BROKEN VOW

iLaDira69

27.9K 3.3K 166

Judul : Broken Vow Author : iLaDira69 Publish : 14 November 2023 🪴🪴🪴 Allen akan memilih meneruskan tidur p... Еще

Prolog
Part 1 - Pecahan Kaca
Part 2 - Lelaki Yang Tidak Bertanggung Jawab
Part 3 - Kunjungan Kontrol
Part 4 - Pengkhianat
Part 5 - Permintaan Julia
Part 6 - Finn
Part 7 - Perpisahan
Part 8 - Bertemu Kembali
Part 9 - Kehilangan Kendali
Part 10 - Teka-teki
Part 11 - Kesempatan
Part 12 - Berkemas
Part 13 - Rumah Budhe
Part 14 - Sertifikat
Part 15 - Pantai
Part 16 - Jebakan
Part 17 - Dress Code
Part 18 - Cah Kailan
Part 19 - Tergila-gila
Part 20 - Karyawan Baru
Part 22 - Penawaran

Part 21 - Kantor Baru

580 69 1
iLaDira69

Part 21 - Kantor Baru

Allen telah memutuskan untuk pindah ke PT. Mega Mustika selama kontrak. Dia memberikan alasan pada pimpinan agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan akurat. Ini merupakan kali pertama bagi Allen menggunakan pekerjaan untuk urusan pribadi.

Tentu saja, Julia tidak mau mengalah dan memilih untuk berhenti bekerja. Wanita itu seolah-olah tidak menganggap Allen ada. Julia melakukan apa yang seharusnya sudah direncanakan sebelumnya.

Allen merasa bahwa dia tidak akan menang dari Julia. Dia mencari jalan lain, pertama-tama dengan pindah kantor agar bisa bersama Julia.

"Karena kamu dan saya yang bertanggung jawab atas pembangunan cabang, mulai sekarang kita akan berada di satu ruangan. Nanti kita akan meeting kalau ada perubahan atau hal penting tentang bangunan. Kamu pasti sudah mengerti," jelas Allen berbasa-basi panjang setelah selesai merapikan meja dan mendekati wanita yang pernah menjadi istrinya tersebut. Meskipun mereka belum bercerai secara hukum, bagi Julia keduanya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.

Julia memandang Allen tajam. Menunjukkan ketidaksukaannya dengan keputusan tiba-tiba Allen untuk pindah.

"Okay!" Julia memilih untuk meredam semua amarahnya. Kembali bekerja adalah keputusannya untuk tetap waras. Namun, sepertinya Julia akan gila jika harus bertemu Allen setiap hari.

"Mohon kerjasamanya, Julia," ucap Allen sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Dengan senyum kerja, Julia menyambut tangan Allen dan setelah itu dia kembali duduk tanpa mengatakan apapun lagi.

Julia langsung sibuk mengurus pekerjaannya. Begitu juga dengan Allen. Namun, setiap kali Julia bergerak, Allen langsung menoleh, terutama jika Julia keluar dari ruangan sambil membawa dokumen, Allen langsung penasaran.

Dia mengutuk dirinya sendiri, mengapa tidak bisa tenang jika menyangkut Julia. Allen tahu, wanita itu sibuk dengan pekerjaannya. Tetapi dia penasaran apa yang sedang Julia bicarakan dengan rekan-rekannya.

Suara ketukan sepatu pantofel Julia yang terdengar tegas mengusik Allen. Dia sedang berusaha menahan diri agar tidak menoleh dan berdiri menyambut Julia yang kembali masuk ke ruangan.

"Pak Allen," ucap Julia berdiri di seberang Allen. "Saya meminta data-data yang sebelumnya kita diskusikan. Apakah sudah ada?"

"Ya, saya akan kirimkan melalui email," jawab Allen dengan tenang.

"Terima kasih," kata Julia dan berbalik kembali ke mejanya.

"Sebentar lagi akan istirahat, Kamu ada janji makan siang dengan siapa? Saya mau traktir kamu," tawar Allen melanjutkan.

"Saya sudah ada janji," tolak Julia menunjukkan wajah pura-pura menyesal.

"Baiklah, bagaimana kalau besok?"

"Saya nggak bisa menjanjikan."

"Kalau begitu, saya tunggu kapan kamu bisa."

Julia tidak menjawab. Dia fokus pada layar monitor sambil menggigiti pipi dalamnya.

Julia melirik Allen yang sedang berdiri dari kursi hendak keluar ruangan. Julia belum terbiasa berada di ruangan yang sama dengan Allen. Hanya mereka berdua saja, tanpa sekat.

Pandangannya Julia beralih pada ponsel di samping kanannya. Panggilan masuk dari Saren yang segera diterima oleh Julia.

"Ya, Saren," sapa Julia.

"Bu, saya udah kasih minum Finn. Tapi Finn masih nangis," jelas Saren.

"Udah lama nangisnya?"

"Tadi udah berhenti. Tapi ini nangis lagi."

"Finn kayaknya rewel karena udah ngantuk. Kamu coba timang-timang dulu ya?"

"Iya, Bu. Yaudah, Bu. Saya timang-timang lagi ya?"

"Nanti kabari saya ya?" Julia melirik ke pintu, Allen kembali masuk ke ruangan. Dia ingin segera menyelesaikan telepon dengan Saren agar Allen tidak ikut campur.

"Iya, Bu."

Segera setelah panggilan terputus, Julia meletakkan ponselnya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Allen melirik Julia. Dia penasaran dengan siapa Julia menelepon sehingga terlihat buru-buru seperti itu.

"Saren sudah menelepon kamu? Gimana Finn? Dia rewel?" tanya Allen tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara dengan Julia.

"Ya, Finn sudah tidur siang," jawab Julia singkat.

"Dia nggak rewel?"

"Nggak."

Allen tidak puas dengan jawaban Julia. "Kamu nggak ingin pulang sebentar untuk memastikan Finn aman? Kita bisa pulang sebentar."

"Nggak! Saya sudah ada janji."

"Baiklah, kalau begitu saya mau ke apartemen kamu sebentar."

Julia memandang Allen serius. Jarak apartemen Julia ke kantor tidak jauh, sekitar sepuluh atau lima belas menit. Namun, Julia tidak menyangka Allen memikirkan hal sejauh itu.

"Saya hanya ingin memastikan Finn, dia belum terbiasa jauh dari kamu."

"Terserah," jawab Julia singkat.

"Baiklah," Allen tersenyum tipis. Perasannya membuncah, Julia memperkenankan Allen mengunjungi Finn meskipun dengan waktu yang sangat terbatas. "Saya langsung pergi sekarang," lanjut Allen sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya. Tepat waktunya istirahat, Allen tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan Finn.

Julia diam saja. Dia melirik kepergian Allen dengan langkah ringan. Julia menghela napas panjang setelah Allen menghilang dari pandangannya. Dia juga segera keluar dari ruangan dan menemui rekan kerjanya.

Sementara Allen langsung menuju apartemen Julia tanpa memikirkan menu makan siangnya. Baginya, bertemu dengan Finn tidak bisa ditunda lagi.

Saren terkejut melihat kedatangan Allen. Dia mengira lelaki itu datang bersama Julia. Gadis muda itu sedang menenangkan Finn yang rewel.

"Berikan padaku," pinta Allen setelah mencuci kedua tangannya.

Saren memberikan bayi tersebut dan menghela napas lega. Pasalnya, Finn langsung tenang dan menggosok-gosokkan wajahnya pada dada Allen sehingga kemejanya basah. Bayi itu juga menggunakan tangannya menggosok hidungnya yang gatal dan berair. Allen membawa Finn ke sofa dan memeluk dengan sayang. Mengajak bicara seolah-olah Finn mengerti apa yang sedang dia ucapkan.

"Finn sudah ngantuk, Pak. Tapi dia rewel dan nggak mau tidur," jelas Saren takut-takut.

"Sudah dikasih minum sama makan?"

"Sudah, Pak?"

"Sudah telepon ke Ibu?"

"Sudah, katanya timang-timang dulu."

Allen mengangguk dan mengelap ingus Finn yang keluar dengan tisu. Saren segera menerima bekas tisu dan membuangnya ke tempat sampah.

"Kamu sudah makan? Ada makanan?" tanya Allen pada Saren.

"Belum, Pak. Tapi ada makanan di dapur," jawab Saren hati-hati.

"Ya sudah, kamu makan dulu. Biar saya yang jagain Finn," kata Allen.

"Iya, Pak," jawab Saren patuh dan segera bergegas ke dapur.

Allen mengangkat Finn sejajar dengan wajahnya. Memandang bayi itu tengah menghisap tangannya.

"Kamu nggak mau tidur, heum? Sekarang waktunya tidur siang!" kata Allen.

Finn tertawa lebar dan berusaha menaikturunkan kedua tangannya memukul-mukul udara. Kedua kakinya yang begitu lincah, ingin melompat-lompat di atas paha Allen.

"Mau main sama Papa?" tanya Allen sambil terkekeh. "Rindu Papa, ya?"

Finn menjawab dengan ocehan panjang. Dia melompat-lompat di atas paha Allen dengan riang gembira.

Sepertinya Finn tidak mau tidur siang. Allen menurunkan bayi itu di atas karpet dan memberikan beberapa mainan.

Allen duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan Finn. Mereka saling melempar bola sambil tertawa lebar.

Finn merangkak mengambil mainan yang dia lempar kuat. Dengan semangat melempar pada Allen, setelah itu dia merangkak mengejar mainan.

"Finn keren!" puji Allen. Mengangkat Finn tinggi-tinggi dan pura-pura memakan perutnya.

Finn tidak bisa mengendalikan gelak tawanya. Wajahnya memerah, menahan kepala Allen dan menarik-narik rambutnya. Lalu Allen memeluknya dengan gemas, mencium pipinya bertubi-tubi.

Finn membuat suara berdengung. Membuka mulutnya lebar-lebar dan berusaha memakan hidung Allen. Memukul-mukul wajah lelaki itu lalu membenturkan kepala mereka.

Setelah puas bermain, Finn sudah menunjukkan tanda-tanda mengantuk. Dia menguap lebar dan menggosok-gosokkan wajahnya.

Allen meletakkan Finn di bahunya. Menepuk-nepuk punggungnya sambil bersenandung kecil. Menunggui Finn tertidur sebelum dia kembali bekerja.

***

Jakarta, 13 Maret 2023

Untuk Karyakarsa soon update ya

Novel ini bisa di baca duluan di Karyakarsa

Продолжить чтение

Вам также понравится

Naughty Nanny 🐻🐶

Любовные романы

6.4M 326K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
CRAZY COUPLE (ON GOING) its.meee

Подростковая литература

3.7K 366 6
[PART INI PRIVATE ACAK, FOLLOW DULU SBLM BACA! ] Langit keano Favian, manusia tampan dan juga bobrok, langit mempunyai sifat yang jahil dan berhumor...
36.1K 4.4K 13
published : 17-01-2019 republish : 31-10-2020 Cerita absurd percintaan idol yang nggak kalah absurd [ re: Lucas ] ⚠ Non baku ⚠ Harsh word ⚠ Cringeee...
U & I (oneshoot 21) mhyndra

Любовные романы

2.3M 19.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...