Photograph

By VinscaArd

60.6K 4.6K 92

Hanya dari goresan indah di kanvas lukis milikku, aku bisa mencintainya. Sungguh dia begitu indah, sama indah... More

Photograph 1
Photograph 2
Photograph 3
Photograph 5
Photograph 6
Photograph 7
Photograph 8
Photograph 9
Photograph 10
Photograph 11
Photograph 12
Bukan Update

Photograph 4

4.7K 445 4
By VinscaArd

Author's POV

Cahaya sinar mentari pagi memaksa masuk ke kamar Ali. Setelah ia tidur semalam, pagi ini ia harus dibangunkan dengan suara teriakan mamanya dari depan pintu. Terpaksa ia harus bangun karena hari ini Ali dan keluarganya akan menjemput adiknya dibandara.

Harus bangun pagi adalah rutinitas yg paling tidak bisa Ali terima. Entah mengapa rasanya badan Ali menempel dengan kasur kalau disuruh bangun pagi-pagi.

"ALIIIII!!" teriak Resi sambil menggedor pintu kamar.

Suara teriakan mama ngga ada yg bisa ngalahin pokoknya deh. Batin Ali. Dengan terpaksa Ali bangun dan mengacak rambutnya kasar. Ia turun dari kasur dengan langkah gontai. Lalu membuka pintu kamar dan benar saja mama nya sudah berdiri didepannya dengan stelan rapi.

"Kenapa sih ma ? Aduuhhh bisa budek lama-lama kuping Ali nih." gerutu Ali.

"Kamu lupa ? Adikmu pulang hari ini Ali. Kamu itu bener-bener deh!" ucap Resi sambil menjewer sebelah telinga kanan Ali.

"Aaaaa....aaaa iyaaa Ali ga lupaaa... Aduuhh lepas maaa sakiittt..." rengeknya.

"Mandi sana. Mama tunggu dibawah! Ga ada acara L.A.M.A" ucap Resi dengan nada penekanan.

Setelah puas mengomel di depan pintu kamar Ali, mamanya turun kebawah untuk menyiapkan sarapan.

"Tumben pa Kahvie minta pulang. Lagi libur panjang kuliahnya?" ucap Resi.

"Iya lagi libur panjang makanya dia minta pulang." jawab Syarief.

"Mama kangen sama anak mama satu itu deh pa. Pasti kalo Kahvie udah dirumah nih seketika rumah kayak pasar malem deh. Berisik gara-gara berantem sama abangnya."

Syarief tersenyum mendengar perkataan istrinya. Lalu ia melanjutkan sarapannya. Ali sudah rapi dengan baju kaos lengan pendek bermotif bendera Amerika, celana pendek selutut serta kupluk kesayangan nya menambah tingkat ketampanannya saat ini. Ia duduk di sebelah papanya untuk sarapan.

"Wuihh anak papa ganteng bener pake kupluk segala." celetuk Syarief

"Iya dong pa. Siapa tau ada pramugari lewat terus nyangkut sama Ali. Hahaha."

"Yakin kamu maunya sama pramugari ? Ditinggal-tinggal nanti loh. Mendingan sama anaknya sahabat papa. Anaknya om Tommy cantik juga loh Li."

"Anaknya om Tommy bukannya Adel doang pa ?"

"Ada lagi. Perempuan juga namanya Prilly. Nanti kapan-kapan papa ajak om Tommy dan keluarga makan malam sama kita yaa sekalian mau ngenalin Prilly sama kamu."

"Ih papa apaan sih. Emang sekarang masih jamannya Siti Nurbaya apa pake dijodoh-jodohin segala. Nanti Ali pasti bawa cewe Ali kerumah deh tanpa harus papa kenal-kenalin."

"Udah udah yuk berangkat. Kahvie udah sampe tuh dia lagi ngurus barang-barangnya dulu katanya. Ayuk Li berangkat." ajak Resi

"Tapi ma Ali bel...."

Resi langsung menarik Ali ketika ia hendak memasukkan suapan roti terakhir ke mulutnya.

"Biii.. Kita berangkat dulu yaa. Titip rumah yaaa bi. Assalamualaikum." ucap Resi.

Mereka bertiga masuk kedalam mobil. Ali langsung melajukan mobilnya ke bandara. Banyak percakapan diantara mereka.

"Li kamu beneran ngga mau papa kenalin sama Prilly ? Dia cantik loh, anaknya baik, dia juga suka membantu bundanya di galeri milik ayahnya."

"Papa ini yaa masih aja dilanjutin omongan tadi dimeja makan." Ucap Resi sambil menggelengkan kepalanya heran.

"Papa, Ali udah suka sama cewe lain pa. Jadi stop papa bujuk-bujuk Ali buat kenalan sama dia." Ucap Ali yg terus fokus menyetir.

"Benarkah? Sejak kapan?" Ucap Syarief yg terlihat sedikit terkejut.

"Beneran lah pa. Ya masa Ali bohong. Ali suka saat pertama kali liat wajahnya. Cantik pa. Keliatannya dia juga anak baik-baik. Kalo bukan karna kejadian itu, Ali ga mungkin ketemu dia."

"Kejadian apa ?" Celetuk Resi

"Jadi tempo hari yg lalu Ali ngga sengaja nabrak mobil bagian belakang punya dia." Ucap Ali dengan santainya.

"Apaaaa?! Terus gimana? Kamu makanya kalo bawa mobil pake perkiraan dong Li. Kalo dia minta ganti rugi gimana? Papa ngga mau nanggung. Pakai uangmu untuk ganti rugi."

"Papa ih Ali belum selesai ngomong. Mobilnya ngga kenapa-kenapa kok pa. Lagi juga Ali udah ngasih kartu nama Ali kok ke dia untuk jaga-jaga."

"Bagus mobilnya ga ada yg lecet. Pokoknya nanti papa akan tetap undang Tommy dan keluarga untuk makan malam bersama kita dirumah."

"Oh iya satu lagi, kalau kamu benar tidak ingin papa kenalkan sama Prilly, kamu harus ajak perempuan yg kamu sukai itu pada saat makan malam."

Omongan Syarief membuat Ali membelalakan kedua matanya. Jujur ia tidak ingin kisah cintanya ditentukan oleh pilihan orangtuanya. Ia ingin kisah cintanya terukir murni atas keinginan dirinya.

"Oke oke Ali usahain akan ajak perempuan itu pa. Asal papa berhenti untuk kenal-kenalin Ali sama Prilly. Deal?"

"Oke. Deal." Mereka berjabat tangan. Resi yg melihat tingkah suami dan anaknya itu hanya bisa tersenyum bahagia.

Membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, akhirnya mereka sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Setelah Ali memarkirkan mobilnya, mereka turun dan menunggu Kahvie dipintu kedatangan luar negeri. Syarief dan Resi sibuk mengobrol, sedangkan Ali hanya sibuk dengan gadget ditangannya. Ia memandangi foto gadis yg tidak sengaja ia ambil waktu itu. Senyum mengembang di wajahnya. Ali benar-benar bertekat mencari informasi tentang gadis tersebut.

"Mama!! Papa!!"

Suara teriakan itu menyadarkan Ali serta orangtuanya dari kesibukan mereka.

"Kahvieeee!!!" Ucap Resi dan Syarief bersamaan. Mereka langsung berpelukan.

"Ehem! Mama papa doang nih yg dipeluk? Abang lo yg ganteng ini ngga?" Celetuk Ali membuat Kahvie melepas pelukan dengan orangtuanya.

"Eh ada lo? Sejak kapan disitu?" Ucap Kahvie

"Adek kurang ajaaaar!! Hahaha sini lo." Ali dan Kahvie berpelukan menumpahkan rasa rindu mereka.

"Bawa titipan gw ngga? Kalo ngga bawa gw tampol!" Ucap Ali seraya melepas pelukannya.

"Selow sih bawa kok. Bang, yuk pulang gw cape."

"Yaudah yuk ma pa kita pulang."

Mereka semua kembali kerumah. Kahvie sangat senang bisa pulang dan berkumpul bersama keluarganya lagi.

*****

"Niihh titipan lo." Ucap Kahvie sambil melempar satu kotak parfume mahal kepada Ali. Ali menangkapnya kemudian mengacak rambut adik semata wayangnya itu.

Mereka sudah tiba dirumah, Ali dan Kahvie menurunkan barang-barang dari mobil dan diletakkannya diruang tv. Setelah beristirahat sebentar, Kahvie membongkar isi koper yg dibawanya.

"Nah gitu dong. You know me so well Pi hahaha."

"Iyalah apaan lagi sih yg lo minta kalo bukan parfume? Macem cewe aja lo."

"Wets justru itu, biar cewe-cewe pada nempel Pi. Hahaha."

"Najis masih aja lo. Nikah adanya bang, udah tua juga. Apa jangan-jangan pacar aja belum punya lagi."

"Yaaa belum sih. Tapi nanti gw bakal bawa cewe gw kehadapan lo, mama sama papa. Slow but sure aja hahaha."

"Laga lu pera bego kayak nasi hahaha."

Seperti itulah keadaannya bila Ali dan Kahvie menyatu. Kedua orangtua mereka sudah sangat mengerti akan sikap maupun sifat kedua jagoan mereka.

"Bang, mau anterin gw ngga ? Gw mau beli lukisan buat dikamar nih." ucap Kahvie yg sedang menikmati makan siangnya.

"Males ah. Gw mau lanjut tidur. Sendiri aja sana."

"Bang, ayolah. Siapa tau ketemu jodoh lo disana. Kapan lagi sih bang gw minta tolong sama lo."

"Kapiiiii lo doang emang adek kacrut! Iya iya gw anterin. Yaudah yok jalan."

"Nah gitu dong. Maaaa Kahvie jalan dulu sama bang Ali yaaaa. Assalamualaikum." ucap Kahvie sambil berteriak.

Mereka masuk mobil dan Ali melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

"Lo mau ke galeri mana ?" tanya Ali.

"Hmmm ke galeri nya om Tommy aja. Papa suka cerita ke gw kalo beli lukisan buat pajangan kantor selalu disana."

"Oke. Lo tau dimana tempatnya?"

"Tau bang."

"Bagus. Gimana kuliah lo ? Lancar kan ?"

"Wets alhamdulillah dong lancar. Usaha fotografer lo gimana bang ?"

"Lancar kok Pi alhamdulillah. Lo ngga dapet pacar apa selama kuliah disana ? Ga ada tuh gw denger-denger kabar kalo lo punya pacar dari mama. Hahaha" ledek Ali sambil fokus menyetir.

"Bang, gw mah gampang. Adanya lo tuh yg mesti buru-buru nikah. Kasian bang adek lo disabunin mulu. Licin dah lama-lama Hahaha" ledek Kahvie.

"Sialan lo. Ngomong-ngomong kok lo tau kalo sering gw sabunin ? Waaah ngintipin gw ya lo hahaha."

"Ih najis. Ga ada perubahan kita bang dari dulu. Kalo udah disatuin berasa orang gila lagi ngumpul. Hahaha"

Akhirnya tidak terasa mereka sampai di galeri lukisan milik Prilly. Kahvie masuk terlebih dahulu kedalam, ia mengamati lukisan-lukisan yg dipajang di dalam.

"Haloo selamat siang mas, ada yg bisa kami bantu?" sapa Prilly pada Kahvie.

"Eh iya mba, saya mau cari lukisan buat dikamar saya nih. Kira-kira yg bagus yg mana ya ? Bisa bantu pilihkan?"

"Tentu bisa mas, maaf kalau boleh saya tahu lukisan yg mas inginkan seperti apa?"

"Yang abstrak mba. Soalnya kamar saya bernuansa putih hitam jadi keliatan lebih masuk aja kalau abstrak."

"Ooow kalau begitu tunggu sebentar yaa mas saya ambilkan lukisan abstrak yg bagus."

Prilly pergi kebelakang untuk mengambil lukisan yg dimaksud. Kahvie kembali melihat-lihat lukisan yg terpajang rapi.

"Oy udah Pi ? Jangan lama-lama ya. Gw mau tidur nih." ucap Ali yg menepuk pundak Kahvie

"Bentar bro, lukisan gw lagi diambilin sama mba nya."

Ketika Ali tidak sengaja menoleh kearah lain, tatapannya berhenti kepada seorang perempuan yang sedang susah payah membawa lukisan berukuran sedang keluar dari belakang. Dengan sigap Ali menghampiri dan membantu Prilly.

"Eeh..eehh ga usah mas biar saya aja yg bawa."

"Ga usah nolak pertolongan baik dari orang. Udah tau lo keribetan gitu."

Prilly tiba-tiba menghentikan langkahnya setelah mendengar suara itu. Seperti tidak asing baginya. Prilly meletakkan pelan-pelan lukisannya ke bawah. Betapa terkejutnya ia melihat seorang pria yg tempo hari menambrak mobil galeri sedang berhadapan dengannya.

"Loh ? Lo lagi ? Ngapain lo disini ?" ucap Prilly dengan nada sewot.

"Gw disini mau beli lukisan lo masa gw mau nyuci piring sih. Duh mba yg cantik jangan galak-galak mba. Kan kejadian waktu itu udah lama banget, terus mobil lo juga ngga kenapa-kenapa." ucap Ali

"Tau darimana lo kalo tuh mobil baik-baik aja?"

"Gampang kali. Lo ngga nghubungin nomer yg ada dikartu nama yg lo rebut. Beres deh." ucap Ali sambil menyolek ujung hidung Prilly.

Prilly terdiam. Ia hanya bisa menatap lurus kearah jalanan di luar galeri.

"Eee... Misi mba. Ini lukisannya ya ?" ucap Kahvie yg tiba-tiba menyadarkan Prilly.

"Eeeh iya mas ini lukisannya. Maaf sudah lama menunggu."

"It's oke mba. Saya ambil yg ini ya."

"Terimakasih mas, mas bisa melakukan pembayarannya dikasir. Terimakasih sudah membeli, kami tunggu pembelian berikutnya." ucap Prilly ramah.

Kahvie meninggalkan Ali ke meja kasir untuk membayar lukisan yg dibelinya. Prilly hendak pergi berencana untuk kembali bekerja, namun dengan cepat Ali menahan langkah Prilly dengan tangannya. Prilly berhenti, ia menatap mata Ali yg sedaritadi tidak kedip melihatnya.

"Ikut gw." ucap Ali sambil menarik tangan Prilly.

"Eh mas apaan sih narik-narik."

Prilly berusaha keras melepaskan genggaman tangan Ali. Apa daya tenaga Ali jauh lebih kuat darinya. Akhirnya mau tidak mau Prilly ikut dengan Ali.

Ali membawa Prilly masuk kedalam mobilnya. Setelah Prilly duduk dikursi samping kemudi, Ali memasangkan seatbelt kepadanya lalu menutup pintu, Ali kembali masuk kedalam galeri.

"Pi, sorry banget lo balik sama pak Jo aja yaa. Ada urusan yg ngga bisa gw tinggal. Sekalian bilangin sama siapa kek digaleri ini karyawannya gw pinjem dulu." ucap Ali terburu-buru

"Gw tau nih kalo begini. Iyaa gw bilangin bang. Yaudah takecare lo." ucap Kahvie

Ali hanya memberi jempol sebagai balasan untuk ucapan Kahvie sambil berjalan kembali ke mobil.

-------------------------------------------

Sorry late update...

Continue Reading

You'll Also Like

99.9K 11.8K 31
I want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.
122K 3.6K 40
"Udah gue bilang kan, sekali pun bekas lo pasti gue makan" Samuel Wiratama, ketua dari salah satu geng motor yang ada di Jakarta 'Warrior'. Samuel me...
70.5K 8.4K 33
Disaat teman sebayanya melanjutkan pendidikan ke universitas, jennie memilih untuk bekerja. Keterbatasan ekonomi membuat diri nya mengubur semua cita...
110K 6.5K 41
𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 [ 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗠𝗘𝗠𝗕𝗔𝗖𝗔 ] Leo, seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tinggal bersama seorang k...