Transmigrasi...

By Milkyta03

224K 18.1K 1.2K

"Mau dikehidupan dulu ataupun sekarang gue sama-sama di acuhkan dan diabaikan, lantas untuk apa gue pake pind... More

PROLOG
1. Tawuran
2. Beneran pindah raga?!
3. Pulang
4. Tsundere
5. Sekolah
6. Demam
7. Diculik?
8. Gang Salvorios
9. Lelah
10. Disiram
11. Kembaran sekaligus luka
12. Rumah sakit
13. Penyesalan Raga?
15. Sagara bimbang?
16. Teror
17. Telat
18. Trauma
19. Kabur
20. TPU

14. Mata yang sulit terbuka

12.5K 1.2K 101
By Milkyta03

Resi mengetahui bahwa Raka masuk rumah sakit dirinya melihat video saat Raka dipukuli dan kepalanya dibenturkan oleh Raga. Ada seseorang yang mem video kejadian tersebut sehingga saat ini video itu sedang hangat dibicarakan di sekolah SMA Citra Pertiwi.

Resi mengepalkan tangannya dia sungguh tak habis pikir dengan semua kelakuan keluarga Raka.

"Ka, keluarga lo udah biadab banget sama lo."

Resi saat ini sedang berada di markas Salvorios, setelah pulang sekolah dirinya langsung ke markas karena sudah lama dia dan Rayen tidak ikut berkumpul dengan inti Salvorios yang lain.

Resi sangat ingin menjenguk Raka kerumah sakit hanya saja dirinya tidak mengetahui Raka dirawat dirumah sakit mana.

Saat menyesakan melihat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti itu. "Bodoh, kenapa gue gak ada saat itu kalau gue ada mungkin Raga udah babak belur ditangan gue." Saat itu Resi melihat Raka keluar dari kelas, dirinya ingin menyusul namun Bu Ega menentangnya dengan keras karena beranggapan Resi hanya ingin bolos.

Di markas ini tengah ramai oleh anak-anak inti dan cadangan mereka tengah berkumpul dan bercanda ria, tapi menurut Resi semua ini tak lengkap tanpa adanya Raka.

Dirinya menyendiri tak bergabung dengan mereka, pandangan matanya tertuju pada tong yang berisikan abu jaket Raka yang telah dibakar oleh Dion saat itu.

"Woy Resi, diem mulu dari tadi sariawan Lo?" Leo menggeplak bahu Resi.

"Gak papa." Jawab Resi singkat.

"Dih, jawaban lo kaya cewe coba sini cerita sama gue kenapa, Lo ada masalah?" Tanya Leo karena dari tadi dia melihat Resi yang tak berminat ngobrol dengan mereka padahal Resi akhir akhir ini jarang berkumpul dengan mereka.

Resi menatap wajah didepannya, Leo mengangkat satu alisnya menunggu jawaban Resi.

"Soal Raka dia---"

Raut wajah Leo langsung menunjukan ketidaksukaan saat nama Raka disebut. "Gue gak suka kalo ada yang ngomongin dia, jadi stop ngomongin dia depan gue!"

Seketika Resi mendatarkan wajahnya. "Serah Lo! Gak usah nanya-nanya gue kenapa."

Resi meninggalkan Leo dirinya memilih keluar dan duduk diluar menikmati udara aroma tanah yang  sudah terkena air hujan.

Leo gelagapan saat Resi meninggalkannya, dia tidak bermaksud berbicara seperti itu hanya saja setiap kali dirinya mendengar nama Raka rasa amarah nya selalu bangkit seketika.

Didalam ruangan markas Salvorios sangatlah berisik pasalnya bukan anggota inti saja yang sedang berkumpul melainkan bersama anggota yang lain, dari mereka ada yang bermain catur, PS dan ada yang sedang Mabar game online. Tapi semua itu terasa berbeda semenjak Raka dikeluarkan dari Salvorios.

Suasana markas tak seramai saat ada Raka dulu, ini pun mereka berkumpul karena titahan Deon yang ingin membuat suasana markas terasa hidup seperti biasanya.

Rayen yang menyadari ketidaknyamanan yang Resi rasakan, dia berniat menyusul sang sahabat.

"Rayen, Lo mau kemana? Udah deh disini aja temenin gue main ML."

"Sorry, gak minat."

Jawaban Rayen membuat Deon naik pitam. "Lo sama Resi kenapa sih, bilang sama gue kalau Lo berdua ada masalah. Bukan kaya gini, lo pikir hidupin suasana markas itu mudah?! Cape-cape gue buat markas senyaman mungkin."

"Kenapa gue harus nurut sama Lo?! Ketua juga bukan, lo itu cuman sebatas wakil ketua itupun lo ambil paksa jabatan Raka, malu gak lo. Hah?! Kalo gue malu sih."

Bughh

Rayen terkekeh saat menerima bogeman yang dilayangkan Deon, "kenapa marah? Fakta kan." Dia mengusap sudut bibir nya yang sedikit berdarah karena Bogeman Deon tadi.

"Keluar lo dari Salvorios kalau caranya kaya gini, inget Salvorios dibawah kendali gue sekarang." Ucap Deon merasa kesal karena dirinya dianggap remeh. "Jadi lo jangan macam-macam sama gue, lo mau dikeluarin kaya si Raka?"

"Oke, gue juga udah bosen di Salvorios. Gak ada Raka suasana Salvorios jadi gak terkendali karena lo, sebelum Raka dikeluarin suasana markas aman aja tuh. Bahkan banyak anak-anak yang bela-belain nginep disini karena Raka emang seasik itu, dia gak permasalahin hal kecil kaya Lo tadi."

Deon menggeram marah, dirinya sangat tak suka dibandingkan dengan Raka. Dia berjalan kearah Rayen dan menendang tulang keringnya dengan kuat sehingga Rayen bertekuk lutut.

Saat merasa dirinya terancam Rayen mendorong tubuh Deon sampai mundur beberapa langkah darinya. Dia memukul rahang Deon membalas pukulan Deon tadi, Rayen memukul kembali wajah Deon yang sangat terlihat angkuh.

Deon berusaha menghindar pukulan-pukulan itu, karena dirinya cukup lihai dalam bela diri dirinya dengan mudah membalikan keadaan sehingga kini dirinya diatas tubuh Rayen. Deon mencengkram rahang Rayen, semua nya melihat kejadian itu mereka berusaha untuk memisahkan.

"Deon udah. Anjir! Lo gak lihat tadi bibirnya berdarah." Leo menarik Deon yang terus memukuli wajah Rayen.

Rayen berusaha melindungi wajah nya dengan kedua tangan, berusaha bangkit tapi sangat sulit karena Deon menduduki pinggangnya.

Kafel anak yang baru kelas 10, dia membantu menarik tubuh Rayen dari gempuran pukulan Deon.

"Bang Deon udah bang!" Karena tak hati-hati dirinya terkena pukulan salah sasaran dari Deon.

"Arghh." Kafel mengerang karena pukulan itu mengenai perutnya.

"Fel! Lo gak papa?" Tanya Leo.

"Aman bang, Lo pisahin mereka cepet.  Bang Rayen udah babak belur."

Rayen menangkis beberapa pukulan Deon, karena terlalu sulit berkelahi dengan tubuhnya yang tertindih seperti ini. Dan Deon berusaha menyingkirkan tangan Rayen yang melindungi wajahnya.

"Deon!"

Sentakan Agam membuat pergerakan Deon terhenti.

Saat mendengar suara keributan Agam dan Resi yang tadinya  berbincang diluar langsung masuk kedalam, tadi saat Resi sendiri tiba-tiba Agam menghampiri nya dan mengajak Resi berbincang.

"Gila, Lo Deon. Setelah bakar jaket Raka sahabat gue, sekarang lo pukulin Rayen apa maksud Lo. Hah?!" Resi cukup geram dengan tindakan Deon, dia membantu Rayen yang terbaring dengan beberapa luka dibagian wajahnya.

Agam menatap Deon. "Kenapa?" Tanya Agam singkat.

"Gue gak suka Gam, kalo ada yang bandingin kinerja gue sama Raka." Ungkap Deon dengan menatap tajam Rayen.

"Perlakuan lo salah, bagus lo pukulin temen sendiri?" Tanya Agam santai berbeda dengan hati Deon. Agam ini adalah orang satu-satunya di Salvorios yang memilki aura dingin dan mereka tidak ada yang berani kepadanya termasuk Garel sendiri sang ketua.

"Gue gak akan segan gam. Buat keluarin siapa pun itu yang berani bantah dan bandingin gue sama Raka, jadi untuk lo Rayen---" Deon menunjuk Rayen dengan urat tangan yang menonjol. "Keluar dari Salvorios sekarang juga."

"Baik, gue Rayen sebagai anggota inti bakalan keluar dari Salvorios sekarang juga."

"Gak ada yang harus keluar!"

Suara seseorang muncul dari pintu masuk. Mereka langsung mengalihkan tatapannya pada orang itu, seketika mereka terdiam.

Orang itu berjalan mendekat pada Deon dan menepuk bahunya. "Kenapa lo berani keluarin Rayen?"

Deon menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue c-cuman marah doang ko. Gar, gue becanda aja tadi."

Garel memandang suasana markas yang tampak beda. "Sebulan gue gak sadar, keadaan markas berubah se drastis ini?"

"Gar lo udah sehat? lo kapan siuman kenapa lo gak hubungin kita-kita?" Tanya Resi beruntun, dirinya cukup kaget saat melihat Garel yang ternyata sudah keluar dari rumah sakit.

"Gak lama setelah Raka donorin darah nya ke gue."

"Tahu dari mana?" Tanya Agam heran.

Resi mengernyit bingung. "Gam Lo ngomong jangan setengah-setengah deh, gak ngerti sumpah."

Agam menghela nafas. "Donor darah."

Garel terkekeh ringan melihat Resi yang masih kebingungan. "Gue tahu sendiri golongan darah gue sama Raka sama, otomatis dia yang donorin darah nya ke gue." Akhirnya ucapan dari Garel bisa dicerna oleh Resi.

Garel mengernyit bingung saat orang yang dicarinya tidak ada. "Raka kemana? Dia gak ikut kumpul?" Semuanya terdiam mendengar itu.

"Dia udah dikeluarin bahkan jaket nya udah dibakar sama Deon." Disaat yang lain terdiam Rayen menyuarakan suaranya.

Garel memandang Deon tajam. "Kenapa Lo lakuin itu?!"

"Lo pikir karena gue gak ada Lo bisa berkuasa seenaknya?! Lo tahukan kalau gak ada Raka mungkin sekarang gue gak akan selamat."

"Hah gimana? Maksud Lo soal donor darah?" Tanya Leo yang kurang paham, sebenarnya mereka juga kurang paham dengan apa yang Garel ucapkan.

"Raka yang tolongin gue waktu itu, seseorang ada yang nyabotase motor gue supaya gue kecelakaan. Tapi sebelum itu Raka tahu dia ngerekam aksinya dan ngasih tahu gue buat jebak dia balik, akhirnya gue pura-pura kecelakaan supaya orang itu masuk jebakan gue. Dan hal tak terduga nya adalah dia tahu rencana gue sama Raka."

"Gue kecelakaan karena dia tabrak gue yang mau nyebrang." Jelas Garel menceritakan kejadiannya saat itu.

"Jadi lo kecelakaan bukan karena Raka nyabotase motor Lo?" Tanya Rayen kaget mendengarnya.

"Info dari mana itu? Ngawur banget yang ada Raka yang nolongin gue."

Rayen mengepalkan tangan dengan cepat di memukul Dion hingga Dion terpental.

"Mau lo apa. Hah? Kalo lo mau jadi wakil ketua gak gitu caranya, Lo pikir lo hebat ? lo ngeluarin Raka disaat dia sedang terpuruk, lo gak akan tahu rasanya dipukulin ayah sendiri. Lo dengan teganya nyulik dia yang lagi sakit dan bakar jaket dia di depannya langsung, hati lo kemana. Hah?!"

Rayen terduduk karena tak rela Raka dikeluarkan tanpa kesalahan, mungkin saat itu dirinya menerima saja karena Raka diduga mencelakai sang ketua tapi kini faktanya hal itu tidak lah benar.

"Jadi Lo keluarin Raka gitu aja tanpa kesalahan? Gue sebagai ketua kecewa sama Lo Deon, apa salah Raka sama lo sampe bikin berita palsu kaya gini." Garel tak habis pikir dengan Deon.

Deon mengetatkan rahangnya saat semua orang kini menatapnya dengan tajam. "Iya gue bikin berita palsu, puas kalian. Hah?! Kalian harus mikir Raka itu brengsek dia suka bully emang kalian mau temenan sama orang gak bermoral kaya dia?"

Bughh

Semua orang tercengang saat Agam memukul keras Deon dibagian pipi, pukulan Agam tidak diragukan lagi sekali saja dia memukul luka nya akan langsung membekas.

"Bajing*n!"

Agam menarik kerah Deon menatapnya penuh permusuhan, mereka yang disana membiarkan hal itu begitu saja karena sudah geram dengan kelakuan Deon.

"Lo--"

Bughh

Agam kembali memukul rahang Deon, "jangan salahin gue kalau gue kelepasan." Selanjutnya Agam memukul lagi Deon.

Saat melihat Deon yang sudah lemas karena terus dipukuli Agam, Garel menghentikannya. "Udah gam, sekarang tolong telepon Raka suruh dia ke markas gue mau ketemu sama dia."

"Dia masuk rumah sakit." Celetuk Resi tiba-tiba.

Mereka belum mengetahui hal itu, karena berita Raka dalam video yang beredar hanya tersebar di sekolah SMA Citra Pertiwi saja, jelas mereka kaget mendengarnya.

"Kapan dia masuk rumah sakit dan karena apa?" Tanya Garel jangan tanyakan kondisi nya saat ini bagaimana, apalagi terakhir kali dirinya melihat Raka yang kondisinya sedang tidak baik-baik saja.

"Dipukulin kembaranya sendiri, Lo lihat aja video nya." Resi memberikan handphone nya kepada Garel.

Garel menonton video itu, bukan hanya Garel tapi Leo, Kafel, dan juga Agam sama menontonnya. Setelah video itu selesai diputar. Garel menggeram marah dia sungguh tak tega melihat teman sendiri di perlakukan seperti itu.

"Gilaa gilaa, Abang nya bang Raka sadis bener. Padahal yang diperlakuin  seperti itu adek nya sendiri." Kafel menggeleng sesaat setelah menonton video yang ditayangkan dari hp Resi. "kalau gue jadi bang Raka, udah minggat tuh dari rumah yang rasa neraka."

Agam yang biasanya jarang ikut campur dalam masalah orang lain, kini dirinya ikut geram terhadap semua anggota keluarga Raka. Tak ada yang benar menurutnya keluarga Raka terus menerus menjadikan Raka samsak pelampiasan, lahir dikeluarga yang hangat membuat Agam merasa khawatir dengan mental Raka.

"Info rumah sakit?" Tanya Agam kepada Resi dan Rayen karena hanya mereka lah yang satu sekolah dengan Raka.

Resi menerima hp dari Garel. Dia mengarahkan tatapan kepada Agam, "itu masalahnya gue gak tahu Raka dibawa kerumah sakit mana, karena waktu kejadian gue gak ada ditempat. Bahkan hp nya Raka aja ada sama gue, gue Nemu hp nya di taman gak jauh dari lokasi."

"Lacak!!" Titah Garel.

Leo yang merasa hanya dirinyalah yang bisa melacak terpaksa harus turun tangan, walaupun dalam hatinya terasa malas. Ingatkan bahwa dirinya masih tak suka pada Raka.

*****

Erga menatap wajah pucat Raka dengan penuh Lamat, sudah tak terhitung berapa kali dia menangis sampai kini mata nya sudah sangat sembab karena terlalu lama menangis. Dia menggenggam sebelah tangan Raka yang terbebas dari infus dan mengecupnya mata nya terpejam merasakan tangan Raka yang terasa dingin.

"Dek, gak bosen masuk rumah sakit terus?"

Air mata Erga membasahi tangan Raka yang sedang digenggamnya. "Kalau cape, adek bisa istirahat dulu tapi jangan lama-lama yah? Gue janji nanti setelah lo bangun gue bakalan minta ayah buat ijinin lo makan dimeja makan sekeluarga, itukan keinginan lo dari lama. Hiks"

"Gue janji dek, gue bakalan masakin makanan yang enak buat Lo, nanti lo gak usah makan sendirian lagi dikamar. Nanti lo bisa makan sepuasnya apapun ----hiks" Erga menarik nafas sejenak sakit rasanya mengingat hal yang menyakitkan itu. "nanti Lo makan tanpa dipukul sama ayah lagi. Jadi adek tidurnya jangan lama-lama, ya dek?"

Erga memandang kening Raka yang dibaluti dengan lapisan perban, luka itu tercipta karena sang ayah yang melempari adiknya dengan gelas belum lagi luka itu kembali terluka lebar karena Raga. Erga tak mampu membayangkan seberapa sakit yang diderita Raka.

Dia mengulurkan tangganya dan mengusak anak rambut yang menutupi sedikit mata Raka. Erga memandang sendu wajah adiknya yang sangat terlihat pucat bahkan nafas Raka tak terdengar sedikitpun. Dia membenamkan wajahnya ke tangan Raka.

"Rak, hiks. Janji sama gue lo harus sehat lagi gue gak bakalan pukulin lo lagi, dek."

Erga terisak tak peduli jika tangan Raka sudah basah karena air matanya, ingatan saat dirinya mengacuhkan dan mengabaikan Raka selalu berputar dalam pikirannya.

Raka belum keluar dari ruangan ICU walaupun ini sudah 3 hari setelah Raka dibawa keruangan ini, seringkali kondisi Raka melemah dan kritis. Erga berharap Raka dapat segera sadar dan melewati masa masa kritisnya.

"Adek, sekarang pipi kamu tirusan kenapa?" Sangat sesak jika berbicara tanpa adanya balasan seperti ini. Apalagi ruangan ini sangat sunyi hanya ada suara alat EKG yang menggema.

Saat Erga memejamkan mata tiba-tiba suara telepon masuk. Terpampang satu nama yang selalu menjadi penyebab Raka terluka.

Sagara menelponnya setelah 3 hari Erga tak pulang mansion terakhir dia bertemu dengan sang ayah saat dirinya berada di ruang rawat Alkan, Alkan dengan Raka dirawat dirumah sakit yang berbeda sehingga sulit bagi Sagara untuk menemui Erga begitupun sebaliknya.

"Hallo, yah?"

Suara Erga menyapa saat panggilan telah tersambung.

"Erga kamu dimana?! Kenapa raga pulang-pulang badannya penuh dengan lebam ayah ingin tahu dia kenapa, karena dia gak cerita sama sekali sama ayah."

"Atau jangan-jangan dia dipukuli oleh anak sial*n itu?! Jawab ayah Erga! Ayah semakin yakin bahwa ayah tak bersalah kemarin memukulinya karena memang anak itulah penyebab akar permasalahan dikeluarga kita."

Erga yang mendengarnya sangat sakit dia melirik Raka yang menampilkan wajah tenang dengan mata yang terpejam. "Jangan dengerin ayah. Ya dek"  lirih Erga dia terus mengusap tangan Raka yang sedari tadi dia genggam.

Walaupun Raka tak sadar tapi Erga sangat yakin jika Raka mendengarkan semua hal yang dia ucapkan.

"Ayah stop salahin Raka dengan segala macam tuduhan ayah tahu?"

"D--dia dia masuk rumah sakit ayah!!" Erga tanpa sadar menaikan intonasi nadanya.

Sagara tak menjawab apapun beberapa saat. " Kenapa ayah setega itu sama Raka ? Raka salah apa sama ayah sampai Raka harus kena pukulan ayah terus ? Raka juga manusia ayah!"

"Anak itu masuk rumah sakit---?"

"Kalau ayah masih nganggap Raka anak ayah jenguk Raka, yah."

"Sejak dulu ayah sudah tak menganggapnya anak, sekarang ayah tidak mau tahu. Mungkin dia kena karma dari tuhan karena berani membunuh ibunya sendiri."

"Dari pada membuang waktu yang sangat berharga, lebih baik ayah menghadiri acara meeting."

Tut

Erga ingin menggeram rasanya saat sang ayah memutuskan panggilan secara sepihak.

Alat EKG tiba-tiba berbunyi dengan keras, sontak hal itu membuat Erga sangat panik apalagi melihat garis disana terlihat lurus.

"KAA!!"

"L--lo becanda kan, ka?! BILANG SAMA GUE KALO LO BERCANDA!"

Mata Erga semakin basah saat dirinya tak merasakan denyut nadi Raka. Lututnya seketika lemas. Bahkan tubuh nya bergetar. Dia menepuk nepuk pipi Raka berharap adiknya itu terbangun, lalu dia menggoyangkan tubuh Raka namun nihil itu tak berefek apa-apa.

"DOKTER!!!"

*****

Rasa panas menjalar di dada seorang Remaja yang saat ini sedang terbaring lemah diranjang pesakitan. Dia berusaha membuka matanya walaupun terasa berat dan sulit apalagi tenggorokanya saat ini terasa terbakar entah berapa lama dia tidak minum.

Dia juga merasakan suara suara orang disekitarnya yang mengajaknya berbicara, dan satu suara yang membuatnya terdiam seketika.

"Adek, bangun yuk bunda disini Sayang bangun yah nak. Kamu udah lama banget tidur bangun yah sayang. Hiks. Kamu gak kangen bunda nak?"

Dia amat sangat mengenali suara itu, itu suara sang bunda!! Iyaa bunda dikehidupan nya dulu.

Suara seseorang yang lain menyapa pendengarnya. "Adek gak kangen yah sama Abang? Udah lama loh dek, Abang gak denger suara kamu. Kamu beneran benci Abang?"

Suara menyebalkan yang sayangnya dia sangat merindukannya.

"Jagoan ayah lagi ngapain disana? Indah banget yah sampe gak mau buka mata?"

Ayahnya, ayah yang walaupun jarang berbicara dengan nya tapi dia tidak pernah bermain tangan jika dia salah. Suara suara isakan semakin terdengar jelas apalagi suara sang bunda terdengar begitu menyedihkan.

Dia merasakan kecupan hangat dikeningnya, ingin sekali membuka mata yang terasa dilem itu sulit baginya membuka mata dengan tubuh yang sulit digerakan.


TBC

Hai pretty, aku baru update setelah beberapa hari gak update. Aku mumet banget karena tugas numpuk huhu. Inipun aku berusaha nyempetin buat update. Maaf yaa akhir akhir ini aku lambat update masalah utamanya yaitu tugas sekolah!!

Tolong tandai jika ada yang typo. Maaf jika part yang ini gak berasa feel nya, makasih buat yang sudah komen dan vote dapat love sekebon dari rakaa. Byby pretty (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Continue Reading

You'll Also Like

23K 2.6K 24
Tenn menatap kebingungan pada dua orang dihadapannya, terlebih pada anak kecil digendongannya. "Dia adikmu Kujo-san, Nanase Riku" "Hah?" Tenn sedikit...
243K 17.9K 42
Judul sebelumnya : Transmigrasi Rio X Ano Season kedua dalam proses penulisan Rio Adi Pratama Saat sedang dalam perjalanan pulang ke kediamannya di...
194K 29K 87
{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ul...
4.7K 318 15
buku ini berkisah tentang usaha Oikawa mendapatkan hati seorang gadis bernama Akanae (Y/N) yang cuek dan dingin tapi cantik dan pintar dan kisah hubu...