NOT LOVE STORY - Destiny

By RheniNazlita

121K 19.6K 956

Yuki Kato, anak broken home akibat perceraian orang tuanya yang menyebabkan ia 'terbuang' dari hati sang Mama... More

PROLOG
BAB 1
1.1
1.2
1.3
BAB 2
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB 3
3.1
BAB 4
4.1
4.2
BAB 5
5.1
5.2
5.3
BAB 6
6.1
BAB 7
7.1
7.2
7.3
BAB 8
8.1
8.2
8.3
8.4
BAB 9
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
BAB 10
10.1
10.2
10.3
BAB 11
11.1
11.2
11.3
11.4
BAB 12
12.1
12.2
12.3
BAB 13
13.1
13.2
13.3
13.4
BAB 14
14.1
14.2
14.3
14.4
14.5
14.6
14.7
14.8
BAB 15
15.1
15.3
BAB 16
16.1
BAB 17
17.1
17.2
BAB 18
18.1
18.2
18.3
BAB 19
19.1
19.2

15.2

1.2K 233 25
By RheniNazlita

Akhirnya Yuki bisa menyusul Stefan dan menggenggam tangannya. Stefan berhenti namun tak berhadapan dengan Yuki. Penolakan Stefan membuat Yuki tahu bahwa Stefan hancur karena perbuatannya dan Ia sangat bersalah atas hal itu. Stefan yang diam menyiratkan kemarahan serta kekecewaannya sebagai seorang yang begitu mencintai Yuki.

"Kita harus bicara" Pinta Yuki menggenggam tangan Stefan namun Stefan melepaskan tangannya kasar. Yuki tak bergeming, Ia menggenggam tangan Stefan lagi hingga Stefan berbalik menatapnya dengan benci serta kemarahan yang berpadu satu. Yuki menitikkan airmatanya saat melihat tatapan Stefan yang menyiratkan kebencian yang mendalam.

Yuki siap dengan hukuman dari kesalahannya. Ia menantang tatapan Stefan dan menggenggam tangannya erat "Demi cintaku, kita harus bicara" Ucapnya tegas seraya menarik Stefan pergi dari sana untuk menjauhi semua orang. Genggaman tangan yang bersatu tak mengusik Stefan yang melemah akibat cintanya sendiri. Pandangan lurus Yuki tak mengindahkan dirinya menolak pergi sebab Stefan telah rapuh dan pasrah pada kenyataan. Ia tak lemah, namun cinta mereka yang akan dipertaruhkan membuatnya takut menerka. Ia hanya bertanya dalam hati tentang pantaskah dirinya menyalahkan Yuki? Sebab dulu, dialah yang memaksa Yuki dan memberikan waktu untuk mencintainya meskipun Ia tahu dari awal, Yuki begitu menjaga perasaannya dari cinta dan ingin melupakan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Mereka berhenti tepat disudut rumah sakit yang sepi dan saling berhadapan namun Stefan tak pernah menatap Yuki. Yuki sakit hati, tapi Ia mempersiapkan diri menghadapi Stefan dan tabah menerima keputusan Stefan tentang segalanya.

"Aku tau kamu marah karena aku merahasiakannya. Aku tau kamu sakit hati saat melihat kebersamaanku dengan Joy. Aku tau kamu membenciku karena aku..."

"Cukup Yuki, tolong... biarkan aku sendiri sekarang" Sela Stefan telak tanpa memandang Yuki sedikitpun. Yuki berusaha sabar meski hatinya tersayat-sayat karena Stefan tak menanggapinya apalagi memandangnya saat ini.

Yuki menggenggam kedua tangan Stefan berusaha meyakinkan jika Stefan tidak pernah ditinggalkan "Aku akan membiarkan kamu sendiri tapi tidak sekarang. Kamu harus mendengarku Stef, kamu harus mendengar penjelasanku"

Mendengar permintaan Yuki sukses meluluhkan Stefan untuk menatapnya meski amarah dan rasa benci itu masih ada "Aku sudah mendengarnya Yuki, kamu yang mencintaiku dan Joy. Aku tau kamu memilih siapa, kamu memilih Joy dan aku... berhak kamu campakkan" Jelasnya sarkastik langsung menusuk ulu hati Yuki dengan tepat. Omongan Stefan yang sarkastik tentu saja menyakitinya seakan-akan Yuki tak menganggap hubungan yang mereka jalani itu serius.

Yuki melepas kasar genggaman tangan mereka dan menatap Stefan dengan amarah meski matanya mulai berkaca-kaca "Aku tidak akan pernah mencampakkan orang yang kucintai, Stefan. Aku tau aku salah, aku terjebak dalam cintaku yang rumit. Tapi, kamu tau kalau aku sudah mencintai Joy sejak lama. Kamu melihatnya sendiri dan kamu yang memintaku untuk mencintaimu. Sekarang, disaat aku sangat mencintaimu dan kemudian menemukan Joy. Aku berhak mencampakkanmu, heh? Gak akan!" Desisnya tak kalah kejam menundukkan kepala Stefan. Ya, inilah yang harus Stefan pertimbangkan, dulu dia yang bersikeras membuat Yuki jatuh cinta namun setelah semua yang terjadi dan Ia jadi korban, apakah Stefan harus menyalahkan Yuki?

Stefan menyerah dan mulai menatap Yuki membiarkannya menjelaskan segala hal yang perlu Stefan tahu termasuk isi hati Yuki. Stefan yang menyerah membuat Yuki menghempas kemarahannya dan kini berganti airmata "Aku memang wanita egois, tapi aku bukan wanita jahat yang tega menyakiti orang yang kucintai. Aku mencintaimu Stefan, dan kamu tau itu!" Balas Yuki sukses menyadarkan Stefan dari kesalahannya yang menganggap Yuki wanita murahan. Stefan tertunduk merasa bersalah.

Senyap... suasana mendadak dingin dan hembusan putus asa menghiasi. Yuki memalingkan wajahnya dan airmatanya menetes meredupkan emosinya yang membuat mereka terpisah sekarang. Yuki menghirup udara untuk meredakan emosinya lalu kembali menatap Stefan didepannya. Ia menggenggam kedua tangan Stefan dan ikut tertunduk bersamanya.

Yuki mengeratkan genggaman tangannya untuk memulai pembicaraan "Joy kanker otak, dia baru menjalani operasi pengangkatan sel kanker." Jelas Yuki merasa hatinya sakit "Aku bertemu dengannya saat Tuhan sedang mencobanya Stefan. Dan aku gak tau Joy akan sembuh atau tidak" Ungkapnya dan airmatanya kembali menetes "Hiks.... Aku tau kamu marah, aku tau kamu sakit hati dan aku tau kamu pasti membenciku. Tapi dengar aku Stef, sekali ini aja... Demi cintaku padamu, ijinkan aku berada disisi Joy Stef." Pinta Yuki dengan isakan membuat Stefan menutup kedua matanya menahan rasa sakit di hatinya "Relakan aku memberi cinta yang aku pendam padanya" Pinta Yuki menangis dan Stefan merasakan tangan yang gemetar membuatnya perlahan melihat Yuki.

"Ijin-in aku menemani dan jadi penyemangat Joy untuk sembuh, aku gak tau apa Joy akan terus hidup atau Tuhan menentukan takdir yang melenceng dari harapanku. Hiks... tapi sebelum itu terjadi, ijin-in aku menyempurnakan cintanya, Stefan. Demi cintaku padamu, relakan aku mencintai Joy dan menyempurnakan cinta kami yang pernah putus.... Hiks...." Yuki menangis dan Stefan tak sanggup mendengar hal itu. Permohonan Yuki yang membuat hatinya semakin sakit dan tak terasa airmatanya menetes.

"Kamu menginginkan apapun akan aku lakukan, tapi sekali ini aja Stef... ijinkan aku membalas cinta Joy.... aku mohon...." Yuki masih memohon membuat Stefan memeluknya erat karena tak rela namun Yuki terus meminta hal yang sama membuatnya melemah "Jangan nangis... aku gak bisa lihat kamu nangis..." Ucapnya menenangkan Yuki

"Aku mencintainya Stefan.... aku tidak pernah menepis cintaku padamu. Tapi aku gak bisa melihat Joy berjuang sendiri tanpa cintanya..... aku mohon Stefan.... aku mohon.... Hiks...."

"Ssssttt..... Udah... Sssttttt" Stefan menenangkan Yuki dengan pelukannya meski isakan Yuki masih terdengar dan melemahkannya lagi.

Stefan menyetir mobilnya dengan kecepatan yang tak terbatas. Ia ingin menjauh untuk berpikir dan menelaah masalahnya. Masalah yang awalnya sanggup untuk dihadapi namun kali ini Ia ingin mengakhiri sebab hatinya telah hancur. Pengkhianatan, perselingkuhan dan keinginan untuk mendua justru memuakkan dan Ia merasa ingin menghakimi kenyataan yang tak pernah berpihak padanya.

Stefan mengingat ucapannya saat menghadapi Yuki "Aku belum bisa menjawab sekarang, beri aku waktu untuk berpikir Yuki" Tuturnya setelah menghentikan tangisan Yuki yang menyayat hati.

Stefan terus menyetir mobilnya dengan fokus meski pikirannya tak konsentrasi saat ini. Kini Ia telah sampai dan menghentikan mobilnya tepat disebuah tempat kosong dengan padang ilalang yang kering. Tempat yang sama saat Yuki jujur tentang perasaannya. Tempat yang sama dimana mereka menikmati keindahan senja dan Yuki memberikan sesuatu yang membuatnya tidak pernah melupakan hal itu begitu saja. Stefan memutar ulang memori kebahagiaannya seperti televisi hingga airmatanya menetes. Kebahagiaan dan cinta yang mereka bina, kini sedang dipertaruhkan pada sebuah kata Takdir membuat kepalan tangan Stefan mengeras.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!" Stefan berteriak keras mengeluarkan semua tekanan batinnya. Airmatanya menetes dan dirinya jatuh bersimpuh dengan kepala yang tertunduk.

"Kenapa Yuki, kenapa elo gak ngerti-in gue? Kenapa elo minta gue berpikir?!!! Kenapa elo biarin hati gue sakit karena elo? Kenapa Yuki? KENAPA????!!!!!!"

"Kenapa elo gak peduli dengan usaha gue untuk buat elo jatuh cinta? KENAPA YUKI!!!!" Teriak Stefan putus asa

"Kenapa harus gue yang terus mengerti elo? Kenapa bukan elo?! Harusnya elo tau siapa yang mencintai elo, Orang itu gue! ORANG ITU GUE!!!!!" Teriaknya kencang hingga menggema memunculkan pesawat yang turun menuju landasan mematahkan gema tersebut.

Ia terdiam lama dan menatap pemandangan yang membuat sakit hati "Gue benci elo" Ucap Stefan parau dan airmatanya menetes.

Yuki tiba dirumah dalam keadaan yang berantakan. Sesaat Stefan pergi dan Ia tak bisa menghentikannya, membuat airmatanya terkuras sepanjang jalan. Ia ke kamar menangisi segala kebodohannya. Kejadian ini, menghukumnya jadi orang paling berdosa yang tega menyakiti perasaan orang yang tak bersalah. Yuki lelah dan tangisnya pun reda meski guratan tangis membekas dipipinya dan sesenggukan sesekali terdengar. Ia menghampiri meja tulis dan merebahkan kepalanya yang terasa berat di atas meja sambil menatap deretan foto-foto memori indahnya bersama Stefan. Kebahagiaan mereka mampu meneteskan airmatanya membasahi meja.

Foto yang mendeskripsikan betapa bahagianya mereka menjalani hubungan dimana Stefan memeluknya mesra, mencium pipinya, dia yang mengecup mesra pipi Stefan, saling memandang dan tersenyum bersama justru menyakiti hatinya dan akhirnya menangis penuh sesal "Jika gue bisa memutar waktu Stef, kalo aja elo orang pertama yang mengungkapkan isi hati elo... Gue yakin, gue akan mencintai elo dan tidak melihat orang lain. Harusnya elo bisa mengerti gue Stef, gue yang mencintai kalian" Yuki membatin dan airmatanya menetes lagi.

Stefan kembali kerumahnya dalam suasana hujan yang terus mengguyur Jakarta. Ia berjalan dengan langkah yang sangat berat, wajahnya tertunduk sampai masuk kerumah yang tak terkunci karena sudah malam. Maxime sedang menonton televisi diruang keluarga tak sengaja melihat Stefan yang menaiki tangga menuju kamar.

"Stef" Panggil Maxime menghentikannya

"Iya?" Balas Stefan tanpa menoleh

"Ada surat dari Yuki," Tutur Maxime memberikannya "Elo kenapa? Kok lesu gitu?" Tanyanya bingung ketika melihat Stefan tak bertenaga sedikitpun. Stefan mengubah airmukanya jadi lebih hidup agar Maxime tak curiga dan mengambil suratnya. "Thanks"

"Sama-sama, tadi Yuki kemari dan dia nunggu elo lama banget. Elo gak berantem sama Yuki kan Stef?" Tanya Maxime

"Ngga, gue baik-baik aja. Gue ke kamar dulu ya Max"

"Oke," Balas Maxime lalu mengangkat bahunya dan pergi. Stefan melihat surat itu langsung meremasnya sembari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Remasan yang tak membuatnya sanggup untuk membuang apalagi membaca. Namun Stefan tetaplah Stefan, laki-laki yang begitu mencintai Yuki dan menyingkirkan sedikit egonya dengan membaca surat dari Yuki.

Gue gak tau gimana caranya kita bisa bicara. Elo yang menghindar buat gue ngerti kalo elo membenci gue. Gue menerima hal itu karena gue memang pantas untuk elo benci. Gue cuma bisa menulis ini dan berharap elo tau isi hati gue yang sebenarnya Stef, kalo ada hati yang mengharapkan elo mengerti, hati itu adalah hati gue

Perceraian orang tua, menyebabkan trauma psikologis bagi gue. Seumur hidup, hanya elo yang tau hidup gue dan cuma elo yang mengerti arti kehilangan seperti apa, karena kita sama Stef..... pernah merasakan sakitnya kehilangan orang yang kita sayang.

Kehilangan buat gue tak ingin berbagi. Kehilangan buat gue tegar. Kehilangan buat gue menatap cinta yang datang sebagai anugerah dan kehilangan buat gue tak ingin merasakannya lagi

Terserah elo mau anggap gue cewek seperti apa, yang jelas kalian ada di tingkatan yang sama, penguasa hati gue. Kalian begitu berarti dalam hidup gue yang suram dan mengubahnya jadi lebih berwarna dari apapun. Gue cuma mau elo mengerti gue Stef, coba berada diposisi gue yang mencintai dua laki-laki dan menjadikannya prioritas utama karena takut akan kehilangan yang justru buat gue jadi egois dan serakah. Apa gue salah menjadi seperti itu Stef? Apa gue salah mencintai kalian berdua? Apa gue salah Stefan?

Gue pasrahkan hati gue pada Tuhan. Gue percaya takdir Tuhan tak akan pernah meleset dari kehendak-Nya, Stefan. Jika takdir gue adalah elo, gue akan berikan seluruh hidup gue hanya untuk elo. Tapi jika takdir gue adalah Joy, gue akan simpan cinta kita sebagai kenangan paling indah yang gak akan bisa diukir oleh siapapun. Kisah teridah kita dimana sahabat menjadi cinta yang buat gue tetap hidup sampai sekarang.

Gue menunggu keputusan elo Stefan, elo yang tetap disamping gue atau elo yang pergi. Gue gak bisa beri keputusan Stefan, karena gue sangat mencintai elo.

–Yuki-

Rahang Stefan mengeras dan emosinya kembali mencuat hingga tega meremas dan membuang surat itu sembarangan. Ia menghampiri meja yang penuh frame foto lalu menatapnya bergantian. Ia berusaha berpikir jernih namun gagal dan langsung menghempas bingkai foto itu dengan tangannya. Nafasnya tak beraturan dan Ia menunduk menetralkan nafasnya yang terasa sulit.

"Apa salahku Tuhan?" Tanyanya pada sang pemilik Takdir

Yuki menatap pintu pagar yang belum bergeser. Ia sedang menunggu Stefan datang untuk memaafkan kesalahannya. Yuki tetap memandang pintu pagar meski hujan masih gerimis membuat cuaca jadi dingin dan gelap. Ia tetap menanti meskipun tubuhnya sudah tak bisa berkompromi dengan cuaca dingin menusuk tulangnya.

Bella yang sedari tadi cemas melihat Yuki masih duduk diluar berinisiatif menghampiri anaknya "Nanti kamu sakit sayang, kita masuk ya" Rayunya

Yuki menatap sang Mama "Tidak Ma, aku tetap menunggu Stefan datang"

"Kamu sudah kerumahnya dan Stefan tak ada disana. Lagipula kamu cukup menyelesaikan kesalahpahaman kalian dengan bicara di ponsel, tak perlu menunggu disini selama berjam-jam Yuki. Mama kuatir sayang.... kita masuk ya," Bella menasehati anak perempuan semata wayangnya.

"Aku tidak akan menghubunginya Ma, aku ingin menyelesaikan semuanya secara langsung"

Bella menghela nafas "Cinta dua hati tidak bisa diselesaikan sendiri Yuki, harus ada orang yang membantu menyelesaikannya"

Yuki menahan tangisnya agar tidak pecah "Tuhan akan membantuku Ma...." Jawabnya parau pasrah dengan semua masalahnya "Biar Tuhan saja yang menghukumku" Imbuhnya membuat Bella memeluk anaknya. Yuki akhirnya menangis lagi tak perduli dengan matanya yang bengkak dan hidung memerah "Aku orang jahat Ma, aku buat Stefan marah....." Ucapnya sambil terisak "Aku buat orang yang kucintai patah hati, aku pantas dihukum Ma" Kata Yuki menangis sehingga Bella makin mengeratkan pelukannya, memeluk anaknya yang sedih dan mengelus kepalanya agar berhenti menangis.

"Sssttt..... udah..... jangan nangis sayang..."

"Aku membuatnya membenciku...." Ucap Yuki membalas pelukan sang Mama dan menangis hebat dibahunya "Aku pantas dihukum...." Ucapnya histeris menangis membuat hati sang Mama ikut tersayat. Lama menghentikan tangisan Yuki membuat Bella memutuskan mengambil peran untuk menyelesaikan masalah anaknya.

"Mama akan membiarkanmu disini ya, jangan nangis lagi" Ucap sang Mama mengecup kening Yuki dan pergi meninggalkannya sendiri.

Waktu terus berlalu, tapi pagar itu belum juga bergeser dan hujan telah berhenti menyisakan dingin yang menusuk tulang. Yuki terus menunggu dalam diam dengan pipi yang berbekas aliran airmatanya. Bella tidak tahan lagi melihat Yuki bagai mayat hidup akhirnya bertindak dengan menelepon rumah Stefan.

"Halo, Stefan"

"Ini Maxime Tante"

"Maxime, Stefan ada dirumah?"

"Ada.... ada apa ya Tan, malam-malam telepon?"

"Yuki sedang menunggunya Maxime"

"Menunggu? Kenapa gak langsung kerumah saja Tante"

"Kamu tidak tau?"

"Tidak tau? Apa Tante?"

"Mereka bertengkar hebat Maxime"

"Apa?! Kenapa?" Tanya Maxime dan Bella menjelaskan semuanya. Maxime bagai disambar petir mendengar kenyataan kalo Yuki terlibat cinta segitiga bersama Stefan dan Joy.

"Tante mohon Max, bujuk Stefan untuk datang. Tante takut Yuki sakit, tante tau Yuki salah, tapi dia juga gak bisa menghindari perasaan cintanya pada Joy. Apalagi Yuki menerima kenyataan pahit Joy menderita kanker otak, apa Yuki sanggup melihat orang yang Ia cintai berjuang sendiri dengan penyakit mematikan seperti itu? Joy mematahkan hati Yuki juga demi kebahagiaan hidupnya. Coba kamu pikirkan Maxime"

"Tapi... kita tidak boleh ikut campur Tante, mereka sudah dewasa"

"Tante tau, tapi apa kamu sanggup melihat mereka menderita? Tante mohon sama kamu, tolong jelaskan pada Stefan tentang keadaan Yuki. Mungkin kalo dengar penjelasan kamu, Stefan jadi mengerti posisi Yuki seperti apa"

"Emm.... Baiklah Tante, saya akan coba membujuknya"

"Makasih ya Max"

"Iya Tante"

"Selamat malam"

"Malam" Maxime menutup telepon rumah dan langsung pergi ke kamar Stefan. Ia membuka pintu seketika kaget saat melihat kamar Stefan begitu berantakan dengan foto-foto berserakan bahkan tumpang tindih diatas lantai. Ia menatap Stefan yang duduk di bibir tempat tidur tertunduk dalam, memutuskannya menghampiri namun Ia berhenti saat kakinya menginjak sebuah kertas. Maxime membaca seluruh surat itu dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan segala hal.

Maxime melirik MP3 player Stefan dan menghampirinya perlahan seraya mengambil vcd lagu yang mewakili perasaan serta jawaban untuk masalah Stefan. Maxime menyalakan MP3 player dan mengalunlah sebuah lagu.

Senandung lagu cinta

Tercipta untukmu

Yang getarkan jiwa ini

Lumpuhkan jantungku

Stefan tertegun ketika lagu itu mengalun lembut dan menemukan sang Kakak berdiri dengan surat ditangan sedang menatapnya.

Kecantikan sempurna

Yang tak terlukiskan

Bahagiakan diri ini

Saat bersamamu

Meskipun kusadari, tak mungkin memelukmu

Waktu kau isyaratkan, bahwa dirimu tlah bersamanya

Tatap matamu untuk yang terakhir

Siksa batinku yang mencintaimu

Kupasrahkan pada Ilahi, relakanmu untuknya

Lagu mengisyaratkan betapa tersiksa dirinya karena kenyataan yang tak pernah selaras dengannya. Stefan mencengkeram bibir tempat tidur menyadarkan Maxime dengan kenyataan bahwa perasaaan adiknya tersakiti sangat dalam. Stefan melihat Maxime mengangguk pelan mengisyaratkannya untuk merelakan Yuki berada disamping Joy.

Lekuk tubuh anggunmu

Bagaikan sang dewi

Didalam sanubariku

Terukir wajahmu

Maxime menghampiri Stefan dan menatapnya "Pasrahkan semua takdirmu pada Tuhan Stefan," Kata Maxime begitu menyakiti Stefan dan airmatanya menetes mewakili hatinya dan memeluk sang Kakak erat

"Yuki jahat Kak," Ucapnya parau

Jurang yang dalam pisahkan kita

Yang tak mungkin untuk dilalui

Biarlah lagu cinta ini

Terdengar dalam kalbu

Maxime mengelus punggungnya bermaksud menenangkan Stefan dari masalah yang membelitnya. Ia mengerti perasaan Stefan sebab Ia turut andil dalam perjuangan adiknya selama ini. Perjuangan Stefan yang tak gampang memiliki hati Yuki namun kini Ia dicoba Tuhan dengan mempertemukan Yuki dengan cintanya yang dulu. Tangisan laki-laki menandakan begitu berat beban yang dirasakannya. Stefan memang jarang menangis untuk Yuki selama hidupnya. Tapi kali ini, Yuki membuatnya kecewa dan merasa menyesal pernah mencintai gadis itu. Stefan menghakimi cintanya yang selalu diuji Tuhan, cinta yang tulus justru dibalas dengan pengkhianatan membuatnya sulit memutuskan apakah tetap disamping Yuki atau pergi darinya. Tapi Stefan juga tak bisa menepis perasaan cintanya yang teramat dalam pada Yuki membuatnya terlibat dalam kedilemaan dirinya sendiri.

Keduanya hanya duduk diam dimana Stefan sedang melihat cahaya bulan tengah menyinari tumpukan foto-foto dilantai sedangkan Maxime memandang lantai kosong namun merefleksikan keadaan Stefan.

Maxime menatap dan menggenggam tangan adiknya "Jangan menghakimi siapapun atas nasib cinta elo Stef. Anggap saja cinta elo sedang dicoba sekarang. Tuhan ingin membandingkan cinta siapa yang lebih kuat dan pantas bersanding untuk Yuki. Kalo elo pergi, berarti elo kalah dan Tuhan merasa elo bukan pejuang sejati karena membiarkan cinta elo terkubur sia-sia" Terang Maxime meski Stefan masih tertunduk.

"Untuk meraih cinta sejati tidak harus dengan menunjukkan seberapa besar usaha kita mengejarnya, tapi juga seberapa sanggup kita bertahan menghadapi cobaan cinta itu sendiri. Elo udah membuat Yuki jatuh cinta, dan sekarang tinggal membuktikan bahwa cinta elo itu sejati. Caranya... tetap berada disampingnya mendukung apapun yang dianggapnya benar untuk hidupnya, Stef" Maxime menasehati adiknya untuk pantang menyerah.

"Jangan biarkan Yuki melupakan cinta elo karena cintanya pada Joy. Buktikan padanya bahwa cinta sejati bukanlah sebuah khayalan dongeng saja. Sadarkan Yuki bahwa cinta bukanlah hanya ungkapan dan tindakan. Tapi kekuatan, kekuatan untuk bertahan meskipun cinta itu pernah hancur. Elo harus buktikan pada Yuki Stef, kalau cinta elo untuknya itu tetap utuh dan sekuat baja dengan terus memberikan cinta untuknya. Gue yakin, Yuki akan sadar kalau cinta elo adalah cinta sejatinya yang berharga dan cintanya untuk Joy hanya cinta biasa"

Maxime menghadap seraya menengadahkan kepala Stefan untuk menatapnya. "Yuki memberikan hatinya pada Tuhan, jadi buktikan pada Tuhan kalau cinta elo itu memang pantas untuk hati Yuki" Ucap Maxime membuat Stefan menatapnya "Yuki menunggu elo dirumahnya, dia menanti keputusan elo, Stefan" Imbuh Maxime menekankan namun Stefan hanya diam.

Maxime menghela nafasnya pasrah dan bangkit berdiri "Gue biarin elo sendiri untuk mencerna semua nasehat gue Stef, selebihnya cuma elo yang berhak memutuskan. Apa elo pergi menemui Yuki atau elo tetap disini" Ucap Maxime "Pikirkan baik-baik semua kata-kata gue Stef, gue gak mau elo menyesal" Imbuhnya pergi meninggalkan Stefan sendiri. Stefan terus mencerna kata-kata Maxime dan melihat lagi isi surat Yuki yang ditinggalkan Maxime di sampingnya.

"Cinta itu bukan sebuah ungkapan.... cinta itu adalah sebuah kekuatan... kekuatan untuk berjuang, dan berdiri diatas cinta kita sendiri" Stefan mendengar kata hatinya sendiri dan menemukan keputusan untuk cintanya "Cintaku patut diperjuangkan..." Ucapnya pelan seraya bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu kamarnya untuk pergi.

Maxime melihat kepergian Stefan mengembangkan senyum bangganya sebab Stefan adalah seorang laki-laki yang sejati dan pantas diberi kebahagiaan. "Iya Stef, cinta elo harus diperjuangkan" Ucap Maxime


Continue Reading

You'll Also Like

214K 22.9K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
1.6M 43.5K 10
Seorang kakak sayang sama adiknya..? Wajar... Tapi gimana kalo seorang kakak jatuh cinta sama adiknya..? Ini yang gak wajar..
1M 76.3K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
YES, DADDY! By

Fanfiction

316K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar