ANGELESSE

By Naerily2101

6.8K 315 54

bagaimana perasaanmu ketika kamu memiliki hidup yang sempurna..? bagaimana perasaanmu ketika kamu memiliki ke... More

I. SYNOPSIS
II. ANGELESSE DICTIONAERI
III. CAST CHARACTER DESCRIPTION
II. PROLOG TEASER
III. TRAILER
IV. OPENING
#CH001-1/1: DESERTED ACCOMPANY MY MASTER (Their Angel, Begin)
#CH1-2 DREAMIN' ABOUT MY MASTER (Their Angel, Is Precious)
#SPOILER SCENE OF ANGELESSE CHAPTER 2
#CH2-1 WELCOME TO THE WHOLE NEW WORLD, MASTER
#CH2-2 A WHOLE NEW WORLD
#CH4 EQUAL FRIEND
#CH5 BEGINING OF

#CH3 MEMORIES (Their Angel, So Mean.)

200 16 1
By Naerily2101

PROLOG

Rai Han muda tampak tengah berjalan di sebuah bukit, ketika tiba-tiba seseorang merangkulnya.

Rai muda menoleh.

Terlihat Acesa tersenyum riang padanya, "Tuan Muda!"

"....."

"Kenapa kamu pergi sendirian? Bukankah kamu tak pandai mencari jalan?"

Rai muda diam sejenak,
"Kim Jang-ssi berkata padaku, bahwa ia ingin mengajakku piknik di sebuah bukit."

"Wah! Benarkah?! Aku juga mau ikut!!" Kata Acesa dengan mata berbinar-binar.

"....tapi, Kamu harus izin pada Kim Jang-ssi dulu." Kata Rai muda.

"Huh? Memangnya kenapa aku harus minta izin padanya? Kim Jang adalah Pelayan Tuan. jadi aku tak perlu izin padanya..."

".....masalahnya.... Kim Jang hanya cukup menakutkan bila ia sedang marah..." kata Rai Han muda dengan suara pelan.

Acesa tampak menatapnya tak percaya.

"....Semengerikan itu?"

Rai muda hanya mengangguk, "....dia bahkan pernah mengancam untuk menculikku pada semua orang." keluhnya.

Acesa tampak merinding, "ah... dia semengerikan itu..."

"....Tapi aku menyayanginya..."

perkataan Rai muda membuat Acesa menoleh kaget.

"Apa?!"

"....aku menyayangi Kim Jang-nim..."

"Tuan!!" Terdengar suara seseorang.

Keduanya menoleh.

Terlihat Kim Jang muda dengan pakaian sekolahnya yang sudah berantakan, berjalan sambil menyeret tiker dan payung besar dengan keranjang piknik di kedua tangannya.

Rai muda tertegun menatapnya.

Kim Jang tampak terengah, "haah~ syukurlah... kali ini instingku benar..." ia tersenyum.

"Heh? Memang kenapa kau, Kim Jang?" Tanya Acesa.

"Haha... ini salahku, meminta Tuan mencari bukit yang ingin ia kunjungi, sementara ia tak tahu jalan. aku khawatir Tuan akan tersesat... jadi... haha... aku mendatangi semua bukit yang ada di Seoul. fyuuh~" Kim Jang tertawa seraya menghela nafas panjang.

Rai Muda tampak tertegun, "....maafkan aku, Kim Jang-nim..." Rai tertunduk merasa bersalah.

"Eh? Kenapa Tuan minta maaf?!" Tanya Kim Jang kaget.

"....karena aku tak bisa memberi tahumu, dimana aku berada."

Kim Jang tersenyum mendengarnya.

Ia meletakkan semua barang yang dibawanya, lalu memegang kedua bahu Tuannya itu, "Tuan, pokoknya... hari ini... kita akan bersenang-senang! Kau harus bahagia untuk menghargai kerja kerasku sore ini..." Kim Jang mengacak-acak rambut Tuannya itu yang hanya mengangguk.

Acesa merengut melihatnya, "heh! Pelayan Tuan! Jangan buat Bromance disini!" serunya cemburu. Aku kan jug mau begitu padanya...

"?" Rai muda tampak bingung menatap Acesa.

Sementara Kim Jang tersentak, "Yaa!! Bromance Poopmu! apa hubungannya Bromance dengan relationship of Butler-Master?! Aku hanya ingin membuat orang yang aku anggap sebagai Adikku untuk bahagia!" Seru Kim Jang kesal.

"..!"

Rai muda tampak tersentak menatap Kim Jang.

"Tuan... jangan dengarkan orang gila ini..." kata Kim Jang pada Rai muda yang hanya mengangguk.

"Hei! Pelayan Tuan..."

"Apa?!"

"....aku...." gumam Acesa ragu dengan wajah yang memerah.

"apa? Mukamu jangan dibuat mesum begitu!" sahut Kim Jang.

"?" Rai menoleh pada mereka dengan bingung. Mesum??

Acesa kaget dan berteriak kesal, "A-Aku... AKU JUGA MAU IKUT PIKNIK SIAL!!! kau pikir... ......hanya kau yang boleh menikmati kebahagiaan Charl sendirian...?" Katanya memelan.

"??" Rai muda tampak semakin bingung.

Sementara Kim Jang tampak kesal, "hei, nak..." Kim Jang tampak kehabisan kata-kata, "............apa maksudmu 'menikmati'? Kata itu terdengar.... .......mengusikku."

"Sialan kau Kim Jang!" Terdengar suara orang lain.

Terlihat Jang In terengah dengan membawa alat barbeque di kedua tangannya.

"Kenapa pergi kesana kemari terus?"

"Aku mencari Tuanku tadi. itu salahmu karena mengikutiku terus..." Acuh Kim Jang.

"Heh! Ini perintah Lord, kau tahu?"

"Aku tak peduli pada Lordmu. aku hanya peduli pada Tuanku!"

"Kau—..." kata Jang In geram.

Ia tampak tersentak melihat suatu arah, kemudian menyeringai, ".....haha...."

"Lagipula....." katanya sengaja ia gantung, "...kau mau mencari Tuanmu kemana lagi, hah?"

"Apanya yang kemana lagi? Tuan sudah disi—...Tuan...?" Perkataan Kim Jang menggantung ketika ia melihat Rai dan Acesa sudah hilang dari tempatnya.

Kim Jang tampak kesal, "Yaaa!!! Kau membuat Tuanku hilang lagi!! Dasar Poop sialan!!" Kim Jang melempar keranjang piknik itu pada Jang In yang segera ditahannya dengan mudah oleh kekuatannya.

"Kau mau bertarung denganku disini?" Tantang Jang In menyeringai.

"Huh! Pup sialan untukmu dan Lordmu!" Kim Jang menghilang.

#


Terlihat ditempatnya, Rai muda dengan Acesa sedang duduk menikmati pemandangan sore ‘golden hour’ di bukit itu.

"......." Kim Jang yang melihatnya dari kejauhan pun tersenyum.

Sebuah langkah kaki terlihat mendengar.

"...kau tahu? Angelesse... juga berhak untuk bahagia, 'kan?" Kata Kim Jang sambil menoleh.

"............" Terlihat Jang In masih menatap arah yang sama. Ekspressi wajahnya tampak sedih, "...ya. seharusnya."

"....?" Kim Jang tampak bingung.

".....tapi, Paman Joon bilang, Angelesse tidak akan pernah bisa bahagia. Itulah beban berat dari semua kekuatan yang Tuan Muda tanggung." Kata Jang In sedih.

"seorang diri..." sahut Kim Jang sedih. Jang In tampak memijat pelipisnya dengan sedih.

"Tuan pernah berkata..., dia bilang... akan jauh lebih mudah baginya, jika tak pernah ada Angelesse di dunia ini. Atau kuasa itu tak pernah ditakdirkan padanya." Kata Kim Jang menatap Tuannya itu.

__________________

ANGELESSE CHAPTER 3 :
MEMORIES
(

Their Angel, So Mean.)

Kini mereka tampak sedang duduk santai layaknya tamu di sofa ruang tamu yang sudah kembali seperti sedia kala.

Kim Jang datang dengan 5 gelas jus dan secangkir teh di nampannya, "Maaf ya, aku hanya menyediakan ini saja. aku tidak pernah berharap jika aku akan kedatangan tamu.." ujar Kim Jang ramah.

"................." Jin Gook, Rai, Min Joon dan Narie seketika mematung terpaku.

"Buatlah diri kalian seperti di rumah, ya... dan terima kasih telah membantuku." lanjutnya tersenyum manis.

Semuanya mengangguk hormat kecuali Rai yang hanya meminum tehnya dengan tenang.

"Tidak apa-apa, Lord... kami senang membantu!" ujar Min Joon. Diangguki oleh keduanya.

Barangkali nilai kami jadi naik drastis gitu. Hahaha.

Min Joon saling menatap ada semua temannya dengan tatapan dan senyuman lebar yang mencurigakan.

Yang tentu saja dibalas dengan ekspressi yang sama oleh Jin Gook dan Narie yang terus mengangguk-angguk.

Kim Jang hanya tersenyum kemudian termenung, "....... seluruh barang-barangku tak ada yang hilang satu pun. tapi ketika aku datang, rumah telah berantakkan. Jika mereka tidak berniat mencuri barang-barangku... lalu, apa yang mereka cari?" batinnya.

"Lord Kim, apakah anda tinggal dengan bocah ini?" tanya Jin Gook sambil meminum jus jeruknya

Kim Jang tampak terkejut, "ah!!? B-Bocah ini?"

Ia segera melirik Rai yang hanya meminum tehnya dengan tenang.

setelah menyadari situasinya, Kim Jang tersenyum ramah, "ah, ya... dia adalah seseorang yang aku kenal dekat, jadi kami tinggal bersama sekarang." Katanya kikuk. Penjelasanku sepertinya terdengar aneh, ya.. Kim Jang membatin.

"Hm~ jadi begitu." gumam Jin Gook.

"Ngomong-ngomong... Narie, kamu sudah tidak apa-apa?" tanya Min Joon.

Jin Gook menatap Narie.

Perhatian Kim Jang teralihkan.

"Benar. Kamu mengagetkan kami ketika kamu tiba-tiba tak sadarkan diri." Kata Jin Gook.

Narie hanya tersenyum seraya mengangguk.

Kim Jang tersadar, "benar. Apa yang terjadi pada kalian? Ke...napa... Ra-Rai... menggendong Narie?"

"Ah, itu! Itu Rai sendiri yang mengajukan diri." jawab Jin Gook tenang.

Kim Jang segera menoleh kaku pada Tuannya, "Tuan...?"
Tumben sekali...

Terlihat Rai Han, masih meminum tehnya dengan tenang. Seperti biasa, tak memperdulikan siapapun.

"Jadi... bagaimana kalian bisa bersama? Bagiku... aku tidak berpikir kalian masih bersama sampai sore tadi."

"Ah, itu. Hehe... itu terjadi ketika setelah pulang sekolah, kami menghabiskan waktu di Pc bank dan..."

Flashback

Pyong~ Pyong~ Pyong~ DODODODODORRR!!!

DUARRR!!!

BOOMMMMM!!!

Saat itu Rai sedang duduk diantara keduanya yang sedang memainkan game online.

Wajahnya tidak pucat seperti sebelumnya.

"AA!! AA!! AAAA~!!!"
Jin Gook terus berteriak histeris ketika ia tertembak oleh Min Joon.

FIRE~ FIRE~ DODODODODODOR~!! FIRE~ FIRE~

Jin Gook tak menyerah dan mencoba menembak Min Joon lagi, namun, Min Joon melemparnya granat.

DUAAAARRRR!!!

Tawa Min Joon meledak seolah ia tertawa jahat, sedangkan Rai hanya diam melihat permainan mereka.

"HUAHAHAHAHAHA~ LIHAT ITU! LIHAT!! AKU TAK TERKALAHKAN!!!"

Jin Gook histeris, "TIDAAAAAAKKKK!!!!" teriaknya dramatis.

".................." Sementara Rai hanya menghela nafas, masih menatap monitor itu.

Terlihat Hantu Acesa berdiri di sisi kanan Rai sambil mengoceh sendiri, "apa-apaan itu? Baru begitu saja bangga! Saat aku masih hidup, Aku bahkan jauh lebih jago dari anak alien ini! Aku selalu bisa mengalahkan Si Maniak Sombong Grey itu... benar bukan, Tuan Muda?"

Jin Gook menoleh, "kamu yakin, tidak mau ikut main?"

Rai hanya mengangguk untuk menjawab keduanya.

Hantu Acesa kembali mengoceh sebal melihat 'teman'nya,

"selalu begitu! Selalu begitu! Kamu selalu menjawab pertanyaan orang seperti itu. Kau tidak menganggap orang lain itu penting ya?"

"Benar! Jangan hanya menonton saja. permainan ini tidak sulit seperti kelihatannya 'kok. Kamu akan menguasainya dalam 7 hari..." sahut Min Joon.

Jin Gook mendekat dengan creepy, "dulu... seperti itulah cara kamu mempromosikannya ke aku..." katanya dengan creepy.

"Hiiiii~!!!" kaget Min Joon.

Jin Gook merayap mendekati Min Joon, "dan sekarang sudah 7 bulan, dan aku belum menguasaimu...."

"Yaa!! Iiyaaa!!! Yamette Kudasai, Kohaii~!! Onegaaaiii!!!!" Seru Min Joon menutupi wajahnya dengan kaki yang berusaha menjauhi Jin Gook.

"........" Jin Gook jadi mematung.

"hoi.. Ada apa itu? Berisik sekali! Kalau mau seperti itu jangan di rental warnet dong!" seru seseorang.

"o-oh... Kami cuman bercanda, Hyeong...." Jin Gook kembali duduk. Perasaan aku bercandanya creepy, tapi reaksinya lebih creepy;;:

"wah... Anak cowok jaman sekarang, bercandanya sekarang suka begitu, ya sama anak cowok lain..."
"begitulah...."

Jin Gook mematung, seolah jiwanya keluar, "IIYAAAAA~ NAMA BAIKKU!!!!"

".....??" Rai masih diam tak mengerti, sementara Acesa tampak ngeri, "wah... Anak-anak laknat ini...."

Hantu Acesa tampak berusaha tak memperdulikan mereka dan kembali menatap Rai. Ia tersenyum ada Rai dan memeluknya dari belakang, namun rohnya tembus dan kepalanya telenggalam di pangkuan Rai.

"..!!!" Sontak Rai duduk terkesiap dengan mata sedikit terkejut sebagai refleks, sementara Hantu Acesa masih mengoceh, "wah! Tuan Muda!! MILIKMU ‘LAKNAT’ JUGA!!!"

Rai hanya diam. Namun wajahnya memerah.

Hantu Acesa kembali berdiri dan tertawa, "aku rasa, aku suka menjadi hantu! aku bisa memeluk temanku semauku! coba jika aku masih hi—..." perkataannya menggantung.

".............."

Ia teringat dan mengenangnya dengan sedih, "....benar. bahkan, jika aku masih hidup, aku tetap bisa memelukmu sepuasnya... bahkan lebih hangat. Meski aku tahu, kau sangat benci itu. tapi kamu juga tak bisa menolaknya ketika kami semua ingin menyentuhmu."

"..........." Terlihat Rai Han diam tak bergeming.

"Tuan Muda, apakah kau... merindukan saat-saat itu? Saat ketika kamu bisa merasakan sentuhan lembut mereka... genggaman tangan erat... pelukan hangat..."

Rai hanya membeku.

Hantu itu tersenyum sedih menatapnya, "ya, aku tahu. kau merindukan itu juga..." ujarnya kemudian menghilang, namun tiba-tiba muncul di hadapan Rai sambil memegang bahunya dan menatapnya.

"kamu... temanku yang sekarang bernama Charles Ryhans El Rey dari keluarga Dalion, aku membungkuk di hadapanmu untuk meminta maaf..."

Rai tertegun menatapnya.

Hantu itu menatapnya berkaca-kaca, "meskipun kamu selalu mengatakan tidak apa-apa. tapi aku tahu, kamu sebenarnya terluka."

Terlihat Rai Han hanya terdiam menatap Hantu Acesa yang tengah menangis,

"Charl... maksudku Rai, maafkan aku, karena kami membuatmu sampai begitu membenci sentuhan. maafkan kami karena menjadi sebab Mysophobia-mu..."

Rai Han hanya diam dan memalingkan wajahnya.

"tapi kamu harus tahu ini, kamu tidaklah kotor hingga mereka membuatmu berada di tempat kotor..." kata Acesa menangis penuh penyesalan.

Flashback


Terlihat kilas balik ingatan Acesa ketika ia melihat Rai Han muda tersenyum cerah menatap langit.

Acesa melihatnya dan ikut tersenyum, lalu merangkul Rai Han muda yang menoleh.

Acesa menyandarkan kepalanya di bahu Rai Han muda.

"Tuan Muda Cha..." panggilnya.

"Ya..?"

Acesa mengangkat kepalanya untuk menatap Rai Han muda yang masih menoleh menatapnya.

"Katakan padaku dengan jujur, apakah kau....bahagia dengan hidupmu sekarang, Charl?"

Rai Han muda terdiam sejenak. Kemudian menatap langit, ".....terima kasih banyak, Acesa-ya"

"?" Acesa tampak bingung menatapnya.

Rai Han muda menatapnya dengan senyuman lembut, "untuk hidup, dan menjadi temanku. Terima kasih..." Rai Han muda tersenyum cerah.

Acesa tampak tertegun. Ia kemudian tertawa, "Charl..."

"Ya?"

"Jika aku lupa.. bahwa kita adalah laki-laki... .......mungkin aku telah jatuh cinta dan menciummu!"

"Eh?" Rai Han muda menoleh terkejut menatapnya.

Terlihat Acesa tersenyum menengadahkan kepalamya dengan mata terpejam.

Ia membuka matanya lalu menoleh padanya dan tertawa kegelian pada Rai yang mash menatapnya shock.

"Aku bercanda..." ia tertawa.

Rai Han muda tampak terpaku lalu kembali melirik ke atas dengan canggung.

"Jujur saja. Mendengar perkataanmu tadi, jantungku berdebar. Hahaha... inikah rasanya jatuh cinta?"

Rai Han muda segera menoleh pada Acesa dengan shock. Lagi.

"Mungkin perasaan seperti ini yang dialami para gadis oleh ulahmu, Charl..."

"?"

"Aku mengerti sekarang. Charl... perasaan seperti inilah, yang membuatku berpikir...kau adalah.... orang yang paling berharga bagiku..."

Rai Han muda tampak tertegun diam, "....haruskah aku bahagia mendengarnya...?"

"Tentu saja!" Acesa tertawa.

Rai Han muda tersenyum lembut, "kalau begitu, aku bahagia..."

Acesa terdengar tertawa bahagia.

Rai Han muda terdiam sejenak lalu ikut ‘tertawa’ seperti Acesa yang membuatnya terdengar lucu.

Acesa yang mendengarnya ikut tertawa terpingkal-pingkal mendengar tawa Rai Han muda.

"Charl! Disana pesawat tengah berjalan!!" Tunjuk Acesa.

Rai Han muda menoleh dan kembali menatap langit diatasnya.

"....benar. jadi, seperti ini....bagaimana dunia berjalan...?"

"Sepertinya begitu." Balas Acesa lalu merengut sebal.

"....indahnya...." gumam Rai Han muda yang masih menatap langit sampai tiba-tiba sesuatu menutupi sinarnya.


Flashback End


kini, terlihat Rai hanya diam sambil menatap jam di dinding dengan posisi yang sama seperti di ingatannya dan Acesa, ketika suatu bayangan menutupinya.

"Hoaaamss..." Jin Gook berdiri di depan Rai dengan cola di tangannya sambil merenggangkan tangannya.

Tanpa semuanya sadari, Rai melakukannya untuk menahan air matanya untuk keluar.

Min Joon juga menoleh dan tersadar, "eh! Tidakkah ini terlalu sore? Kita harus pulang!"

Jin Gook ikut menoleh ke dinding di depannya dan tersadar, "ah, benar! Kenapa tidak sadar, ya? Aku rasa kita baru main 1 jam. astaga, mari kita pulang! Aku juga sangat mengantuk..."

Hantu Acesa hanya menghela nafas sambil menghapus air matanya, "Jam... artinya waktu. itukah caramu memberi tahuku untuk menghilang, tanpa mengeluarkan kekuatanmu? Baiklah. Tuan Muda, aku pergi..." ujarnya kemudian menghilang.

".........." Rai hanya diam kemudian tertunduk, "............." ia perlahan berdiri dan berjalan keluar dengan satu tangan di saku celananya, di ikuti keduanya hingga tiba-tiba ia berhenti di depan pintu kaca.

Keduanya sontak terdiam dan saling melirik.

"Kenapa dia berhenti tiba-tiba?" batin Min Joon.

"Apa ada yang tertinggal?" gumam Jin Gook kemudian menoleh ke tempat duduk mereka semula, "ah..... tapi dia tidak membawa apapun...??" pikirnya.

Keduanya masih mematung menatap Rai sampai akhirnya mereka tersadar.

"Jangan bilang..."

"Dia..."

"Tidak mungkin 'kan, dia tidak bisa membuka pintu dorong?"

"Tidak bisa membuka pintu dorong?"

Rai mematung.

Terlihat hantu Acesa muncul lagi di depan pintu sambil tersenyum melambai tangan.

Keadaan hening sampai Jin Gook berdehem kikuk.

"ehm. Ini canggung... mari kita keluar." ujarnya pura-pura santai sambil berjalan mendahului Rai dan membukakan pintu untuk mereka. Min Joon mengikutinya.

Rai masih diam mematung.

Sementara Hantu Acesa berjalan mendekat, "aku hanya ingin kau tahu ini. bahwa aku senang, kamu tak sendirian lagi..." ujarnya sambil tersenyum, kemudian menghilang bangaikan angin tenang.

"Hey, kamu tidak ingin pulang? Ayo keluar!!" seru Jin Gook.

".........." Rai termenung sejenak kemudian melangkahkan kakinya perlahan.

Ia bahkan menatap Jin Gook yang menutup pintu itu dan berjalan bersama.

***


Di tempat Narie berada, ia sedang memakan lollipop-nya dengan riang sambil melihat hasil potretannya yang dominan adalah Rai dengan wajah datar dan dinginnya.

Ia tersenyum heran, "pria ini lucu, dia tidak tahu bagaimana mengekspresikan isi pikirannya di tiap tempat..." pikirnya.

Perlahan senyumnya menghilang, "......apa yang salah darimu? Dimana yang sulit? Hanya melihat wajahnya saja aku sedih... aku sedih karena satu dari teman-temanku seperti tidak bahagia ditengah orang yang menerimanya dengan bahagia."

tanpa ia sadari, seseorang berada di belakangnya dan hendak menyekapnya, kalau saja Narie tak menyadarinya lewat lensa kameranya.

hingga tepat saat pria itu hendak menyekapnya, Narie berbalik dan berteriak, "AAAAAAA!!!!!"

***


Di tempat Rai dan kawan-kawan bersama, tampak Jin Gook mengomel kesal dengan pertarungannya melawan Min Joon tadi.

"Cih! Kenapa aku tidak pernah menang? Kelihatannya tidak sulit." cerutu Jin Gook kesal.

Rai hanya menoleh mendengarkan perbincangan mereka.

Min Joon terkikik, "Jin Gook-a, aku pikir itu terlalu menakjubkan untukmu memikirkan agar bisa mengalahkanku..."

Jin Gook mengalah, "baik baik~ aku mengerti, Maseuteo~"

"Lain kali kamu juga harus ikut main!" usul Min Joon menoleh pada Rai.

Jin Gook mengangguk, "itu benar! Kenapa kamu hanya menonton kita yang main berjam-jam, jika kamu bisa ikut bermain bersama kami?"

Rai hanya menatapnya, ".........."
Pandangannya terlihat mengambang diantara lamunannya, ketika secercah adegan dimana terlihat seseorang tengah dipojokkan karena di bully, dan Rai hanya diam mematung menatapnya.

"......................." Rai semakin diam.

"Kalau belum mengerti, kita ajari 'kok!" lanjut Jin Gook.

Min Joon tertawa meledek, "kamu yakin akan mengajarinya secara baik dengan emosimu?"

Jin Gook hendak menjawab jika saja ia tak mendengar suara teriakan seseorang.

"TOLOOONGGG!!! TOLONG AKU!!!"

Jin Gook yang mendengarnya pun terkejut lalu berlari seraya membuang tas-nya, "tidak mungkin...! bukankah ini suara..."

"buatlah ini menjadi mudah..." terdengar suara seorang pria.

Terlihat Narie yang sedang ditarik paksa oleh pria tadi kalau saja Jin Gook tak segera menendang tangan pria itu.

"Jin Gook-a..." gumamnya

"Onelie Raiv!!" seru Min Joon yang telah datang bersama Rai yang hanya diam menatap pria itu.

Jin Gook melirik kebelakangnya,

"Narie, pergi pada Min Joon. Aku akan urus bajingan ini..."

Narie mengerti dan segera berlari pada Min Joon yang menatapnya cemas.

"...!" Namun kakinya tersandung, hingga ia terjatuh menabrak tubuh Rai, sementara Rai hanya menahan kedua lengan Narie sambil menatap ke sebuah arah, "..............."

Terlihat Jin Gook yang mahir bela diri, berhasil menghindari serangan pria berpakaian formal itu, dan justru ia menyerang balik.

Ia terus menyerang orang berkaca mata hitam itu sampai roboh.

Pria itu masih berusaha bangun, sampai Jin Gook melempar sebelah sepatunya yang tepat mengenai kepalanya hingga pria itu tumbang.

"......" Rai memicingkan matanya sementara keduanya menatap Jin Gook cemas.

Jin Gook menoleh dan tersadar, "LARIIII!!!!" serunya kemudian menarik Narie yang masih di pegang oleh Rai untuk berlari bersama Min Joon yang menunggu mereka di kejauhan.

"..........."

Terlihat Rai hanya menoleh diam menatap mereka dan berjalan mendekati pria itu yang tak sadarkan diri.

Ia mengeluarkan sebelah tangannya dari dalam saku celananya dan memejamkan matanya.

Angin berhembus damai.

Sedangkan di sisi lain, Jin Gook yang menyadari ketidak-hadiran Rai pun terkejut dan menoleh,
"eh?! Kenapa dia disana?!!" Serunya histeris tak habis pikir.

Ia segera berlari kearah Rai yang tampak mengulurkan tangannya pada pria itu ketika angin berhembus damai dan segera menarik tangan Rai dengan tergesa, "hey! Kenapa kamu berdiri disini?! Ayo pergi!!"

Rai hanya diam menatap ke arah celah jalan berliku di dekat sana.

terlihat beberapa orang dengan salah satunya memakai seragam yang sama dengan mereka, memperhatikan mereka, kemudian masuk ke dalam mobil mewah.

"AYO CEPAT LARI!!!" seru Jin Gook kelabakan dari belakang.

"...?!!" Min Joon menoleh, "eh? Kamu tertinggal?!" Seru Min Joon kaget.

"Ma-Maaf... ahhh~!!! semuanya jangan banyak omong! Lariiii~!!"

***


Mereka masih berlari dan berhenti sejenak sambil terbatuk-batuk.

sementara Rai hanya berdiri diam.

Terlihat wajahnya mulai tampak sedikit kelelahan.

"Hosh...Hosh... uhukk~ berhenti..." ujar Jin Gook kehabisan nafas.

"Y-Ya.. dia tak mungkin mengikuti kita sejauh ini..." balas Narie memegangi lututnya sambil terengah.

"Hosh...Hosh... jujur saja, selama pengalamanku berlari, aku 100 kali lebih memilih untuk berlari keliling lapangan 10 kali di bandingkan berlari seperti ini. uhukk..." oceh Jin Gook dengan nafas tersenggal.

"Benar... hosh hosh..." balas Min Joon telah berlutut dan berusaha untuk bernafas dengan tenang.

"Entah kenapa, untuk hari ini... aku menyadari bahwa aku mungkin menyukai halaman sekolah di bandingkan jalan gelap ini..." lanjut Jin Gook berdiri sambil terengah mengibas-kibaskan kemejanya

Min Joon tampak tak habis pikir, "apa-apaan orang itu?! Kenapa dia ingin menculik Narie?"

"Benar. tidakkah kau lihat? Dia memiliki brand diseluruh tubuhnya!" sahut Jin Gook.

"Jangan mengada-ada Jin Gook-a! Itu tidak mungkin..." balas Min Joon.

"Ya, yang aku lihat sebelumnya, pria itu hendak menyeretku ke dalam mobil mewah hingga tiba-tiba mobil itu melaju meninggalkan kami..." Narie terengah.

"Eh?! Apakah itu mungkin?!" tanya Min Joon tak percaya.

"itu mengerikan. tapi, Narie-ya, kamu baik baik saja? Ada yang terluka?" tanya Min Joon cemas berlutut sambil memegangi lutut Narie.

"Iya... terima kasih kalian telah menyelamatkanku... aku senang kalian berdua masih memperhatikanku..." Narie bersyukur.

"Ah, aku tidak melakukan apapun. beruntung Jin Gook mendengar teriakanmu dan bergerak cepat..." balas Min Joon seraya berdiri.

Narie tersenyum lembut pada Jin Gook,

"Jin Gook-a... terima kasih banyak, ya... kalau kamu tidak ada disana..."

"Tak apa, hehe.." balas Jin Gook tersipu.

Ketiganya tersenyum lega, sementara Rai hanya diam.

Narie menoleh padanya dan tersenyum, "Rai juga. terima kasih untuk menahanku!"

"........" Rai hanya diam menatap Narie.

Keduanya tertegun saling menatap, "Rai?"

Narie tampak malu, "ah... para gadis memanggilnya begitu." Kata Narie canggung.

"Kita tidak tahu nama panggilannya apa, dan Rai juga tak pernah terlihat berbicara sejak tadi di sekolah, hehe..." Narie menjelaskan.

"jadi... karena ada kata ‘Rai’ di kedua namanya, kita memanggilnya ‘Rai’ untuk kedua namanya. Rai untuk Cha Rai Han, dan Ry (Rei) untuk Charles El Rey Dalion Ryhans." Jelas Narie sambil memegang kedua tangannya dengan malu ketika angin berhembus dengan tenang, "Tentu jika kamu tidak suka—...."

"Kalian boleh memanggilku sesuka kalian..." ujar Rai disertai angin berhembus.

Narie tampak terpana, ".........."

Ia kemudian tersenyum, "baiklah! jadi, apa yang kalian lakukan sampai jam sekian?"

"ah, Kita bermain game di game center..." Min Joon tertawa malu.

"Oh ya? Dimana Rai tinggal? Apa sudah dekat?" tanya Narie.

"Ah, sebentar..." gumam Jin Gook kemudian keempatnya menatap satu sama lain pada Rai yang hanya diam.

Rai teringat ucapan pelayannya siang tadi....

Flashback


Kim Jang tersenyum memberikan sesuatu pada Rai, "Tuan, gunakan ini kalau anda mendapat masalah" pesannya.

Rai hanya diam menatap sesuatu.

Flashback End


Rai mencoba menjangkau sesuatu di balik jasnya dan sedikit menggeledah.

Ia kemudian mengeluarkan tangannya dan memberikan selembar kertas diantara jari telunjuk dan tengahnya yang jenjang pada Jin Gook yang tertegun bingung menatapnya.

"Apa ini?" pikirnya.

"Apa..." gumamnya.

Terlihat foto Kim Jang yang berpose tampan ; mengacak-acak poninya ke atas dengan tangannya yang menompang kepalanya sambil tersenyum.

"................"

Ketiganya tampak bingung

"Ini... bukankah ini foto Lord Universitas Kim?" tanya Min Joon.

"Tampan sekali..." gumam Narie dengan mata berbinar-binar. Tak lupa, diam-diam dia memotretnya.

"Tapi kenapa..." Jin Gook membalik Foto itu dan ketiganya tampak bingung.

"Huh?"

"Aku tersesat...?" Ujar Jin Gook.

Dan terlihat tulisan Kim Jang di balik foto itu.

"AKU YANG TAMPAN INI TERSESAT. JANGAN CULIK AKU. AKU BUKAN GAY DAN BUKAN COWOK LOLI.
TOLONG AKU 010-1402-XXX-XXX"


ketiganya tampak mematung menatap tulisan itu.

"...................." Sementara Rai yang baru saja membaca tulisan di belakangnya pun diam mematung, "..........Kim Jang-nim......" batinnya.

Terlihat Kim Jang yang tengah tertidur pun tiba-tiba terbangun, "oh?! Sudah mau malam, ya?" gumamnya kemudian merenggangkan tubuhnya.

Terlihat di dalam wallpaper laptopnya itu adalah foto saat Rai dengan piyama-nya yang imut itu tengah tidur dengan polosnya di samping Kim Jang yang tiduran di sampingnya sambil berpose seperti hendak menciumnya.

Terlihat tulisan di bawah foto mereka, “My Loli Brother”.

Ternyata, sejak awal Kim Jang-lah yang berpikir Rai itu cowok loli.

......sampai sekarang.

***


Akhirnya, Rai, Jin Gook dan Min Joon pun berjalan di depan, sementara di belakang mereka, terlihat Narie yang berjalan pelan sambil memegangi perutnya.

Tanpa mereka sadari, seseorang berjalan mengikuti mereka diam-diam.

Merasa diikuti, Narie segera berlari mengejar mereka, "tunggu aku!!"

Tiba-tiba lampu jalan mati.

Jin Gook dan Min Joon terkejut dan tampak suara seseorang tertabrak dengan teriakan Narie.

Lampu kembali nyala, dan terlihat kepala Narie tengah terlengkup di dada Rai yang terpaku meliriknya.

Ternyata, saat mati lampu... Narie yang berlari, kakinya tersandung batu dan hampir saja jatuh kalau tubuhnya tak tertahan tubuh Rai yang mematung.

Ketiganya mematung saling menatap satu sama lain.

"Tolong... aku..." gumam Narie masih dengan wajahnya yang terlengkup pada dada Rai, perlahan merosot dan jatuh bersandar di dekat kaki Rai.

Krik. Krik.

Ketiganya berdiri mematung sambil saling lirik.

"Dia......pingsan lagi." Kata Min Joon.

"..............Benar. Dia selalu pingsan kalau kelaparan" Balas Jin Gook setelah diam cukup lama.

"Aku yakin, dia kelaparan sejak berlari tadi."

".........Ngomong-ngomong... .....siapa yang akan membawanya....?"

"..............Kemana.....?"

Ketiganya saling menatap hingga tatapan Jin Gook dan Min Joon mengarah pada satu orang. mereka berdua mengangguk dengan ekspressi wajah serius.

Ya! Mereka menatap Rai yang berdiri diam menatap mereka dengan kening yang sedikit berkeringat, "...?"

Min Joon mengangguk sambil membetulkan kaca matanya,

"benar. Rai... kamu saja yang bawa!" ujar Min Joon.

"...."

"Jangan salah paham! bukannya kami tidak jantan! kami hanya ingin mengetes apakah kamu pria atau bukan?" alibi Jin Gook.

"........"

"Lagi pula, Jin Gook telah kelelahan setelah bertarung ta—"

"Benar! Itu benar! Adududuhhh..... punggungku sangat sakit....."

".............."

"Aku juga. aku bukannya tidak jantan. aku hanya lumayan lemah untuk menggendong seorang wanita.."

"..................haah~"

"Aku lihat kau hanya berdiri tegak? Jadi cepat gendong dia. kenapa hanya diam? Kalau kau tidak ma—"

Ucapan mereka terhenti ketika mereka melihat perlahan Rai berlutut dan menggendong Narie dari belakang.

Keduanya canggung.

".....kami tidak memaksamu, 'kan?" Tanya Min Joon tak enak.

"Ini sukarelawan, kan?" Jin Gook memastikan.

Rai hanya diam kemudian mengangguk.

“......bukankah sejak dulu....,
....kalian semua selalu bertanya seperti itu, padahal berharap bahwa aku tidak boleh keberatan.....?”

Terlihat Jin Gook dan Min Joon saling menatap dengan terkikik riang. Jin Gook mencoba membawa tas Narie, sementara Min Joon membuka kedua sepatu Narie, hingga membuat Rai menoleh heran menatapnya.

"hehe, buat meringankan beban Rai!" Kata Min Joon. Diangguki oleh Jin Gook.

Ia menyemangati dada Rai, "sahabatku ini benar-benar pria yang kuat! Woah! Membel~!!" Jin Gook merona kagum.

Min Joon penasaran, "semembel itu?! Heeh?! Yakin, niih?!!" katanya ikut memegang dada Rai, sementara Rai jadi diam mematung.

Ia mencoba membuka suaranya, "........kalian.....," katanya bersuara.

Jin Gook tersadar dan menarik tangannya lalu menepuk keras tangan Min Joon.

"hei! Itu gak membuat Rai nyaman, tahu!" omelnya.

Min Joon menatapnya seolah berkata, bukankah kau duluan, ya?

Jin Gook masih berceloteh seraya merangkul bahu Rai, "benar kan, Rai? Cowok mana yang gak risih kalo dadanya dipegang-pegang sama cowok lain?" dia tertawa menatap langkah kakinya,

"dan oh! Hebat! Adik Rai gak bangun!!! Wah.. Benar-benar keren!!!" Jin Gook kagum dan hendak memegang ‘adik’ Rai kalau Min Joon tidak segera menendang tangannya.

"hehe, maaf ya, Rai.. Tangan Jin Gook suka nakal kalau penasaran dengan berbagai hal... Selalu maunya pegang-pegang terus... Dulu aja, saking penasarannya, tangannya pernah di gigit bunglon tetangga...." cerita Min Joon.

Sementara Rainhanya menatap mereka tanpa pikiran apapun, "aku tidak punya adik..."

".............." keduanya refleks diam.

Mereka berdua berjalan mendahului Rai.

"Rai benar-benar polos banget... Masa gak tau 'adik yang lain', sih?" tanya Min Joon. Mereka berbisik.
"junior kali?" tanya Jin Gook.

Min Joon menoleh, "kalau Junior Rai tau, gak, Rai?"

"????" Rai menatap mereka bingung, "aku Charmin Junior..."

"................."

Mereka membeku, "dia benar-benar gak tau itu...."

"kamu gak tau ituan?" tanya Jin Gook.

"....??"

Min Joon menabok kepalanya, "udah deh! Langka 'kan kalo cowok macem dia! Biarkan aja sih!"

"LU MAU SAHABAT KITA MASUK KE PENANGKARAN?!" Seru Jin Gook.

"LU KIRA RAI ITU HEWAN PUNAH?!"

Jin Gook meledak, "DIA MANUSIA LANGKA TAU, GAK! AKU GAK MAU COWOK KAYAK DIA MATI!!!"

"LU PIKIR DIA BAKAL DI BURU?!!" Min Joon ikutan meledak.

"LU GAK NGERTI KECEMASAN GUA, YA?! PARA SEME-NYA UNVERSITAS KITA ITU MENGERIKAN! KALO DIA DI JADIIN UKE GIMANA?! ATAU JADI BAHAN IMAJINASI MAKHLUK YANG AKAN MEMPERTANGGUNG JAWABKAN DOSANYA DI NERAKA?! HAH?!"

Sementara keduanya bertengkar, Rai hanya menatap mereka dengan pandangan heran.

"....Uke...? Seme...?" gumamnya.

".....bahasa anak jaman sekarang sulit semua..." batin Rai.

***

Beberapa puluh menit kemudian...


"Ngomong-ngomong... dimana rumah Lord Kim? Aku dengar dia termasuk orang paling kaya raya di Korea? pasti takkan keberatan jika kita meminjam mobilnya untuk pulang!" usul Min Joon.

Jin Gook mengupil, "bahkan upilnya Lord Kim aja pasti emas! Aku yakin..."

Min Joon berbunga, "emas...? Kalau gitu, minta upilnya sedikit gak apa kali, ya?"

Rai tampak menatap mereka bingung, "......upil...?"

Jin Gook menatapnya jijik seraya menepuk bahu Min Joon. Meper.

"ngapain kamu minta bekas upilnya orang kaya? Minta aja mobilnya langsung? Ferrari misalnya?" Jin Goom tertawa membayangkan.

"aku pernah liat ferrari Lord Kim yang buat promosi universitasnya... Disana terpampang foto dia loh... Keren banget....!!" keluh Min Joon.

Jin Gook tampak tersadar, "benar! Rai, dimana foto tadi?!!"

Terlihat Rai hanya diam melirik jasnya yang terdapat tangan Narie yang menggenggam jasnya.

"Hm~mmh~ My Prince... you so awesomeful. I have to kiss you..." gumam Narie mengigau yang membuat Rai meliriknya tanpa ekspressi, namun pipinya merona.

"Benar, disana..." ujar Jin Gook tak menyadari Rai yang menatapnya.

Tiba-tiba, langkah kaki Rai terhenti ketika tangan Jin Gook merogoh saku kemejanya serta kantung dalam jas Rai dengan kedua tangannya, ketika Rai berusaha membuka suara, "maaf."

Jin Gook terhenti, "ya?"

"Tolong jangan raba tubuhku." Katanya tanpa ekspressi. To The Point.

"Eh??!!" Jin Gook tersentak kaget.
Sementara Min Joon refleks terkikik kegelian.

"aw, kimochi, man..." Min Joon tertawa tak tertahankan. Jin Gook malu dan menendang Min Joon.

"Fotonya disaku depan."

Jin Gook tersadar dan segera mengambilnya, "hehe.... maaf Rai, jangan pikir aku yang bukan-bukan..."

Rai hanya diam ketika melihat Jin Gook mengutak-atik smartphone-nya dan mendekatkan ponsel itu pada telinganya.

"Yeoboseyo, Lord Kim... anda sedang dimana?" tanya Jin Gook.

Min Joon mematung menatapnya, "dia to-the-point sekali..."

Tampak Kim Jang sedang berjalan di jalan setapak rumahnya ketika bertelepon dengan Jin Gook.

"Aku akan pulang kerumah. ada apa, Jin Gook-a?"

"anhi. Aku hanya ingin tanya, Lord sudah makan? Bye~"

"Eh???!"

Kim Jang mematung dengan ponsel masih di telinganya, "apa ini...? Mencurigakan sekali... menghubungiku hanya untuk bertanya apa aku sudah makan...?" pikirnya kemudian kembali berjalan pulang.

Ia membuka password pintunya dan masuk kedalam.

"Perasaanku tak enak..." gumamnya.

Rumah itu tampak sepi di lorongnya dan Kim Jang segera tertegun ketika melihat rumahnya yang berantakan.

Flashback End


Kim Jang mematung mendengar cerita mereka.

"A-Apa itu.. dia bilang Tuan sukarelawan, tetapi mereka yang memaksanya..." pikirnya.

"pakai mengatakan Tuan itu langka dan takut dimasukan ke penangkaran....? Jin Gook-a... Min Joon-a..... Bahkan Seme Uke...;;;" pikiran Kim Jnag bercabang .

"Tapi, ada yang aneh dengan penculik itu..."

Ucapan Jin Gook berhasil menarik perhatian Kim Jang.
"Kenapa?"

"Pria itu memiliki brand di seluruh tubuhnya."

"Ih, Jin Gook, itu tidak mungkin bahwa orang kaya seperti kita menculik anak orang kaya lain, kecuali..." Min Joon mendorong kaca matanya.

"Mereka dari kelompok bangsawan Lesiers Desers.."

"Kelompok bangsawan Lesiers Desers?!" tanya Narie tampak begitu terkejut.

Tampak gadis misterius tadi masuk ke dalam Limonya dan melaju pergi.

Sementara Ma Joon, Ma Ki dan Caesar terkesiap dan bersembunyi, ketika Rai menatap ke arah mereka tadi.

"Aku dengar, para pewaris Lesiers Desers adalah musuh bebuyutan kaum bangsawan Angelesse. Mereka mengatakan kaum bangsawan mereka tidak semurni pewaris mereka." jelas Min Joon.

"Angelesse? Bahkan maknanya pun sudah bergeser...? Sejauh mana para sekumpulan bangsawan brengsek itu memanipulasi Tuan....?" Pikir Kim Jang.

Kim Jang tampak memikirkan sesuatu lalu melirik Tuannya yang masih dengan tenangnya menikmati aroma tehnya seakan mereka semua tidak ada.

"Kenapa mereka begitu?" Tanya Jin Gook penasaran.

"Ini terjadi beberapa tahun lalu. yang aku dengar seorang calon pewaris Angelesse memiliki pertengkaran dengan para calon pewaris Lesiers Desers dan membunuh salah satunya. Itulah gosip yang kita dengar." Cerita Min Joon,

"Tidak ada yang tahu kenapa pewaris Lesiers Desers itu mati. Karena dari saksi yang terlihat, ia terakhir kali bersama calon penerus Angelesse itu di sebuah rumah sakit." Lanjutnya.

"............." Rai tampak diam menatap mereka, sementara Kim Jang refleks menoleh pada Tuannya. Tangannya diam-diam tampak terkepal.

"Tuan... sejauh mana mereka mengubah makna nama keluarga bangsawan anda?" Tanya Kim Jang dalam pikirannya.

"...." Rai hanya diam.

"Para 'manusia itu'.... ...seenaknya saja mengubah makna Angelesse. Aku tidak terima hal ini!" Batin Kim Jang marah.

"..........." Rai meliriknya,
"Kim Jang-nim... kita juga termasuk manusia." Rai meminum tehnya.


"!" Kim Jang tersentak lalu tersenyum kikuk, "a-aku lupa, Tuan... terakhir kali yang aku ingat, aku adalah Lord Universitas Gwijok. Bukan para 'manusia itu'. Hahaha...."

"......." Rai kembali menyeruput tehnya seraya memejamkan matanya.

"Lalu apa lagi yang terjadi?" Tanya Narie ikut penasaran.

"Entahlah, ada yang bilang Pewaris Angelesse itu mati bunuh diri. ada yang bilang dia hilang di muka bumi."

".................."

Rai yang sedang meminum tehnya, tampak mematung ketika Kim Jang segera menatapnya sedih. 

"tapi aku rasa, itu bukan gosip yang benar tentang Angelesse. Karena kaum Angelesse selalu melindungi orang lemah, berbeda dengan para Lesiers Desers yang selalu membully orang lemah. Beruntung kita tidak di keduanya. benar 'kan, Jin Gook-a, Narie-ya, Rai-ya?"

keadaan hening.

"................"

"Kaum Angelesse yang aku tahu itu tidak pernah menunjukkan kebangsawanannya, melainkan telah terjadi secara alami." Lanjut Min Joon.

"............................."

"Ehm-hm.." tenggorokan Kim Jang tercekak dan segera minum.

"Astaga, Min Joon-a... berhenti bicara tentang itu! Otakku tersesat di urat labirin ketika kau ceritakan itu..." sahut Jin Gook memegangi pelipisnya.

Narie hanya tertawa, "kita masih terlalu muda untuk memikirkan gosip seperti itu. tapi, memang. siapa yang memegang tahta, dia-lah yang menanggung beban dari mahkota yang di pakainya.."

"Hahaha.. itu benar!" Min Joon tertawa.

Kim Jang pun tersenyum kecil mendengar dialog mereka,

"kalian tahu apa tentang Angelesse dan Lesiers Desers?" tanyanya.

Terlihat aura wajah Kim Jang berubah.

Ketiganya seketika menatapnya ngeri, sementara Rai masih hanya menatap Kim Jang, ".............."

"Heh......?" mereka berpaling.

"Angelesse dan Lesiers Desers yang kalian ceritakan itu sama-sama kaum Pewaris Bangsawan. bukan Angelesse, atau Lesiers Desers. melainkan Les Nobles, bangsawan murni." Jelas Kim Jang

Min Joon menaikkan kaca matanya, "Ah, Lord, apa benar kalau nama lain Bangsawan Angelesse itu Lebletaire?"

Kim Jang tampak terpaku.

"Itu tidak benar. Iya 'kan, Lord?" Sahut Jin Gook.

Kim Jang hanya meliriknya.

"Lalu, apa lagi yang terjadi?" Narie mengabaikan keduanya dan lebih tertarik pada cerita Kim Jang.

Kim Jang tersenyum, "namun perlahan oleh waktu, nama Les Nobles itu sendiri memudar sejak ada penghianatan antar keluarga. mereka berusaha membunuh, menyingkirkan satu sama lain dengan cara masing-masing untuk mendapatkan tahta." Cerita Kim Jang.

Mereka tampak terpaku ngeri mendengarnya.

Sementara Rai tampak mengabaikan semuanya dan terus meminum tehnya, sampai ia terpaku menatap cangkirnya.

"Tehnya habis..." gumam Rai.

"Tahta memang sudah menjadi segalanya sejak dulu..." gumam Min Joon.

"Jangan sampai kita seperti mereka itu, ya..." Jin Gook bergidik.

"Lalu, Lord?" Tanya Narie mendengarkan Kim Jang dengan kedua tangan menompang dagunya.

".........." Rai hanya diam melirik Kim Jang yang tampak serius bercengkrama dengan mereka.

Kim Jang yang tak menyadarinya pun melanjutkan,

"Para Kaum Les Nobles pun terpecah untuk mereka yang terus menahan kehormatan keluarga mereka dangan para penghianat yang ingin tetap murni, Lebletaire dan Lesiers Desers." Kata Kim Jang.

Semua tampak terpana mendengarkan penjelasannya.

"Tidak ada Angelesse. Itu adalah sebuah ‘Title’ untuk Bangsawan Termulia sejak dahulu kala." Kata Kim Jang berapi-api.

Rai Han tampak terdiam, "Kim Jang tampaknya sangat bersemangat untuk bercerita..." batinnya lalu berdiri dan berjalan pergi.

"Kalau Lebletaire? Kaum bangsawan Angelesse juga disebut sebagai Lebletaire, kan?" tanya Min Joon penasaran.

Kim Jang menghela nafas, "benar. Bukan Angelesse aku bilang. Les Nobles setelah perpecahannya dibagi menjadi tiga bagian. Bangsawan yang tetap setia pada apa yang sudah turun menurun sejak dulu, mereka yang tidak memilih diantara keduanya, netral. Serta mereka yang memberontakkan perubahan." Jelas Kim Jang.

Mereka mengangguk paham.

"kelompok mereka sendiri memiliki julukan. Lebletaire, Empire's Watchdog, dan Lesiers Desers." Kim Jang melanjutkan.

Min Joon tampak bersemangat, "katanya nama mereka itu diambil dari bahasa perancis, ya?! Asal dimana kerajaan keluarga mereka berkembang..."

Kim Jang mengangguk, sementara Narie dan Jin Gook masih menyimak.

"itu benar. Lebletaire berasal dari kata Le Noble Mousquetaire yang artinya Para Musketeer Bangsawan atau Mulia. Sementara Lesiers Desers sendiri berasal dari kata Les Guerriers Des Héritiers yang artinya The Warriors Of The Heirs. Dan terakhir, Sang Keadilan, Empire's Watchdog, Le chien de garde de l'Empire yang artinya Pengawas Kekaisaran, Sang Anjing-Anjing Penjaga Kerajaan." Jelas Kim Jang.

Jin Goon tampak bergidik, "aku serasa seperti mendengar dongeng Malaikat, Fallen Angel dan Cerberus...."

Kim Jang tertawa, "kadang aku suka merasa begitu. Terutama Sang Empire's Watchdog. Mereka kebanyakan seperti dosa bebas atau kebajikan bebas. Mereka kata lainnya itu straydogs."

"....oh... Aku baru tahu kalau Kim Jang berasal dari kelompok Watchdog...." terdengar suara pikiran Rai dari kepala Kim Jang.

Kim Jang tersentak dan terkikik canggung, "Tuan..., aku bukan straydogs jika ingin mengatakan aku liar..." Balasnya membatin.

"Ohhh... jadi... sejak awal nama Angelesse dikalangan anak muda dan Lebletaire di kalangan orang dewasa hanya kesalah pahaman?" Tanya Min Joon.

"Um.. Jadi Angelesse memang tidak pernah ada sejak dulu? Dan hanya karangan?" Tanya Jin Gook.

Rai yang sedang mengaduk tehnya di dapur, tampak terpaku, "! ............"

Kim Jang mendelik, "apa katamu?!"

"Kyaa~!! Kenapa Lord melotot padaku?!! Kau sendiri yang berkata bahwa sejak awal, Angelesse memang tidak ada!" Jin Gook bergidik ngeri di belakang punggung Min Joon yang terkikik.

Sementara Rai yang telah kembali dengan cangkir penuh dengan tehnya dan mendengar cerita mereka, hanya diam dan kembali duduk sambil menghela nafas, "keberadaan Angelesse sudah seharusnya tidak pernah ada..." gumamnya pelan, lalu meniup tehnya itu.

Semuanya menoleh terkejut. Sementara Kim Jang menatapnya sedih.

"eh?! Apa maksudmu, Rai? Maksudmu, Angelesse itu benar ada?!" Tanya Jin Gook.

Rai mengabaikannya dan menyeruput tehnya sedikit demi sedikit.

"Jika Angelesse benar ada. Itu di ambil dari kata apa? apa itu sejenis nama keluarga klan bangsawan? atau...oh ya! title apa yang dimaksud Lord?" Min Joon menatap Kim Jang penuh tanya.

Kim Jang terdiam sejenak. "....Anglesse itu ada. Itu bukan sebuah nama atau title. tapi, seandainya kalian ingin tahu..." perkataan Kim Jang menggantung ketika ia tersenyum teduh menatap Tuannya itu.

Rai yang menyadarinya pun, meliriknya, "....?"

Kim Jang tersenyum hangat, "Angelesse adalah, 'Dia', satu dari kaum bangsawan yang terus menjalankan 'Nobles Obility' yang memiliki kemurnian hati..." jelas Kim Jang.

"...." Rai tampak terpaku menatapnya.

Ketiganya tampak bingung,
"No..Nobles apa?" tanya Jin Gook.

"Noblesse's Oblige Unity."

"Memiliki hati yang murni?" Tanya Narie.

".......aku masih tak mengerti? Jadi... Angelesse itu orang?" Tanya Min Joon kebingungan.

"Noblesse Oblige? Lord! Apalagi itu?!!" seru Jin Gook menarik rambutnya dengan frustasi.

Rai yang tengah menikmati aroma tehnya, hanya menghela nafas.

Kim Jang ikut menghela nafas menatap tingkah muridnya, "baik, begini. Angelesse adalah 'seseorang'. namun bukan nama seseorang atau sekadar title. Itu lebih dari itu. Dan Noblesse. itu adalah nama kesatuan bangsawan. Noblesse Unity. Yang artinya, semua kaum bangsawan, tak peduli yang lahir dari manapun, bersatu dalam 'kewajiban' itu. Kalian sudah paham?"

Ketiganya terpana dan mengangguk mengerti.

"Sekarang aku baru paham. Jadi menyebut Lebletaire untuk salah satu dari kaum bangsawan itu salah? Itu artinya... dengan menyebut Lebletaire, itu artinya kita harus memaknainya untuk kesatuan 'kaum bangsawan' seperti arti sebenarnya. Yaitu Les Nobles. Benar bukan?" Tanya Min Joon berusaha mencerna.

Kim Jang hanya mengangguk lalu tersenyum, "apa yang kalian pikirkan tentang bangsawan? Itu tentang tahta mereka? Satu dari kaum? Mewah? Berkelas? Atau karena dia memiliki darah bangsawan? Karena dia memiliki darah bangsawan, lantas mereka murni bangsawan?"

Ketiganya tertegun, "L-Lord peramal..."

Kim Jang tersenyum teduh, "kalian cukup tahu ini saja. Bangsawan ataupun Pewaris bukan karena darah mereka yang mengalir sebagai hakikatnya. Melainkan kemurnian hati masing-masing. jika kalian melihat orang yang menculik Narie salah satu dari Lebletaire atau Lesiers Desers, mereka pantas disebut pewaris atau bangsawan?"

Ketiganya menggeleng.

"Mereka pantas memiliki tahta?"

Ketiganya menggeleng.

"Benar, mereka hanya memiliki darah dari 'mereka'."

Jin Gook mengangkat tangannya, "Lord, apa itu menjadi Pewaris atau Bangsawan?"

Kim Jang tersenyum, "itu pertanyaan bagus. Semuanya dengar, menjadi pewaris atau bangsawan bukan karena darah murni mereka, melainkan kemurnian hati mereka. Tahu bahwa mereka memiliki tahta, tahu bahwa mereka akan melindungi yang lemah dengan mahkota mereka..." Jelas Kim Jang.

Semuanya tampak menyimak Kim Jang.

"intinya mereka yang memiliki hati yang murni itu adalah pewaris bangsawan, karena dia akan memaafkan seberapapun kesalahan, berdiri diantara kaum lemah, dan melindungi mereka.. bahkan setelah mereka menusuknya dari belakang."

Terlihat Rai hanya meminum tehnya dengan tenang.

Terlihat Jin Gook yang hanya termenung bingung mendengar cerita Kim Jang, "Itu cerita yang rumit. bahkan jika aku memiliki otak einsteins yang di awetkan, aku tak yakin bisa menangkapnya..."

"Benar," sahut Kim Jang tersenyum penuh arti.

Semuanya terkejut.

"Begitu rumit... sampai aku tidak bisa memikirkannya..." lanjut Kim Jang tersenyum.

"Ngomong-ngomong, Lord dengar cerita itu dari mana?"

"Ah... aku membaca buku dari para Les Nobles yang memiliki pekerjaan sampingan..."

Rai tampak melirik Kim Jang yang tersenyum geli menatapnya.

Terlihat Tuan Cha sedang serius mengetik di laptopnya.

Min Joon dkk tertegun, "apakah penulis itu bisa di percaya?"

"Ah.. aku sendiri sebenarnya meragukan itu... hahahaha..."

mereka semua tertawa, sedangkan Rai hanya meminum tehnya dengan tenang sampai tiba-tiba terdengar bunyi suara perut,

"eh?! Suara perut siapa itu?"

Rai mematung sementara Kim Jang menatapnya kaku.

"Ngomong-ngomong, Lord... perutku lapar..." Narie bersuara.

Kim Jang tercenggang.

"Benar! Narie pingsan karena kelaparan! Apakah Lord memiliki makanan?"

"...."

"Tentu saja, Min Joon-a! Lord itu salah satu dari para Les Nobles, benar kan, Lord?"

"Ah, a-aku tidak pernah memiliki makanan dirumah sebelumnya... jadi..."

"APA?!!" seru Narie.

"itu tidak mungkin..." gumam Min Joon.

"Yang benar saja?!" tanya Jin Gook

"Ini berbahaya! Lord! Mari kita pergi ke Supermarket sekarang!!"

"A-Apa?"

"Ya! Lord pasti tidak pernah berbelanja kan? Aku pernah belanja dengan ibuku!" ujar Min Joon.

"Ini pasti menyenangkan?! Semuanya! Ayo siap-siap~!!" seru Jin Gook bersemangat.

"A-Anak anak...." panggil Kim Jang.

"Yippyyyy~!!" Narie tampak antusias.

Kim Jang mematung, sementara Rai kembali menikmati tehnya dengan tenang.

"Anak-anak... tidakkah ini cukup malam bagi kalian untuk berkeliaran dengan seragam sekolah...?"

"Benar! Rai! Dimana kamarmu?" Jin Gook antusias.

"A-Apa yang akan kalian lakukan?"

"Lord, kami ingin pinjam pakaiannya!"

Rai hanya diam kemudian berdiri.

Kim Jang menoleh, "M-Maître..." panggilnya dengan logat perancis-nya.

Rai menoleh, "kita ikuti saja mereka agar tenang."

"Yeahhh!!!"

"T-Tapi..."

"Aku akan gunakan card-ku..."

"B-Bukan itu maksudku..."

TO BE CONTINUE

EPILOG

Rai Muda yang sedang menatap langit dengan menikmati sinar matahari sore yang hangat pun, memejamkan matanya,

"....benar. jadi, seperti ini....bagaimana dunia berjalan...?"

"Sepertinya begitu." Balas Acesa tersenyum lalu merengut sebal.

"....indahnya...." gumam Rai Han muda yang masih menatap langit sampai tiba-tiba, sesuatu menutupi sinarnya.

"...." Rai muda membuka matanya, terlihat seorang anak berambut perak dengan seorang anak berambut abu-abu berdiri di depan Rai muda sambil tersenyum lega.

"Hanchele~ aku kira kau akan tersesat dimana..." kata anak berambut perak itu dengan lega.

"?" Rai muda terlihat bingung.

"Grey bilang, kamu pergi berkeliling sendirian untuk menikmati kota Seoul. karena takut kamu akan tersesat, jadi aku segera menarik Grey untuk mencarimu..."

"Heh?" Acesa tampak bingung.

Sementara Grey segera duduk disisi Rai muda dan berbisik sesuatu.

"Hehehe... sebenarnya aku membohongi 'bocah dengan gengsi' ini. Kau tahu kan? Dia ini sangat menyebalkan..." bisik Grey, sementara Rai hanya diam tanpa ekspressi.

"Hei! Apa yang kau katakan? Membicarakan aku, ya?!" Prince merasa terimidasi.

"Hahahaha... Grey.. kau gila!" Bisik Acesa tertawa.

"Hey... ada sesuatu yang kalian rahasiakan, ya?! Apa?! Ada sesuatu yang tidak benar bukan? Hanchele~" rengek Prince lalu ikut duduk di samping Rai muda dengan menggeser paksa Acesa yang kesal.

"Huwaa... aku tak mau jauh dari pria-ku!" Rengek Acesa mencoba meraih Rai dengan dramatis.

"?" Tampak Prince, Rai muda, dan Grey menatapnya dengan pandangan bingung.

Melihat reaksi teman-temannya, Acesa justru menangis, "huwaaa~ kalian jahaaat~!!"

Terlihat Rai muda tersentak mendengarnya, sementara keduanya saling lirik lalu tertawa.

Dan Acesa menangis sungguhan, "hiks~ aku benci kalian~!!" Seru Acesa menangis malu lalu berlari pergi, namun beberapa meter di depan, ia tersandung dan terjatuh.

Rai muda yang melihatnya pun terkejut dan hendak menahannya, namun terlambat. Acesa sudah terlanjur jatuh dan menangis dengan malu.

Melihat itu, keduanya pun tertawa terbahak-bahak.


Namun, tawa mereka segera terhenti ketika Rai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Acesa.

Ia duduk di sisi Acesa, kemudian memangkunya layaknya kakak.

Tangis Acesa terhenti perlahan, lalu menatap temannya itu, "Tuan Muda..."

Rai muda terlihat diam, "...jangan menangis. Jangan basahi wajah pria cantikmu dengan air asin..." kata Rai tanpa ekspressi.

mendengar itu, Acesa kembali menangis, ketika Prince dan Grey tertawa sambil duduk di sisi mereka.

"Huwaaa~ aku bukan pria cantik~!!"

"Tapi kau cantik. Mungkin aku jatuh cinta padamu.." goda Grey terkikik.

Prince tertawa geli.

"Tuaan~! semuanyaa~! ini sudah hampir sunset! Tidakkah kalian kemari untuk menikmati Barbeque kami~?!" Terdengar sebuah suara.

Keempatnya menoleh ke bukit di bawah mereka, terlihat Kim Jang, Jang In, Sun, Ellios, Quin, dan lainnya sudah berkumpul di tikar dengan daging dan sosis masing-masing.

Grey tampak antusias dan segera berlari sambil menarik tangan Acesa. Dan Acesa yang bermaksud untuk menarik tangan Rai muda, justru menarik tangan Prince yang terkejut.

Rai muda tetap terpaku di tempatnya, ketika di lihatnya Sun berjalan ke arahnya sambil tersenyum kecil.

"Charl..." panggilnya.

"Sun.." balas Rai muda.

"....ah... maaf telah mengganggu acara Barbeque kalian..." kata Sun merasa tak enak hati.

"Tidak." Jawab Rai muda.

"Sebenarnya..., Kim Jang yang mengajakku kesini. Sebenarnya aku takut... tapi aku juga ingin melihat Charl senang dengan teman-temannya..." kata Sun tersenyum kecil.

Rai muda terlihat sedih, "...Sun, meskipun ada 10 atau 100 teman lainnya. Memilikimu sebagai teman, itu sudah cukup bagiku." Katanya sambil menatap matahari yang terbenam.

Sun tampak terpana menatap Rai muda.

".....Sun, aku ingin melindungimu..."
Kata Rai muda sambil memejamkan matanya.

Sun tampak tersentak menatapnya.

"....Matahari... .....memang layak untuk bersinar terang, bukan?" Tanya Rai muda menoleh sambil tersenyum kecil.

Sun tampak tertegun.

"Sun, kamu cukup percaya padaku saja... bahwa sampai kapanpun.., kamu tetap menjadi temanku." Kata Rai muda sambil menatap rumput yang dilewatinya.

Sun tampak tertegun tak percaya menatapnya.

Perlahan, ia tersenyum kecil, "Tuan Muda..., terima kasih... untuk menjadi temanku."

Rai muda menoleh dan tersenyum bersama Sun.

Terlihat dari kejauhan, Tampak semua orang tertawa bahagia dengan piknik barbeque itu.

Kim Jang yang tertawa merekam mereka semua.

Jang In yang memotret semua moment.

Prince, Grey, Acesa, Ellios, Naomi dan lainnya yang foto bersama dan bercengkrama dengan riang.

Rai yang tampak mencicipi seluruh makanan yang disodorkan oleh teman-temannya.

Juga Sun yang tertawa geli melihat Rai kesulitan mengunyah dagingnya.

"Semuanya!! Mulai sekarang, berjanjilah untuk membuat pesta barbeque tiap minggu!! Oke?!!" Seru Acesa.

"Baiklah!! Mari kita buat list! Siapa yang akan menyiapkannya tiap minggu!" Sahut Grey antusias dengan lainnya.

"Kita kumpulkan Uang saja!! Tiap harinya... sisakan uang saku kita..." sahut yang lain.

"Charl!"

"?" Rai muda tampak bingung.

"Pokoknya, tiap minggu... kamu harus cari tempat yang bagus untuk piknik!"

"...."

"ini demi kebaikanmu!"

"......."

"Supaya kamu hapal jalan sekitar Seoul!"

"........."

"...kalau aku...." Sun bersuara.

Semua menoleh.

".....akan mencuci piring dan ikut membantu tiap minggu, ya?" katanya canggung.

Semuanya hanya tertawa geli.

"Pokoknya! Kita harus sering berkumpul seperti ini sampai lulus!!" Seru Acesa bahagia.

Terlihat Prince hanya tersenyum geli menyetujui rencana itu, Ellios yang tetap menjaga 'kelas', dan Naomi yang terus memandang mereka dengan bingung.

"Semuanya~ lihat kemari!! Dan tunjukkan wajah bahagiamu sekarang!!" Seru Kim Jang merekam wajah wajah bahagia mereka semua.

Dan wajah-wajah bahagia itu pun muncul di televisi dengan seseorang yang sedang menontonnya.

Mengenang masa lalu adalah
rasa sakit terdalam bagi Tuan.
Tuan selalu mengenang masa lalu tiap saat, karena itu... setiap saat itu juga, Tuan selalu merasa sakit.

— Kim Jang


Terlihat, Rai Han duduk di sofa hanya termenung mengenang itu semua.

Matanya sontak berkaca-kaca, ketika di lihatnya wajah datar-bahagia dirinya sendiri diantara teman-temannya.

Rai sontak memejamkan matanya dan mematikan televisi.

Ia terus bersandar pada sofa dengan perasaan terluka.

"Tuan...?"

....aku pikir, aku bahagia saat itu.

....tapi..., mengapa Tuhan mengambil kebahagiaanku saat itu juga...?”

— Rai Han.


Terlihat, Rai Han menitikkan air matanya dalam tidurnya, ketika Kim Jang menunggunya di sofa.

Kim Jang tersentak dan termenung sedih.

Ia mengelus kepala Tuannya penuh kasih, dengan sinar ditangannya, "Tuan..., hanya mimpikan kenangan indah saja... kenangan buruk itu, kamu harus melupakannya... " gumamnya.

Ia sepertinya berusaha menghapus ingatan Rai Han dengan kemampuannya.

ANGELESSE
A STORY BY NAERILY

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
13.8M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...