Obsessed: Recall

By 3ternallabs

733 147 152

Story by @PeachPeachy11 Main Cast: Kim Taehyung as Moony Kim Bae Suzy as Paris Bae DPR IAN as Sydney Yu Park... More

Trailer & Cast
Prologue
Paparazzi, Biggest fan, or Anti-fan?
Animal
Call Out My Name
What's Your Motive?
A Killer
Paris
A Fox and A Tiger
Beneficial Information Searching
Recall
Belle Et l'attention est centrée sur elle

What Appears Will Not Release

78 17 10
By 3ternallabs

Kedua tungkai jenjang berbalut celana kain hitam dan mengenakan kimono dengan warna senada menarik langkah menuju suatu ruangan dengan membawa sebuah tas persegi panjang yang tergenggam apik pada tangan kanannya. Setiap langkah ia ambil diiringi dengan kilatan cahaya putih dari luar sana yang masuk melalui cela jendela lorong vilanya.

Entah mengapa, malam hari itu terasa gelap nan menyeramkan, hujan deras turun dengan brutal, menciptakan suara bahana yang menggema di area vila pribadi milik seorang pria yang tinggal seorang diri. Diluar sana jalan setapak yang menghubungkan antara dunia luar dengan vila tersebuti dikelilingi oleh kabut tebal, menyelimuti dengan apik hingga segala sesuatu tenggelam dalam suasana misteri.

Kilat petir sesekali menyambar di langit memberikan efek sorotan cahaya tanpa permisi: tiba-tiba menerangi sejenak kegelapan malam yang pekat. Kilau kilat itu menyinari pepohonan rimbun di sekitar vila, menghasilkan bayang-bayang yang mencekam dan menakutkan di sekelilingnya.

Di dalam vila, hawanya tak kalah mencekam. Berada dalam ruang kerja, pria berbalut kimono hitam tebal itu terbenam dalam kegelapan bak menyatu. Terdapat sebuah bingkai foto besar seorang wanita cantik yang tampak hidup dalam sorotan kilat petir yang sesekali menyinari ruangan. Foto seorang wanita yang sedang menangkup rupa indahnya dengan gaya rambut yang terurai bebas dan kedua netranya yang begitu jernih. Sorot kilat itu mendatangkan bayang-bayang misterius di sekitarnya.

Dengan rambut basahnya ia duduk di depan monitor komputer memutar daftar lagu dari girl group terkenal, visual tampannya terpancar dalam cahaya yang begitu samar, terfokus pada tas persegi panjang yang terbuka. Tangannya mengambil sebuah album dari dalam tas tersebut—membuka album tersebut yang mampu menciptakan lengkungan kebahagiaan pada wajahnya yang tegas.

Puluhan foto hasil ia menguntit seorang wanita yang ia ambil dengan cara yang ekstrem. Salah satunya adalah ia memotret sang wanita yang sedang tertidur lelap di dalam kamarnya. Foto-foto tersebut tersimpan apik dalam album dengan sampul yang bertuliskan 'Cantikku.'

Jari-jarinya menyapa permukaan foto yang tersimpan dalam album tersebut, ia tersenyum lebar begitu senang diiringi dengan suara hujan dan gemuruh petir melahirkan ketegangan pada suasan gelap dan mencekam.

"Mereka memang cantik. Tapi dialah yang paling cantik bahkan hampir sempurna." Atensinya terus terpaku pada setiap lembaran foto yang hasil menguntit wanita tersebut. Mengikuti kemana wanita itu melangkah

Paras cantik wanita itu menarik seluruh perhatiannya, bahkan dirinya tak tahu bahwa suara hujan yang tadinya turun dengan brutal kini telah reda. Tak ada lagi gemuruh dan kilat petir serta langit pun sedikit cerah.

Ia menghentikan lagu yang sedang terputar lalu menggerakkan kursor menuju simbol silang pada sudut layar aplikasi yang menampilkan daftar lagu tersebut. Sejenak ia menghembuskan napas, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari menengadah menatap langit-langit ruang kerjanya.

Sekali lagi ia menatap wallpaper komputernya. Sebagai seorang penggemar berat berkedok penguntit, ia memasang foto terbaik wanita itu pada layar monitornya. Ia mengelus senyum tipis lalu beranjak dari kursi kerjanya.

Pria memang tidak repot dalam hal berpakaian. Kala kedua netranya melihat sebuah hoodie abu-abu yang bertengger pada tiang gantungan pakaian, ia langsung melepaskan kimono lalu menggantungnya dan mengambil hoodie tersebut untuk ia kenakan.

Kesan misteri masih setia menyelimuti pekarangan vila. Kegelapan malam dan pepohonan yang bergoyang dengan sendirinya itu tak membuat sang empunya merasa takut. Ia berjalan dengan santai menuju mobil lalu menyalakan lampu. Sinar lampu itu bak sebuah pisau yang mampu membelah gelap penat yang menyatu dengan alam.

Ia melintasi jalanan setapak becek sunyi dengan mobilnya sebagai jalan keluar dari vila yang berada jauh dari keramain kota. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sebab tidak ada satu pun orang berlalu lalang pada jalanan tersebut. Terdengar sebuah lagu yang baru saja rilis tentu dinyanyikan oleh wanita tersebut dari sistem audio yang mengalun di dalam mobil, bak soundtrack yang menemani perjalanannya menuju sebuah tempat yang belum terungkap.

Kecepatan mobil perlahan menurun. Ia menyetir dengan kecepatan standar dan menikmati setiap hiruk piruk orang-orang yang berlalu lalang saat ia tengah memasuki daerah perkotaan. Meski seperti itu, ia tetap fokus pada setirnya dan mengikuti aliran lalu lintas dengan baik.

Fokusnya itu mulai memudar. Saat melintasi sebuah restoran, ia seperti melihat sosok yang tak asing. Ia menghentikan mobilnya sedikit lebih jauh dari tempat tersebut dan mengintai dari dalam mobil. Dan benar, ternyata sosok itu memang orang yang ia kenal.

Paris Bae, sang idol yang baru saja ia dengar daftar lagunya bersama rekan-rekan girlgroup-nya.

"Ternyata disana mereka menghabiskan malam hari dengan makan bersama," ucapnya sembari membuka laci dashboard untuk mengambil sebuah kamera. Saat benda tersebut berada di dalam genggamannya, ia langsung membidikan fokus kamera tersebut pada Paris, hanya Paris seorang.

Ia terus menangkap momen yang Paris lakukan melalui interaksi bersama rekan-rekannya melalui kamera yang sedang menyorotinya. Tak bisa ia tahan, senyumnya tercipta dengan sendirinya saat ia melihat Paris dalam situasi yang tak terduga seperti ini.

Namun, sayang, kegembiraannya itu tidak bertahan lama. Raut wajahnya berubah menjadi tegang penuh tanda tanya. Rahangnya kian mengeras, tatapan tajamnya berusaha menelisik apa yang sedang terjadi. Dengan posisi kamera yang siap untuk memotret segalanya, ia melihat ada satu orang keluar dari restoran lalu mendekati Paris—berdiri disamping lalu melambaikan tangannya pada Paris seorang saat wanita itu menyusul rekan-rekannya masuk kedalam mobil van.

Lagi, dengan kecepatan jari telunjuknya ia menekan tombol untuk memotret Paris dan pria itu. Merasa cukup mengambil foto, ia kembali menaruh kamera dan menutup laci dashboard kembali. Ia menangkup wajahnya sendiri guna menelisik siapa pria itu.

Pria itu sangat asing baginya. Pria itu memiliki banyak tato di area kedua tangan bahkan batang lehernya.

Pertanyaan-pertanyaan berlarian bebas di dalam benaknya.

Siapa pria itu?

Apa hubungannya dengan Paris?

Apakah pihak agensi tahu mengenai hal tersebut dan bagaimana jika hal itu membuat reputasi Paris menjadi buruk?

Isi kepalanya semakin berkecamuk ketika melihat pria itu tersenyum ramah. Kala ia menyalakan mobilnya untuk mengikuti, ponselnya berbunyi memberi informasi adanya pesan masuk. Ia menatap sinis layar ponselnya lalu membaca pesan teks tersebut.

Moony, kau ada dimana? Lebih tiga puluh menit aku berdiri di depan unit apartemenmu tapi kau tak kunjung membukakan pintu. Apakah kau sedang berpesta dengan para wanita diluar sana?

"Berpesta apanya, persetan dengan hal tersebut," ujar Moony sedang hati kesal lalu ia putar arah tidak jadi mengikuti pria itu yang mana hal tersebut adalah prioritasnya.

***

Moony menarik langkah dari koridor kantor menuju ruang kerjanya. Dibelakangnya, terdapat dua orang pria bertubuh besar dengan pakaian yang sama dengannya: setelan jas hitam dengan kemeja putih. Pintu ruang kerjanya mulai terlihat dan seorang pegawai yang berjaga membukakan pintu tersebut lalu membungkuk memberi hormat padanya.

Sekilas Moony menatap meja kerjanya yang penuh dengan berkas-berkas penting. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan helaan napas berat. Suasana hatinya sangat buruk hari ini mengingat seorang pria yang melambaikan tangannya pada Paris malam tadi.

Moony membuka penyimpanan awan melalui komputer, ia mengunduh satu foto pria bertato itu yang sempat terpotret kemudian ia melakukan pemindaian foto tersebut menggunakan software yang terdapat menu lens pada ponselnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, hasil dari pemindaian foto tersebut membuahkan hasil.

Terdapat satu foto di mana Paris terlihat berada di bandara bersama dengan pria tersebut yang posisinya berada di belakang wanita itu. Moony membaca komentar satu persatu yang memuji kecantikan alami Paris hingga ia menemukan jawaban yang ia inginkan.

"Ternyata kau seorang pengawal pribadi, ya." Moony menganggukkan kepala pelan, memahami kondisi tersebut saat ia melihat sosok pria itu.

Kini rasa penasarannya telah terobati dan suasana hati yang buruk itu pun seketika lengser dari dirinya. Berkas-berkas yang menumpuk pada meja kerja yang sempat menarik perhatiannya itu, mulai ia kerjakan dengan santai: menandatangi kontrak kerjasama dan persetujuan kegiatan serta membaca dan meninjau hasil presentasi rapat bahan utama pembuatan produk skincare. Fokusnya teralihkan ketika ia melihat pintu ruang kerjanya terbuka dan seseorang masuk dengan wajah yang cerah seperti cuaca di luar gedung.

"Hei, kau tidak pulang ke unit apartemenmu tadi malam, ya? Kau tidur di hotel mana?" godanya pada Moony yang sama sekali wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun.

Senyuman Moony begitu samar sembari ia menutup map berkas yang baru saja ia selesaikan. "Bagaimana keadaan persiapan untuk acara besok? Apakah lancar, Sagi?"

"Tentu!" Sagi tersenyum lalu ia mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam map yang sedang ia bawa dan meletakkannya di atas meja kerja Moony. "Ini adalah contoh final pamflet kegiatannya, produk dan bonus, serta contoh dekorasinya."

Dokumen yang Sagi letakkan segera Moony ambil. Ia membuka lembar demi lembar, melihat desain pamflet yang sangat cantik bernuansa warna vanilla yang menonjolkan sebuah produk skincare dan bonusnya, informasi singkat yang dapat dipahami untuk mengikuti kegiatan tersebut, dan tentunya yang paling sakral adalah gaya dekorasi.

Selaras dengan warna dasar pamflet, terlihat latar belakang panggung berwarna vanila dihiasi oleh motif bulan-bulan kecil berwarna emas, empat kursi empuk untuk para anggota, empat lampu sorot yang memberikan pencahayaan dari bawah, dan terdapat tulisan besar ditengahnya, LunaVibe.

"Bagaimana dengan kursi penggemar?" tanya Moony pada Sagi sembari ia menutup dan meletakkan kembali dokumen tersebut di atas meja kerjanya.

"Jangan khawatir, Presdir Kim. Kursi untuk penggemar sudah tersusun rapi dan pendingin ruangan juga berfungsi dengan baik. Dengan adanya acara ini, bisa meningkatkan popularitas brand dan produk baru yang sedang kau garap."

"Terima kasih," tutur Moony singkat lalu ia melihat Sagi sekretarisnya itu meninggalkan ruang kerjanya bak angin tanpa pamit setelah berbicara panjang lebar pada dirinya.

Dokumen yang Sagi berikan pada Moony adalah rencana kegiatan yang akan diselenggarakan oleh perusahaannya, kegiatan fansign untuk mempromosikan album baru dari LunaVibe yang bekerjasama sebagai model produk skincare Moonstone salah satu brand miliknya. Tak salah-salah, Moony menghabiskan dana yang cukup fantastis untuk menyukseskan kegiatan tersebut.

Moony menyeringai sembari mengetuk-ngetuk permukaan dokumen tersebut. "Paris, kali ini kau sama sekali tidak akan lolos dari pandanganku bahkan hidupmu akan berada dalam genggamanku."

‐----------

HAI!! KETEMU LAGI KITA 🫶🏻

GIMANA NIH BAB 1 NYA? SERU APA TIDAK?

WAH KALO MEMBOSANKAN TETAP STAY DONG KARENA BAB SELANJUTNYA PASTI AKAN SERU HEHEHEHE

BYE BYE 💖

Continue Reading

You'll Also Like

476K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
2K 501 47
Mungkin dimata banyak orang, Fharen Hito adalah seorang aktivis dakwah, ustadz muda, anak motor, berprestasi, kaya raya bahkan menjadi incaran para s...
16.6K 595 5
Genre : Hurt and romance Disclaimer : Tokoh milik Masashi Kishimoto Uchiha Sasuke x Haruno Sakura "Cinta abadi itu benar nyata adanya." Publish : 01...
904 132 2
Mereka harus kembali. Mereka harus hidup. Mereka harus mempertahankan kewarasan. Bahkan jika mereka menjadi sosok yang berbeda, demi satu keberadaan...