My Unplanned Husband

By Happiness_sugar

1.5M 36K 583

Takdir tak akan pernah ada yang tau kecuali sang maha kuasa. Ada yang bilang, batas antara cinta dan benci it... More

Welcome
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 11
Part 12
Part 13
Part 16
Pengumuman
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 23
Part 24
Part 26
Part 28
Welcome back
Kabar Bahagia!!!
VOTE COVER
Akhirnyaa

Part 27 Bab 2

27.8K 1.1K 34
By Happiness_sugar

Saya ucapkan banyak terima kasih untuk yang setia menunggu MUH yang updatenya semakin lama semakin jarang wkwkwk. Saya mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan yang sangatlah terlambat dalam mengupdate MUH. Saya sebisa mungkin mengatur jam meneruskan MUH ini dengan jam kegiatan saya yang semakin lama semakin padat. Saya hanya bisa meneruskan menulis MUH ini pada pukul 10 malam keatas itupun jika saya tidak banyak tugas atau lelah. Tapi dukungan serta komentar dan kesediaan kalian membaca MUH sangatlah berperan pentig sebagai penyemangat saya. terima kasih banyak dan sekian dari saya. selamat membca dan jangan lupa ya votmennya


Ramiro POV

Mobil yang aku tumpangi melaju kencang membelah keramaian kota. Aku pergi meninggalkan Nata begitu saja kemarin dan saat ini aku sangat merindukannya. Sudah 1 hari berlalu, aku bertanya-tanya apa yang dilakukannya saat ini? apakah dia sudah makan? Apakah dia baik-baik saja tanpa kehadiranku disana? Derinagn handphone yang berada pada genggaman tanganku membuat semua khayalanku tentang Nata buyar begitu saja. Dengan degup jantung yang berdebar-debar aku menatap layar handphoneku, mengharapkan jika Nata yang menelfonku saat ini. Namun seakan-akan jatuh dari langit ketujuh, harapan itu pupus begitu saja. Bukan nama Nata yang terpampang di layar itu, melainkan nama Mike. Dengan malas ku geser tombol hijau dan menempelkan handphone itu pada telinga kananku.

"Ada apa Mike?" tanyaku malas

"Nata.. Dia menghilang."

Jantungku seakan berhenti berdetak saat itu juga. Nata berjanji akan memberikanku waktu dan masih tersisa 4 hari termasuk hari ini. tak mungkin dia mengingkari janjinya begitu saja.

"Jangan bercanda, itu tidak lucu."

"Kau mengenalku dengan baik Ram." Ya, aku mengenal Mike dengan baik. Jika dia sedang bercanda dia tak akan menelfonku karena pasti dia tak akan bisa menahan tawanya.

"Oleh karena itu aku membutuhkanmu. Aku tau kau memasang pelacak pada kalung yang Nata pakai saat ini. Aku sudah melacak handphonenya dan keberadaan handphone itu ada di rumah keluarga Rahandika. Tapi saat aku dan Ana pergi ke sana, Pak Rahandika bilang jika Nata telah pergi beberapa jam yang lalu tapi dia meninggalkan sopirmu beserta barang bawaannya di rumah itu. Aku rasa dia pergi lewat pintu belakang tanpa sepengatahuan siapapun."

"Tunggu sebentar aku akan melacaknya."

Segera saja kusambar laptopku dan menghidupkannya. Entah mengapa aku merasa kerja laptopku ini sangatlah lambat. Aku lupa membawa Ipadku tadi. Ku buka aplikasi pelacak tersebut dan mencoba untuk mengetahui dimana keberadaan Nata saat ini. tertera alamat perumahan mewah yang sama sekali tak pernah Nata kunjungi sebelumnya. Dan tempat itu tak begitu jauh dari tempatku berada saat ini. Hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai disana. Ku kirimkan alamat itu pada Mike dan menelfon sekertarisku untuk membatalkan meeting yang seharusnya aku hadiri saat ini.

~Beberapa jam kemudian~

Aku, Mike, dan Vita berada di dalam mobil milik Mike dan sedang mengawasi rumah mewah yang menurut alat pelacak tadi adalah tempat Nata berada saat ini. Perumahan ini begitu sepi, pantas saja penculik itu bisa leluasa membawa Nata. Selain itu, siapa yang menculik Nata? Jika dilihat dari perumahan ini, yang menculik Nata pastilah orang kaya. Apakah mungkin penculik itu musuh Papa. Saat aku sedang serius mengamati rumah tersebut, handphone milik Mike berdering dan Mike pun segera mengangkatnya.

"Apa?! Oke tahan mereka, aku akan segera kesana. Jangan sampai ada yang tau, kerjakan tugas kalian dengan baik." Ucap Mike dengan tegas dan berwibawa, ciri khas seorang Mike saat bekerja.

"Ada apa?" Tanya Ana sambil menatap Mike penuh tanda tanya.

"Anak buahku menangkap sekelempok dokter ilegal. Mereka berkata jika mereka disuruh untuk datang ke rumah ini dan melakukan tugas mereka. Menghapus ingatan seseorang."

Aku terkesiap dengan jawaban Mike. Dengan segera ku hidupkan mobil ini dan melajukannya ke tempat dimana anak buah Mike menyandera dokter-dokter illegal itu.

Disana terdapat dua orang wanita seumuran dengan Ana, 2 orang laki-laki yang seumuran denganku dan seorang dokter tua yang baru kuketahui bernama Markus.

"Apa tujuan kalian datang ke rumah itu?" Tanyaku dengan nada yang dingin.

"Ka-kami disuruh me-mencuci otak seorang wa-wanita Tuan." Ucap dokter tua itu.

"Siapa yang menyuruh kalian? Dan siapa pasien kalian?"

"Tuan Rajendra, pemilik rumah tersebut. Saya tidak tau siapa pasiennya Tuan."

Aku terus memikirkan siapa Rajendra. Aku tak mengenalnya, tapi aku seperti pernah mendengar nama itu. Tiba-tiba saja sebuah ide tersirat dibenakku. Aku tau bagaimana cara menyelamatkan Nata.

"Hey kalian berdua, dokter muda. Lepas baju kalian dan tetap diam disini. Aku dan Mike akan menggantikan kalian. Jika kalian menolak, akan kupastikan kalian semua akan mati ditanganku saat ini juga." Ucapku sambil menodongkan pistol yang kusimpan dibalik jasku pada Dokter Markus. Jujur saja aku tak tega, tapi ini semua demi Nata.

"Aku juga ikut, aku tak mau menunggu saja seperti orang bodoh disini." Teriak Ana dengan semangat.

"Kau akan memperlambat kami Ana." Ucapku dengan lembut, sebisa mungkin aku tak membuatnya marah.

"Terserah kau mau bilang apa, yang jelas aku akan tetap ikut."

Akhirnya kubiarkan saja Ana ikut dan menyamar sebagai salah satu perawat wanita itu. Aku dan Mike menyamar sebagai dua perawat laki-laki yang dibawa oleh dokter tersebut. Dengan masker yang menutupi wajah kami, tak akan ada orang yang mengenali kami tentunya.

Aku, Mike, Ana dan Dokter serta asistennya tersebut masuk ke dalam rumah tersebut dengan dikawal ketat oleh beberapa bodyguard berbadan tegap yang menemui kami di depan rumah tadi. Aku tau Mike sedang menghitung jumlah bodyguard tersebut dan mencari jalan keluar serta siasat yang kami butuhkan. Mike memang cerdas, namun tak secerdas diriku. Mike sangat cerdas dalam bidang menyusup, mengalahkan dan sebagainya. Dia tak tertarik pada bidang bisnis sama sekali. Apalagi soal wanita, selama aku berteman dengan Mike sejak SMA tak ada satupun wanita yang berhasil menarik perhatian Mike, secantik apapun wanita itu.

Kami digiring memasuki sebuah kamar dan kamar tersebut masih memiliki ruang tertutup lagi didalamnya. Sebuah ruang tertutup dengan lapisan kaca tebal agar kita bisa melihat kedalam ruangaan tersebut. Didalam ruangan itu aku melihatnya. Wanita yang telah memporak porandakan perasaanku. Dia menangis, menjeri, dan terikat dibawah kuasa laki-laki brengsek itu. Jika saja Mike tak menahanku, sudah pasti aku sudah menyerangnya saat ini juga.

Azka menusukkan jarum suntik itu dileher Nata begitu saja. Saat itu juga aku sudah tak bisa menahan amarahku. Melihat sedari tadi Nata berjuang dan ketakutan sangatlah menyiksaku. Ingin aku memeluknya dan menyelamatkannya dari laki-laki brengsek itu tapi Mike menahanku dan terus saja membicarakan tunggu waktu yang tepat.

Aku berjalan dengan secepat mungkin dan menyuguhkan satu bogem spesial tepat dipipi Azka. Dia jatuh tersengkur begitu saja. Semua orang di ruangan ini terkesiap melihat apa yang kulakukan. Azka terlihat baik-baik saja setelah menerima pukulanku. Hanya saja sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Dia bangkit dan melihatku dengan tajam. Ku buka masker ku dan membuatnya semakin tajam melihatku.

"Ana cepat cari kunci borgol Nata, lepaskan dia. Cepat." Teriakku pada Ana yang sedari tadi diam membeku melihatku. Sedangkan Mike sedang mengoordinir para anak buahnya untuk melawan asisten-asisten Azka yang jumlahnya cukup banyak.

"Ana! Jika kau membebaskan nata sama saja kau membunuhnya. Aku sekarang sedang menyelamatkannya. Kau tau aku sangat mencintai Nata dan aku tak akan pernah membahayakannya." Sergah Azka saat Ana telah menemukan kunci borgol Nata.

Kulihat Ana mulai gamang dengan pendapatnya. Dia terdiam menatap kami berdua bergantian. Aku tak bisa membukanya sendiri karena harus menahan tubuh Azka agar tak menghalangi kami.

"Azka, aku tau kau mencintai Nata. Kau sangat menyayanginya, aku juga. Kau mengaharapkan yang terbaik untuk Nata, aku juga. Bukan kau saja yang bersedih, kami juga Ka. Kau ingin yang terbaik untuk Nata, kami semua pun juga ingin yang terbaik untuk Nata. Tapi bukan seperti ini caranya. Jika kau memaksa Nata seperti ini kau akan lebih menyiksanya. Mungkin saat ini kau tak bisa menerima kenyataan ini, kami juga masih belum bisa menerima jika harus kehilangan Nata. Tapi setidaknya Nata masih ada disini, bersama kita. Kita harus menerima Nata apa adanya." Aku memandang Ana dengan tatapan iba. Sebegitu besarnya kasih sayang ana terhadap Nata. Persahabatan yang sangat susah untuk ditemukan pada era sekarang ini. Persahabatan tulus, murni karena rasa ingin saling melindungi, melengkapi dan menyayangi.

Ana mulai bergerak melepaskan Nata. Aku pun melepaskan Azka yang telah ditahan oleh Mike. Ku hampiri tubuh Nata yang sedang pingsan tersebut. wajahnya pucat. Kerudung yang menutupi kepalanyapun sudah berantakan. Tempat dimana jarum suntik menancap pada lehernya pun menimbulkan ruam merah yang pasti akan terasa sakit keesokan harinya.

"Apakah istriku baik-baik saja?" Tanyaku pada Dokter Markus yang sedari tadi hanya diam dan menontonku.

"Dia baik-baik saja Tuan. Obat bius yang kami masukkan kedalam tubuhnya tidak terlalu keras. Mungkin nanti sore Nyonya sudah siuman."

Dengan sigap kuangkat tubuh ringan Nata dan menggendongnya ala bridal style. Membawanya keluar dari kamar itu dengan diawasi tatapan tajam Azka. Aku tak akan peduli jika dia berniat membunuhku. Yang kupedulikan adalah keselamatan Nata. Waktuku hanya tersisa 4 hari saja. Dalam waktu seminim itu aku harus bisa membuatnya berubah pikiran. Merubah keinginnanya yang ingin pergi dari dunia ini meninggalkanku. Membuat dia mencintaiku.. ah tidak.. setidaknya membuatnya menyukaiku hingga tak ingin meninggalkanku. Meninggalkanku yang sudah mulai menyukainya. Rasa suka ini sangat menyiksaku, semakin hari rasa ini semakin besar hingga rasanya menyesakkan. Dan aku tak sudi jika Nata meningglakanku untuk menanggung rasa ini sendirian.

hRu

Continue Reading

You'll Also Like

80.5K 3.7K 31
Aku, si gadis kaku, yang sama sekali tidak mengenal cinta. Hingga pada suatu hari kau datang padaku. Seperti musim hujan yang tiba di daerah yang tan...
118K 4.9K 30
Alvio Kaleo, seseorang dengan sifat dingin yang berbanding terbalik dengan Fradila yang selalu terlihat ceria, namun siapa sangka ia mempunyai cerita...
354K 19.7K 53
"Tya, kapan kamu akan menikah?" tanya sang ayah. "Nanti, Yah, kalau sudah ada jodohnya," jawaban ringan itu yang selalu menjadi andalan Adistya. ...
8.9M 111K 45
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...