Assalamu'alaikum
Jangan lupa follow ig author:@wp.gulajawa
Gus Agam : agamganteng_12
Sebelum membaca awali dengan
Bismillahirrahmanirrahim
***
2 bulan yang berlalu, tepatnya saat usia Ziva masih 6 bulan kandungan. Ziva dan Gus Agam tengah menata ruangan tamu.
Semenjak perut Ziva membesar, mereka memutuskan untuk pindah tidur di kamar tamu. Karena dengan keadaan Ziva yang tengah hamil, tidak mungkin Gus Agam mengambil resiko mengizinkan Ziva menaiki turunin tangga, dalam keadaan hamil.
"Mas, Ziva pengen sprai kasur nya warna coklat muda," tawar Ziva yang memperhatikan sang suami membereskan kasur.
"Boleh, kamu tunggu disini sebentar ya. Mas ambil dulu."
"Siap."
Segeralah Gus Agam berjalan keluar kamar meninggalkan Ziva yang tengah duduk disofa kamar, menulis buku diary.
"Mau menulis apa lagi yah?"
***
Beberapa menit kemudian, Gus Agam kembali dengan membawa bungkus sprai kasur berwarna coklat.
"Assalamu'alaikum ya zawjati."
"Wa'alaikumsalam,"balas Ziva.
Perlahan Gus Agam memasuki kamar, lalu kembali menutup pintu dibelakangnya.
"Ini dia sprai kasurnya. Warna ini kan?"
Ziva memperhatikan tangan Gus Agam, yang sedang memegang sprai kasur itu. "Iya yang itu mas "
Gus Agam mengangguk faham kearah Ziva. "Baguslah kalau benar. Mas pasang dulu ya."
"Iya."
Gus Agam lekas berjalan kearah ranjang. Mulailah Gus Agam memasang sprai kasur itu. Sesekali Gus Agam melirik kearah sang istri yang tengah tekun menulis.
"Nulis apa sih sayang?"
Ziva yang tengah asik menulis, lekas menghentikan kegiatan nya danmelirik kearah sang suami. "Kepo! Intinya hal ini bakal bikin mas teringat Ziva terus."
Gus Agam terkikik, setelah memastikan sprai terpasang dengan benar. Gus Agam lekas berjalan menghampiri Ziva. Dengan terburu-buru juga Ziva menutup buku dan menyembunyikan nya.
"Segitu rahasianya ya?"
Ziva tersenyum mendengar perkataan dari sang suami. "Ya, sangat rahasia."
Gus Agam mengangguk dengan senyum lembutnya. Seraya membelai pucuk kepala Ziva.
"Semuanya sudah beres," ucap Ziva yang memperhatikan sekeliling na sudah rapih semua.
"Sudah dong."
Gus Agam lekas duduk disamping sang istri, dengan tangan terletak diatas perut buncit istrinya.
"Maaf ya mas, Ziva ga bantu. Padahal Ziva niatnya mau bantu."
Lengkungan terlihat jelas di bibir Gus Agam. "Kenapa harus minta maaf hm? Kamu kan sedang hamil, ga baik harus bungkuk. Mas ga mau kamu kenapa-napa!!"
"Inget sayang, kamu lebih berharga dari sebuah berlian. Kamu adalah belahan jiwa mas," sambungnya.
"Mas gombal!"
"Mas serius," tatapan keseriusan terlihat di mata Gus Agam, yang berwarna coklat gelap itu.
"Mas ga sanggup jika kehilangan kamu. Sedetik pun itu, mas mungkin akan merasa hampa. Jikalau boleh jujur, mas lebih memilih kehilangan harta. Dari pada kehilangan kamu."
Nada bicara Gus Agam terkesan serius. Tidak hanya dari nada bicara nya. Dari matanya saja sudah terlihat tekad keseriusan nya.
Gus Agam kemudian mengarahkan tangannya menangkup wajah mungil sang istri. "Jangan pernah berfikir meninggalkan mamas, mari rawat bayi kita bersama sama," Gus Agam lekas memeluk tubuh sang istri.
Ziva membalas pelukan hangat itu. "Iya mas, Ziva gak akan pergi dari mas Agam."
Pelukan itu semakin erat. Namun beberapa menit kemudian, pernyataan dari Ziva membuat Gus Agam membekuk dengan wajah ketakutan. "Namun, Ziva gak bisa janji. Masih ada ajal yang memisahkan kita. Jad-"
"Jangan katakan hal itu," kata Gus Agam dengan eskpresi dinginnya. "Jangan pernah, ajal hanya akan memisahkan raga, tidak dengan cinta Ziva kan!"
Ziva melarat pelukan dan menatap wajah sang suami. "Maaf, Ziva gak akan pernah ngomong begitu lagi."
"Tidak apa-apa. Maaf juga mas membuat Ziva terkejut. Mas tidak suka Ziva berbicara seperti itu," telapak tangan itu terulur membelai punggung sang istri
"Mas Agam," panggilnya.
"Dalem zaujati, humairaku, manis ku, cantiku, sayangku, pujaan ku, ratuku, princess ku, permaisuri ku, dunia ku, belahan jiwaku, kekasihku, ibu dari anak anakku. Kenapa hm?"
Perkataan manis yang terucap dibibir sang suami membuat raut wajah Ziva memerah."Mas nih, jangan gitu lah!"
"Dalem princess , nyapo to hm? Njaluk disayang tah?"
"Please mas-mas Jawa ini meresahkan," keluh Ziva dengan raut merona. Gus Agam hanya bisa terkekeh dengan perkataan dari sang istri.
"Princess nya mas, mau ngomong apa hm?"
"Ah Ziva baru inget, Ziva mau nanyak ini loh. Dijawab dengan jujur ya!!"
"Nggih princess ku."
"Cintanya mas Agam ke Ziva itu seperti apa sih? Seluas samudra. Atau bahkan seluas alam semesta?"
Mendengar pertanyaan itu membuat senyum manis terukir diwajah Gus Agam. Sebelum menjawab, Gus Agam menyempatkan diri untuk menarik nafas, meraih aba-aba. Setelah merasa cukup siap menjawab, akhirnya pun perkataan manis itu keluar, bersamaan dengan belaian lembut di pipi Ziva.
"Jadi gini loh Humairaku, dengarkan mas ya. Cintanya mas tidak diibaratkan seperti dalam dan luas nya samudra, luasnya alam semesta. Karena cinta nya itu sebesar lillahi ta'ala."
Wajah Ziva semakin memerah mendengar perkataan sang suami. "Mas bisa aja."
"Apa sih yang mas ga bisa, semua mas akan lakukan demi tanyang-tayangnya mas Agam."
"Aaaaakkhh, gombal muluk kayak buaya darat."
Tawa renyah dari Gus Agam keluar, ketika mendengar keluhan manis dari sang istri.
"Manis nya istri aku, jadi pengen maken deh. Errawwwr," goda Gus Agam
Ziva merasa kesal terus digoda oleh sang suami. Pada akhirnya, Ziva memilih mencubit lengannya.
"Aws....," Gus Agam meringis kesakitan seraya mengusap bekas cubitan Ziva di lengannya. "Sayang, kamu jahat banget. Tega yah kamu kdrt," alaynya.
"Ih jangan alay lagi!!"
Gus Agam terkekeh lali kembali memeluk sang istri. "Jangan pernah ragukan cinta nya mas. Karena cinta mas Agam didasari lilahi ta'ala. Bukan sekucup bunga."
"Iya mas, iya."
Gus Agam melarat pelukan menatap sang istri dengan tatapan lembutnya. Tatapan Gus Agam membuat seribu pertanyaan muncul di benak Ziva.
"Ngapa natap Ziva gitu!!"
Gus Agam tersentak kaget dengan nada yang Ziva ucapkan. Tak berniat marah dirinya malah membelai pucuk kepala sang istri.
"Mas sedang menatap kecantikan istri mas yang melebihi cantiknya bidadari surga,"gombalnya.
"Gombal teros!!"
"Enggak kok, mas serius,"
"Demi apa?"
Gus Agam terdiam menatap lekat kedua mata milik istrinya. "Demi Allah sayang, sungguh demi Tuhan ku(Allah) kecantikan mu melebihi siapa pun."
"Namun, kamu masih menjadi yang kedua. Dari dua wanita yang kucintai," sambungnya.
Dahi Ziva mengerut, rasa kesal tiba-tiba muncul dalam dirinya. Lekaslah Ziva memukul pelan lengan sang suami, dikarenakan kesal. "Mas jahat, tega-teganya mas jadi in Ziva yang kedua!!"
"Loh, loh. Sabar sayang, karena wanita pertama yang mas cintai itu umi."
Mendengar perkataan dari sang suami membuat wajah Ziva tersipu. Bisa-bisanya dirinya cemburu dengan mertuanya.
Melihat reaksi Ziva yang tersipu membuat Gus Agam terhibur. "Nyapo hm? Cemburu dek. Istriku cemburu?"
"Apa sih."
Gus Agam kemudian terkekeh dikuti dengan tawa Ziva. Keduanya terus bersenda gurau bersama, menikmati waktu berdua mereka.
***
"Cinta yang sederas hujan, seindah pelangi hanya bersifat sementara. Tapi cinta yang didasari lilahita'ala akan selamanya ada. Walau raganya terpisah"
-Agam Zulfikar Akbar
Akhiri membaca dengan
Alhamdulillah
Jangan lupa follow akun wattpad author ya
Gulajawa_1