Ansatsu Kyoushitsu X Reader O...

Por Aka-niira

129K 9.8K 2.2K

Kumpulan cerita tentangmu dan pemuda yang telah memikat hatimu itu. {Request Closed.} Assassination Classroo... Más

You're Mine Now (Karma Akabane x Reader)
Coffe Shop (Isogai Yuuma x Reader)
Kisses. {Reverse Harem Reader Insert}
Truth or Dare? (Gakushuu x Reader)
Lamunan (Karma x Reader x Gakushuu)
Tsundere? (Male!HayamixReader)
Sickness (Isogai x Reader)
PLEASE READ =)))
Double Touch (Maehara x Reader x Isogai)
Late Afternoon Coffee (Maehara x Reader)
Start=Over (Karma x Reader x Gakushuu)
Bodyguard? Maybe~ (Protective!Nagisa x Sick!Reader)
Re- (Gakushuu x Reader)
Hari Ini Turun Hujan (Shinigami x Reader)
Sickness (2) (Isogai Yuuma x Reader)
Over the Night (Karasuma x Reader)
Got you. (Gakushuu X Reader)
Kafe di Tengah Musim Dingin ☆ -Prologue
││Szechuan Chicken Lettuce Wraps
││Lemon Blueberry Layer Cake
|| White Tea
|| Italian Sausage Soup
|| Red Velvet Cake
|| Nutella Ganache Covered Cheesecake
|| Okinawa Fried Meatballs

It's Just You (Chiba x Reader)

5.7K 440 33
Por Aka-niira

Ansatsu Kyoushitsu (c) Matsui Yūsei

Story (c) Aka-niira

Possible warning(s): Typos, OOC-ness, some AU! will be included.

Story note: Reader dan Chiba itu tetangga~

Important note!! : Author tidak mempublish ini dimanapun selain di Wattpad. Jika kalian menemukan cerita serupa, tolong lapor kepada saya.

Happy Reading!~
____________________________________

Request dari dearest: Aozuki_

Terima kasih banyak~~ xD

-*-*-*

Saat ini orang yang kusukai, menyukai orang lain.

---Bagaimana caranya agar dia berpaling padaku?

Aku berlari kecil ke arah pria yang sudah menungguku di belokan jalan itu, mencoba untuk tidak menghasilkan suara karena berusaha untuk mengagetkannya. Baru saja ingin aku tepuk pundaknya secara tiba-tiba sambil meneriaki 'dor!' namun pria itu terlebih dahulu menyadari keberadaanku.

"Konnichiwa, (Name)-san, Mitsuketta." sapanya sambil memegang pergelangan tanganku yang tadinya ingin aku gunakan sebagai senjata.

Aku menggembungkan pipi, lalu tertawa kembali, "Mitsukecatta! Konnichiwa, Chiba-kun~." Balasku sambil sedikit menjulurkan lidah, bercanda.

Aku dan Chiba adalah tetangga. Chiba mulai pindah ke lingkunganku sekitar 2 tahun yang lalu. Sebelumnya kami memang jarang bicara, namun, ketika ibunya ke rumahku, Chiba ikut. Kami dipaksa untuk bermain bersama. Canggung memang pada awalnya, namun, bersama dengan pria ini tidak buruk juga. Chiba adalah pemuda pendiam dan tidak banyak bicara, tapi, bukan berarti dia membosankan. Ada kalanya juga dia yang lebih dulu mengangkat topik pembicaraan.

"Ayo kita pergi," titahku, aku pun berjalan maju dan membiarkan pemuda berhelai hitam itu menghela nafas lalu mengikutiku dari belakang. Hari ini, hari Minggu. Sesuai janji, aku dan dia akan bermain di taman. Mungkin bukan bermain, tapi belajar.

Ryuunosuke Chiba, teman sekaligus tetanggaku ini sedang mengalami masa berbunga-bunga.

Beberapa hari yang lalu, saat kami bermain, Chiba tidak sengaja mengatakan bahwa ia sedang menyukai seorang gadis. Sora, namanya.

Dia bilang Sora adalah teman masa kecil di rumahnya dahulu, terdengar dari ceritanya, Sora adalah gadis anggun, sangat pintar dan ahli dalam shogi sepertinya.

Dan aku, sebagai teman baiknya, tentu akan membantu. Dengan menyatakan diri sebagai love-expert baginya, padahal pacar saja aku tidak punya. Aku membantunya, setiap hari, agar dia bisa dekat dengan Sora. Selalu, hampir setiap minggu. Aku yang tidak punya pengalaman ini, membantunya. Aku yang biasanya tidak ikut andil dalam urusan cinta, membantunya. Aku yang menyukai Ryuunosuke Chiba dalam diam ini membantunya. Membantunya untuk mendapatkan cinta orang lain, bukan aku.

Memang tindakanku ini rasanya seperti memakan kotoran sendiri, menjijikkan.

Namun, seberapa sering aku mendekatinya, Chiba selalu menghentikanku.

Kenapa?

Tak terasa, kami sudah memijakkan kaki di rumput taman yang hijau. Aku berlari menuju salah satu tempat istirahat di bawah pohon rindang, Chiba hanya mendengus kecil sambil menyamakan kecepatannya denganku.

Aku mulai mengeluarkan secarik kertas dan pulpen dari kantung celana jeansku, "Nah, untuk suratmu selanjutnya... Tambahlah pujian untuk Sora, jangan lupa pakai kata dari novel yang aku berikan minggu lalu. Lalu, err..." aku berpikir. Setiap Minggu, temanya adalah mengirim surat. Sora yang tinggal jauh dari kami hanya bisa diraih oleh surat atau telepon. Tapi, lelaki macam apa yang menggombal lewat telepon? Aku tidak tahu dengan yang lain, tapi menurutku laki-laki seperti itu payah sekali.

Dari rumah, aku sudah menyiapkan kertas bermotif imut dan pulpen berwarna-warni, aku yang akan mengucap saran dan Chiba yang akan menulisnya. Setiap hari. Dan aku hanya bisa tersenyum bahagia ketika melihat wajah Chiba yang girang tak karuan mendapat balasan surat dari Sora.

Cintaku tak terbalas.

Namun hari ini wajahnya berbeda dari biasanya.

Sang pemuda yang helainya menutupi mata itu hanya terdiam, melihat kertas yang disodorkan olehku. Aku mendengar helaan nafasnya, heran aku bertanya "Chiba-kun, ada apa?"

Lelaki yang ditanyai itu menunduk, tersenyum kecil, "Sudahlah, (Name)... kita hentikan saja ini."

Hentikan?

"... Maksudmu?"

Chiba mengangkat kepalanya lalu menatapku dari balik poni kelam miliknya, "Mustahil bila dengan ini. Sora tidak akan menyadari perasaanku."

Mustahil?

"Kau kenapa? Biasanya tingkahmu tidak seperti ini..."

"Aku baru menyadarinya. Sora tidak menyukaiku. Balasan surat darinya hanya seperti balasannya kepada teman lain."

Sadar?

"Tidak, Chiba-kun. Berusahalah lebih giat lagi. Aku yakin nanti dia akan-"

"Tidak, (Name). Aku sudah menyerah."

Menyerah? Chiba-kun, kau ini kenapa?

"Ini sia-sia, (Name)."

Aku menggigit bibir bawahku. Jadi semua yang telah aku lakukan padamu kau sebut sia-sia? Ada apa denganmu, Chiba? Untuk memenangkan wanita sempurna seperti Sora, kau harus lebih berusaha. Kenapa... kau terlihat sangat gusar tiba-tiba? Kenapa kau tidak ingin berusaha lagi?

Kau menjijikkan.

Chiba tersenyum, "Bagaimana kalau kita pulang saja, (Name)? Aku tahu PR-mu belum selesa-"

Kau selalu seperti itu.

"... Masa bodoh." Ah, aku mengucapkannya tanpa sadar.

"Eh?"

Aku melonjak berdiri, menatap pria yang ada di depanku dengan lancang, "Maksudmu apa, Chiba? Sejak kapan kau jadi payah seperti ini? Kau itu seharusnya lebih berusaha, bukan?" kembali aku menggigit bibir bawahku, mencoba menghasilkan rasa sakit yang cukup untuk menahan bulir air keluar dari mata,

Gawat, mulutku tidak bisa berhenti.

"Hentikan? Seharusnya aku yang melakukan itu dari dulu! Harusnya aku hentikan senjata makan majikan yang aku lakukan padamu ini!"

Chiba tersentak, wajahnya bingung.

Berhenti.

"Mustahil? Aku yang seharusnya menganggap begitu! Tapi, di sinilah aku, membantumu mencari hati lain, sedangkan aku masih berada di sisimu, menahan rasa sakit!"

Berhentilah, mulutku!

"Sadar? Sekarang aku tanya, apa kau sadar atas perasaanku? Tidak? Aku tahu. Aku tahu. Aku tahu! Tapi aku tidak menyerah, aku tetap menyukaimu! Karena itu... karena itu..."

Sial, kenapa kau ikut-ikutan tidak berpihak kepadaku, air mata?

"(Name)..." suara Chiba terdengar gusar.

Aku tidak tahan lagi.

"Karena itu, aku akan bahagia kalau kau pergi bersama Sora!"

Ah, aku mengatakan semuanya.

Aku menghapus air mata, menunduk, mencoba menghindari pandangannya, dasar payah. "Baiklah, aku pulang. Maaf mengganggu, Matta ne."

Aku sudah tidak kuat denganmu Chiba. Karena itu, aku juga akan menyerah sepertimu.

Aku akan membiarkan cintaku tumbuh tanpa diberi pupuk olehmu.

"Tunggu, (Name)."

Tiba-tiba aku merasakan sentakan keras pada tubuhku, pergelangan tanganku ditarik oleh pemuda itu. Aku lengah, kakiku terpeleset. Tubuhku jatuh menabrak tubuh Chiba dengan tidak etis. Kepalaku yang dipenuhi surai (h/c) terletak sempurna di atas dadanya yang bidang. Kedua pergelangan tanganku kini sudah sepenuhnya digenggam oleh miliknya.

Wajahku memerah, kesal dan malu campur aduk, "Lepaskan, Chiba," rengekku sambil bergerak paksa, namun Chiba memegang pergelanganku terlalu kencang.

Kudengar Chiba menghela nafas, lalu menyandarkan dagunya di kepalaku. Tangan kanan ia lepaskan dari pergelangan kananku, lalu dengan lembut aku rasakan ia bermain dengan suraiku.

"Hmm, aku tidak mengira kau sebodoh ini."

APAAAA?!

"Tch, lepaskan!" rengekku lagi.

Chiba tertawa kecil, "Maaf, (Name). Aku baru menyadari perasaanmu. Maaf." Ia mengelus kepalaku dengan lembut, seperti umpan untuk mengeluarkan air mataku. "Tapi kau sendiri tidak pernah menunjukkan bukti pasti."

Aku mendelik. Benarkah?

"Bahkan saat teman sekolahku bertanya padamu apakah kau menyukaiku, kau menyanggahnya dengan cepat,"

Krik.

Aku mengembungkan pipi, "Itu karena aku malu, b-baka."

"Ahaha, begitu kah..."

"..."

"..."

Apa-apaan kau, Chiba? Kenapa kau diam? Ugh, sialan, ternyata dadamu nyaman juga.

Hari sudah mulai sore, namun aku dan Chiba tak kunjung minggat. Untung saja lingkungan taman ini sepi, jadi tidak ada yang melihat.

"Chiba... sudah sore."

Pemuda itu melepaskan tumpuan dagunya dari kepalaku, dan genggamannya di pergelangan tanganku. Mengelus pipiku perlahan.

"Ah, ya. Aku mencintaimu juga."

Wajahku memanas, merah, da apa dengan pria ini? Sifatnya jadi aneh, "Dasar 'gak nyambung..." tapi kenapa, aku tetap menyukainya?

Dan tawa pun lepas di langit sore dari kedua mulut kami. Tangan kami kini saling bertautan. Berjalan serempak ke arah pulang dengan wajah yang sama-sama merah. Senang.

Penembak jitu ini, kini berhasil menjatuhkan target yang seharusnya.

-Fin-

Semoga suka ya~ atas saran dari berbagai pihak, untuk kedepannya setiap cerita akan di buat lebih panjang, lebih dari 1k words kalau bisa xD

Thanks~
Btw, req masih open xDD

Vomentnya bagi yang suka, monggo~ xDD

Seguir leyendo

También te gustarán

95.1K 9.5K 38
FIKSI
95.1K 10.7K 33
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
215K 23K 44
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
57.5K 7K 33
"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti...