Sweet Dream

By nanaanayi

626K 45.6K 6.2K

Bagai bumi dan langit, seperti mentari dan rembulan. Perbedaan keduanya begitu kentara, hingga sebuah takdir... More

01. Hinata
02. Naruto
03. Benang Merah
04. Tragedi Karaoke
05. Pandangan Pertama
06. Cabe Merah
07. Tiga Hati
08. Permainan Hati
09. Jodoh ?
10. Pertemuan Keluarga
11. Keberhasilan yang Tertunda
12. Pelarian dan Umpan
13. Langkah Awal
14. Calon Mertua
15. Mengenal Mereka
16. Kesal Tapi Bahagia
17. Bersamamu...
18. Bersamamu Lagi...
19. Bujukkan
20. Perjanjian Untung/Rugi
21. Kencan Ramai-Ramai
22. Bimbang
23. Nyaman
24. Harapan
25. Undangan
27. Lavender dan Bunga Matahari
28. Ini Benar-Benar Cinta
29. Familly Gathering 1
30. Familly Gathering 2
31. Benteng Takeshi Gagal
32. Goyah -1-
33. Goyah -2-
34. Rindu Yang Tertahan -1-
35. Rindu Yang Tertahan -2-
36. Ketika Hati Harus Memilih -1-
37. Ketika Hati Harus Memilih -2-
38. Hari Manis Terakhir Dimusim Ini -1-
39. Hari Manis Terakhir Di Musim Ini -2-
40.Sesuatu Yang Salah -1-
41. Sesuatu Yang Salah -2-
42. Maaf Harus Melibatkan Mu -1-
43. Maaf Harus Melibatkan Mu -2-
44. Rencana Pengkhianatan -1-
45. Rencana Pengkhianatan -2-
46. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -1-
47. Orang Yang Benar-Benar Mencintaimu -2-
48. Pantaskah Dipertahankan? -1-
49. Pantaskah Dipertahankan? -2-
50. Petaka Besar -1-
51. Petaka Besar -2-
52. Cinta Yang Terlambat -1-
53. Cinta Yang Terlambat -2-
54. Perjuangan Terakhir -1-
55. Perjuangan Terakhir -2-
56. Restu Yang Pupus -1-
57. Restu Yang Pupus -2-
58. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -1-
59. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -2-
60. Kesempatan Terakhir
61. Pembuktian Cinta -1-
62. Pembuktian Cinta -2-
63. Akhir Mimpi Indah Yang Menjadi Nyata
64. Epilog
65. Dokumentasi

26. Sebuah Tanggung Jawab

10.5K 717 95
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

...

Song Fic : Promise
By : Exo

...

"Kau sudah mendapatkan bukti-buktinya?"

Naruto menghentikan kegiatan berbenah dengan laptop dan tas ranselnya. Ia berniat meninggalkan ruang rapat yang telah usai. Hanya ada dirinya dengan Asuma di ruanga itu saat ini. Bibir merah kecoklatannya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya merespon pertanyaan sang Komisaris.

"Aku tahu inspektur, kau bukan tipe orang yang suka mengulur dan membuang waktu. Tentang Nona Hyuuga itu kau pasti sudah menyelidikinya dengan sangat detil." Asuma tersenyum simpul. Ia kenal betul bagaimana tabiat Naruto. Pemuda Namikaze itu adalah muridnya saat ia masih menjadi mentor di akademi kepolisian.

Naruto menutup resleting tas ransel hitamnya. Ia tersenyum tipis sambil menatap sang komisaris. "Saya rasa anda sudah tahu bagaimana cara saya bekerja. Mohon jangan libatkan Hinata dalam kasus ini, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk mengusut kasus ini sampai tuntas."

"Kau sedang berusaha melindunginya?" Tanya Asuma dengan tatapan menuntut.

"Dia tak ada kaitan apapun dengan kasus Toneri. Dia bahkan tak tahu pekerjaan Toneri sebenarnya." Dari tatapan yang terpancar oleh safir biru Naruto, Asuma tahu persis, Inspekturnya ini menjawab dengan penuh keyakinan.

"Jika dia terbukti terlibat, kau tak bisa menghindar dari tugasmu untuk menyidiknya."

"Anda tak perlu khawatir Komisaris, saya akan bertindak profesional." Naruto meletakkan ransel hitam di bahu tegapnya. "Tapi sebisa mungkin saya tak akan membawanya kedalam kasus ini."

Asuma tersenyum tipis menatap tubuh tegap mantan anak didiknya yang keluar melalui pintu kaca. "Tampaknya kau lebih yakin mempertahankannya dari pada gadis yang kemarin."

...

Kaki-kaki putih jenjang yang ditutupi stocking merah muda itu bergoyang kekanan dan kiri. Jemarinya sibuk bekerja dengan ponsel berlogo apelnya. Membalas obrolan bersama dua orang sahabatnya di group chat mereka.
Bibir ranumnya mengerucut dengan pipi tembanya yang di kembungkan. Ia cukup kesal Ino yang marah padanya karena tidak hadir di acara pertunangan si artis. Hinata tak sadar ada sepasang mata safir yang tengah memperhatikannya.

Naruto menyeringai tipis, menyaksikan ekspresi lucu Hinata yang sedang sibuk dengan ponsel pintarnya. "Maaf sudah menunggu lama..."

Hinata mendongakkan kepalanya menatap iris safir yang memandang lembut padanya. Buru-buru ia simpan ponsel pintarnya di tas selempang kecil Prada yang dibawanya. Ia berdiri dan membungkuk sekilas dihadapan sang Inspektur. "Koniciwa...," sapa Hinata lembut sambil tersenyum manis.

Seketika hati Naruto menghangat. Bibirnya membentuk lengkung kecil. Ia membalas senyuman manis Hinata. "Kenapa tidak menelepon ketika sampai...?"

"Aku takut mengganggu Naruto-kun.... Inuzuka-san, mengatakan kalian sedang rapat." Jawab Hinata sambil tertunduk malu. Ia juga tak mengerti kenapa tiba-tiba dia merasa malu dihadapan Inspektur ini. 'Ah seperti remaja saja..' Rutuk Hinata dalam hatinya.

"Jadi kapan aku bisa memakan bekalku, aku sungguh lapar Hime..." Sindir Naruto melirik rantang plastik yang terletak dikursi ruang tunggu.

"Ah iya, aku hampir lupa..." Hinata mengambil rantang itu dan memeluknya erat. Seolah tindakan itu dapat megurangi kegugupannya saat berada di dekat Naruto.

"Kita ke ruanganku saja..." Ajak Naruto yang berjalan mendahuluinya.

'Sial, kenapa aku jadi seperti ini, dan ettooo, kenapa Inspektur itu kelihatan keren sekali sekarang...' Hinata mengumpat dirinya sendiri yang bersikap seperti bocah ingusan yang sedang jatuh cinta.

...

"Himeeee, ini enak sekali, seperti makanan dari Nirwana..."

Hinata terkekeh geli melihat sikap Naruto yang memakan bekal buatannya dengan  sangat lahap. Hingga tak menyadari ada banyak butiran nasi yang mengotori wajahnya.

"Memangnya Naruto-kun pernah makan makanan dari Nirwana.." Jawab Hinata sambil terkekeh, tangannya mengambil tissue yang terletak di meja kerja Naruto. Perlhan tapi pasti tangannya terulur membersihkan sudut bibir Naruto.

Naruto merespon gerakan Hinata, ia memajukan wajahnya agar Hinata dengan leluasa mengeluskan sentuhan lembutnya. Dan ketika Hinata tujuannya telah selesai, Hinata berniat menarik tangannya. Tapi sayang tangan Naruto lebih cepat menangkap tangannya. "Apa kita bisa terus seperti ini, Hime..."

Kelopak mata sayu Hinata menyendu seketika. Hingga Naruto berpikir bahwa pebuatannya membuat Hinata tak nyaman. Ia letakan perlahan tangan Hinata di meja.

"Maaf..." Ucap Naruto sungkan.

Tapi seketika ia menyeringai lebar, ketika kepala indigo gadis manis itu mengangguk malu-malu.

"Aku mencintaimu...." Naruto kembali menyatakan cintanya pada Hinata.

Hinta mendongakkan kepalanya, menatap lekat safir biru pria itu. "Aku akan belajar..."

Naruto tersenyum tipis, walau jawaban dari Hinata tak seperti yang ia harapkan, setidaknya Hinata tak menolaknya lagi. Ada celah baginya untuk mengeluarkan Toneri dari hidup gadis itu.

...

"Namikaze keparat itu mengintai gudang rahasia kita bos."

Toneri mengangguk sekilas mendengar laporan tangan kanannya Yahiko. Ia sudah berada di apartemennya di Tokyo pagi ini. Setelah mengelabui para petugas dengan samaran rapinya akhirnya ia berhasil kembali ke tanah airnya.

"Lalu hubungannya dengan Hyuuga itu?" Tanya Toneri sambil menerima amplop dari tangan kanannnya. Ia buka amplop itu dan tersenyum bak iblis saat melihat beberapa foto kedekatan Hinata dengan Naruto.

"Hyuuga Hiashi menjodohkannya dengan Inspektur sialan itu."

Toneri mengangguk mengerti. "Jadi Inspektur Sial itu alasan tua bangka itu menolakku." Toneri menyeringai tipis. "Kita lihat Inspektur Namikaze aku akan membuat gadis Hyuuga itu menghancurkan karirmu."

...

"Terimakasih untuk makan siangnya..." Untuk kesekian kalinya Hinata mendapatkan senyuman hangat bak mentari pagi, dari Inspektur bersurai emas ini.

Hinata turun dari motor sport sang Inspektur yang berhenti tepat di depan butiknya.

"Mau mampir dulu?" Tanya Hinata polos sambil menatap penuh harap pada sang Inspektur yang baru saja melepas helmnya.

"Tidak aku masih harus melakukan penyelidikan..."

"Hmmmm baiklah kalau begitu..." Ada guratan kekecewaan di wajah Hinata ketika mendengar jawaban Naruto. Tapi ia tahu tugas Naruto. Tapi setidaknya Naruto masih menyempatkan waktu untuk mengabarinya. Tak seperti Toneri yang hilang bak di telan bumi. "Hmmm tentang makanannya apa kau menyukainya?"  Hinata mengalihkan pembicaraan agar Naruto tak melihat raut kecewa yang tadi ia nampakkan.

"Hmmmm, bagaimana ya..." Naruto memasang pose berpikir dan itu membuat Hinata cukup was-was.

"Kalau tak enak tak usah dipaksakan..." Hinata menunduk kecewa. Telapak kakinya mengetuk-ngetuk ke tanah. Membuat sang Inspektur terkikik kecil melihat tingkah lucu calon istrinya.

"Besok antarkan lagi ya..."

Hinata mendongak menatap langsung wajah Naruto, ketika ia mendapat jawaban dari pertanyaannya. Ia mengangguk kecil, di sertai warna merah yang menghiasi pipi gembulnya. 'Hufff pasti memerah lagi..., aku bisa malu dihadapannya jika begini terus....'

"Nanti sore ku jemput ya...., kita mampir dulu kerumahku Kaa-chan ingin memberikan sesuatu katanya."

Tanpa pikir panjang Hinata mengangguk setuju atas tawaran Naruto. Entah kenapa rumah Namikaze selalu terasa nyaman baginya.

"Baiklah aku pergi dulu..."

"Tunggu!"

Naruto mengurungkan niatnya memakai helm saat mendengar Hinata setengah berteriak. "Ada apa? Apa kau takut merindukanku..." Goda Naruto usil. Tapi herannya bukan menjawab, Hinata malah melangkahkan kakinya kian dekat dengan dirinya yang tengah bertengger diatas motor. Tiba-tiba safir biru sang Inspektur terbelalak.

Cup

Bibir ranum mungil dan lembut menempel di keningnya. Dan itu cukup membuat Naruto terpaku. Hinata mengecup keningnya dengan sangat lembut.

"Hati-hati..." Bisik Hinata lirih. Wajahnya tertunduk dengan pipi yang merona hebat.

Naruto masih tidak percaya dengan yang dialaminya ia terpaku sambil memegangi jidatnya. Dan lebih bodohnya lagi ia hanya bisa menatap kosong Hinata yang berlarian menahan malu masuk kedalam butiknya.

"Dia menciumku..."

...

"Ah ini memalukan sekali...!!!" Hinata berjerit histeris saat masuk kedalam ruangannya. "Memalukan-memalukan aku menciumnya...." Racau Hinata sambil menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri.

"Kau kenapa Hinata?"

Hinata membalikan tubuhnya. Di depan pintu ruangannya Shion berdiri dengan tatapan jahil. Dia sempat membiarkan saja Hinata masuk kedalam ruangannya sambil berlari, karena sedang melayani pembeli. Tapi begitu dia melirik ke jendela, keberadaan sang Inspekturlah yang ternyata  membuatnya histeris.

"Kau ini ingin tahu saja!" Hinata sedikit kesal dengan kehadiran Shion tiba-tiba.

"Ya... ya..., aku senang sekarang mata hatimu terbuka untuk menerima Inspektur tampan itu.." Ujar Shion dengan tatapan usil. "Oh ya, ada yang mengantarkan bunga untukmu, ku letakan di meja.., baiklah aku keluar dulu dan nikmatilah imajinasi mu... hihihi"

Hinata buru-buru mengalihkan pandangannya saat Shion telah keluar dari ruangannya. Mutiara lavendernya langsung tertuju pada bucket bunga lili dengan hiasan beberapa anggrek biru dan lavender. Bunga kesukaan Hinata. Walau Hinata lebih menyukai boneka dari pada bunga. Tapi pesona kombinasi tiga bunga itu tak pernah dapat di tolaknya. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan meraih bucket bunga tersebut. "Kenapa tak berikan langsung saja tadi..."

Seketika mutiara lavendernya membulat saat ia membaca nama pengirim yang di tulis kartu ucapan yang tersemat di bucket bunga itu.

つづく
Tsudzuku

Continue Reading

You'll Also Like

241K 33.2K 41
[MAAF KALO ISINYA GAJELAS, INI FF JAMAN BOCIL HUHUHU MONANGIS😭] Kisah tentang Sinbi yang berusaha balas dendam pada Jungkook yang menyakitinya denga...
189K 14.8K 30
Namikaze Naruto bagai Negara Api yang siap menyerang Hyuuga Hinata yang bagai Kutub Utara. NaruHina
27.6K 2.5K 13
"Aku mencintaimu. Sangat malah. Setiap hari ku habiskan hanya untuk memerhatikan dirimu dari jauh. Aku berharap bisa berdiri di sampingmu suatu saat...
94.6K 9.4K 38
FIKSI