Rigala

By sealla_

667K 66.6K 3.2K

note: jumlah kata setiap chapter akan terus bertambah seiring berjalannya cerita. __________________________ ... More

Prologue ~~
Chapter one ~~
Chapter two ~~
Chapter three ~~
Chapter four ~~
Chapter five ~~
Chapter six ~~
Chapter seven ~~
Chapter eight ~~
Chapter nine ~~
Chapter ten ~~
Chapter eleven ~~
Chapter twelve ~~
Chapter thirteen ~~
Chapter fourteen ~~
Chapter fifteen ~~
Chapter sixteen ~~
Chapter seventeen ~~
Chapter eighteen ~~
Chapter nineteen ~~
Chapter twenty ~~
Chapter twenty one ~~
Chapter twenty two ~~
Chapter twenty three ~~
Chapter twenty four ~~
Chapter twenty five ~~
Chapter twenty six ~~
Chapter twenty seven ~~
Chapter twenty eight ~~
Chapter twenty nine ~~
Chapter thirty ~~
Chapter thirty one ~~
Chapter thirty two ~~
Chapter thirty three ~~
Chapter thirty four ~~
Chapter thirty five ~~
Chapter thirty six ~~
Chapter thirty seven ~~
Chapter thirty eight ~~
Chapter thirty nine ~~
Chapter forty ~~
Chapter forty one ~~
Chapter forty three ~~
Chapter forty four ~~
Chapter forty five ~~
Chapter forty six ~~
Chapter forty seven ~~
Chapter forty eight ~~
Chapter forty nine ~~
Chapter fifty ~~
Chapter fifty one ~~
Chapter fifty two ~~
Chapter fifty three ~~
Chapter fifty four ~~
Chapter fifty five ~~
Chapter fifty six ~~
Chapter fifty seven ~~
Chapter fifty eight ~~
Chapter fifty nine ~~
Chapter sixty ~~

Chapter forty two ~~

6.6K 790 87
By sealla_

VOTE!












"Odie, ambilin camilan gue dong dikulkas" titah Zitto sambil terus menatap tontonan di TV nya dengan serius.

"Baik tuan" Odie dengan penuh rasa hormat membungkuk sebelum berbalik ke arah dapur.

"Odie!"

"Ya tuan!" Sahut Odie dari arah dapur.

"Sekalian minum ye" Teriak Zitto lagi.

"Rasa apa tuan"

"Rasa apa aja asal jangan rasa kenangan bersama mantan" sahut Zitto sambil tertawa.

Disampingnya Jeandra menatap datar Zitto. Dia memang sedari tadi bersama Zitto, tepatnya menemani Zitto menonton acara TV yang menurutnya sangat membosankan.

Hendak pergi, tapi tangan dan kakinya dililit oleh Zitto yang sekarang sudah seperti ulat.

"Kopi tidak?!" Teriak Odie lagi, takut salah.

"Nggak! jangan kopi, kopi itu paitnya kaya Jeandra! gue nggak suka" Jeandra disampingnya melotot horor, dengan sedikit sentakan Jeandra mengambil cermin didepannya, tepatnya di atas meja.

"Ganteng kok" gumam Jeandra sambil menatap wajah tampannya. Pait dari mananya? pikir Jeandra.

"Sini, gue juga mau ngaca" Zitto merebut cermin dari tangan Jeandra. Mengangkatnya didepan wajah, hingga terpampang lah wajah yang juga tak kalah tampan dari Jeandra.

"Ugh.. gue kok ganteng banget ya Jean" katanya percaya diri.

"Nyari ibu buat Rigal, kayaknya nggak susah tuh" lanjutnya bercanda, sambil melirik Jeandra yang sudah menatapnya dingin.

"Bacot" kata Jeandra sebelum beranjak pergi dari sana.

"Kemana woy! kartunnya belum tamat!" Zitto berteriak keras. Namun diabaikan oleh Jeandra yang terus berjalan.

"Tuan! tolong jangan berteriak, atau tenggorokan anda akan sakit. Terlebih tuan muda pasti akan menghukum saya jika hal itu terjadi" Odie kembali dengan beberapa camilan, dan tiga gelas jus dengan warna yang berbeda. "Ini, saya bawakan camilan yang anda minta, tiga jus sekalian rasa strawberry, alpukat dan mangga" Lanjutnya sambil tersenyum.

Sementara Zitto memasang wajah kesal. Bibirnya mencebik dan berujar "Mendadak betmut gue teh.. nggak pengin lagi camilan sama jus nya!" Zitto menghentakan kakinya dengan brutal, sebelum meninggalkan Odie yang sekarang sudah terdiam kaku ditempatnya. Dia pun lantas mengelus dadanya sabar.

"Sabar. Layanin orang yang suka tantrum pahalanya gede" gumam Odie sambil tersenyum tabah.

***

"Makan malem kok pake roti sih paman? harusnya pake nasi dong.. gimana sih!" Alvin menatap Zitto sebal. Disampingnya Rui mengangguk setuju membenarkan Alvin.

"Tau tuh! masa makan roti kaya sarapan pagi" timpal Rui.

"Diem kalian! paman itu lagi betmut makanya males masak! kalo mau makan yang berat ya sana, masak sendiri" kata Zitto sambil menatap keduanya jutek.

"Paman tega banget.. ugh dada Rui sakit" dramatis Rui sambil melirik ekspresi Zitto.

"Yaelah" sesaat ekspresi Zitto tak peduli, Rui memasang wajah melas.

"Paman ayo dong masak~" bujuk Alvin

Zitto membuang muka. "Males" katanya.

"Biarin aja kalian kelaparan, paman nggak peduli!" Seru Zitto sambil memakan rotinya brutal. Matanya sesekali melirik Jeandra yang masih duduk anteng dikursinya.

Rui dan Alvin dengan kompak menghela nafas lelah. Hingga decitan kursi Alvin terdengar karna sang empu beranjak pergi dan malah mendekat ke arah Odie.

"Kali ini paman Zitto kenapa di?" Bisik Alvin.

"Saya tidak tau tuan" balas Odie.

"Awal mula paman Zitto betmut tuh karna apa" tanya Alvin lagi.

Odie berpikir sejenak. "Sejak tuan Zitto berbicara dengan tuan Jeandra, tuan muda. Lalu setelah itu tuan Zitto nampak kesal"

"Fikseu! pasti drama keluarga lagi!" Seru Rui yang tiba-tiba datang diantara keduanya.

"Sepertinya begitu.." gumam Odie sambil menatap Zitto dan Jeandra yang hanya diam dimeja makan.

Karakter Jeandra yang kaku, dan kalanya mood Zitto turun, membuat mereka diisi keheningan. Biasanya tidak, Zitto akan terus berbicara panjang pada Jeandra jika dalam mood baik.

Sayang sekali kali ini tidak.

"Ah.. saya ingat tuan muda!" Odie segera menarik dua curut menjauh dari tempat berdiri mereka tadi.

"Tuan Jeandra sepertinya cemburu, tuan muda.. dan tuan Zitto sepertinya kesal karna tuan Jeandra meninggalkan dia menonton kartun sendirian... Astaga! tuan Zitto sangat tidak peka" kata Odie yang mengingat percakapan terakhir mereka, sebelum dia datang.

Alvin dan Rui mengangguk mendengar penuturan Odie.

"Cih! itu kan drama rumah tangga mereka.. ngapain coba keselnya bawa-bawa anak manis kaya kita" kata Rui pada Alvin

"Bener tuh.. lebih baik keluar aja yuk, sekalian nyari bang Rigal" ajak Alvin segera diangguki Rui.

"Jangan lupa bawa duit. Kita beli nasi goreng aja diluar" kata Rui segera dibalas acungan jempol Alvin, sesaat beranjak pergi menuju kamar.

"Tuan muda.. saya nitip ya. Saya lapar sekali.. anak-anak saya sudah berteriak sedari tadi" ucapan Odie membuat Rui mengedipkan matanya terkejut.

"Oke" tak ambil pusing dengan sikap Odie yang kadang cool, kadang nyeleneh.

"Yuk" Alvin datang dengan dua lembaran duit merah.

"Bye Odie.. bilangin sama paman kita keluar ya. Bilangin juga kalo mau drama jangan libatin anak imut kaya kita berdua" kata Rui sebelum menarik Alvin keluar dari mansion.

Odie dibelakang, hanya tersenyum. "Syukur deh lagi waras" gumam Odie sambil menatap punggung keduanya.

"DASAR ANAK NAKAL!"

"HAHAHHAHAHHA"

Melihat itu, Odie kembali tersenyum tabah. "Masih edan ternyata" gumam Odie yang melihat tingkah Alvin dan Rui yang dengan kurang ajarnya meledek satpam tua mansion.

***

"Bang! nasi goreng bang! yang biasa 1 yang spesial banget 2" kata Rui menyeru.

Si Abang ngeleg bentar. Lalu mengangguk ringan setelahnya. "Dibungkus?" Tanya nya.

"Iyalah masa dibuang" balas Alvin sewot.

Abang nasgor hanya bisa mengelus dada. "Tunggu ya" katanya sebelum memulai acara masaknya.

"Siapa juga yang mau pergi" acuh Rui, lagi-lagi membuat Abang nasgor mengelus dada.

"Sabar. Demi rejeki buat anak istri" gumam Abang nasgor.

Beberapa menit menunggu, nasi goreng mereka akhirnya matang. "Nih duitnya. Kembaliannya ambil aja mumpung gue baik" kata Alvin sebelum pergi dengan Rui menenteng tiga bungkus nasi goreng.

Mereka berjalan dengan riang menuju mansion.

"Rui.. lo liat itu?"

Rui menengok ke arah tunjuk Alvin. "Woah.. tawuran! keren keren! ikut yuk?" Ajak Rui seenak jidat.

"Nanti kena marah bang Rigal! mending kita nonton aja sambil makan nasi goreng" perkataan Alvin membuat Rui mengangguk setuju. "Boleh tuh!"

Mereka pun akhirnya berjalan dengan pelan menuju pohon yang tak jauh dari tempat tawuran.

Bugh

"Sial!"

Bugh

Krekk

"AKHHHHHHHhhh"

BUGH

"Ughhhh!"

Bugh

Bunyi pukulan dan teriakan para pelaku tawuran mengisi keheningan malam.

"Menurut lo yang bakal menang kubu mana bi?" Tanya Rui pada Alvin.

"Nggak tau sih.. tapi kayanya yang pake jaket lambang buku deh" jawab Alvin.

"Skenario?"

"Eh? nggak tau sih bi"

Rui mendengus.

"Enak ya nasi goreng nya" kata Alvin.

"Iyaa enak. Apalagi dapet to tontonan gratis kaya gini" kata Rui sambil terus menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.

"Woy babi! punya Odie kelupaan anjir! kesian dia pasti kelaparan!" Seru Alvin sambil menepuk jidat.

"Santui aja kali. Odie kan bisa makan sayur dikulkas" balas Rui kurang ajar.

"Lo kira sapi makan sayur mentahan" dengus Alvin.

"Yah.. selesai" Rui nampak murung, melihat mereka bubar"

"Eh tunggu! sat gue kenal geng itu sat! sumpah gue kenal!" Seru Alvin dengan hebohnya.

"Yang mana?"

"Yang pake lambang elang didada itu! dia geng nya bang Rigal anjir sumpah! tapi mereka itu ngeselin banget njing, ayo hajar mereka!" Ajak Alvin sambil menarik-narik badan Rui.

"Oke-oke! tapi nggak usah narik gue sat!"

Alvin berdecak. "Lo lama!"

Mereka berdua pun akhirnya berlari dan menerjang anggota geng dengan elang sebagai lambang.

"Siapa nih! kenapa kalian nyerang kita bocah?!" Teriak salah satu anggota.

"Dasar geng abal-abal! gue masih nggak terima ye waktu itu! berani banget kalian ngehakimin Abang gue!" Teriak Alvin menggebu-gebu. Tangannya mengepal siap meninju siapa saja didepannya.

Dia dengan brutal mulai menendang acak anggota geng itu. Walau gerakannya tidak sampai, setidaknya dia sudah berusaha.

"Arghhhhhh" Alvin kesal sendiri.

"Hah hah hah" nafasnya tersengal-sengal.

"Cape bi?" Teriak Rui.

"Si babi ini pake nanya lagi!"

Rui menyengir. "Universal'Light" Gumam Rui pelan. Matanya mengerjap pelan, sebelum melotot sempurna.

Bugh

Bugh

Rui mendorong dua anggota yang berdiri disebelah Alvin, lalu menarik Alvin pergi dari sana.

"Kenapa lo narik gue sat!"

"Hosh.. hosh.. t-tadi itu geng.. geng yang terkenal kuat anjir!"

Alvin mendengus. "Peduli setan! mereka itu pernah rendahin bang Rigal tau! gue nggak terima!" Serunya.

"Kita balesnya nanti aja. Nunggu kita kuat" kata Rui bijak.

Alvin akhirnya dengan pasrah mengangguk. Mereka pun akhirnya pulang dengan nasi goreng Odie yang sudah dingin.

***

"Nggak jelas banget, siapa sih?" Keluh Xion kesal.

"Salah satu dari bocah itu pernah dibawa bang Mada ke markas" kata Aidan.

"Kapan?" Tanya Arseno penasaran.

"Waktu kita bermasalah bang" jawab Aidan lagi.

"Pantes aja dia keliatan marah. Hubungan kita waktu itu nggak keliatan baik" ujar Fei.

"Itu salah gue yang main ngehakimin bang Mada" Kata Riku menyesal.

Jun juga mengangguk, dengan beberapa anggota.

"Udahlah nggak papa, masalahnya juga udah selesai. Lebih baik kita kembali ke markas sekarang" kata Arseno yang tidak tahan melihat rasa bersalah anggota muda.

Mereka pun akhirnya kembali menuju markas dengan kemenangan. Skenario yang membalas dendam, tidak lebih kuat dari UL.

Tentu saja UL lebih unggul dalam hal kekuatan dan ketangkasan.

***

Rigal menatap anak-anak kecil yang masih berkeliaran ditaman. Hari sudah malam, tapi mereka dengan riangnya masih berlari kesana-kemari dengan teman.

Melihat itu Rigal hanya bisa menghela nafas pelan, sembari ikut mengawasi.

"Halo kak" Satu anak dengan tampilan kucel menghampirinya dengan senyum lebar.

"Aku jualan kopi! Kakak mau kopi nggak?" Tawarnya dengan nada riang.

Rigal yang sebenarnya tidak menyukai kopi hanya mengangguk mengiyakan. Membuat senyum bocah itu bertambah lebar melihat anggukan Rigal.

"Nama kakak siapa?" Tanya nya sambil meracik kopi untuk Rigal. Dia berjualan dengan menggendong sebuah keranjang kayu bulat berisi termos juga aneka kopi sachet.

Nampak umurnya masih 8-9 tahun karna ukuran tubuhnya yang terlihat kecil.

"Rigala" balas Rigal sambil menatap lekat bocah itu.

"Bagus banget. Nama kakak bagus banget!!-

Oh, kalo namaku Arthur, umurku 11 tahun"

Rigal mengangguk. Ternyata 11 tahun, Rigal kira dia masih 8-9 tahun karna ukuran tubuhnya yang kecil.

"Ini kak" Dengan cup putih, dia menyerahkan kopi yang telah dibuatnya.

"Sekolah?" Tanya Rigal datar. Nada bicaranya susah untuk lembut. Tentu saja kali ini dia berbicara dengan lembut. Tapi entah kenapa terdengar menyeramkan.

"Iyaa. Aku kelas 5 SD" jawabnya sambil tersenyum manis.

Rigal melihat jam tangannya. "Hari sudah malam. Kenapa masih berjualan?"

Arthur menyengir. "Ibu panti kaya sakit kak.. jadi aku yang gantiin. Kasian ibu nggak bisa jalan, adik-adik jadi nggak bisa makan karna nggak ada yang buatin makanan. Karna aku udah gede, aku mau jualan buat beli makanan buat mereka. Biar mereka nggak kelaparan lagi" Jelasnya sambil terus tersenyum.

"Kaya sakit?"

Arthur menggeleng lalu mengangguk. "Ibu bilang, dia nggak bisa jalan.. rasanya sakit banget katanya, terus dokter bilang namanya struk" jelas Arthur.

Rigal pun mengangguk. Di meminum kopinya sedikit, lalu mengeluarkan dompetnya.

"Ini" Rigal menyerahkan satu kartu berwarna hitam.

Arthur berkedip bingung ditempatnya. "Harga kopi cuma 5 ribu kak.. aku juga nggak tau cara gunain kartu, jadi jangan bayar pake itu ya" pinta Arthur dengan wajah memelas.

Rigal merendahkan dirinya hingga kini wajah mereka berhadapan.  "Kalo kamu ambil ini, ibu panti bisa sembuh. Kalo kamu bawa dia ke rumah sakit, bakal ada suster yang minta uang. Kasih ini, dan ambil kartu ini lagi setelah selesai. Kamu bisa beli apapun pake ini nanti. Beliin adik dan ibu, baju, buku, makanan dan semua yang kamu mau kasih pake ini. Bisa" Penjelasan datar Rigal membuat Arthur menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Hiks" badannya bergetar karna menangis. Membuat Rigal menghela nafas pelan, dan lantas memeluknya.

"Saya harus pulang. Terima ini, dan segera pulanglah bocah" Rigal melepas pelukannya. Dia memberikan jas yang sekarang sedang dia pakai, kepada Arthur.

"Dingin" Rigal berjalan menjauh menuju mobilnya berada.

Dibelakangnya Arthur menatap lurus punggungnya. Jas yang Rigal berikan, Arthur segera simpan dikeranjang bulat miliknya.

Dia pun segera beranjak dari kursi dan berlari menuju panti untuk mengajak ibunya ke rumah sakit.

"Terimakasih Tuhan. Tolong ganti dia rasa bahagia" gumam Arthur sesaat sampai dipanti.

***

Di dalam mobil, Rigal menyandarkan tubuhnya. "Kai"

"Ya tuan" Kai yang duduk di samping Rigal segera menyahut.

"Kau tau?"

Kai pun segera menggeleng. "S-saya tidak tau tuan. Saya tidak tau cara memakai kartu, saya juga tidak tau apa itu struk" jawab Kai gugup. Memang benar, dia adalah Shadow yang bahkan terkunci dari dalam. Dia tidak tau banyak tentang dunia luar juga semua hal yang berada disini.

Dan untuk struk, penyakit itu baru Kai dengar pertama kali.

Rigal menghembuskan nafas pelan. Apalagi selain membiarkan? Rigal tidak sebaik itu.








Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
256K 10.2K 32
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...
227K 11.5K 32
"eh masak mati sih cuman kesedak jajan belum ketemu ayang yoongi elah" batin Aileen. Bukannya ke alam baka menemui kedua orang tuanya Aileen memasu...
83.9K 5.8K 32
Bagaimana jadinya jika seorang putri pembangkang harus menikah dengan seorang Duke yang terkenal mengerikan di kerajaannya? Mampukah Putri Aleesya m...