Vampires and Mafia Brothers

By Lyniu_me

24.9K 1.3K 10

Ryan adalah pemilik perusahaan terbesar ke-3. Dia memilikinya waktu berumur 14 tahun. Tetapi, Ryan memiliki M... More

Masa Lalu Yang Pahit
Sangat Mirip
Sekolah?
Pulang ke Indonesia
Please..
KAKAK!!!
RAYLOS
PAPAH!!!!
Surat Ancaman
Pertempuran Sengit
Pengalaman Baru
Trauma Raka
Trauma Raka 2
Trauma Raka 3
Dendam Yang Dipendam
SUPRISE!!
Bukan?
Rahasia Revan
Penyelamatan Yang Mudah
Liburan
Persiapan
Pertumpahan Darah
Sakit
Risih
Bersenang-senang
Jangan Percaya
Tragedi Nonton
Terbang ke Tokyo
Pengusiran Yang Diinginkan
Rencana Mematikan
Happy Birthday!!
Seri
Baby
Trio Imut
Terungkap
Kangen...
Tante Siapa?
Penculikan di Hotel
Baru Sadar!!!???
Gegara Es Krim
Melebihi Rata-rata
Tragedi Ulang Tahun
Tidur Terpisah
Penerus
Penobatan
Kepolosan Liam
Birthday Fyan
Gambar
Anggota Keluarga Baru
Anniversary
Kebahagiaan
Mainan
Mau, mau!
Senang atau Sedih?
Mau Sama Papa!!
Nggak Ada Kapoknya
Harmonis
Xavier Mode Manja Akut!
End
S2!

Pengobatan Serius

151 13 0
By Lyniu_me

Zero dan Fero masih saja tertidur dengan posisi memeluk hadiah yang diberikan Raka. Bagi mereka ini hadiah pertama mereka yang mereka dapatkan selama ini.

  “ Sayang? Bangun, ya? Mau ikut dady? ” Ucap Raka

  “ Ugh.. Dady? ” Bangun Zero.

  “ Zero sama Fero bangun, ya? Mandi dulu, ” ucap Raka.

  Zero mengangguk dan mulai berjalan menuju kamar mandi. Raka tersenyum melihat Zero yang sangat mengerti. Ia melihat Fero yang masih tertidur.

  “ Fero? Bangun, yuk? ” Ucap Raka.

  “ Dady... Dingin... ” ucap Fero menarik selimut agar menutup tubuh mungilnya.

  Raka menyentuh kening Fero untuk mengecek suhu badannya.

  “ Fero kenapa, dad? ” Tanya Zero, ia bahkan belum mandi. Merasa kembarannya tak bangun dari tidurnya.

  “ Fero sakit, sayang, ” ucap Raka.

  Zero seketika berlari menuju Fero yang tertidur.

  “ Dady, kita ke rumah sakit, kan? ” Tanya Zero cemas.

  Raka mengangguk dan segera saja menggendong Fero dan menutup tubuhnya dengan selimut.

   “ Vian. Siapkan mobil, ” ucap Raka yang memang Vian di luar kamar.

   Vian mengangguk.

   “ Kenapa, kak? ” Tanya Revan.

   “ Fero sakit. Kamu bawa Zero. Kita ke rumah sakit, ” ucap Raka terburu-buru.

   Revan mengangguk dan segera menggendong Zero yang akan menangis.

   “ Dady... Dingin... ” ucap Fero.

  Mereka saat ini sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Revan memangku Zero. Zero terus saja menanyakan kondisi kembarannya itu.

   “ Kak Revan. Fero baik-baik saja, kan? ” Tanya Zero.

   “ Fero cuma mau tidur, Zero, ” ucap Revan.

   Zero yang mengerti memeluk Revan.

   “ Apa ini berhubungan dengan kekuatan Fero? ” Tanya Revan.

   “ Kakak juga tak tahu. Coba kamu telpon paman, ” ucap Raka.

   Revan mengangguk dan segera mengambil hp miliknya untuk menelpon Felix.

   Rumah sakit...

   “ Ini bukan demam biasa, ” ucap Niels.

   “ Apa? ” Kaget Revan dan Raka.

   “ Suhunya sangat tinggi. Jadi, kemungkinan ini berhubungan dengan gen yang dimiliki Fero atau kekuatan yang dimilikinya. Apa kalian sudah menelpon paman kalian? ” Tanya Niels.

    “ Sudah. Kenapa? ” Tanya Revan heran.

    “ Beritahu pamanmu untuk membawa penawarnya dan jelaskan apa yang terjadi, ” ucap Niels serius.

    Revan mengangguk dan menyerahkan Zero pada kakaknya. Zero sedari tadi hanya diam setelah mengetahui kembarannya sakit.

    Sedangkan Revan...

    ( Baiklah, paman mengerti. Bilang ke dokter untuk sementara jangan menyuntikkan Fero dulu )

    “ Kenapa? ” Tanya Revan heran.

    ( Itu akan memperparah sakitnya. Lebih baik tunggu kami datang ) ucap Felix.

    “ Tapi sedari tadi Fero kesakitan, paman, ” ucap Revan memberitahu.

    ( Baiklah. Kami akan cepat )

    “ Baik, paman. Revan tutup telponnya, ”

    Di rumah....

    “ Aku tak menyangka akan secepat ini, ” ucap Felix.

    “ Maksud paman? ” Tanya Ryan.

    “ Penasihat paman telah memberitahu tentang hal ini seminggu yang lalu, ”

    Minggu lalu...

    ( Maaf Yang Mulia telah menganggu Yang Mulia ) ucap Ian.

    “ Cepat ke intinya, ” ucap Felix.

    ( Baik. Ini mengenai gen yang dimiliki Fero. Kami mendeteksi pergerakan gen yang tak menentu secara tiba-tiba dan baru bereaksi semalam. Disebabkan gen ini sangat liar membuat sel yang berada di tubuhnya saling bertubrukan ) jelas Ian.

    “ Maksudmu? Akan ada kerusakan? ” Panik Felix.

    ( Sepertinya gen yang di dalam tubuhnya membentuk kekuatan baru. Terdapat tanda-tanda kekuatan tersebut terbentuk sempurna )

    “ Tanda-tanda seperti apa? ” Tanya Felix.

    ( Sehari sebelumnya ia merasakan insting yang aneh dan membuatnya terdiam dan esok paginya ia akan demam tinggi melebihi suhu rata-rata. Kami juga tak bisa mendeteksi kapan itu terjadi. Jika terjadi beritahu saya. Kami telah membuat penawarnya )

   “ Baiklah, ”

   Rumah sakit...

   “ Dady.. Dingin... Peluk... ” ucap Fero lemas.

   Raka yang mengerti langsung memeluk Fero dan menenangkannya.

   “ Hiks.. Sakit... ” ucap Fero mulai menangis.

   “ Dady di sini sayang, ” ucap Raka.

   Fero semakin menangis.

   “ Fero tak apa-apa, kan? Terus kenapa Zero tak boleh masuk? ” Tanya Zero.

   “ Mm.. Nanti kalo Zero masuk, Fero nggak jadi tidur, dong, ” ucap Revan berbohong.

   Zero terdiam. Ia tak mengatakan apa-apa lagi. Revan berharap Felix dan yang lain segera datang.

   Tiba-tiba saja Revan mendapat telpon.

   “ Kenapa, paman? ”

   ( Kita harus ke kerajaan sekarang. Tahap Fero semakin parah. Kita harus membawanya )

   “ Ke gang sempit? ”

   ( Iya, kita akan menunggu kalian )

   “ Baiklah, ” Revan langsung menutup telpon, karna panik.

   Revan merengsek masuk ke kamar yang ditempati Fero.

   “ Kak. Kita harus ke gang, sekarang! ” Panik Revan.

   “ Kenapa? ”

   “ Panjang ceritanya. Kita harus ke sana. Bawa Fero juga, ” ucap Revan kesal melihat kakaknya masin menanyakannya.

   Raka mengangguk, sedangkan Revan menyuruh Vian untuk segera menyiapkan mobil.

   Gang sempit...

   “ Dady... Sakit... ” ucap Fero semakin lemah.

   “ Sabar, ya sayang, ” ucap Roshan.

   Tanpa pikir panjang Felix segera membuat portal untuk ke dunianya. Felix sudah menelpon Ian untuk membawa dokter kerajaan di depan portal yang akan dibuatnya.

    “ Pah! Ini Fero kenapa, pah! ” Panik Raka melihat tubuh Fero mengeluarkan asap hitam.

    “ Hiks! Sakit! ” Ucap Fero yang tak bisa menahannya.

    Roshan segera mendekat ke arah Raka dan menyentuh tubuh Fero secara keseluruhan.

    “ Papa. Itu apa di tubuh Zero? Ada warna merah, ” ucap Fyan.

   Seketika mereka semua melihat ke arah Zero yang telah terlelap tidur di gendongan Revan.

   “ Revan. Cek dia. Apakah dia tidur, ” ucap Roshan, ia masih saja mengecek kondisi Fero.

   “ Dia tidur, pah, ” ucap Revan.

   Portal telah terbuka. Segera saja Raka dan Revan meletakkan Zero dan Fero ke kasur pasien yang telah menunggu mereka dan para dokter pun juga menunggu.

   Istana...

   Ryan, Raka dan Revan menunggu di depan ruangan untuk menunggu. Bahkan Felix dan Roshan pun turun tangan untuk menangani masalah tersebut.

   “ Kakak yakin mereka kuat, ” ucap Ryan menenangkan adeknya yang sedang gelisah.

   Raka mengangguk.

   “ Fyan bosan? ” Tanya Revan.

   Fyan mengangguk.

   “ Kalau gitu mau ikut kakak? Tadi kakak lihat ikan besar, ” ucap Revan.

   “ Mau, mau, ” ucap Fyan senang.

   “ Kamu izin dulu sama papa, ” ucap Revan.

   Fyan mengangguk patuh, “ Papa? Fyan boleh ikut kak Revan? ” Tanya Fyan.

    “ Boleh, sayang, ” ucap Ryan tersenyum.

    Revan, lalu mengajak Fyan untuk mengelilingi istana yang sangat luas.

   “ Tenanglah mereka akan baik-baik saja, ” ucap Ryan.

   Raka melihat kakaknya yang menenangkannya.

   “ Raka kok nangis? ” Ejek Ryan.

   “ Kakak!!! ” Marah Raka.

   “ Hahaha.... ”

   Raka cemberut melihat kejahilan kakaknya.

   “ Nah, ini  Raka yang kakak kenal, ” ucap Ryan.

   Raka tersenyum melihat kakaknya itu.

   10 menit kemudian...

   Felix keluar dari ruangan pemeriksaan.

   “ Kalian berdua masuk. Kalian sangat dibutuhkan pada bagian ini, ” jelas Felix.

   Ryan dan Raka heran dengan ucapan pamannya itu.

   “ Kenapa aku ikut? Bukankah yang seharusnya masuk itu Raka? ” Ucap Ryan yang akhirnya angkat bicara.

   “ Itu bisa dijelaskan di dalam, ” ucap Felix.

   Ryan dan Raka akhirnya masuk dengan perasaan bingung sekaligus cemas.

    Ryan dan Raka melihat Fero menahan sakit, sedangkan Zero memegang tangan tangan Fero.

   “ Kami sudah memberikan bantuan pertama dan kurang yang terakhir, ” jelas Roshan.

   “ Tahap terakhir apa? ” Tanya Ryan, sedangkan Raka duduk di pinggir kursi untuk melihat keadaan anak-anak yang dengan perasaan khawatir.

    “ Kami membutuhkan darah kalian berdua dan kami mencampurkan darah kalian menjadi satu. Setelah itu mereka meminum darah tersebut, ” jelas Felix.

    “ Kami? Bukankah Raka yang memiliki kekuatan tersebut? ” Heran Ryan.

    “ Kami menemukan pergerakan aneh dari sel milikmu. Kami sudah menyadari nya sejak lama. Tapi, kami memastikannya terlebih dahulu dan kami menemukan kesimpulan kamu mirip dengan Zero dan Fero. Setengah vampir setengah manusia, ” jelas Felix.

    Ryan akhirnya mengerti. Felix dan dokter lainnya pun segera mengambil darah Ryan dan Raka untuk menyembuhkan Zero dan Fero.

    “ Zero minum dulu, ya? ” Ucap Raka.

    “ Nggak mau. Minumnya warnanya merah, ” ucap Zero.

    Roshan akhirnya memiliki ide. Ia mengambil gelas dari tangannya Raka. Setelah itu Roshan mengubahnya menjadi air putih.

    “ Zero? Minum, ya? Nanti Fero juga minum, ” ucap Roshan.

    Zero mengangguk dan segera meminumnya, setelah itu Zero memberikannya pada Fero yang sedang terbaring lemah.

    “ Dady. Fero nggak mau minum, ” ucap Zero.

    “ Biar dady yang kasih, ” ucap Raka.

   Zero memberikan gelasnya pada Raka.

    “ Fero minum dulu. Terus nanti kita lihat ikan, ya? ” Ucap Raka tetap lembut.

     Fero tetap menggeleng.

    “ Berikan setetes saja. Itu sudah cukup, ” ucap Felix.

    Raka mengangguk dan memberikan setetes pada Fero.

   Seketika saja Zero dan Fero tidur bersamaan.

   “ Sudah. Fero sudah baik-baik saja, ” ucap Felix.

   Mereka semua merasa lega.

    “ Kamu nggak keluar? ” Tanya Roshan pada Raka yang masih ditempatnya.

    “ Raka mau menemani mereka, ” jawab Raka.

    “ Baiklah. Kamu tidur siang saja. Nanti papah akan membangunkanmu, ” ucap Roshan.

    “ Terima kasih, pah, ”

***

    “ Aska. Lu tahu ke mana Ryan? ” Tanya Zefan.

    “ Mereka ke dunianya pamannya, ” jawab Aska.

    “ Apa nanti malam mereka pulang? ” Tanya Varo.

    “ Baru saja tuan Ryan memberitahu. Bahwa mereka akan di sana selama seminggu, ” jawab Aska.

     “ Dasar! Udah janjian malah pergi, ” kesal Rei.

***

     “ Kak Revan. Lihat ikannya besar! ” Ucap Fyan senang.

     “ Fyan suka ikan? ” Tanya Revan.

     “ Iya Fyan suka! Kak Revan, nanti ikannya Fyan bisa besar seperti ini? ” Tanya Fyan.

     “ Mungkin bisa. Jika Fyan rajin merawatnya, ” jawab Revan.

     “ Maaf pangeran. Yang mulia Felix memberitahu jika pangeran harus mandi, ”

     “ Baiklah. Tunggu sebentar, ” ucap Revan.

     “ Fyan? Mandi, yuk. Nanti kita lihat ikan lagi, ” ucap Revan.

     “ Baik, ”

***

     “ Dady. Bangun, ” ucap Zero.

     “ Ughh.. Zero? ” Bangun Raka.

     “ Yey!! Dady bangun, ” senang Fero.

     “ Zero? Fero? ” Kaget Raka.

     “ Hehehe... Dady. Tadi Fero yang bangun duluan, ” senang Fero.

     Tanpa sadar Raka menitikkan air mata.

    “ Dady menangis? ” Tanya Zero.

    “ Tidak tidak. Sekarang mandi, ya? ” Ucap Raka.

    Mereka mengangguk, “ Tapi, mau sama dady, ” ucap Fero.

    “ Baiklah. Kalian semua siapkan saja baju untuk kami, ” ucap Raka memerintah pelayan kerajaan yang telah menunggu mereka.

     Mereka semua mengangguk, lalu pergi.

     “ Dady. Kita di mana? ” Tanya Zero.

     “ Kita di rumahnya paman Felix, ” jawab Raka.
   
     Mereka mengangguk mengerti.

    “ Sekarang kita mandi, ” ucap Raka.

***

    Mereka semua saat ini sedang makan malam di istana yang luas tersebut.

    “ Papa. Fyan mau puding, ” ucap Fyan menunjuk puding yang diinginkannya.

    “ Nanti, ya Fyan? Fyan makan nasi dulu terus makan puding, ” ucap Ryan.

    Fyan mengangguk mengerti.

    “ Paman. Kok kamar Revan di ubah, sih? Padahal udah bagus lho, ” ucap Revan.

     “ Kamu nggak suka? Nanti paman hancurin kamarmu. Tapi, kamu tidur di taman, ” ucap Felix.

     “ Hehehe... Nggak jadi. Revan suka, ” ucap Revan.

     Mereka semua tertawa melihat ekspresi Revan.

     “ Hahaha.. Rasain dimarahin paman, ” ejek Raka.

     “ Huh! ” Kesal Revan melanjutkan makannya.

     “ Udah udah. Sekarang lanjutin makannya, ” ucap Roshan.

     Mereka melanjutkan makan mereka dengan suasana menyenangkan.

Continue Reading

You'll Also Like

807K 80.1K 31
Tentang ia yang hanya bayangan di keluarga nya, tentang ia yang harus di paksa kuat oleh keadaan, dan tentang ia yang harus bisa tegar di saat semua...
JERAIN By El

Teen Fiction

3.1K 240 19
Kelakuan mereka memang lucu tapi tidak dengan kisahnya. "Jean itu gila! Dia sakit mental. Sahabat dan keluarganya pasti malu." 20 Juni 2024
AZKARA (END) By Nia

Teen Fiction

43.8K 3.1K 26
Sederhana saja bercerita tentang Azkara pria tampan nan imut yang tak tau jika ia adalah korban penculikan saat umurnya masih 2 tahun.Ia mengira ibun...
783K 78.5K 30
[MINIMAL VOTE LAH KALO BACA] Samudera Gaisendra, pemuda yang sangat mengharapkan kasih sayang kedua kakak kembarnya. Dia memang mendapatkan kasih say...