Memories [AkaKuro]✔️

By fujodesu

12K 1K 48

Cinta. Kenangan. Keegoisan. Dapatkah mereka menyatukannya menjadi sesuatu yang selaras dengan takdir? ... More

Prologe
Ichi| Memories
Ni|Another guy.
San|Dreamed
Go| Would you be mine?
You must read!

Shi| The truth

1.4K 156 10
By fujodesu

Pagi yang indah. Tak ada kalimat yang dapat mendeskribsikannya. Suara kicauan burung gereja, gemerisik angin yang bertubrukan dengan dedaun di pohon, suara bocah bocah yang berlarian. Dan suara berbagai aktivitas di pagi hari yang lainnya.

Di sebuah mansion besar, ada satu dari sekian banyak jendela di sana yang terbuka. Jika mata mengintip ke dalam, maka akan terlihat pemuda tampan bersurai merah. Kedua bola mata berbeda warna miliknya yang tegas itu menatap banyang dirinya yg sempurna di cermin. Menatapnya dingin seolah dia menyesal karena terlahir tampan. Tapi bukan itu yang menjadi masalah buatnya.

Di kepalanya masih terbayang hangat wajah bocah biru yang akhir akhir ini sering mampir di mimpinya. Dia juga bertekat akan bertanya pada Ibunya mengenai hal ini. Dan pagi ini sepertinya waktu yg bagus. Ayahnya sedang keluar kota juga. Jadi pagi ini dia akan sarapan hanya dengan ibunya.

Sebuah jari menyentuh cermin lembut. Kemudian menyentuh pelipisnya dan menekannya pelan. Setiap kali dia berusaha mengingat masa lalunya kepalanya selalu sakit. Manik heterokrom berdalih melirik meja belajar di sana ada satu bingkai foto yang memuat dirinya waktu kecil. Tapi kenapa foto itu terlihat sobek? Kemana sobekannya yang lain? Dan kenapa Seijuuro baru sadar akan hal itu sekarang?

Tok.. Tok tok...

Suara ketukan halus itu membawanya ke dunia nyata. Melempar dan menghempaskannya kemari. Akasi menatap benci ke arah pintu itu. Menganggu sekali. Begitu pikirnya.

"Akashi-sama... Sarapan sudah siap." Ujar sebuah suara yang sudah tak asing lagi itu. Itu Naomi, maid pribadinya yang menurutnya merepotkan.

"Aku tau, aku akan segera kesana!" Akashi menyahuti dari dalam dengan nada sedikit Ia naikkan.

Naomi yang tengah berdiri di balik pintu menatap horor ke arah pintu yang masih tertutup itu. Sepertinya pagi ini Tuan Mudanya sedang tidak memiliki mood yang bagus. Buru buru maid yang tergolong berusia muda itu menyingkir dari sana sebelum gunting melayang ke arahnya seperti kemarin saat Ia membangunkan Tuannya untuk pergi ke sekolah. Naomi menggeleng mengingat hal itu. Dia tidak ingin kejadian yang hampir merenggutnya nyawanya itu terulang lagi.

Akashi menghela nafas. Misinya pagi ini adalah bertanya pada ibunya soal apapun tentang masa lalunya. Akashi sedikit merapikan dasinya kemudian meraih tas ranselnya dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.

----------------------------------------------
Memories : Kau berbohong pada ku. Janji mu itu hanya bualan palsu.
------------------------------------------------

Di sebuah apartemen kecil, pria mungil bersurai biru itu terlihat sibuk di dapur mungilnya. Sudah dengan pakaian seragam dan rapih, Ia tengah mempersiapkan sarapannya untuk seorang diri. Tinggal di kota besar sendirian demi sekolah, dan tinggal di apartemen sederhana yang bayarannya tak seberapa. Kuroko Tetsuya berjuang sendirian demi mengejar cita citanya. Tak ada sanak saudara yang membantunya. Kedua orang tuanya meninggal saat Ia SMP. Penderitaannya terus berlanjut setelah Akashi meninggalkannya. Malangnya pemuda manis itu. Apa dosanya sampai Ia harus mendapatkan kesialan macam kutukan itu.

Tetsuya membawa piring berisi sarapannya itu ke meja makan sederhananya. Ia menatap ke arah piring itu sekali lagi. Hari ini Ia sarapan dengan omelete dan roti yang Ia panggang. Ini pun sudah termasuk mewah, biasanya jika Ia kehabisan uang sebelum gajihan, Ia hanya akan makan roti kering. Itu pun harus bisa cukup untuk seharian. Selain sekolah pemuda biru itu bekerja sambilan di salah satu cafe malam. Ia bekerja dari jam tujuh malam sampai jam dua pagi. Tentu saja Tetsuya selalu merasa mengantuk saat jam pelajaran. Tetapi nilai nya tidak pernah turun, dia selalu konsisten dengan segalanya. Tetapi terkadang tubuh ringkihnya itu tak tahan dengan aktivitasnya yang sibuk. Kadang kala tubuhnya itu ambruk sakit.

Tetsuya menghabiskan sarapannya dan meminum susunya. Kemarin dia baru saja gajihan. Isi kulkasnya sedang penuh saat ini. Dan dia merasa senang akan hal itu. Tetsuya mencuci piringnya kemudian bersiap untuk ke sekolah. Untuk berhemat dia lebih memilih jalan kaki di banding naik bus. Malangnya diri mu Tetsuya...

-----------------------------------------------
Memories : Aitakata.
------------------------------------------------

"Seijuuro... Kau sudah siap rupanya, ayo sarapan dulu sayang."

Wanita cantik bersuara lembut itu terlihat duduk manis di sebuah meja makan besar. Di sekeliling sudut ruangan itu terdapat banyak buttler dan maid yang berjejer. Entah kenapa rasanya sedikit aneh buat Akashi belakangan ini, rasanya kehidupannya dulu tak semewah ini. Well, entahlah. Dia sendiri tak yakin dengan hal itu mengingat dia mengalami kecelakaan hebat yang merenggut masa lalunya beberapa tahun silam itu.

Akashi berjalan menghampiri sang ibu. Kemudian duduk di hadapan wanita itu dengan tenang. Membalikkan piringnya dan mulai mengambil sarapan paginya yang terlihat mewah itu. Tak usah tanya apa nama makanan nya, terlalu panjang untuk di jabarkan. Feeling Sang Ibu tak pernah meleset, Ia tau bahwa putra semata wayangnya itu sedang ada masalah. Bisa Ia tangkap daro raut wajahnya.

"Ada apa Sei?" Beliau membuka pembicaraan terlebih dahulu. Akashi langsung menatap ibunya itu dengan kedua mata heterokromnya.

"Aku ingin bicara dengan Ibu empat mata. Bisa?" Ujarnya serius. Sang Ibu menangkap hawa serius anaknya dan mulai menitah seluruh maid dan butler itu pergi dari sana meninggalkan ruang makan yang besar itu.

Dan kemudian...

Hanya ada mereka di ruangan itu.

"Ada apa? Tak biasanya kau serius? Apa ini mengenai seorang gadis lagi?" dengan nada jenaka nya Nyonya Akashi itu menyahut dengan senyum mengembang, Akashi sedikit bersemu di ingatkan lagi percakapan beberapa hari yang lalu saat Ia curhat pada Ibunya ada seorang gadis yang meletakan surat cinta di tasnya.

"Ibu aku serius." Ucap Akashi.

"Baiklah baiklah... Apa yang bisa Ibu bantu untuk mu?"

Akashi menimbang...

"Semalam aku bermimpi.."

"Mimpi? Soal apa?"

"Aku bermimpi ada bocah lelaki bersurai biru langit yang menjadi teman ku. Dia manis dan baik hati" tutur Akashi. Sang Ibu berusaha tetap tidak terlihat terkejut meskipun dia sedikit terkejut mendengar hal itu.

"Itu hanya mimpi sayang.." Komentarnya.

"Yah, Ibu benar... Hanya mimpi."

"Ibu, Aku ingin bertanya.."

"Katakan apa pertanyaan mu sayang.." Dengan sebelah tangan meraih makanan untuk anaknya, Ia berbicara tanpa memandang Akashi yang mulai merubah ekspresinya.

"Tentang masa lalu ku..." Ucap Akashi mantap. Sang Ibu menghentikan aktivitasnya sesaat kemudian menatap dalam ke arah pemuda itu.

"Kita sudah pernah membahas ini bukan?" Jawabnya.

"Aku ingin mengetahuinya lagi. Katakan Ibu... Kenapa aku kehilangan ingatan ku!" Nada suara di naikkan. Nyonya Akashi itu menatap dalam ke arah anaknya.

"Kau kecelakaan. Hanya itu."

Akashi menghela nafas menahan amarahnya. Tak mungkin Ia meledak ledak di depan Ibunya. Tak bisa dia melakukan itu.

"Baiklah.. Aku percaya itu. Lalu, apa kita sudah kaya dari dulu? Sejak aku lahir apa kita sudah kaya raya seperti ini?"

"Ya." Jawaban yang singkat. Akashi kembali menghela nafas.

"Baiklah, kalau begitu... Ini pertanyaan terakhir... Apa aku... Mempunyai teman masa kecil yang sangat berpengaruh di dalam hidup ku?" Ujar Akashi matanya terlihat berapi api. Nyonya Akashi menatap datar ke arahnya. Akashi menunggu jawabannya.

"Tidak ada."

Hanya itu? Hanya itu jawabannya?

Kriet.

Derit kursi bergesek dengan lantai itu terdengar memekan telinga. Akashi berdiri. Menggebrak meja di depannya. Cukup sudah. Dia sudah tak tahan dengan segala kebohongan ini. Dia sudah muak. Nyonya Akashi hanya berusaha bersabar.

"Ibu! Ku mohon kau jujur!"

"Aku berkata jujur Seijuuro! Dan sejak kapan kau berteriak pada Ibu mu!" Pekik sang Ibu, ikut bediri dari kursinya. Akashi ingin menangis sekarang.

"Kau bohong ibu! Kau menipu ku!"

"Aku tidak menipu mu!"

"Lalu kenapa foto ini tersobek?!" Akashi mengeluarkan foto masa kecilnya yang tadinya ada di dekat meja belajarnya. Terlihat foto dirinya dan seseorang bocah yang bagian wajahnya sudah tersobek itu.

"Jawab aku Ibu! Siapa yang ada di dalam foto itu?!" Pekik Akashi.

"Bukan siapa siapa!" Balas nya.

Akashi terlalu kesal, Ia membutuhkan jawabannya saat ini juga. Tapi kepalanya sedang kosong. Dia menginginkan jawabannya sekarang. Ia ingin tau siapa bocah biru dalam mimpinya.

Akashi merenggut pisau kecil dari meja makan Ia menodongkanya ke arah nadinya. Nyonya Akashi terlihat syok.

"Seijuuro!!"

"Kalau ibu tidak mau bicara dan mengatakan yang
sejujurnya... Aku akan menggoreskanya ke nadi ku!"

"Baiklah! Ibu akan menceritakannya pada mu!! Yang sebenarnya!!" Pekik Akashi Seira Ibu pemuda scarlet itu.

"Ibu akan menceritakannya... Tapi jauhkan pisau itu.."

"Janji?" Ujar Akashi, dia terlihat bukan dirinya.

"Aku bersumpah Seijuuro." Ucap beliau.

------------------------------------------------
Memories.
------------------------------------------------

" Saat kau SD kelas enam kita pindah dari pedesaan ke Kota karena Ayah mu mendapat pekerjaan yang bagus di sana." Tutur Akashi Seira itu. Akashi mendengarkan dengan seksama.

"Sebelumnya kita hanya keluarga sederhana. Kita tinggal di sebuah desa dengan pemandangan terbaik. Suatu hari kau tersesat di hutan, kau ketakutan dan kemudian kau tak sadarkan diri. Kau bercerita pada Ibu, ada seseorang bocah yang menolong mu. Bocah biru yang memapah mu menuju desa. Kau tak begitu jelas melihatnya. Sejak saat itu kau penasaran akan dirinya."

"Lalu kau mencarinya di hutan. Meskipun Ibu mengomeli mu tapi kau tak menyerah. Tapi bocah itu tak pernah kau temukan di desa atau pun hutan."

"Lalu kau bercerita pada Ibu kau bertemu dengannya tengah di usili bocah bocah bertubuh besar. Dengan bangga kau cerita pada Ibu bahwa kau menolongnya sampai kau babak belur."

Akashi masih mendengarkan. Kepalanya mulai sakit, Ia berusaha mengingatnya. akashi memijat keningnya. Ibunya terlihat khawatir.

"Aku tidak perlu melanjutkannya." Ujar sang Ibu.

"Tidak, Ibu harus! Agar aku bisa mengingatnya... Ku mohon.." Lirih Akashi Ia berusaha menekan rasa nyeri di kepalanya.

"Lalu semenjak saat itu kalian saling mengenal, kalian berteman baik. Kau bercerita pada Ibu bahwa kau memberinya kejutan dan mengajaknya ke sebuah tempat indah di dalam hutan. Kau mengatakan pada Ibu bahwa kau menyayanginya." Tutur penyandang nama Akashi Seira itu.

Akashi masih merasakan denyut hebat di kepalanya, namun sebisa mungkin Ia mendengarkan Ibunya.

"Si-siapa nama bocah itu Bu?"

Kedua pasang mata itu saling menatap dalam. Menyelam ke dalam bola mata masing masing.

Bibir indah Nyonya Akashi itu bergetar saat hendak mengucapkan sebuah nama.

"Namanya adalah..."

Akashi bersabar menunggu di tengah denyut di kepalanya, Ia ingin pingsan saja sekarang. Ia tak tahan dengan rasa sakitnya.

"Namanya..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kuroko Tetsuya.."
.
.
.
.
Hening.
Hanya desing lembut angin pagi di luar sana.
.
.
.
Lalu...
.
.
.
.
.
BRUGH!

Akashi tumbang di pelukan ibunya. Ya, setidaknya Ia sudah mengtahui kebenarannya.

Tbc!

Hai, Aku nairu youka. 😊
Bagaimana?
Apa kalian menikmati part kali ini?
Maaf lama sekali update nya 😂
Kali ini aku tidak akan beralasan soal kuliah ku lagi. Aku hanya tengah kehilangan mood ku dalam menulis. Maaf kan aku. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik di setiap partnya 😊

Love,💋
💞Nairu-chan💞

Continue Reading

You'll Also Like

737K 58.9K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
1.7K 148 5
semua karakter bukan punya saya saya hanya meminjam karakter asli punya Sing shong ⚠️ WARNINGG!!⚠️ BL AREA BXB JOONGDOK
91K 8.5K 33
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...