FAVORABLE

By tamarabiliskii

243K 25.2K 11.5K

Bagaimana rasanya punya tetangga yang super berisik dan tiap hari hobinya ngerepotin? More

Prolog
1. Tetangga Baru
2. Bertemu Lagi
3. Kepergian
4. Bersyukur
5. Sebuah Penerimaan
6. Hobi Merepotkan
7. Nasi Goreng Gosong
8. Cemburu?
9. Ayam Kesayangan
10. Gara-Gara Gumi
11. Terjebak
12. Tantangan
13. Something
14. Bocah Setan
15. Pelampiasan?
16. Ribut

17. Kesepakatan

11.5K 1K 764
By tamarabiliskii

Haloo maaf ya karena lama nggak bisa update dan baru update sekarang lagi😭🙏

***

17. Kesepakatan

***

"Berat banget kebanyakan dosa!" keluh Caca sembari membenarkan satu tangan Ilham yang mengalung di lehernya.

Akbar yang turut membantu menyahut dengan kekehan pelan. "Ini mah keberatan cinta dia ke Nenda yang nggak nanggung-nanggung, Ca."

Caca dan Akbar kembali berjalan beriringan membawa Ilham keluar dari markas Drax dalam keadaan mabuk. Susah payah mereka menjaga keseimbangan agar Ilham tidak terjatuh. Sementara Ilham sejak tadi tidak berhenti mengomel. Menggumamkan nama Nenda seolah tengah berbicara langsung dengan cewek itu.

"Nenda... sebenernya gue nggak tau cinta gue ke lo beneran ada atau nggak?" Ilham tertawa pelan. "Gue pengin lo nganggep keberadaan gue, tapi gue juga nggak mau egois. Gue nggak mau maksa lo."

"Gue nggak mau lihat lo deket-deket sama Dewa, tapi kenapa pas gue lihat lo deket sama cowok lain gue merasa biasa aja."

"Hahaha... gue kenapa, Nen?"

"Kenapa gue, Nen?"

"Nen, gue kenapa?"

"Diem, Ham," suruh Akbar. Telinganya panas mendengar setiap ocehan tidak bermanfaat yang keluar dari mulut Ilham.

Merasa namanya disebut, Ilham menatap Akbar dengan mata tidak sepenuhnya terbuka. "Gue kenapa, Bar?"

"Diem!" kesal Akbar membekap mulut Ilham dengan telapak tangannya selama beberapa detik.

"Kenapa gue, Bar?"

"Bar, gue kenapa?"

"Ham, lo tuh berat jadi cukup bikin gue keberatan aja. Nggak usah bikin telinga gue panas karena ocehan lo."

Tidak menggubris, Ilham kembali menatap Akbar diikuti tawa yang terdengar begitu menyebalkan. Bukannya takut melihat tatapan peringatan yang Akbar berikan, ekspresi Ilham justru terlihat semakin tengil.

"Lo ganteng, Bar kalau muka lo nggak kelihatan kayak gini," kekeh Ilham setelah melempar kemeja yang tersampir di pundaknya hingga menutup wajah Akbar dengan sempurna.

Helaan napas kasar keluar dari Akbar. Ia menyampirkan kemeja Ilham di sisi pundaknya. Untungnya ia menyadari kalau keadaan Ilham sekarang sedang setengah sadar. Kalau tidak, kesabarannya mungkin tidak akan seluas ini.

"Katanya gue suka Nenda, Bar. Tapi gue—"

"Kak Ilham tuh berat jadi mending diem aja daripada kita lempar ke got!" ancam Caca. Lama-lama ia ikut emosi seperti Akbar mendengar ocehan Ilham. "Diem! Jangan berisik!"

"Gue—"

"Mau aku lempar ke got?!"

Ilham menatap Caca dengan gelengan pelan. Matanya mengerjap dengan wajah memelas.

"Makanya diem. Nurut."

Perlahan bibir Ilham terkatup rapat. Ia menegakkan kepala, lalu diam dengan tatapan lurus ke depan. Membuat Caca dan Akbar kini lebih mudah menuntun jalannya. Meski tetap berat setidaknya tidak sesusah sebelumnya.

Melihat Ilham benar-benar diam, Akbar menjatuhkan tatapannya pada Caca. Terkejut sekaligus takjub. Bisa-bisanya Ilham langsung menurut begitu saja saat Caca menyuruhnya diam. Sementara perintahnya tadi sama sekali tidak punya harga diri karena terus diabaikan.

"Keren, Ca!" Akbar mengacungkan jari jempolnya ke Caca.

Caca tertawa pelan. Tidak jauh dari tempat mereka berjalan sekarang, Caca melihat sebuah angkot yang tengah berhenti di depan sekolah. "Kak Akbar, kita naik angkot aja lah. Nunggu taksi dari tadi juga nggak ada yang lewat. HP aku ketinggalan di sekolah. HP Kak Akbar mati gara-gara dibanting Kak Ilham. HP Kak Ilham kehabisan baterai. Nggak mungkin bisa pesen taksi online."

"Oke kita naik angkot aja daripada harus nyeret nih anak sampai rumah," angguk Akbar setuju. "Bisa patah nih kaki kita."

Mereka berdua membawa Ilham masuk ke dalam angkot dengan sedikit susah payah. Dalam keadaan seperti ini tubuh Ilham memang terasa sangat berat. Belum lagi keadaan di dalam angkot juga lumayan ramai. Hal itu semakin menyulitkan pergerakan mereka untuk mengurus Ilham.

"Aduh... " ringis Caca saat kepalanya tidak sengaja membentur atap angkot. Ia lupa tidak menunduk saat masuk ke dalam angkot.

Akbar menoleh kaget. "Lo nggak apa-apa, Ca?"

"Nggak, Kak. Cuma kepentok doang."

Meski harus berdesakan, untungnya mereka bertiga masih mendapat tempat untuk duduk. Akbar duduk di sebelah kiri dekat dengan pintu. Ilham di tengah, sementara Caca di sebelah kanan berdekatan dengan seorang laki-laki dewasa berpenampilan preman yang membuat Caca sedikit merasa tidak nyaman sejak awal duduk. Bukannya apa, tapi sejak tadi laki-laki itu memang menatap Caca dengan tatapan tidak biasa. Seperti... punya tujuan tertentu?

"Lo mau tukeran sama gue aja, Ca?" tanya Akbar begitu menyadari ada yang tidak beres dengan orang di sebelah Caca.

Caca menggeleng cepat. Tidak mungkin ia meminta bertukar tempat dalam keadaan seperti ini. Yang ada akan merepotkan banyak orang. Dan Caca cukup sadar diri untuk hal tersebut.

"Nggak usah, Kak."

Mata Ilham yang semula terpejam, kembali terbuka sebelum menoleh ke arah Caca sekilas. Terdengar helaan napas pelan dari cowok yang belum sepenuhnya sadar itu.

"Eh! Eh! Lo mau kemana, Ham?!" Akbar menarik kaus Ilham melihat Ilham berdiri dari duduknya. Begitu juga dengan Caca yang ikut terkejut.

Tanpa menjawab, Ilham menghempaskan tangan Akbar. Dengan sempoyongan cowok itu meminta Caca bergeser ke arah Akbar. Kini Caca yang duduk di tengah mereka dan Ilham yang duduk di sebelah laki-laki berpenampilan preman tersebut.

"Apa lo? Nggak terima?" ucap Ilham ketika laki-laki di sampingnya melemparkan tatapan seperti tidak terima.

Tangan kecil Caca menarik-narik ujung kaus Ilham dari samping. Caca berbisik pelan. "Kak! Jangan cari gara-gara!"

Tatapan Ilham jatuh pada tangan Caca yang masih memegang kausnya. Ilham tersenyum tipis sembari mengangkat tangannya ke puncak kepala Caca.

"Masih sakit nggak?"

"Hah?" jawab Caca tidak mengerti.

Ilham tidak menjawab. Ia justru kembali bergumam tidak jelas dengan kepala menengadah ke atas. "Awas lo, ya!" tunjuknya pada atap angkot. Selama beberapa menit Ilham tetap seperti itu. Mengabaikan orang-orang di dalam angkot yang menatapnya aneh.

"Kak Ilham mabuk atau stres sih, Kak?" bisik Caca ke Akbar.

Akbar tertawa pelan. "Udah gila dia. Marah-marah ke atap angkot."

***

Caca sempat terdiam beberapa detik saat menyadari telapak tangan Ilham terulur ke atas kepalanya ketika mereka hendak turun dari angkot.

"Apa lo bocah?" tanya Ilham menatap Caca dengan wajah tengil. Caca berani bersumpah wajah tengil Ilham saat tengah mabuk seperti ini memang benar-benar menyebalkan. Seribu kali lipat lebih menyebalkan dari biasanya. "Gue mau ngambil kutu di kepala lo haha... "

Caca berdecak sebal. Baru saja ia hendak dibuat kagum dengan perlakuan manis yang diam-diam Ilham lakukan untuknya, sekarang dibuat kesal lagi.

"Enak aja. Aku nggak kutuan!"

"Iya, Nenda yang kutuan haha... "

Setelah turun dari angkot, Akbar dan Caca kembali menuntun Ilham menyusuri jalanan komplek menuju rumah.

"Sorry, Ca. Harusnya gue nggak melibatkan lo dan bikin lo kabur dari sekolah kayak sekarang."

Akbar merasa tidak enak karena tadi ia terlalu gegabah. Menghubungi Caca saat masih jam sekolah hanya karena kewalahan menghadapi Ilham yang mabuk dan membuat kekacauan di markas Drax.

"Tadinya gue udah hubungin anak-anak Drax lainnya, cuma mereka nggak ada yang respon karena mungkin masih ada kelas. Adek Ilham juga masih ada pertandingan basket. Sampai akhirnya gue keinget lo dan mutusin buat minta tolong ke lo."

"Nggak apa-apa, Kak. Hari ini aku nggak ada pelajaran karena di sekolah ada acara," jawab Caca meyakinkan Akbar. "Lagian yang harus minta maaf itu Kak Ilham karena udah bikin kita berdua repot."

Akbar mengangguk setuju. Ia menoyor pelan kepala Ilham. Sementara yang ditoyor hanya diam sambil memejamkan mata.

"Bener juga. Nih anak nyusahin aja kalau lagi galau." Akbar mendengus pelan. "Sebenernya gue kasihan sama Ilham, tapi orang keras kepala kayak Ilham gini nggak bisa dikasihani. Dia nggak bakalan berhenti sebelum sadar sendiri."

"Udah 6 tahun nunggu nggak dapet apa-apa, masih aja keras kepala," tambah Akbar.

"Emang selama ini Kak Nenda nggak nolak dan ngasih pengertian yang bikin Kak Ilham berhenti gitu, Kak?"

Akbar menggeleng pelan. "Gue juga nggak paham sama hubungan mereka. Yang jelas Nenda emang nggak pernah nolak Ilham dengan tegas. Jadi mungkin hal itu yang bikin Ilham terus berharap."

Melihat Caca tampak melamun, Akbar kembali bersuara. "Udalah kenapa kita jadi bahas hubungan Ilham sama Nenda. Kita aja belum kenalan secara resmi dan ini pertama kalinya kita ketemu, kan?"

Tersenyum lebar, Caca mengangguk. "Iya. Kalau gitu kenalin, Kak. Caca."

Akbar menyambut uluran tangan Caca. "Akbar. Seneng bisa ketemu lo langsung. Ternyata lo nggak semenyebalkan yang biasanya Ilham ceritain."

Dahi Caca mengernyit. "Kak Ilham sering cerita yang jelek-jelek tentang aku, ya?"

"Hm," angguk Akbar. "Tapi menurut gue lo nggak nyebelin, Kok. Lo as—"

"AAAA!!! Pusing!" teriak Ilham tiba-tiba sembari melepas paksa Akbar dan Caca yang masih bejabat tangan.

"Makanya jangan mabuk!" Caca menyentil dahi Ilham dengan pelototan mata.

Ilham melirik Caca sekilas. Senyum miringnya diam-diam terbentuk. Ia bergumam pelan. "Makanya jangan cantik."

"Siapa yang cantik? Kak Nenda?"

Ilham menggeleng. Namun, jawaban yang ia berikan justru berlawanan dengan gerakan kepalanya. "Iya."

"Aneh! Kepala geleng tapi mulut bilang iya!"

"Terserah gue. Lo bocah tau apa?"

"Biarpun bocah aku nggak sebodoh Kak Ilham yang kayak gini cuma gara-gara cinta!"

"Bocah tau apa?"

"Bicih tii ipi?" tiru Caca.

"Dasar bocah!"

"Berisik!" sentak Caca.

Tidak menjawab lagi, Ilham hanya memberi sentilan pelan di dahi Caca. Sangat pelan. Bahkan seperti bukan sentilan. Melainkan hanya sentuhan yang seperti sedang pura-pura menyentil.

"Oh iya, nanti tas lo yang ketinggalan di sekolah gimana, Ca?"

"Nanti dibawain sama temen aku, Kak."

Ilham berteriak tepat di telinga Akbar. "BERISIK!!"

***

Di dalam kamar Ilham, Caca berlari ke sana kemari untuk mengurus Ilham dengan telaten. Mulai dari melepaskan sepatu, kaus kaki, membasuh wajah, leher, dan tangan hingga bersih, mengambilkan air putih, mengambilkan baskom karena tadi Ilham sempat bilang ingin muntah, juga menyelimuti tubuh cowok yang kini mengeluh kedinginan itu. Caca benar-benar melakukan semuanya sendiri.

Setelah Akbar mengantar sampai kamar, Akbar memang buru-buru pamit karena ada kelas sore yang harus ia ikuti. Jadi mau tidak mau sekarang hanya ada Caca yang bisa menemani Ilham di kamarnya. Di samping mengurus repotnya Ilham yang tengah mabuk, Caca juga sibuk memikirkan cara agar ketiga pacarnya mau diajak putus dan tidak mengejarnya lagi. Terutama Jarrel dan Aldey. Karena kalau Jehan, sepertinya cowok itu yang paling waras dan masih bisa diajak bicara baik-baik.

"Kenapa, Kak? Mau minum lagi?" tanya Caca melihat Ilham bergerak dan menyingkirkan selimut tebal yang menutup tubuhnya.

"Aku ambilin air dul—"

Caca menatap pergelangan tangannya yang ditarik oleh Ilham hingga membuatnya kembali duduk di pinggiran tempat tidur. Cowok itu menatap Caca dengan wajah memelas sambil menggeleng pelan.

Caca menyamankan duduknya. Ia menatap Ilham dan kembali bertanya. "Kenapa, Kak?"

"Ngelamunin apa?" jawab Ilham bertanya balik.

Mendengar pertanyaan Ilham, Caca cukup kaget. Ia tidak sadar kalau Ilham memerhatikan dirinya yang tadi sibuk melamun.

"Mikirin absen aku. Aku bolos gara-gara Kail!" jawab Caca melepaskan tangan Ilham dari pergelangan tangannya.

"Masih sakit kepalanya, Kak?" tanya Caca karena kini Ilham terdiam cukup lama.

Kepala Ilham mengangguk lemas. Dari raut wajahnya cowok itu memang terlihat sedikit pucat. "Dikit. Lo pulang aja. Gue nggak apa-apa."

"Nunggu Mail pulang dari salon. Katanya setengah jam lagi."

Hening. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka setelah ucapan Caca. Namun, tiba-tiba sebuah pertanyaan ambigu Ilham lontarkan.

"Gue harus gimana, Ca?"

Terdiam, Caca berpikir sebentar. Ia mencoba memahami pertanyaan Ilham yang sebenarnya belum sadar seratus persen. Sampai akhirnya otak kecil Caca cukup paham dan menemukan sebuah ide cemerlang.

"Gimana kalau kita kerja sama, Kak?"

Satu alis Ilham terangkat tidak mengerti. Apa Caca benar-benar mengerti arah pertanyaannya?

"Kerja sama?"

Caca mengangguk antusias. Kali ini ia yakin kerja samanya dengan Ilham tidak akan membuatnya rugi. Justru akan sama-sama menguntungkan.

"Kail lagi putus asa karena ngelihat Kak Nenda dan Kak Dewa semakin deket, kan? Nah gimana kalau aku bantu Kail buat dapetin Kak Nenda? Tapi Kail juga harus bantu aku."

Ilham mendengus pelan. Ternyata Caca tidak paham maksud dari pertanyaannya tadi.

"Bantu apa?" jawab Ilham sambil memegang kepalanya yang kembali berdenyut nyeri.

"Tiduran aja, Kak," pinta Caca mendorong Ilham yang hendak bangun dan mengubah posisi berbaringnya. "Gini, aku bantu Kak Ilham buat dapetin Kak Nenda dan Kak Ilham bantu aku buat bikin cowok-cowok aku mau diputusin."

Ilham semakin dibuat bingung. Membantu Caca agar cowok-cowoknya mau diputusin? Bagaimana caranya?

"Gimana caranya?" Ilham menatap Caca penuh kebingungan. Sementara yang ditatap justru senyum-senyum tidak jelas.

Senyum penuh percaya diri di bibir Caca mengembang kian lebar. Caca mencondongkan badannya ke Ilham untuk membisikin sesuatu.

"Aku bisikin caranya."

Menurut, Ilham turut memajukan kepalanya agar Caca lebih mudah membisikkannya.

"HAH?! KITA HARUS PURA-PURA UDAH DIJODOHIN?!"

Saking kagetnya dengan ide gila Caca, secara tidak sengaja Ilham mendorong tubuh Caca ke belakang. Hingga membuat tubuh kurus Caca tidak bisa menjaga keseimbangan dan hendak tumbang ke belakang. Beruntung di saat yang bersamaan dengan cepat Ilham memaksakan diri bangun dan meraih punggung Caca sampai mereka terjatuh di lantai dengan posisi Ilham di atas dan Caca di bawah. Begitu juga dengan tangan Ilham yang masih sigap terletak di belakang kepala Caca untuk melindunginya dari benturan.

"S-sorry gue nggak sengaja."

***

LANJUT NGGAK???

Menurut kalian part ini gimana???

Cerita ini juga ada versi instagramnya yaa. Kalian bisa langsung ke instagram aku @tamarabiliskii karena di sana updatenya lebih sering

Spam emoticon 🐥🐥🐥 di sini kalau mau cerita ini lanjut dan aku rajin update!!

See u di part selanjutnya!!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 86.2K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
2.4M 109K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
4.7M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
794K 3.5K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...