Pieces of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

89.9K 2.2K 55

18+ WARNING BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN Buku kedua dari trilogi heart series Book I - Eye of Heart [COMPLE... More

Prolog
Part 1 : Pertemuan Masa Lalu (1)
Part 2 : Pertemuan Masa Lalu (2)
Part 3 : Lamaran Masa Lalu
Part 4 : Keraguan Masa Lalu
Part 5 : Kekesalan Masa Lalu
Part 6 : Pertaruhan Masa Lalu
Part 7 : Keputusan Masa Lalu
Part 8 : Kunjungan Masa Lalu
Part 10 : Malam Pertama [WARNING!!! 18++]
Part 11 : Tidak Terduga
Part 12 : Awal Malapetaka
Part 13 : Reunited
Part 14 : Penjelasan
Part 15 : Kabur
Part 16 : Lamaran (2)
Part 17 : Malam Pertama (2) [WARNING 18++]
Part 18 : Kebahagiaan dan Petaka yang Bersembunyi
Part 19 : Sweet Moment
Part 20 : Ancaman
Part 21 : Perangkap
Part 22 : Chaos, Catastrophe & Killer
Part 23 : Seharusnya Kupatahkan Kakimu
Part 24 : Kau Tidak Bisa Menipu Maut
Part 25 : Murka
Part 26 [END]
Epilog

Part 9 : Masalah di Masa Lalu

1.5K 82 0
By NinaMusIn

Sarah memasuki kastil Merlin dengan rasa cemas yang tidak dapat ia jelaskan. Jantungnya berdetak tidak normal, ada sesuatu yang salah di sini. Telapak tangannya dingin dan berkeringat, firasat buruk Sarah semakin menjadi-jadi.

Ayah Merlin membawa Lily dan Merlin ke ruang lain, menyisakan dirinya, Keir, beserta ibu dan adik Merlin di ruang tamu. Seira bergelayut pada Keir dengan manja, sang ibu menatap tingkah anaknya dari jauh sambil tersenyum.

"Tante," panggil Seira.

Sarah celingukan. "Tante? Siapa?"

Seira menunjuk Sarah. "Kau."

"Apa? Aku kakak bukan tante," gadis kecil tidak sopan, pikir Sarah.

"Aku tidak peduli," Seira bersedekap. "Tante tolong jangan rebut Keir dariku, tantekan cantik pasti banyak pria lain yang menyukai tante. Tapi kumohon jangan Keir," Seira menatap Sarah dengan lurus. Gadis kecil itu bersungguh-sungguh. Sarah kagum akan keberanian gadis itu.

Sarah mendekati Seira, ia berjongkok menyesuaikan tingginya dengan Seira. "Cinta bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan. Kau tidak bisa memaksa seseorang menyukaimu begitu juga sebaliknya," Sarah menggenggam kedua tangan kecil Seira. "Tapi satu hal yang kuyakini, jika sesuatu terjadi padaku maka untuk Keir hanya kaulah gadis yang cocok."

Seira memiringkan kepalanya, tidak mengerti dengan ucapan Sarah. Keir menyambar Sarah, ia memandang Sarah dengan sengit.

"Apa maksud ucapanmu tadi?" tanya Keir antipati. Seira sampai terkejut karenanya, gadis kecil itu kembali ke sisi ibunya.

Sarah tak kalah heran. "Entahlah ... itu terucap begitu saja."

"Jangan pernah mengucapkan hal itu lagi." Keir tampak terluka.

Sarah tiba-tiba membeku, pupil matanya melebar. "Sir William?"

Keir menoleh, ia melihat William tidak kalah terkejut dengan Sarah.

"Oh Will! Kau sudah datang? Lihat ini, Merlin kita sudah besar. Ia membawa calon istrinya," seru ayah Merlin tiba-tiba.

William membalikkan badan ke arah sumber suara. Ia kembali terkejut.

"Lily?" panggilnya.

"Sir ...."

Entah bagaimana William kembali seperti biasa.

"Kau ... kau calon istri Merlin? Lalu ... bagaimana mengenai pertanyaanku waktu itu?"

Lily tampak bingung. "Pertanyaan apa?"

William bagaikan tersambar petir. Ia melirik ke arah Sarah sekilas, tanpa sadar Sarah membuang muka namun sebelumnya Sarah melihat tatapan William yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

William tersenyum. "Ah tidak, hanya pertanyaan tidak penting." William mendekati Merlin dan Lily, kemudian merangkul keduanya. "Selamat ya! Kutunggu undangan pernikahan kalian!"

Lily dan Merlin membalasnya dengan senyum ragu, merasa tidak enak dengan William. Namun William meyakinkan mereka bahwa semuanya baik-baik saja.

"Oh ya paman, kita tidak lupa dengan obrolan mengenai bisnis kita bukan?" tanya William.

Ayah Merlin merangkul William dengan akrab. "Tentu tidak, mari ke ruang kerjaku."

William melirik kembali ke arah Sarah. Pandangan mata mereka bertemu, tubuh Sarah gemetaran.

Ketika malam tiba mimpi buruk dimulai. Ayah Merlin muncul di ruang makan dengan aura berat. Wajahnya tertekuk dengan tampang mengeras, ruang makan yang seharusnya terasa hangat menjadi dingin hingga menusuk tulang.

Kata yang keluar dari mulutnya menggegerkan seisi ruangan. Merlin dan Lily akan menikah dengan syarat Lily harus memutuskan hubungan yang memiliki ikatan dengan masa lalunya. Ayah Merlin tidak ingin masa lalu Lily mencoreng nama baik keluarga Laniana. Hal itu berarti Lily juga harus memutuskan hubungan dengan saudari kembarnya.

Sarah harus meninggalkan dunia elit dan pergi sejauh yang ia bisa dari dunia itu. Ia tidak boleh menampakkan diri sekecil apapun. Jika tidak maka pernikahan antara Merlin dan Lily tidak akan terjadi. Kata ayah Merlin itu harga mati.

Merlin bangkit, mengutarakan keberatannya. Keir juga menentang keputusan ini dan mengancam tidak akan berhubungan lagi dengan keluarga Laniana jika Merlin dan Lily setuju. Lily dan Sarah saling bertukar pandang dalam diam. Tatapan mereka cukup mewakili setiap kata yang hendak terucap.

Namun ayah Merlin tetap pada keputusannya, ia tidak tergerak sedikitpun. Keir yang kecewa pergi dari ruang makan dengan kasar. Ia segera berkemas dan pergi dari kastil tersebut. Seira menangis histeris melihat tindakan Keir, ibunya bersusah payah menenangkan gadis kecil tersebut.

Kemudian giliran ayah Merlin yang pergi dari tempat itu, ia tetap pada pendiriannya yang sekeras baja.

Sarah melirik ke arah William, pria itu makan dengan tenang di tengah kekacauan yang terjadi. Mata mereka beradu dan segera Sarah mengerti apa yang telah terjadi.

Firasat buruk Sarah akhirnya terjadi, hal yang tak diinginkan muncul dan menghancurkan segalanya menjadi berkeping-keping. Inilah harga yang harus Sarah bayar atas tindakannya yang gegabah. Membangunkan harimau yang tengah tertidur.

---**---

Tepuk tangan bersahutan menyambut lahirnya sepasang kekasih yang resmi menjadi suami istri. Air mata menetes dari sudut mata mempelai wanita. Orang-orang akan berpikir sang mempelai wanita menangis karena saking bahagianya, tapi tidak. Tidak demikian yang terjadi padanya.

Setelah pernikahan ini akan ada perpisahan. Perpisahan untuk selama-lamanya. Mempelai pria menggenggam bahu istrinya, mencoba menguatkan sang istri.

Pandangan mata mempelai wanita terarah pada saudari kembarnya. Saudari kembarnya menatap balik, mencoba menahan air matanya. Ia tahu percuma menahan kesedihannya, karena mereka berdua terhubung dengan cara yang aneh.

Sarah bangkit dari kursinya, ia menoleh ke kanan dan kiri mencari sesosok pria yang harus ia temui sebelum ia pergi, setidaknya ia harus bertemu Keir untuk yang terakhir kalinya. Tak kunjung menemukan sosok tersebut, Sarah akhirnya memutuskan menemui Lily seorang diri.

"Please, jangan menangis. Ini hari bahagiamu," Sarah menyeka air mata Lily.

Mata Lily berkaca-kaca,"Maafkan aku ... maafkan aku ...." Lily tertunduk lesu, air matanya mengalir semakin deras.

"Ssttt ...." Jari telunjuk Sarah menyentuh bibir Lily. "Sudah kukatakan berulang kali bahwa tidak ada yang perlu dimaafkan, apa yang terjadi padaku tidak seburuk itu."

"Tapi Rah ...."

"Lily," potong Sarah. Ia menatap Lily tajam, "Tidak ada yang perlu disesali. Semua ini adalah takdir yang sudah tertulis dalam hidup kita. Tak ada seorangpun yang bisa melawan. Daripada terus menyesal dan berduka alangkah lebih baik jika kau tersenyum dan perlihatkan padaku bahwa kau bahagia, bahwa keputusan ini tidaklah sia-sia."

Lily mengulum bibirnya, matanya tetap berkaca-kaca tapi ia mencoba tersenyum pada Sarah. Sarah membalas senyum Lily, kemudian ia berpindah menuju Merlin yang sedari dari hanya terdiam.

"Kau," ucap Sarah dengan perlahan, "jika kau membuat Lily menangis atau menyia-nyiakannya akan kupastikan hidupmu berakhir saat itu juga. Aku berjanji padamu."

Merlin tersenyum. "Tidak akan, akan kupastikan hanya tangis bahagia yang mengalir."

"Sebaiknya kau pegang kata-katamu, karena akulah yang akan membunuhmu nanti jika kau membuat saudariku bersedih."

"Kau bisa pegang janjiku," balas Merlin. Ia terdiam sejenak. "Keir ... sungguh tidak datang ya." Merlin menghela napas lesu.

"Biarlah, kalian tidak perlu memikirkan hal itu. Ia pasti akan kembali seperti semula. Aku yakin," ucap Sarah.

Ketika Lily hendak membuka mulut dan membalas ucapan Sarah buru-buru Sarah menghindar.

"Baiklah, waktunya aku pergi. Selamat tinggal. Berbahagialah, tunjukkan padaku kalau semua ini tidaklah sia-sia." Sarah menyentuh pipi Lily yang seputih salju, "Dimana pun aku berada, sejauh apapun kita terpisah, kita akan selalu terhubung satu sama lain. Kita akan selalu saling menemukan dimana pun itu. Dan ... berbahagialah Lily. Tunjukkan padaku senyum indahmu yang paling cerah. Sayonara."

Sarah melangkahkan kakinya dan berbalik menjauhi kedua mempelai. Lily terpaku untuk beberapa detik, ketika kesadarannya kembali Sarah sudah berada jauh darinya. Sarah menoleh ke belakang dan memberikan senyum terakhirnya kepada Lily. Lily menjadi histeris, ia menangis meraung-raung dan memanggil-manggil nama Sarah dengan putus asa.

Merlin membawa Lily ke dalam pelukannya, mencoba menenangkan sang istri. Sementara Sarah tetap berjalan dengan tegak sambil menahan rasa nyeri yang ia rasakan.

Begitu keluar dari kerumunan undangan buru-buru Sarah mencari tempat sepi. Ia melihat taman yang letaknya tak jauh dari tempat resepsi. Suasana taman yang sepi menjadi tempat sempurna bagi Sarah untuk menuangkan perasaanya.

Belum sempat mencapai bangku taman Sarah sudah jatuh terduduk. Rasa sakit luar biasa yang ia coba tahan sedari tadi akhirnya tumpah. Sebanyak apapun oksigen yang ia hirup rasa sesak di dadanya tak kunjung menghilang. Airmata mengalir deras membentuk sungai. Seribu jarum tak henti-hentinya menusuk jantung Sarah. Sarah memegangi dadanya dengan putus asa, menjaga agar sang jantung tetap bekerja, karena sesekali sang jantung menolak untuk berdetak.

Sarah mencoba berpegangan dengan bumi yang ia coba pijak, walaupun dunia terasa hancur perlahan-lahan di bawah kakinya. Ia menangis meraung-raung. Isakannya terdengar putus asa, tanpa diminta kenangan-kenangan pahit berputar dalam benaknya, kenangan akan hari di mana William mengetahui kebenarannya.

Satu hal yang Sarah takutkan, bahwa semuanya tidak berakhir sampai di sini.

---**---

To be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

222K 3.7K 28
Walaupun kau adalah lelaki idaman setiap wanita. Tapi tidak denganku. Aku tidak mau menjadi istrimu. Kau menjebakku. Dasar laki - laki biadab. - Tisy...
4.7M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
96.9K 19.3K 102
Hamster kecil, "Ayah ayah, aku punya makanan! Semua itu milikmu! Bahkan aku!!!" WuYi adalah hamster kecil yang dijuluki ChΓ²uChΓ²u (bau). Dia memiliki...
261K 14.3K 34
sebelum baca Ayo follow dulu ya sayang. vote dan komen nya jangan ketinggalan Felisha Agatha Christie gadis barbar , mulut ceplas-ceplos, dan non akh...