Dumb and Dumber 》 jjk+kth

By -harunee

97.5K 8.6K 743

[BAHASA] All about KookV daily life (Jungkook as seme and Taehyung as uke), with different tittle and story... More

Hyungie
Trust Me?
Fool
Taetae
Weakness
Flawless
Untitled
友人?
(True) Love
Spring Day
Sky
Beauty

Lost (You)

11.7K 918 115
By -harunee

Disarankan baca ffnya sambil muter video di atas atau kalau punya mp3 Bigbang yang If You bisa diputer.

.

.

Dumb and Dumber: Lost (You)


.

.

On days where thin rain falls like today,
I remember your shadow.
Our memories that I secretly put in my drawer,
I take them out and reminisce again by myself.

.

.

.

Jungkook menunggu bus datang dengan wajah tertekuk. Entah kenapa ia benar-benar tidak dalam mood yang baik hari ini. Perasaannya sedang kacau entah kenapa.

Ponselnya yang bergetar membuat atensinya teralih. Jungkook menunduk, menatap layar ponselnya dengan senyum yang terkembang saat melihat nama Taehyung yang tertulis di sana.

TaeTae
Apa kau melihatku? Aku di seberang jalan. [4.58 PM]

Jungkook reflek mengangkat wajahnya. Kedua matanya menatap sekeliling hingga mendapati Taehyung yang berdiri di dekat persimpangan jalan; sedang melambai padanya dan setengah berteriak agar menunggunya di sana.

Jungkook mengangguk. Berdiri dengan tenang sambil kedua matanya terus mengawasi Taehyung yang menunggu lampu rambu-rambu lalu lintas berubah menjadi hijau. Jungkook mengernyitkan kening saat melihat Taehyung yang tampak sibuk dengan ponselnya sekalipun tanda untuk menyebrang sudah menyala. Dua detik kemudian, pemuda itu tiba-tiba panik saat menyadarinya dan dengan terburu-buru mengikuti langkah penyebrang lain yang sudah berjalan mendahului.

Jungkook menghela napas menatap Taehyung yang ceroboh.

.

.

"Kupikir chef-nya tadi sedang mengantuk," Taehyung tertawa, menyesap cola-nya penuh nikmat hingga kedua pipinya mengembung.

Jungkook menatapnya dengan tersenyum kecil. Mengeratkan genggamannya dan membawanya menyusuri jalanan macet Myeongdong pada malam hari.

Jungkook menghentikan langkah mereka tepat di depan sebuah toko.

Membuat Taehyung mengerutkan keningnya dan menatap Jungkook tak mengerti. "Ada apa? Kau ingin membeli sesuatu?"

Jungkook mengukir senyum tipis, lalu mengangguk. Ia memutar bahu Taehyung agar menghadap pada jendela kaca di samping mereka. Menatap gelang emas putih yang dipajang di jendela toko itu; bebentuk rantai yang mengkilap dan sangat indah.

Taehyung mengerjap, menunjuk gelang emas itu. "Kau menginginkannya?"

Jungkook mengangguk. "Sepasang; untuk kau dan aku."

"Wah, aku tidak tahu kalau kau begitu cheesy. "

Jungkook tergelak. Reflek mengusap rambut kekasihnya gemas, "Bukankah wajar? Sepasang kekasih memiliki barang couple?"

"Yayaya..." Taehyung mengangguk malas. Sebenarnya ia tak begitu menyukai aksesoris seperti gelang yang hanya membuat tangannya terasa gatal. Tapi melihat kedua mata berbinar Jungkook yang sepertinya sangat menginginkannya, ia akhirnya menurut saat Jungkook menuntunnya masuk ke dalam toko perhiasan itu.

Jungkook membeli dua gelang rantai itu dengan ukiran inisial nama mereka masing-masing; KTH untuk Jungkook dan JJK untuk Taehyung.

Taehyung menatap takjub hasil jadi gelang itu setelah tigapuluh menit. Ukirannya yang begitu indah membuatnya tidak bisa berhenti mengusapnya lembut.

"Kau suka?"

Taehyung mengangguk. "Aku tidak menyangka jika ukirannya semakin menambah keindahannya. Gelang couple tidak buruk ternyata."

"Kau harus menyimpannya dengan baik. Kau mengerti?"

Taehyung mengangguk tak terima. Meninju lengan Jungkook main-main. "Katakan itu pada dirimu sendiri, kau ingat berapa barangmu yang hilang minggu ini karena keteledoranmu, huh?"

Jungkook tertawa. Menggenggam tangan Taehyung dengan lembut kemudian membawanya ke depan bibirnya; meniupnya lembut. "Tanganmu dingin sekali. Kau kedinginan?"

Taehyung meringis. "Begitulah."

"Haish, kenapa tidak membawa sarung tangan?"

Taehyung tersenyum kecil. "Ada kau, kenapa harus membutuhkan sarung tangan?"

Jungkook tertawa. Tidak percaya kalimat barusan terucap dari bibir Taehyung. "Wah, kupikir kau bukan tipe orang yang menyukai hal-hal romantis?"

"Kutarik, anggap saja barusan bukan aku yang mengatakannya."

Keduanya lalu tertawa. Membelah langit malam kota Seoul sambil sesekali menertawakan satu sama lain.

.

.

"Jadi, untuk apa kita kemari?"

Jungkook mengangkat bahunya. Menunjuk rolex-nya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Masih pukul setengah duabelas. Setengah jam lagi tanggal tigapuluh desember, kau tidak ingin merayakan ulang tahunmu bersamaku?"

"Bukan begitu. Aku belum menghubungi Hoseok-hyung kalau aku pulang terlambat."

"Kau akan baik-baik saja. Hoseok-hyung percaya padaku."

Taehyung menggerutu sambil mendudukkan dirinya di samping Jungkook. Menatap atraksi air mancur dari Banpo Bridge di hadapan mereka.

"Kau ingat pertemuan pertama kita?"

Taehyung menoleh. Menatap Jungkook yang masih memandang lurus ke depan. Pandangannya kosong dan Taehyung tidak mengerti kenapa suara Jungkook barusan terdengar tidak biasa di telinganya.

"Kau melempar punggungku dengan botol minummu yang masih penuh karena aku menendang sepatumu hingga masuk ke dalam selokan." Jungkook tertawa. Menoleh pada Taehyung yang masih menatapnya, sudut bibirnya terangkat naik. "Kau mengingatnya?"

"Tentu saja." Gerutu Taehyung. "Aku ingin sekali membunuhmu saat itu. Dasar adik tingkat kurang ajar. Satu-satunya mahasiswa ospek yang dengan kurang ajarnya mencari perkara dengan kakak tingkatnya di hari pertama menginjak gedung kampus. Aku harus mengambil sepatu yang baru diberikan Mama susah payah hingga seluruh pakaianku bau! Semua temanku menertawakanku!"

"Kalau tidak begitu, kau tidak akan berkesan denganku."

"Alasan." Taehyung melipat bibirnya kesal. "Ada seribu seratus cara membuat orang lain terkesan tanpa harus melakukan kesan yang buruk."

Sebelah alis Jungkook terangkat naik; menatap Taehyung main-main. "Tapi cara tercepat membuat seseorang berkesan adalah meninggalkan kesan yang buruk. Apa aku salah?"

"Terserah." Jawab Taehyung pendek. Malas berdebat dengan kekasihnya yang keras kepala itu.

"Haish, kau imut sekali kalau merajuk." Ujar Jungkook bercanda. Menarik sebelah pipi Taehyung yang membuat pemiliknya melotot kesal.

"Aku tidak imut!"

"Kau imut, hyung." Jungkook mengangguk dengan persepsinya sendiri. "Berapa kali Jimin dan Hoseok-hyung mengatakan kalau kau imut?"

Taehyung menggerung kesal. Kalah telak. Ada belasan bahkan puluhan kali sahabat dan kakaknya itu menyebutnya imut. Tapi tolong garis bawahi ini; Taehyung itu tampan, bukan imut.

Jungkook akhirnya terdiam. Taehyung sedang merajuk dan ia tidak memiliki bahan gurauan lagi. Pemuda itu menarik lembut tangan kekasihnya. Menggenggamnya erat di atas pangkuannya.

"Aku tidak peduli kau akan berkata apa. Tapi, sudahkah hari ini aku mengatakan kalau aku mencintaimu?"

Taehyung tertegun; gerutuannya sudah berhenti. Pemuda bersurai cokelat itu menatap tautan tangan mereka. "Kau biasanya tidak begini."

"Lalu aku yang biasanya bagaimana?" Jungkook berbisik lirih.

"Kau yang biasanya, akan mengatakannya penuh canda. Tertawa setelahnya, lalu menggodaku habis-habisan."

Jungkook tersenyum. "Kau mengamatiku?"

"Tentu saja bodoh." Sahut Taehyung kesal. "Aku mengenalmu hampir dua tahun dan kaupikir aku tidak mengenal tabiatmu dengan baik? Jangan bercanda."

"Tapi aku tidak main-main sayang." Jungkook melepaskan tautan tangan mereka perlahan. Beralih menangkup pipi kekasihnya dan mengusapnya lembut. "Aku mengatakannya sungguh-sungguh. Aku mencintaimu."

Taehyung terdiam. Separuh tak percaya jika Jungkook tiba-tiba berubah melankolis seperti ini. "Dasar, kau mau menggodaku lagi ya?" Ia menepis lengan Jungkook. Menatapnya sebal. "Berhenti. Kau membuatku seperti orang bodoh."

Jungkook terkekeh. Melirik arlojinya dan mendesah pelan. Ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan mengulurkannya di depan Taehyung.

"Apa?" Tanya Taehyung bingung.

"Hadiah ulang tahun dariku."

"Hei," Taehyung ikut melirik arlojinya. "Ini baru pukul sebelas lebih limapuluh lima menit. Masih ada lima menit lagi sebelum tanggal tigapuluh."

Jungkook meraih tangan Taehyung tak sabar. Dengan sedikit paksaan agar Taehyung menggenggam kotak kecil berpita biru itu dengan kedua tangannya. "Kalau tidak sekarang, aku takut tak sempat."

Taehyung mendengus. "Kemana dirimu yang romantis lima menit lalu? Harusnya kau memberikannya padaku tepat pukul duabelas dengan berlutut di depanku."

"Cerewet. Buka saja."

Taehyung menatap kotak softblue yang dihias oleh pita beludru berwarna putih itu dengan alis yang bertaut. Ia membuka bungkusannya perlahan. Begitu tutup kotaknya dibuka, ada kalung dengan sepasang cincin sebagai bandulnya di dalam sana. Taehyung mengernyitkan keningnya, meraih kalung itu dan mengangkatnya di depan wajah.

"Kalung dengan inisial nama kita? Kenapa kau suka sekali memberiku barang-barang yang memiliki inisial?" Gumamnya saat mendapati tulisan JJK dan KTH di masing-masing cincin perak itu.

"Agar kau selalu mengingatku." Jawab Jungkook. Pemuda itu menatap Taehyung sungguh-sungguh, "Kau suka?"

"Eummm...ya..." Taehyung mengangguk. Ia menatap sekali lagi kalung itu, "Kau membelinya di toko tadi ya?"

Kedua mata Jungkook membulat. "Bagaimana kau tahu?"

"Mudah sekali menebakmu, Kook-ah." Taehyung tertawa. Menatap Jungkook yang juga sedang menatapnya. "Aku menyukainya. Terima kasih."

Mereka terdiam selama beberapa detik. Taehyung hendak mengawali pembicaraan tapi terhenti. Semuanya begitu cepat saat Jungkook meraih bibirnya. Memangutnya lembut dan penuh hati-hati. Pegangannya pada kalung itu terlepas saat Jungkook mencari keberadaan tangannya lalu menggenggamnya lembut dan hangat.

Di sela-sela tautan lembut bibir mereka, Jungkook berbisik lirih, "Aku...aku mencintaimu...Tae-ah."

Tepat saat jarum jam arloji mereka menunjuk pukul duabelas,

Taehyung merasakan angin berhembus menerpa bibirnya yang terbuka, genggaman tangan itu hilang, juga telapak tangannya terbuka kosong.

.

.

.

4.59 PM

Taehyung tampak sibuk dengan ponselnya sekalipun tanda untuk menyebrang sudah menyala, dua detik kemudian pemuda itu tiba-tiba panik saat menyadarinya dan dengan terburu-buru mengikuti langkah penyebrang lain yang sudah berjalan mendahului.

Taehyung kembali sibuk dengan ponselnya saat sudah berada di baris akhir penyebrang. Pemuda itu tidak menyadari satu mobil yang melaju kencang ke arahnya yang hendak sampai di seberang jalan.

Jungkook membulatkan matanya. Berusaha lari secepat mungkin ke arahnya kekasihnya, "TAEHYUNG!"

Tidak ada waktu untuk menyelamatkan keduanya, Jungkook menyadarinya saat mobil itu sudah berjarak beberapa meter darinya. Karena itu ia mendorong tubuh Taehyung yang masih kaget hingga pemuda itu terhempas di trotoar.

Jungkook bisa merasakannya.

Saat bahan besi itu menghantamnya; menyeretnya puluhan meter dari sana. Ia bahkan bisa mendengar teriakan histeris Taehyung yang memanggil.namanya.

Jungkook merasa semuanya terasa mudah. Ia terbaring di atas tanah setelah akhirnya mobil itu berhenti. Seluruh orang melingkar di sekelilingnya. Menatapnya dengan panik dan berlomba-lomba menghubungi rumah sakit.

Taehyung ada di sana.

Berteriak histeris memanggil namanya dan menggenggam tangannya erat. Pemuda itu tampak kacau dan hancur.

Jungkook merasakan jiwanya terpisah perlahan seiring dengan kedua matanya yang menutup; lalu berdiri di samping raganya. ia menatap Taehyung yang masih histeris dan memukul-mukul raganya yang kosong.

"Apa kau ingin kembali?"

Jungkook menoleh. Ada seorang pria dengan pakaian serba hitam di hadapannya. Tengah tersenyum ke arahnya.

"Aku bisa membantumu kembali. Kau mencintainya 'kan? Pemuda yang tengah menangisi kepergianmu itu?"

Sekali lagi Jungkook menatap Taehyung. Kekasihnya tampak begitu hancur.

"Aku...aku ingin kembali. Apa kau bisa membantuku?"

"Tentu." Pria itu tersenyum semakin lebar. "Aku bisa memberimu kesempatan untuk kembali hingga pukul duabelas malam. Semua kejadian ini tidak pernah ada."

"Apa kau malaikat kematian?"

"Tidak." Jawab pria itu cepat. "Aku datang lebih cepat darinya."

"Lalu apa yang kau inginkan dariku?"

"Kau memang pintar pemuda." Pria itu tertawa. Berdehem sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku menginginkan eksistensimu."

"Eksistensiku?" Kening Jungkook mengernyit tidak mengerti.

"Ya. Eksistensimu; keberadaanmu. Setelah aku mengambilnya, kau tidak akan diingat siapapun,keberadaanmu di dunia ini tidak pernah ada, seolah kau tidak pernah dilahirkan. Bukankah itu lebih baik? Tidak ada yang akan menanggung beban kesedihan atas kepergianmu. Kekasihmu, keluargamu dan seluruh temanmu tidak akan mengingatmu."

Jungkook terdiam sebentar. Memikirkan penawaran itu dengan hati-hati.

"Bagaimana?"

"Putar waktunya."

.

.

.

Puk

Taehyung membuka matanya perlahan. Satu jarinya terangkat naik untuk mengusap ujung hidungnya yang basah karena lelehan salju.

Ia termenung sebentar. Apa yang dilakukannya di sini? Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul duabelas lebih beberapa detik. Hendak mengalihkan pandangannya saat mendapati sebuah gelang rantai melingkar di pergelangan tangannya. Gelang itu polos, tanpa ukiran apapun.

Apa ini miliknya?

Ia menghembuskan napas resah. Hendak beranjak berdiri untuk pulang, tetapi sepatunya seperti menginjak sesuatu. Ia membungkuk, memungut sesuatu dari sana dan mendapati kalung perak dengan sepasang cincin, ia menatapnya heran.

Ada ukiran namanya di salah satu cincin. Apa berarti itu miliknya? Ia meneliti cincin yang lain dan tidak menemukan ukiran apapun di sana.

Taehyung terdiam sebentar. Kenapa tiba-tiba dadanya terasa begitu sesak. Ia tidak begitu mengerti apa yang membuat perasaannya terasa membuncah tiba-tiba.

Yang jelas, air matanya menetes saat ia mengerjapkan matanya.

Entah kenapa, ia merasa kehilangan sesuatu malam ini.

.

.

.

If it's not late,
Can we get back together?

.

.

.

End~

.

.

[Lyrics by Bigbang - If You]

.

Yassss terinspirasi dari drama korea; Mimi.

Prekuel, anyone? Comment di bawah ya!

Jangan lupa tinggalkan jejak kalau kalian suka yaa!

.

.

Maaf kalau ada yang merasa udah baca, awalnya mau di jadikan oneshoot, tp karna ada 'seseorang' yang minta di jdiin satu sama Dumb and Dumber, jadi di repost di sini dan yang oneshoot diunpublish (Terima kasih untuk yang sudah comment & vote di OS. Nggak ada bedanya ko)

Continue Reading

You'll Also Like

YES, DADDY! By

Fanfiction

317K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
122K 11.6K 30
🍓a gguktae oneshot story. [the plot isn't related to the previous chapter. warn: bxb, harsh words, lokal, non-baku] © shookyoon, 2019. [completed...
3.7K 373 11
seorang pria biasa yang tak sengaja mendapatkan pekerjaan sebagai asisten dari orng yang telah menolong ny membuatny jatuh hati, dan sialny dia adala...
74.7K 9.7K 21
Koleksi kepingan-kepingan manis yang selalu terkenang, kendati dilewat masa. [kookv] . 180901: ᴅᴇᴅɪᴄᴀᴛᴇᴅ ᴛᴏ ᴄᴇʟᴇʙʀᴀᴛᴇ Jᴇᴏɴ Jᴇᴏɴɢɢᴜᴋ·s 21sᴛ ﹙ɪɴᴛᴇʀɴᴀᴛɪ...