_
Setelah pengancam itu pergi, Darkan segera masuk ke dalam mobil, lalu menghela napas secara kasar, menghadapi orang seperti tadi sangatlah membuatnya frustasi.
Darkan pun berpikir sebelumnya jika dirinya meninggalkan semua pekerjaan ilegal, kehidupannya akan membaik, tetapi nyatanya masih ada banyak dampak buruk yang sulit ia kendalikan.
Darkan menoleh pada Anne, mendapatinya yang sedang menatapnya dengan mata memerah dan berkaca-kaca, tampak menahan amarah dan kecewa padanya.
"Anne..." Darkan tidak tahu apa yang harus ia katakan.
"Tolong tinggalkan aku sendiri dulu." Tanpa menjelaskan, Anne keluar dari mobil, memutuskan melanjutkan tujuannya sendiri tanpa Darkan.
Darkan segera mencegahnya. "Berbahaya jika kau pergi sendirian." Ia berhasil berdiri tepat di depan Anne.
"Dan sepertinya berbahaya juga berada di dekatmu." Anne berucap dengan air mata yang mengalir dan ia segera menyekanya, lalu melanjutkan langkahnya.
Namun, Darkan kembali mencegahnya, kali ini menarik Anne ke dalam pelukannya. "Kumohon jangan membenciku..." nada bicaranya bergetar, ia tidak sanggup jika Anne sampai membencinya.
Darkan mengerti, Anne pasti sangat terkejut mendengar semua perkataan pengancam itu, tetapi itu tidak sepenuhnya benar.
Anne menelan salivanya, berusaha tetap dalam pendiriannya, ia berhasil mendorong Darkan menjauh darinya. "Biarkan aku sendiri." tekannya.
"Darkan??"
Anne dan Darkan menoleh ke arah suara, mereka mendapati seorang pria paruh baya yang berjalan ke arah mereka.
Napas Anne mendadak sesak dan seberusaha mungkin ia menghindari tatap mata dengan pria paruh baya itu, yang tak lain adalah selingkuhan ibunya dulu, yang membuat kedua orang tuanya berpisah hingga hidupnya berantakan, dan... pria itu pun dulu pernah melakukan tindakan tidak terpuji padanya.
"Mr. Martin? Sedang apa kau di sini?"
"Berkunjung pada temanku." Dia menjawab sambil menatap Darkan sekilas, lalu kembali menatap Anne yang berdiri di samping Darkan. "Bukankah dia wanita yang pergi bersamamu ke acara Mr. Geo pada saat itu?"
Darkan mengangguk, Mr. Martin terkekeh. "Dia terlihat semakin cantik."
Darkan menyatukan kedua alisnya dan lantas berdiri di depan Anne, ia paham dengan sikap Mr. Martin terhadap wanita, ia harus waspada akan hal itu.
"Mengapa kau menyembunyikannya? Meski aku memiliki banyak wanita, aku tidak akan mengambil dia darimu, tenang saja." Mr. Martin tertawa dan tatapannya terus tertuju pada Anne.
Dari belakang Anne meremat jas yang dipakai Darkan, mendengar suara pria paruh baya itu saja membuatnya sangat takut, ia sungguh ingin segera pergi.
Darkan pun yang tidak nyaman dengan yang dikatakan Mr. Martin, ia memutuskan mengajak Anne pergi. "Kami akan pergi, selamat tinggal." ucapnya tanpa menanggapi perkataan Mr. Martin sebelumnya, lalu merangkul pundak Anne.
"Tunggu. Lalu apa yang sedang kalian lakukan di sini?"
Darkan dan Anne menghentikan langkahnya, mereka berbalik, tetapi Anne sama sekali tidak menatap Mr. Martin.
"Hanya urusan pribadi."
Mr. Martin menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Anne. "Kekasihmu itu terlihat cantik sekali di malam hari, tetapi kuyakin kecantikannya lebih bersinar saat berada di tempat yang lebih gelap, bukan? Dan karena kau kekasihnya kau pasti pernah melihatnya." Lalu dia kembali tertawa, bersikap seolah-olah akrab dengan mereka.
"Permisi." Darkan menatap tajam pada Mr. Martin dan masih merangkul pundak Anne, lalu membawanya masuk ke dalam mobil.
"Apa kau baik-baik saja?" Darkan menyadari Anne terlihat sangat tidak nyaman, sebagai sahutan Anne hanya mengangguk dan tengah mengatur napasnya yang terasa sesak.
"Dia adalah rekan kerja Mr. Geo, termasuk teman dekatnya." Darkan memberitahu, beralih menatap Mr. Martin yang melangkah pergi kembali ke bangunan perkantoran di sana. "Dia orang yang cukup berbahaya."
"Aku mengenalnya."
Darkan terkejut, bagaimana bisa Anne mengenalnya?
"Bagaimana kau mengenalnya?"
"Ibuku dulu berselingkuh dengannya, aku juga saat itu melihatnya hadir di acara Mr. Geo, dia juga dulu teman dekat ayahku." Anne menundukkan kepalanya, lalu ia menopang wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Aku sangat benci melihatnya." Anne berucap dengan penuh penekanan, lalu mendongak. "Tetapi aku harus tetap pergi ke sana." ucapnya meyakinkan dirinya bahwa ia bisa menghadapinya.
Darkan terdiam sejenak, kini ia mengerti penyebab Anne dulu tampak panik saat di acara Mr. Geo, dan mendadak ia teringat dengan sesuatu yang membuatnya terkejut sendiri.
"Anne, aku pikir.... hilangnya saudaramu ada kaitannya dengan Mr. Martin."
"Mengapa kau berpikir begitu?"
"Dia memiliki klub malam yang mana menjadi tempat prostitusi juga, dan seperti yang kau jelaskan di telepon saudaramu berkata ada kaitannya juga dengan bisnis di tempat ini, tetapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya Mr. Martin lakukan di sini karena setahuku dia tidak bekerja di sini, dan saat aku teringat dengan bisnis lain yang dimilikinya, membuatku berpikir... saudaramu berada di tempatnya."
"Dan karena informasi yang dikatakan saudaramu itu tidak terlalu detail, jadi aku berpikir pelaku yang dimaksud saudaramu sepertinya bukan bekerja di pelabuhan ini."
"Maksudmu... kau berpikir Mr. Martin adalah orang yang menculik saudaraku? Dan memperkerjakannya sebagai..." Anne tidak melanjutkan ucapannya, ia tidak sanggup mengatakan itu.
Darkan perlahan menganggukkan kepalanya. "Aku minta maaf karena berpikir hal itu, tetapi itu cukup masuk akal saat melihat Mr. Martin berada di sini."
Anne memejamkan matanya rapat-rapat, kepalanya menggeleng, ia panik saat mendadak terbayang saudaranya berada di tempat seperti itu.
"Apa dia selalu menculik wanita?? Dan saat kau tahu, apa kau membiarkannya begitu saja??"
"Aku tidak pernah mendengarnya menculik wanita. Saat Mr. Geo masih hidup, dia sering sekali membujuknya agar bekerja sama dalam bisnis itu, tetapi Mr. Geo selalu menolak tegas tawarannya."
"Aku juga pernah mendengar Mr. Martin berkata pada Mr. Geo bahwa prostitusi di tempatnya hanya melibatkan wanita atas kemauannya sendiri, bukan paksaan."
"Dan kau percaya begitu saja??" Nada bicara Anne meninggi.
Darkan cukup terkejut dengan ucapan Anne. "Karena aku tidak ingin mengetahui apa pun tentang bisnis itu, jadi aku tidak berpikir sejauh itu."
"Dan kupikir sekarang kita harus pergi ke tempat itu untuk memastikannya."
Anne terdiam dengan mata terpejam sejenak lalu menghembuskan napasnya, berusaha menenangkan diri. "Ayo kita pergi ke tempat itu."
Darkan mengangguk lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang, dan saat di gerbang, akses keluar dibukakan oleh penjaga yang tadi berbicara dengannya.
Di tengah perjalanan, Anne dan Darkan tidak banyak berbicara, keduanya diam berlarut dalam pikiran masing-masing.
Anne menoleh pada Darkan yang sedang fokus menyetir, apa keputusannya sudah benar melibatkan Darkan dalam pencarian saudaranya?
Dan mengapa harus Darkan orang yang selalu terlibat dengannya.
Anne juga menyayangkan mengapa Darkan dulu terlibat dalam dunia ilegal seperti itu, apalagi dia terlibat sejak dari kecil karena permintaan kakeknya yang tidak dapat ditolak.
Darkan yang menyadari Anne terus menatapnya, ia menoleh. "Kau baik-baik saja? Apa kau membutuhkan sesuatu?"
Kalimat itu bak dejavu bagi Anne, di mana saat ia menatap Darkan tanpa berbicara sepatah kata pun, dia selalu bertanya dengan tatapan teduh dan nada bicaranya yang lembut.
"Aku baik-baik saja."
Darkan mengangguk. "Perjalanan cukup jauh, kau tidur saja."
Anne mengalihkan pandangannya, menatap pemandangan di luar sana melalui jendela di sampingnya, air matanya kembali mengalir, lalu dengan segera ia menyekanya, di keadaan seperti ini bagaimana bisa ia tidur, sejak sadar dari koma hingga saat ini nafsu makannya pun masih belum membaik.
Sementara itu, Darkan yang sedang menyetir sesekali meringis tanpa suara dan giginya menggeretak, menahan rasa sakit di dadanya yang tiba-tiba muncul.
TBC
Jangan lupa vote dan komennya yaa karena satu vote kalian sangat berarti bagi aku.
Jujur aku hampir nyerah sama unpub karena banyak banget yg siders tanpa ngasih dukungan klik vote🙂