"Skypaper"

By pipitsimatupang

219K 6K 124

"Aku mencintainya, sejak pertama kali Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu denganku. Tapi apa? Aku serasa la... More

1. Aku imelda
2. Jauh sebelum ini
3. Sekali Seumur Hidup
4. In (not) Dream
5. Semburat tanya dalam amarah
6. "mungkin, karena aku mecintainya"
8. Separuh nafasku
9. Kiss???
10. Pilihan
11. Double date
12. Sahabat jadi cinta?
13. Animals
14. Hollyshit !
15. BFF
16. Nervoes
17 my Mom is Crazy
18. Garis bersinggungan
19. 'Pelampiasan?'
20. katakanlah aku egois
21. "Aku berhenti--!"
22. "...Aku dan amarahku "
23. "...kematian jiwaku"

7. Sky

7.8K 302 8
By pipitsimatupang

Arjuna hanya mengeryit melihat sesosok perempuan dengan nafas yang tersenggal-senggal beridiri tepat disisi mejanya. Perempuan itu berusaha mengatur nafas, lalu memberi kode pada Arjuna agar melepas earphone-nya.

"Imel--Jun, Imel..." perempuan itu belum bisa mengatur jelas nafasnya, dia menarik nafas lalu menghembuskannya "Imel pingsan"

Arjuna langsung berdiri dan matanya melotot sempurna "kau bilang apa?"

Perempuan itu terdiam, raut wajahnya seperti tak percaya dengan ekspresi Arjuna yang spontan ini.

"Heh..kau bicara apa!? Kau sedang bercanda !" Bentak nya.

Membuat perempuan itu langsung mengubah tatapan dengan tatapan kesal "aku tidak bercanda! Imel pingsan, dan sekarang dibawa keklinik" jelas nya.

Sontak Arjuna langsung melewati perempuan itu yang masih sangat-sangat kaget dengan respon Arjuna mendengar kabar tentang Imel.

"Dimana Imel ?" Sodor Arjuna ketika sampai klinik kampus bertepatan dengan seorang mahasiswi fakultas kedokteran yang bertugas untuk jaga klinik yang keluar dari ruangan tersebut.

"Juna?" Mahasiswi itu mengeryit. Tentu saja, semua tahu bahwa Arjuna pria idaman yang tidak pernah dikabari dekat dengan siapapun dikampus. Jangankan wanita, dengan sesama pria saja tidak. Lalu, kenapa ini Arjuna menanyakan seorang Imel yang kurang bahkan tidak buming dikampus ?

"Dimana dia? Bagaimana keadaannya" tanya Arjuna lagi dengan Naomi yang sudah berada disampingnya dengan nafas tersenggal-senggal.

Mahasiswi itu segera sadar "Dia didalam, aku sudah ngasih sirup untuk mengurangi nyeri pada magh-nya. Tapi tampaknya magh yang dialaminya sudah kronis, dia harus segera dibawa kerumah sakit, dia butuh cairan karena dari tadi dia meringis kesakitan dan juga muntah yang berwarna kuning. Aku rasa dia bukan hanya telat makan, jelas dia tidak makan sama sekali" jelasnya.

"Baiklah" Arjuna segera masuk kedalam ruangan diikuti Naomi.

Nampak Imel yang merintih meringkuk sambil memegangi perutnya dan perempuan yang tadi membantu Imel berdiri disisi ranjang sambil mengelus Imel, mencoba menenangkan.

"Aku akan membawanya kerumah sakit" ucap Arjuna cepat sambil mengangkat tubuh Imel dengan ala bridal style, yang meringis kesakitan menutup matanya karena kesadarannya yang belum utuh "tolong bawakan barang-barangnya" pinta Arjuna tanpa melihat Naomi.

Naomi langsung memungut semua barang-barang Imel.

"Naom--kalungnya" ucap perempuan itu menyodorkan kalung yang bermata lingkaran batu berwarna hijau dengan lubang di tengahnya.

"Makasih mbak, aku luan yah" pamit Naomi meraih kalung itu lalu mengejar langkah Arjuna.

Semua mata tertuju pada sosok Arjuna yang sedang memopah tubuh Imel yang tidak sadarkan diri, dari klinik sampai parkiran itu jaraknya sangat jauh. Wajah Naomi saja ikut memanas, ngerasa kalau mata juga ikut menatap dan mencibirnya.

'Damn--kau akan menjadi trending topik Mel' batinnya mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Arjuna, dengan cepat Naomi memasukkan barang-barang Imel kejok belakang mobil Arjuna.

"Juna" panggilnya

Arjuna yang baru meletakkan Imel dibangku dekat kemudi langsung berbalik dengan kesal "Apalagi?"

Naomi langsung kesal "ini kalung Imel" sodornya "jangan sampai hilang. ini itu--"

"Ia-ia" potong Arjuna langsung meraih dengan cepat kalung itu dari tangan Naomi dan tergopoh-gopoh masuk kedalam mobil dan tancap gas

'Apa dia punya bakat akting? Kalo ia, aku pastikan dia akan menjadi aktor terkenal dengan sekejap ! Lihat saja, raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang jelas tak dibuat-buat. Lalu apa yang mengantarkan Imel sampai kekondisi seperti ini ? Jika kenyataannya Arjuna sangat peduli dengannya?! Aku benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi' batin Naomi sambil menatap mobil yang telah jauh melaju.
.
.
.

Dengan masih menggendong Imel, Arjuna sedikit berlari memasuki rumah sakit "suster..dokter..tolong siapapun" teriaknya, dengan cepat petugas membawa tempat tidur dorong kearah Arjuna, Arjuna langsung meletakkan tubuh Imel yang masih setengah sadar. Dan dengan cepat membawa Imel ke ruang tindakan

"Arjuna?" seorang dokter yang hendak masuk ke ruangan menegur Arjuna yang berdiri khawatir didepan pintu "apa yang kau lakukan disini? Siapa yang sakit?"

"Om Dika... astaga" ternyata dokter itu adalah salah satu keluarganya "gini om, Imel pingsan dikampus"

"Imel? Istrimu?!"

"Akh--iia om. Tapi jangan sampaikan kepada orang papa yah om"

"Baiklah. Om periksa dulu, kamu tunggu disini" pamit dokter itu segera masuk keruangan.

###

Imelda

Aku mengerjabkan mataku, merasa silau dengan cahaya lampu yang menusuk menyakitkan Indra penglihatanku. Aku mengamati ruangan yang terasa asing untukku, semuanya warna putih dan baunya sungguh tidak mengenakkan.

"Apa kau berfikir ini disurga?!"

Jep!

Suara menyebalkan itu, dengan malas aku menoleh kearah pemilik suara, dan benar saja itu adalah sesosok orang yang ku benci. Akh, menyebalkan!

"Kau pikir dengan tidak makan,kau akan dengan cepat sampai kesurga ? Dan kenyataannya kau malah masuk kerumah sakit dan membuat gempar satu kampus!"

Berlebihan ! Aku hanya meliriknya tajam tanda tak suka, tanpa berniat menyahut omongannya

"Akh--atau tidak, kau ingin diet agar mempunyai body layaknya model. Shit! Sekalipun berat mu ideal, kau tidak bisa mengubah kakimu yang pendek itu. Apa yang mau kau dietkan dengan tubuh sekurus itu, hah?!!!"

Oh...really-really Damn! Pria ini cerewet sekali, membuat kepala dan perutku tambah sakit saja

"Heh..." dengan suara yang serak, aku menjawab pria cerewet ini "kau tidak sadar, tubuh kekasihmu lebih kurus dibandingkan aku!"

"Oh--jadi kau ingin tubuhmu sama seperti Anda ?" Tanyanya dengan nada mengejek

Anda? Siapa Anda? Kissanda? Oh, Jadi itu panggilan sayangnya ? Oh..shit! Pria ini, sungguh sangat-sangat menyebalkan. Kenapa tak terpikirku, jika dia akan mengatakan itu. Aku tak pernah berharap punya tubuh mengenaskan seperti itu.

"Tidak juga! Asal kau tahu, aku gak bakalan gemuk walau banyak makan. Tubuhku mempunyai metabolisme yang tinggi, jadi aku tak perlu repot-repot untuk diet. Dan setidaknya walaupun aku kurus, kurus tubuhku tidak mengenaskan seperti kekasihmu itu!" Cibirku masih dengan posisi tidur.

"Mengenaskan kau bilang?! Kau tidak sadar siapa yang sekarang dalam kondisi mengenaskan ?! Lihat, karena gengsimu. Kau merasa lebih baik untuk tidak makan dibanding harus memakan masakan Anda, dan lihatlah hasilnya"

"Kau cerewet sekali! Pergilah, kau hanya menambah penyakitku !" Usirku padanya langsung memunggunginya.

"Tampaknya kau sudah sangat sehat, kita pulang hari ini" Arjuna langsung berjalan meraih knop pintu.

Dengan cepat aku membalikkan tubuhnya "jangan.."

Arjuna langsung berbalik menautkan alisnya

"Aku mau malam ini menginap disini saja" Ucapku pelan dengan menggigit bibir bawahku. Aku sedang tidak ingin pulang, aku masih merasa risih kerumah itu.

Arjuna memutar bola matanya "Oh come on, tidak usah mendramatisir keadaan. Kau sudah tampak lebih baik, kau pulang sekarang"

"Aku tidak mau!" Kesalku "pokoknya aku mau menginap disini!

"Berhentilah bersikap seperti anak kecil! apa kau berharap orang tua kita akan berfikir aku menyiksamu sampai kau masuk rumah sakit?!" Bentaknya, tanpak jelas dari tatapannya yang tajam dengan rahang yang mengeras menahan amarahnya padaku

'Kau memang menyiksaku! Menyiksa batinku brengsek!'

Mataku sukses mengeluarkan cairan bening "aku ingin disini, malam ini saja" ucapku pelan dengan suara nyaris hampir terdengar seperti bisikan.

Arjuna langsung berbalik keluar dengan menutup pintu sedikit keras.

Aku menghapus airmataku dengan kasar "cengeng!"

Tiba-tiba suara HP-ku berbunyi, aku langsung meraihnya dekat meja kecil disebelahku.

'Nom Pecek'

Aku langsung menggeser tombol hijau "ia Naom ?" Jawabku sambil mengangkat tubuhku dan menyandarkannya pada kepala tempat tidur.

"Akhirnya kau sudah sadar. Dari tadi aku telfon, Arjuna bilang kalau kau belum sadar-sadar juga"

"Ehm--aku baru saja bangun Naom"

"Aku ingin sekali ke sana, tapi kau tahu aku harus jaga kantin" sesal Naomi.

Aku tahu kalau Naomi membantu ibunya untuk menjaga kantin di salah satu asrama kampus AKPER dan AKBID, dan mereka diberi tempat tinggal disana bersama kedua adiknya.

"Ia, gak papa kok. lagian aku udah baikan"

"Kau sukses membuat jantungku seperti lari maraton, Aku benar-benar jantungan. Sejak SMA kau tak pernah pingsan sebelumnya"

"Hihihi, maafkan aku. Tapi kau terlalu berlebihan"

"Aku tidak berlebihan nona, dan bukan hanya aku saja, tapi Arjuna juga sangat khawatir"

"Apa?!" Aku langsung memelankan suaraku saat seorang suster masuk membawa makanan untukku "sebentar"

"Malam mbak" senyum suster itu "ini makan malamnya" suster itu meletakkannya di meja kecil disebelah ku "minum sirup ini dulu" Suster itu menyodorkannya, dan aku segera meminumnya "setengah jam lagi mbak boleh makan, selesai makan jangan lupa minum pilnya-nya yah mbak" jelas suster itu "permisi"

"Ia sus" jawabku. Suster itu tersenyum berlalu keluar "kau bilang apa tadi ?!" Tanyaku kembali pada HP-ku

"Ia Mel, Arjuna khawatir banget sama kamu, pas aku bilang kamu pingsan. Bahkan dia loh yang gendong kamu dari klinik sampai parkiran"

"Serius?!" Aku benar-benar gak percaya. Kok aku gak tahu gitu, gak ngerasa sama sekali.

"Ya ialah. Kau tidak berfikir kalau aku yang gendong kaukan? Nahan tubuhmu saja aku gak bisa--" tiba-tiba suara Naomi terpotong terdengar ada yang memanggilnya

"ia..bentar akh!" Teriaknya "eh Mel, sebenarnya kau sakit karena apa? Bukan karena Arjunakan? dia tampak sangat perduli denganmu. Andai saja kau lihat ekspresinya tadi"

Aku hanya terdiam. 'Masa ia Arjuna segitu khawatirnya' aku tersenyum membayangkannya jika itu benar.

"Ia! Gak sabaran banget sih" teriakan Naomi mengembalikan kesadaranku "eh Mel, aku kerja dulu yah. Kau baik-baik disitu, minum obatmu. Besok pulang kuliah aku jenguk kau kerumah sakit. See you mel"

Aku masih tak menjawab sampai panggilan berakhir.

'Arjuna khawatir? Dia yang gendong aku?! Hua.....seperti mimpi. Apa itu benar?! Sky...' Senyumku sambil meraba leherku "kalungku?!" Aku langsung meletakkan hpku, dan kedua tanganku meraba panik sekitaran leherku "kalungku...ya Tuhan!" Panikku tanpa menghiraukan orang yang masuk kedalam kamar rawatku

"Kau mencari ini?" Suara Arjuna

Aku menatap kesal orang itu yang menyodorkan kalungku "Kenapa kau menyembunyikannya" dengan kasar aku mengambilnya dan menggunakannya dileherku.

"Untuk apa aku menyembunyikan liontin jelek gitu" ejeknya "kata dokter kau sudah boleh pulang"

"Apa?! Enggak-enggak. Aku gak mau pulang, kan sudah kubilang"

"Kau yakin?! Apa kau mau makan makanan rumah sakit ini" liriknya pada mangkuk berisikan bubur diatas meja "kita pulang, dan Anda akan memasakan bubur yang lebih enak dari itu"

Dengan cepat aku mengambil mangkuk itu dan menyendokkan buburnya kedalam mulutku, menelannya paksa.

Sungguh, ini tidak enak!

Ini kedua kalinya aku memakan makanan rumah sakit, pertama kalinya saat aku SMP. Itu pertama kalinya aku masuk rumah sakit, magh menyerangku karena papa mengurungku digudang dan aku tak mau makan selama dikurung,  dan itu membuat aku pingsan. Kenangan pahit yang tak ingin ku ingat namun terpatri jelas diingatanku.

"Enak?!" Sentaknya dengan mengejek

"Ini lebih enak daripada masakan Kissanda" kataku membalas mengejek sambil menyendok lagi, seakan menikmatinya.

"Aktingmu buruk" cibirnya "Darimana kau tau rasa masakan Anda, kau sendiri tidak pernah mencicipinya?"

"Terlihat jelas dari penampilan luar masakannya. Menjijikan! Membayangkannya saja membuat perutku mual" kataku dengan ekspresi seperti mau muntah

'sama menjijikannya dengan orangnya' Sambungku dalam hati.

Sesungguhnya aku memang mau muntah karena bubur ini

"Kau mau muntah karena masakan Kissanda atau karena bubur yang sedang kau makan?" Ejeknya "terserah kau saja, habiskan makananmu dan minum lah obatmu" dia langsung berjalan kearah pintu.

"Kau pergi lagi ?" Astaga... suaraku seperti tak rela. menjijikkan !

Dia menoleh saat hendak menutup pintu "Aku butuh makanan. Aku tidak mau bernasib sama mengenaskannya sepertimu" jawabnya datar menutup pintu.

Aku hanya mengerucutkan bibirku "menyebalkan!" Dengan cepat aku menghabisi makan malamku dan meminum pilnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Arjuna tak nampak juga

'Dia tidak perduli denganku, mungkin saja sekarang dia sedang bercinta dengan kekasihnya. Aku rasa itu kemungkinan yang lebih besar yang dilakukannya, daripada dia disini menjaga orang sakit'

Pikiranku terbang, kembali ke memory menjijikkan yang terjadi malam itu.

"hufffttt..."

aku meraih hpku dan mengirim SMS. Taklama HPku berbunyi,dengan cepat aku mengangkatnya.

"Kau belum mau kerjakan?" Sahutku langsung bertanya tanpa mengatakan hallo sebelumnya

"Kau sakit?" Tanya orang disebrang

"Apa--?" Aku mendadak gagap 'darimana dia tahu?'

"Suaramu beda Mel. Katakan padaku, apa maghmu kambuh"

Aku hanya mengangguk, tentu saja dia tidak melihatnya "ehm.."

"Bukankah sudah bilang jangan pernah telat makan?! Apapun yang terjadi, nomor satukan makanmu. Apa kau tidak bisa memasak lagi? Apa perlu aku datang ke Batam hanya untuk memasak untukmu!"

Astaga! Pria ini, cerewetnya melebihi Arjuna. bukannya mendapati ketenangan malah tambah sakit akunya "kau cerewet sekali! Sama saja denga sibrengsek itu" ketusku

"Tentu saja! Kau pantas untuk dimarahi"

"Aku sedang sakit. Bukannya ngehibur atau apa gitu"

"Kalau tadi kau sakit karena kecelakaan, mungkin aku akan menghiburmu turut bersedih akan itu kerena itu disebabkan orang lain. Nah ini, karena magh. jelas ini karena kebodohanmu"

"Jadi kau mendoakanku kecelakaan. Menyebalkan! Sudahlah, aku nyesal nyuruh kau menelfonku. Tidur sana!"

"Bukan begitu sayang..astaga,"

"Hah--terserah lah kau mau apa! Lanjutkan aktivitas mu!" Tanpa menunggu jawabannya aku langsung mengakhiri panggilan dan menghempaskan tubuhku.

"Sama saja! Menyebalkan" aku langsung menutup mataku "jam segini Arjuna tidak datang juga. Dia membiarkan aku tidur disini sendirian?" Keluhku berlahan terlelap dalam anganku.

###%%###

Aku langsung menutupi wajahku saat cahaya matahari yang menusuk tajam silau masuk saat ada yang membuka tirai diruang rawatku. Itu membuatku sontak menyipitkan mataku melihat bayangan seseorang diarah jendela.

Aku mengerjabkan mataku berkali-kali supaya penglihatanku jelas. Aku mengalihkan mataku dari sinar langsung matahari dan melihat kesekelilingku. Aku baru sadar jika aku berada diruang rawat VVIP, karena cuma aku sendiri, tidak ada ranjang lain. Bahkan ada sofa dan fasilitas lainnya.

"Bangunlah, makan dan minum obatmu! Kita langsung pulang pagi ini, aku masih punya kerjaan yang lebih penting daripada menjagamu dirumah sakit ini!" Suara itu lagi, tanpa melihatnya aku sudah tahu siapa pria itu.

Aku melihatnya dengan ekspresi kesal campur jijik, baru membuka mata sudah disapa dengan suara menyebalkan itu.

'Jadi dia tidur disini semalam? Apa jangan-jangan seseorang yang semalam mengelus kepalaku itu bukan mimpi, tapi dia ?'

"Kau tuli! Bangun sekarang!" Dia menyibakkan selimut dari tubuhku.

'Astaga, orang ini benar-benar' aku memanyunkan bibirku seraya menegakkan tubuhku diiringi dia yang langsung menaruh nakas tempat sarapanku ke atas pangkuanku

"Makan sekarang! Kita harus pulang secepatnya"

"Kalau kamu sibuk, pulang saja duluan. Aku bisa pulang sendiri kok! Lagian aku tidak menyuruhmu untuk menjagaku" kesalku lalu meneguk airputih dan sedikit mengumur mulutku.

"Bisakah kau sekali saja tidak menjawabku?!"

"Aku akan berhenti menjawabmu jika kau tidak membentak dan memerintahku!"

"Kau--" suaranya terhenti dengan derit pintu yang terdengar menghentikan perdebatan kami.

Kami serempak menoleh kepintu, dan berdirilah sosok orang yang sama menyebalkan. Pasangan yang cocok!

Aku langsung menyuap bubur ke mulutku, mengacuhkan wanita yang berjalan mendekati ranjangku meletakkan tas yang berukuran besar diatas ranjangku

"Apa yang kau bawa sayang?"

Oh, sialan! Suara pria ini berubah drastis, dalam sepersekian detik. Padahal baru tadi dia meneriaki dan membentakku. 'Aiiissh, orang ini' aku menaikkan bibirku memandang Arjuna muak.

"Aku bawa perlengkapan Imel"

"Harusnya tidak perlu, dia sudah boleh pulang pagi ini"

Heh, dia tidak mengatakan pada kekasihnya seharusnya dari semalam aku memang sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Aku tidak tahu, aku pikir dia akan lama dirawat" ucap Kissanda dengan memelas

"Kau berharap seperti itu?!" Cibirku sambil menelan makananku.

"Makanlah dan tidak usah bicara!" Bentak Arjuna.

Aku hanya memutar bola mataku mengacuhkannya.

"Aku akan mengurus administrasi, bantu dia memberesi barang-barang yah, yank" pesan Arjuna tersenyum manis pada Kissanda berjalan keluar, aku yang melihat itu mendadak merasa gemuruh dilambungku.

'Aku mau muntah!'

Mataku bertemu dengan mata Kissanda. Aku langsung kembali melahap makananku, dia hanya tersenyum sambil duduk dibangku yang ada disebelah tempat tidurku. Aku mengabaikannya, lalu meminum obatku.

Kissanda membantu membereskan nakas bekas makanku. Lalu aku langsung membuka tas yang dibawanya dan mengambil pakaianku, aku hanya akan mengganti pakaianku yang terasa bau.

"Aku bantu " tawar Kissanda memegang satu tanganku saat aku hendak turun dari tempat tidur.

Namun dengan kasar aku menarik tanganku "gak perlu! Aku tidak mau merepotkan"

"Jika kamu tidak mau merepotkan, harusnya kau menjaga kesehatanmu"

Aku merasa kesal berbalik kearahnya "aku tidak meminta kalian merawatku!"

"Tapi mau tidak mau kami harus merawatmu, terutama Arjuna" balasnya masih dengan suara lembutnya.

"Heh, kalian saja yang terlalu berlebihan mengkhawatirkanku" mendadak tanduk muncul disisi kanan dan kiri kepalaku saat terlintas pikiran untuk membuat Kissanda cemburu "dan--aku rasa Arjuna tidak perlu menggendongku dari klinik ke parkiran itu berlebihan ! Bukankah dia tidak ingin orang-orang dikampus mengetahui pernikahan ini, tapi tindakannya membuat orang curiga dan Penasaran!" Kataku dengan nada angkuh. huahaha.

Kissanda menautkan alisnya "itu semua dilakukannya karena merasa bertanggung jawab atas dirimu. Menurutmu, apa yang akan dikatakannya jika orangtuamu mengetahui ini?"

Jep!

Aku balik kenak strap. maksud hati membuatnya cemburu, dia malah membalasku dengan kenyataan yang harusnya kusadari dari kemarin, bukannya sempat GR dan berfikir Arjuna perduli denganku karena dia memiliki rasa yang sama denganku.

'kau benar-benar bodoh Imel!'

"Oh--" aku mendadak kaku, pikiranku mendadak kosong tak menyahut beberapa detik "tentu saja--tentu saja kalian akan khawatir. Kalian akan sangat repot harus mencari penggantiku yang mau menutupi hubungan kalian"

oh, God! Kata yang terlontar dari mulutku malah menyakiti hatiku sendiri, karena aku sempat berharap dan berbunga-bunga. Aku serasa dihempaskan begitu saja saat anganku mulai tinggi.

"Bukan begitu Mel" Kissanda meraih jemariku "tapi sekarang orang tuamu telah mempercayakanmu pada Arjuna. Setidaknya hargai usahanya untuk memenuhi tanggung jawabnya"

Aku menatapnya tajam. Tanpa mendongakkan wajahku keatas, karena tubuhnya lebih tinggi dibandingkan aku "Terimakasih!" Kataku datar langsung berbalik masuk kedalam toilet.

Aku memandang diriku dicermin.

'Kau sungguh menyedihkan! Kau harusnya sadar akan itu, bahwa dia melakukannya karena rasa tanggung jawab untuk orangtuamu, bukan cinta. Dia perduli karena mereka membutuhkanmu dan bukan karena sayang! Betapa bodohnya kau malah sempat berfikir dan bermimpi akan sesuatu yang mustahil! Lihat, apa mungkin kau menang dibandingkan Kissanda?! Dari segala segi aspek kau kalah, bagaikan langit dan bumi! Sadarlah Imelda' senyumku masam menatap nanar diriku sendiri.

"Aku mengasihanimu!"

Aku membuka pintu toilet dan melihat Arjuna dan Kissanda yang menoleh bersamaan kepadaku dari arah sofa yang tersedia diruang rawatku.

"Kita pulang sekarang" kata Arjuna berdiri bersama dengan Kissanda.

Kissanda langsung berjalan kearah ku sambil membantuku membawa tas kuliahku dan memberikan tas bawaannya tadi yang berisi pakaianku kepada Arjuna.

Dia mendekatiku kembali hendak membantuku berjalan, aku langsung menepis "Yang sakit itu perutku, bukan kakiku!" Ketusku berjalan mendahuluinya.

Arjuna langsung memplototiku, namun aku melewatinya begitu saja keluar dengan tanganku memegang sisi perutku yang sebelah kanan yang masih sedikit perih.

%%%###%%


AUTHOR POV's

"Hey.. bawa dia kedalam" tegur Kissanda pada Arjuna ketika telah sampai dirumah hendak membuka pintu mobil.

Arjuna mengeryit meliriknya "Bangunkan saja dia, yang"

"Kenapa kamu merasa berat untuk menggendongnya kedalam. Bukankah kamu udah ngelakuin itu kemarin dikampus?"

"Kau cemburu? Sayang, kondisinya kemarin dan sekarang itu berbeda. Bangunkan saja dia, lagian yang sakit itu perutnya bukan kakinya" jawab Arjuna membelai rambut Kissanda lalu keluar dari mobil.

Kissanda hanya mendesah

Imel yang mendengar pertengkaran itu mengeram membuka matanya "ehm..."

Kissanda menoleh kejok belakang "Kita sudah sampai, bangunlah "

Imel menguap sambil mengucek matanya "ehm.." angguknya memungut barang-barang.

Kissanda langsung keluar begitu saja berlari mengejar langkah Arjuna, dan meraih tangannya.

"Aku tadi udah masak, kamu langsung mandi dan kita sarapan sama-sama yah" rayut manja Kissanda dilengan Arjuna

"kau belum sarapan ?"

"Aku tidak selera kalau makan sendiri"

Arjuna tersenyum sambil mengacak lembut rambut Kissanda "baiklah..."

Imel hanya terdiam pada posisinya mengamati pemandangan di depannya dari dalam mobil. "ehm-- menyenangkan sekali, jika aku diposisi itu" dia langsung menggeleng tersenyum 'impossible' batinnya sambil keluar dari dalam mobil.

Imel mengganti pakaiannya, dan turun tanpa permisi kepada Arjuna ataupun Kissanda.

"Mel kamu mau kemana?" Posisi meja makan yang bisa melihat langsung ke tangga dan ruang tamu membuat Kissanda dapat melihatnya yang hendak pergi.

Arjuna langsung mengangkat wajahnya dan ikut melihat Imel datar sambil mengunyah makanannya.

Imel berbalik menghentikan langkahnya "kekampus"

"Apa kau ingin digendong lagi dan mencari sensasi !" Bentak Arjuna menggeram menghentikan makannya.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menggendongku. Jika kau tak ikhlas lebih baik jangan kau lakukan"

"Mel kamu baru saja keluar dari rumah sakit, tidakkah lebih baik kamu istirahat dulu dirumah ?"Kissanda memandang kuatir.

"Dengan kata lain, aku harus terkurung seharian dirumah ini?! Hm.." Imel tersenyum sinis "aku punya tugas yang harus ku kerjakan"

"Tidak bisakah kau tidak membantah perkataan kami ?!!" Bentak Arjuna.

"Tidak bisakah kalian tidak mengaturku!? Kalian sama saja seperti Papaku!"

"Aku tidak ingin berdebat denganmu, masuk kamar sekarang !" Teriak Arjuna menunjuk ketangga.

Imel menghentakkan kakinya lalu berbalik menaiki tangga

"Imel..." panggil Kissanda

Imel hanya menoleh dengan tatapan sinishnya

"Kau bisa membawa Naomi kerumah.. nama sahabatmu itu Naomikan ?" Senyum Kissanda, berbuah pelototan dari Arjuna dan tatapan tak percaya dari Imel.

"A--kau serius?"

"Ehm..."angguknya "lagiankan dia memang sudah tau pernikahan kalian, Kalian bisa mengerjakan tugas kampus dirumah ini saja. Pasti kau akan sangat bosan jika dirumah sendirian, aku juga ngerasainnya"

"Sungguh???" Mata Imel berbinar .

Arjuna hanya mendesah, membuat Imel meliriknya tak suka.

"Tapi...tidak boleh naik dan masuk ke kamar. Bagaimana pun dia tidak tahu perjanjian kitakan?"

Imel mengangguk

"Bagus. Takutnya dia akan curiga melihat barang-barang kalian yang terpisah"

"Mm...baiklah. Aku akan meneleponnya" Imel langsung berlari kegirangan menaiki anak tangga

"Kau terlalu memanjakannya. Aku serasa mengurus anak kecil" ketus Arjuna sambil menyendokkan nasi kedalam mulutnya.

"Anggap saja kita latihan sayang"

Imel yang masih berdiri diatas tangga melihat kebawa dan mendengarnya, dia langsung mendengus kesal lalu masuk kekamar dan "BUMN!!!" Imel membanting keras pintu kamarnya.

Arjuna melirik Kissanda dengan tatapan 'lihatlah'. Dan Kissanda hanya mengangkat bahunya sambil mengunyah makanannya.
.
.
.

Tingtong!
Terdengar suara bell membuat Imel yang tengah asyik memasak lalu berjingkrak berlari membuka pintu "selamat datang sayang..." sapa Imel dengan senyuman melebar dibibirnya.

"Mel, rumahmu besar sekali" ucap tamu tersebut memandang kagum kesekelilingnya.

Imel mendengus memutar bola matanya "ini bukan rumahku Naomi ! Ini rumahnya Arjuna"

"Sama saja, kaukan istrinya"

"Hm, baiklah. Lebih baik kau masuk saja" Imel menarik tangannya dan menutup pintu rumah.

"Kau sedang masak?" Tanya Naomi mengamati Imel dari belakang yang sedang memakai celemek yang berwarna hijau berjalan ke dapur

"Sudah selesai, Aku hanya masak cake untuk cemilan kita sambil nonton. Heh, kau bawa kaset horor yang kupesankan?" Jawab Imel sambil memberesi bekas masakannya.

Naomi mengambil posisi duduk dimini bar yang ada dekat di sebrang tempat memasak "Aku bawa, tapi bukannya kita akan mengerjakan tugas dari Pak Jo yah?"

Imel mengibaskan tangannya sambil membawa kue masakan dan meletakkannya didepan Naomi "akh...tugas kampus yah ngerjainnya dikampus. Aku mau nonton sekarang"

"Aish--memangnya kau udah dapat ide utama bisnis yang mau kau buat?"

"Sedang kupikirkan" jawab Imel semenahnya sambil menggigit sepotong cake-nya "ayo kita nonton" ajak Imel berjalan keruang TV membawa piring yang berisi cake buatannya.

Naomi mngikutinya dari belakang. Imel menggeser meja dan menggerbangkan karpet bulu agar menjadi tempat mereka tiduran "mana kasetnya?"

Naomi merogoh tasnya sambil ikut duduk diambal "nih..."

Imel memasang kaset filmnya dan langsung tiduran disebelah Naomi

"Mel..."

"Hm???" Jawab Imel tanpa mengalihkan matanya dari layar TV

"Kenapa kalian tidak memajang foto nikah kalian ?" Tanya Naomi mengamati tiap detail ruangan.

"Hm... tidak terlalu penting"

"Tidak penting kau bilang?!"

"Astaga... suaramu!" Imel menggosok telinga "mungkin penting untukku tapi tidak untuknya" keluhnya.

"Heh, aku tidak melihatnya seperti itu. Tapi tempo hari--"

"Aarrgghh-- itu hanya bentuk apresiasi dia saja. Kau tau papaku kan, akan seperti apa kalau sempat tahu?"

"Tapi tidak terlihat seperti itu "

Imel hanya mengacuhkannya

"Mel, tugas Pak Jo gimana?" Tanya Naomi lagi mengambil posisi sama dengan Imel untuk tiduran dan mengambil sepotong cake.

"Rencana aku ngambil dalam bidang fashion sih"

"Oh ya..." Naomi memicingkan matanya tanpak berfikir sambil menggigit cakenya "aku punya tante yang punya boutique di Bandung Mel, nanti aku bantuin nyari info yah"

"Hm..ia-ia, Sekarang diamlah. Tonton gih" tunjuk Imel dengan mulutnya kearah TV.

#%%%##

Imel menguap sambil membuka mata melihat ke sekelilingnya yang gelap. Dia menoleh kanan dan kekiri namun tidak mendapati sosok yang dia cari, langsung dia menegakkan tubuhnya dan mendengar suara dentungan benda didapur. Imel langsung berjalan menuju kedapur dan mendapati Arjuna yang tengah memasak

"Kau lihat Naomi?" Tanya Imel yang berdiri lumayan jauh dari Arjuna.

Arjuna sempat tersentak sebelum melihat Imel "Dia sudah pulang dari setengah jam yang lalu" jawabnya sambil mengaduk masakannya.

Imel memicingkan matanya "kau mengusirnya ?"

"Apa?!" Arjuna menghentikan tangannya dan berbalik sepenuhnya menghadap Imel dengan kerutan tergambar jelas dikeningnya "dia pulang sendiri"

"Oh yah?" Imel manatapnya ragu "dia pasti akan membangunkanku untuk permisi jika kau tidak mengusirnya"

"Aku sudah bilang, aku tidak mengusirnya. Dasar kau saja yang tidur seperti kebo!"

"Apa kau bilang?!" Suara Imel sedikit meninggi "bilang saja kau memang tidak sukakan kalau ada anak kampus yang datang kerumah ini ?! Sudah pasti kau mengusirnya!"

"Aku sudah bilang, aku tidak mengusirnya! Berhentilah bersikap seperti anak kecil !" Bentak Arjuna dengan rahang yang mengeras tampak menahan emosinya

"Bullshit! Terserahku mau bagaimana bersikap, ini diriku !"

"Oh begitu? Berarti terserahku juga bagaimana bersikap, ini RUMAHKU" ucapnya memberi penekanan pada kata 'rumahku'

"Oh--rumahmu?" Imel tertawa sumbang "astaga--aku lupa dengan statusku yang hanya menumpang disini! Oh, maafkan aku" sesal Imel dengan mimik kecewa "harusnya aku tau diri!" Sinishnya meninggalkan Arjuna kedalam kamarnya.

Imel masih terseduh-seduh diatas ranjangnya sambil duduk bersilah saat seseorang mengetuk pintu kamarnya dan masuk begitu saja.

'Beraninya dia menyinggung masalah rumah ini, oh shit! Memang itu kenyataannya. Tapi tidak harus mengatakannya seperti itukan ?'

Arjuna muncul dengan membawa manpan yang berisi mangkuk dan minuman.

"Makanlah dan segera minum obatmu" Arjuna meletakkan diatas meja disebelah tempat tidur Imel "aku tidak ingin berlama-lama mengurus orang sakit. Dan aku tidak mau ada orang penyakitan dirumah ini!" Katanya sambil berjalan memegang knop pintu.

Perkataan itu sukses menyanyat luka baru dihati Imel memancing emosinya memuncak, dengan airmata yang berkerumun dikelopak matanya. Dengan cepat tangannya menghempaskan manpan yang dibawah Arjuna tadi kelantai. Membuat bubur berserakan begitu saja

Arjuna mengeram. Langsung menghentikan langkahnya, sontak dia mengempaskan daun pintu dengan keras seraya berbalik menatap tajam Imel dengan kilatan amarah yang tanpak jelas di matanya "KAU!!!"

Tiba-tiba sebuah tangan meraih lengannya dari belakang "Biarkan aku saja" suara lembut itu sedikit mencairkan kondisi yang menikam

Arjuna menghempaskan tangan itu kasar lalu berjalan begitu saja tak menghiraukannya

Kissanda berjalan mendekati ranjang Imel "Aku tidak akan bertanya apa yang terjadi. Tapi asal kamu tahu, selama bertahun-tahun aku mengenalnya, dia tidak pernah semarah ini, dan kau yang belum ada seminggu menikah dengannya sukses mengeluarkan sisi lain dari Arjuna! Aku punya batas kesabaran Mel !"

Mereka saling menatap. Imel meremas jemarinya dalam diam, hanya sesenggukan yang sesekali terdengar

"Jika kau bersikap seperti itu padaku, aku terima. Tapi tidak pada Arjuna, kau keterlaluan. sikapmu sungguh sangat kekanakan ! Sekarang aku tidak akan memaksamu untuk mau bersandiwara menjadi istri dari Arjuna. Kau punya pilihan sekarang, bertahan disini dengan mengubah sikapmu dan belajar bersikap dewasa atau kita akhiri semua disini dan kembalilah pada keluargamu !"
Kissanda langsung keluar dari kamar meninggalkan Imel yang masih terpaku

'Dia memberiku pilihan? Aku boleh memilih ? Apa yang harus kupilih?' Imel terdiam seperti orang bodoh yang hilang pikiran 'mengubah sikapku atau kembali pada keluargaku? Kepada papa? Mereka pasti akan memutar balikan fakta, pasti papa akan menyalahkanku. Papa akan menghukumku' tangisnya kembali pecah.

"inikah kadoku diusiaku yang ke 19 tahun ? Hm..ss..indah sekali" airmatanya kembali berlinang merasa sesak yang sungguh menyiksa

Imel tak kunjung tidur hingga tengah malam, dia memutuskan kedapur untuk makan dan setelah usai meminum obat dia duduk dimini bar meletakkan kepalanya sambil melihati layar HP-nya.

"Udah jam satu, tapi tidak ada seorangpun yang mengucap HBD padaku? Hiks..." butiran itu menetes "biasanya mama akan memasak untukku untuk merayakannya , walau tanpa Papa..." Imel menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju dapur.

Imel mulai mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak kue. Air mata itu dengan nakalnya membanjiri pipinya sehingga membentuk sungai kecil untuk menemani kegiatan memasaknya. Tidak lama kemudian kue tar buatannya selesai. Kue tar cokelat dengan hiasan sederhana dan bertuliskan "Happy Birhtday Imelda ke-19" dia tersenyum miris meletakkan lilin dan menghidupkan api pada lilinnya

"Hap--py Birhtday to--me...happy birthday to--me..hap--py birthday" suaranya sesenggukan menyanyikan lagu untuk dirinya sendiri sambil tepuk tangan pelan "ha--ppy birt--day..happy birth..day-- to--me..." senyumnya langsung menutup mata

"Terimakasih Tuhan untuk usia ke-19 ku ini--Terimakasih telah mengizinkan sakit ini menggerogoti batinku. Terimakasih telah menjadikanku anak dari keluarga Gunawan dan mengizinkan pernikahan konyol ini untuk ku jalani..hiks...Jadikan aku dewasa Tuhan. Ajari Aku--jangan tinggalkan aku Tuhan, jangan biarkan aku menanggung kesakitanku sendiri" Imel menggigit bibirnya menahan isak yang terasa sesak "amin.." lalu meniup lilinya.

Imel memakan sepotong kue dengan airmata sialan yang seakan tiada lelah berkunjung.
.
.
.
Kissanda terkejut mendapati Imel yang tertidur dimini bar. Kissanda merasa menyesal saat melihat tulisan pada kue itu, dia menyesal telah memarahi gadis yang ada didepannya sekarang "Mel..." dengan lembut dia mengguncang lengan Imel yang digunakannya sebagai alas kepalanya tidur.

"Ehm..." Imel mengerjab menegakkan tubuhnya

"Kenapa kau tidur disini?"

"Maaf, aku ketiduran " Imel segera berjalan sempoyongan

"Mel..." panggil kissanda membuat Imel berbalik sambil menguap

"Maaf, atas perkataan ku semalam dan-- Happy birthday"

Imel langsung menerima kesadarannya dengan utuh 'kenapa dia orang pertama yang mengucapkan?!' Rutuknya

"Terimakasih" katanya memaksakan garis lengkung dibibirnya "aku kekamar" ucapnya lalu berlalu.

Bukannya melanjutkan tidurnya yang hanya kurang dari satu jam, Imel malah memilih untuk membersihkan dirinya lalu bersiap-siap untuk pergi kuliah

"Kamu akan kuliah Mel? Aku pikir kamu akan kembali melanjutkan tidurmu" cegat Kissanda dari atas saat Imel menuruni tangga.

"Aku harus segera mengerjakan tugasku"

"Hanya itu alasanmu, tapi kenyataannya semalam kau tidak ada mengerjakannya" sahut Arjuna dari meja makan.

Kissanda mendekati Imel, namun Imel menghindar memilih menuruni tangga dan berdiri menatap Arjuna "itu bukan urusanmu"

"Mel..." Kissanda meraih tanganya

Imel langsung mengelak "bisakah kalian berhenti mengekangku?!! Kalian bukan keluargaku ! Jadi berhentilah bersikap seolah-olah kalian perduli padaku, namun kenyataannya kalian hanya takut dan repot nantinya mencari penggantiku !"

"Jaga mulutmu!" Emosi Arjuna berteriak dan berdiri dari duduknya

Mata Imel sukses berkaca-kaca "Harusnya kau yang menjaga mulutmu!" Sorotan tajamnya menatap Arjuna lalu beralih pada Kissanda. Dia sudah tidak tahan lagi "bukankah kau memberikanku pilihan semalam?" Seringai setan mencul dibenak Imel

"A--" Kissanda mendadak kikuk saat Arjuna memusatkan pandangan padanya

"Aku ingin---"

Tingtong!
Suara bell menghentikan pembicaraannya.

Kissanda meneguk salivanya paksa, mengurangi kekikukannya "aku akan membuka pintu" ucapnya cepat berlalu dari hadapan Imel

"Anda siapa? Cari siapa ?" Tanya Kissanda lembut pada tamu yang datang

"Ada Imelda?" Suara lembut pria itu yang tidak terasa asing ditelinga Imel, membuat Imel membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa tamu yang datang.

Matanya melotot sempurna dengan tak percaya "SKY--???" Ucap mulutnya diiringi langkah kakinya yang berlari menubruk tubuh pria itu dan mendekapnya dengan tangis yang pecah.

Kissanda dan Arjuna hanya melihat dengan tatapan tak percaya pada drama dua insan yang ada di depan mereka.

#%%##

Panjang banget hihihi
Gak apa-apalah

Di mulmed itu expresi Imel dengan mata berkaca-kaca :'( dan lengkap dengan kalung kesayangannya

Moga kalian gak bosan buat bacanya :* :* :*
Lov u
Salam tepuk jidat dariku
Pipit fitri cimatupang :D

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 25.4K 15
》Unpublish sebagian pindah ke KUBACA《 Jika kau selingkuh karena kenikmatan yang disuguhkan, maka aku selingkuh karena kesempatan yang kau sia-siakan...
2.5M 55.5K 72
Damar seorang ayah tunggal dengan dua anak yang selalu dibuat pusing oleh anak sulungnya yang bernama Rega. Damar memutuskan untuk mencari seorang ga...
29.2M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...
ALGRAFI By Liana

Teen Fiction

33.9M 2.7M 72
[SUDAH DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa yang merasa harus melindungi sahabat keci...