Naraya

By RongewuSiji

78.5K 3.8K 102

Tentang Nara, gadis dingin yang tak mau mengenal cinta. Yang tak pernah percaya cinta itu ada. Bukan karena d... More

first chap
Chap two (She's Nara)
Chap three
Chap Four (Pegat)
Chap Five (My little Princess)
Part six (Pendek?)
Chap seven (Rumah di Surga)
Chap seven (bagian 2)
Chap 8 (Dudududu~)
Chap 9
Chap 10 (Lo ngancem gue?)
Chap 11 (Muahh)
Chap 12 (same old nightmare.)
Chap 14 (Ini nggak nyata kan?)
Chap 15 (Ketika aku mulai lelah)
Chap 16
Chap 17 (permohonan maaf.)
Chap 18 (Stalker&Troublemaker)
Chap 19 (Keep Smile)
Chap 20 (Go!)
Chap 21 (Kota Baru, Hidup Baru.)
Manis
Curhatan Harafika.
Promosi!
Mohon dibaca!
OTW MANIS!

Chap 13 (Hidup gue berakhir.)

1.9K 114 4
By RongewuSiji

"Lo tau kan, bahagia itu susah di dapetin. Terus kenapa lo dengan mudahnya ngambil kebahagiaan gue gitu aja? Lo jahat. Dan gue, benci orang jahat."~Naraya
***

Nara menggeliat pelan. Lalu meringsek mencari kenyamanan dari seseorang di sampingnya. Tangannya ingin memeluk sesuatu. Tapi yang ia peluk hanya angin. Kosong.

Nara mengucek matanya pelan, lalu menengok ke arah jam. Pukul 5 pagi. Dia mendudukan badannya, lalu melihat ke sampingnya. Tidak ada Raja, seharusnya ada Raja disini. Mengingat tadi malam Raja yang menenangkan dan menidurkannya.

"Mungkin dia pindah ke kamarnya." ucap Nara acuh. Lalu beranjak mengambil hape di atas nakas yang berada disamping tempat tidurnya. Matanya tiba tiba melihat secarik kertas yang berada di bawah hapenya. Dia mengambilnya. Lalu membacanya pelan.

"Nara, aku pergi dulu sebentar. Aku pergi ke jalan raya Kusuma. Kalo seandainya aku gak pulang pulang, kamu samperin aku ke jalan itu. Aku sayang kamu, apapun akan aku lakuin demi kamu. Raja, 23.30."

Nara melotot sempurna. Lalu dirinya bergegas keluar kamar dan berjalan menuju kamar Raja. Dia membanting pintu kamar Raja, nihil. Dia masuk ke dalam kamarnya, tak ada siapapun. Melihat ke kamar mandinya, tidak ada. Seketika Nara panik. Dia mengacak rambutnya pelan.

Nara lalu bergegas turun ke bawah. Meneriaki nama Raja. Tapi tak ada sautan.

"Mama! Ma!!" teriak Nara panik. Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan menyahut.

"Di dapur!" ujar Mama membuat Nara langsung berlari menuju dapur.

"Raja mana?!" Teriak Nara.

Mama mengernyit, "Lho? Emang dia belom pulang?"

Nara mengacak rambutnya, semakin membuat rambutnya kusut berantakan. "Bego! Kenapa gak di tahan?!" teriak Nara tak sadar.

Mamanya sedikit terkejut mendengar cacian dari mulut Nara, "Mama gak tau Ra. Dia cuma bilang mau pergi sebentar." ucap mama lirih.

Nara berkeriak frustasi. "Ambilin jaket sama helm. Cepet!" pinta Nara.

Mamanya kembali mengernyit, "Mau kemana? Kamu gak boleh pergi sama Raja."

"Gimana mau nggak pergi kalo Rajanya celaka! Cepetan ma! Cepetan!" bentak Nara, membuat Mamanya panik dan langsung berlari mengambil jaket dan helm di atas. Bukan hanya panik mendengar teriakan anaknya, tapi juga panik ketika mendengar bahwa Raja celaka.

Nara berjalan dengan tergesa menuju garasi. Dia dengan mantap membuka mantel motornya. Di depannya ada sebuah motor ninja berwarna hitam miliknya. Motor yang pernah tak ingin disentuhnya. Dan untuk kali ini, pengecualian. Biarkan Nara menyentuh motor itu sekali lagi, demi Adik besarnya, kesayangannya.

Mamanya berlari menghampiri Nara. Menyerahkan jaket dan helmnya dengan nafas terengah. Nara menerima dan memakainya. Dia menggas motor yang dulu pernah menjadi kendaraan tersayangnya. Lalu menoleh ke arah mamanya yang sedang memelintir celemek yang di gunakannya, "Jangan kemana mana. Jangan telepon polisi sebelum aku kabarin. Jangan ngasih tau siapa siapa!"

Mamanya mengangguk pasrah, lalu Nara pergi meninggalkan rumahnya dengan kecepatan penuh. Membuat Mamanya khawatir kali ini. Kedua anaknya dalam bahaya. Dan ini berbahaya.
***

Nara memacu kecepatan motornya. Beruntung tadi dia langsung memilih menaiki motor yang seharusnya sudah tak lagi dinaikinya. Dia menyalip segala kendaraan yang berada di depannya. Mengabaikan segala klakson yang memperingatinya.

Dia mengendarai motornya dengan beringas. Seolah dia adalah pembalap yang sudah handal. Dia benci kenyataan itu. Mengakui memang dia dulu adalah pembalap liar. Ketika hidupnya mulai mengalami kehancuran, dia pergi menuju arena balap.

Dia memacu laju motornya lebih kencang, lalu memasuki sebuah perumahan elit. Motornya menimbulkan suara berisik yang membuat penghuni perumahan mencacinya. Dia lalu berhenti di depan gerbang berwarna hitam yang tinggi menjulang, lalu mengklakson motornya berkali kali.

Hingga seorang perempuan membukakan gerbangnya. Perempuan yang masih memakai baju tidurnya. Dia menggaruk kepalanya pelan, lalu membuka mata untuk melihat siapa yang telah beraninya mengganggunya. Dia melotot sempurna, ketika melihat siapa orang yang tengah mengganggu tidur nyenyaknya.

"Nara! Kok lo balapan lagi!" ucap Dytha protes. Tak menyangka bahwa Nara kembali ke arena.

Nara menggeleng, "Lo cepet ambil jaket sama pake celana panjang, cepet!" perintah Nara.

Dytha mengernyit, lalu menggeleng. "Ogah, gue mau tidur lagi."

"Cepet Dytha!" bentak Nara.

Dytha terkaget, "Lo kenapa?" tau bahwa Nara tidak dalam keadaan baik.

"Raja lagi dalam keadaan gawat. Cepet lo ganti sama ambil jaket!" perintah Nara, lagi.

"Gue mandi dulu Ra. Bentar." ucap Dytha.

"Gak usah mandi mandian! Cepetan anjing!" teriak Nara tanpa beranjak dari ninjanya. Dytha langsung ngacir dan mengganti pakaian kilat. Mengambil jaket yang tersampir di pintu kamarnya dan berlari keluar rumah.

"Ayo!" ajak Dytha.

"Bawa hape gak lo?"tanya Nara, kini dengan nada yang sedikit tenang.

Dytha menepuk jidatnya, lalu bergegas memasuki rumahnya untuk mengambil hape bersimbol apel kegigit itu.

"Cepetan naik!" perintah Nara ketika Dytha telah kembali dengan hapenya.

"Lo sms Daffa suruh jemput Vano naik mobil. Suruh mereka pergi ke jalan Raya Kusuma. Pegangan, bakal ngebut." ucap Nara membuat Dytha memeluk perut ramping Nara. Sempat terbayang di otak Dytha bahwa dia sedang memeluk perut six pack cowok macho.

Dan Nara, benar benar membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Jika ada kata yang bisa menggambarkan kecepatan yang di kendarai Nara selain ngebut saat ini, Dytha pasti akan mengatakannya.
***
Kini Nara tengah menyusuri jalan Raya Kusuma. Berharap menemukan Raja. Nara kalut, dia panik. Khawatir. Takut. Dia tau, Adik besarnya kini sedng tidak dalam keadaan baik baik saja. Dia yakin, Adik besarnya kini tengah kesakitan. Memikirkannya, membuat Nara ingin menangis. Tapi susah payah di tahannya. Dia tak mau air mata membuat penglihatannya kabur.

"Lo ngeliat nggak Tha? Dia pake ninjanya." ucap Nara lirih.

Dytha menggeleng, "enggak. Gue udah sms ke Vano sama Daffa. Biar mereka langsung nyari Raja."

Nara mengangguk. Lalu kembali melajukan motornya pelan. Di dalam hatinya meneriaki nama Raja. Sial, orang yang tengah menyelakai Raja pasti telah mempersiapkan ini sebelumnya.

Sudah setengah jam Nara mencari Raja. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satupun tanda tanda keberadaan Raja di sekitar sini. Membuat Nara frustasi. Dia menepikan motornya. Lalu duduk di trotoar jalan sambil menelungkupkan kepalanya. Dia sudah bingung ingin mencari Raja dimana.

Dytha yang melihat kekacauan Nara memgusap rambut kusut Nara. Sadar bahwa kini penampilan Nara sangat berantakan. Rambut kusut, muka yang dia yakin belum di basuh, pakaian yang masih mengenakan baju tidur. Sebegitu paniknya kah Nara?

Perlahan, Dytha melihat bahu Nara berguncang. Pertanda bahwa dia menangis.

"Gue gak tau lagi mau nyari dia dimana Tha. Hiks, Gu.. Gue takut. Takut Raja gak ditemuin. Hiks.." isak Nara dibalik lengannya.

Dytha merangkul bahu Nara. Membiarakan tangannya menyalurkan semangat. "Raja pasti ketemu." ucap Dytha optimis.

"Hiks.. Gue.. Gue takut Tha. Raja adalah orang yang paling berharga yang gue miliki. Satu satunya alasan kenapa gue masih bisa punya rasa cuma dia. Gue, gue takut kehilangan lagi Tha. Gue takut hidup gue berakhir. Gue takut" racau Nara. Dia benar benar takut. Raja adalah segalanya baginya. Jika tak ada Raja, untuk apa dia hidup?

Dytha mengelus bahu Nara. Berusaha memberinya ketenangan. "Gak ada yang berakhir. Raja pasti...

Drrt. Ucapan Dytha teralihkan ketika merasakan hapenya bergetar, dia lalu mengecek hapenya dan melihat bahwa dia menerima satu pesan. Pesan dari Vano. Isinya mengatakan bahwa Raja.

...Raja ketemu Ra! Dia ketemu! Ayo kita kesana!" lanjut Dytha sambil menarik tubuh Nara untuk berdiri. Nara terlonjak, lalu dengan semangat dia berdiri. Menghapus air matanya pelan, dan kembali memakai helmnya. Di susul Dytha yang ikut menaiki jok belakang motor Nara.

Dengan semangat, Nara mengendarai motornya. Dia akan menghampiri oksigennya. Dia menghampiri hidupnya.
***

To be continued

Hai! Saya updet lagi. Maaf kalo feelnya kurang. Saya mah apa atuh. Cuma abege labil yang nyoba nulis cerita gajelas. Vote dan komennya yak. Tolong sempatkan memberi komentar. Saya butuh saran. Maaf atas typo yang bertebaran.

Continue Reading

You'll Also Like

695K 20.3K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
9.8M 184K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
3.4M 212K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
4.4M 98.8K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+