yang sakit. Pasien datang silih berganti dan membuatku harus fokus pada pekerjaan. Kau seharusnya bersyukur karena wanita sibuk ini akhirnya memiliki waktu untukmu."canda Jessica sambil mengusap pelan bekas cubitan yang diberikan oleh Sooyoung.

"Terimakasih tuhan, akhirnya kau memberikan sahabatku waktu untuk mengunjungiku."Ejek Sooyoung, "Sudah bukan? bisakah kita pergi dari tempat ini? Aku benar-benar lapar."

"Erm, Sooyoung sebelumnya, apa tak masalah bagimu jika aku menginap di apartemenmu? Kau tau aku bisa menyewa hotel tanpa perlu memberatkanmu bukan. Lagi pula aku tak bisa kembali ke rumah.."

"Kau pikir aku ini apa? aku adalah sahabatmu. Kau bisa menghabiskan berapapun waktu yang kau inginkan di tempatku dan aku juga tak menyarankanmu untuk kembali ke rumahmu, tidak setelah apa yang mereka lakukan padamu selama ini."Kata Sooyoung dengan nada serius.

Jessica mengangguk, dan kembali menampilkan senyum manisnya, "Perjalanan dari Jeju ke tempat ini membuat perutku cukup lapar Soo, Bagaimana jika kita mulai mencari restoran terdekat? banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu dan aku juga ingin mendengarkan perkembanganmu."

Sooyoung ikut tersenyum, "Mari gadis kecil!"

***

"Sudah kubilang jangan mengangguku ketika liburan."Jessica mendengus kesal. "Yaya, aku mengerti dan aku sudah dewasa kau tau? Kau tak perlu mengingatkanku."

Seseorang berbicara di ujung telfon dan membuat Jessica mengacak rambutnya kasar, "Sudah! Aku akan mematikannya!"Jessica segera mematikan sambungan dan melemparkan ponselnya diatas kasur. Ia memukul dahinya beberapa kali kemudian menangkup wajahnya yang kini sudah semerah tomat. Tak lama, Sooyoung masuk dan menatap Jessica dengan wajah bingungnya.

"Hei, kau kenapa?"

Jessica menggeleng, "Hanya masalah pekerjaan."

"Hmm aku mengerti."Sooyoung mengangguk tidak yakin, namun matanya berbinar ketika mengingat suatu hal, "Sica, aku akan mentraktirmu malam ini!"

"Apa? Kau sudah mentraktirku bahkan ketika aku baru saja datang di Seoul. Lagi pula.. aku merasa letih."

"Tidak. Aku baru saja menemukan sebuah tempat makan yang enak di lingkungan perusahaanku dan kita harus mencobanya!"Kata Sooyoung bersemangat.

Jessica mendesah kasar, "Bagaimanapun aku menolaknya.. kau tetap akan memaksaku bukan?"Dan Sooyoung membalasnya dengan mengangguk mantap.

"Karena aku tidak punya pilihan lagi. Huh, baiklah."

Setelah bersiap-siap selama lebih kurang setengah jam, kedua gadis itu akhirnya kini berjalan beriringan untuk mencari taksi di jalan utama. Mereka bercakap-cakap sambil sesekali tertawa dan Jessica benar-benar merasa nyaman. Di Jeju, ia membatasi dirinya untuk dekat dengan orang lain dan menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan. Arogan dan dingin merupakan sapaan bagi dirinya setiap hari dan ia hanya bisa tertawa, mereka tak tau apa-apa tentang Jessica dan secepat itu juga mereka menilai sifat dan perilaku gadis itu. Tapi, setelah gadis bermarga Jung itu berpikir lebih jauh, mereka tak ada salahnya. Ia memang adalah gadis dingin, arogan bahkan tak punya hati. Ia bahkan sampai bertanya kenapa ia bisa memiliki profesi yang membutuhkan banyak perhatian dan kasih sayang? Ia harus melindungi banyak jiwa, tetapi ia sama sekali tak bisa menjaga adiknya. Bukankah itu sebuah kenyataan yang miris?

"Sica, jangan melamun terus."Kata Sooyoung mengingatkan. Jessica tak sadar jika ia dan Sooyoung sudah berada di dalam taksi dan bahkan kini mereka sudah berada di tempat yang dimaksudkan oleh Sooyoung. Ia tidak tau jika melamun dapat membuatnya lupa akan segalanya.

"A-ah maaf. Aku hanya memikirkan tentang pekerjaan."

"Jangan menjadikan pekerjaan sebagai alasanmu Sica. Aku sudah berteman denganmu selama hampir tujuh tahun dan aku mengerti apa yang kini sedang berputar di otakmu."Sooyoung menatap Jessica dengan tajam, ia menghela nafasnya panjang kemudian mengeluarkan beberapa lembar won dan menyerahkannya kepada supir dari taksi tersebut.

"Soo-"

Sooyoung memotong cepat lalu mengganti wajah muramnya dengan wajah yang lebih ceria, "Sudahlah. Kita kesini untuk bersenang-senang bukan? Kita akan membahasnya lain kali."

"Tapi Soo-"

"Tidak ada tapi-tapian. Aku akan menghabiskan malam ini dengan sahabatku! Oh ya, lagi pula aku membawa seorang teman bersamaku, apa itu tak masalah?"Tanya Sooyoung mengalihkan dan Jessica hanya menggeleng. Mereka kini berjalan kesebuah tempat makan kecil yang terlihat cukup ramai. Jessica mengatur nafasnya sejenak dan mencoba mengikuti perkataan Sooyoung untuk melupakan masalahnya walaupun hanya untuk sebentar saja. Senyum manisnya perlahan muncul dan kembali luntur ketika melihat seseorang yang begitu familiar dimatanya.

"Y-yuri?"

-Present-

"Aah, aku teringat sesuatu."Kata Jessica tiba-tiba saja memotong ceritanya. Yoona menatapnya dalam diam dan mengerutkan alisnya bingung ketika melihat sebuah kertas kecil yang dikeluarkan gadis itu dari dalam sakunya.

"Apa ini?"Tanya Yoona bingung.

"I-ini dari Taecyeon. Aku baru menyadarinya kemarin ketika aku akan mandi. Ia menempelkannya diantara kerah bajuku, dan aku sama sekali tak mengerti mengapa ia mengirimkan ini."Kata Jessica lalu menyerahkannya pada Yoona. "Dan melihat berita tentang Taecyeon yang baru saja kau kabarkan padaku membuatku semakin bingung."

"Bolehkah aku melihatnya?"Tanya Yoona dan Jessica mengangguk. Yoona mengambil kertas tersebut dari gadis itu dan mulai membuka gulungannya. Alisnya sekali lagi berkerut bingung melihat teka teki baru yang saat ini sedang dilihatnya.

- Yang kau pikirkan belum tentu seperti apa yang kau pikirkan. Semuanya terlihat rumit dan juga sederhana dalam waktu yang bersamaan. Everything is connected.-

"Jebakan apa lagi ini?"

-TO BE CONTINUED-

Continue Reading

You'll Also Like

729K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
59.1K 5.2K 62
Chitralekha adalah anak angkat Bisma yang agung dan adik angkat dari Raja angga karna, jati diri Chitra adalah dewi yaitu adalah anak dari dewa brahm...
371K 22.5K 27
"I'll do everything for you." -Lian ⚠️ mengandung kata kata kasar. Entah kesialan apa yang membuat Lilian Celista terlempar ke dalam novel yang baru...
YES, DADDY! By

Fanfiction

315K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar