(ยฒ) ๐™๐ˆ๐Ž๐๐๐„ || ๐“๐จ ๐๐ž...

By qinazxaa

86.6K 4.3K 721

Season 2 dari ZIONNE "๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ช๏ฟฝ... More

๐‡๐ข!
๐๐ซ๐จ๐ฅ๐จ๐ ๐ฎ๐ž
๐ŸŽ๐Ÿ. ๐†๐จ ๐จ๐ง ๐•๐š๐œ๐š๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐ŸŽ๐Ÿ. ๐€๐œ๐œ๐ข๐๐ž๐ง๐ญ๐š๐ฅ ๐Œ๐ž๐ž๐ญ๐ข๐ง๐ 
๐ŸŽ๐Ÿ‘. ๐ˆ๐ญ'๐ฌ ๐๐จ๐ญ ๐š ๐‘๐ฎ๐ฆ๐จ๐ฎ๐ซ
๐ŸŽ๐Ÿ’. ๐€๐ซ๐ž ๐˜๐จ๐ฎ ๐‹๐จ๐จ๐ค๐ข๐ง๐  ๐…๐จ๐ซ ๐Œ๐ž?
๐ŸŽ๐Ÿ“. ๐’๐ฐ๐ž๐ž๐ญ ๐€๐ญ๐ญ๐ž๐ง๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐ŸŽ๐Ÿ”. ๐˜๐จ๐ฎ ๐š๐ง๐ ๐ˆ
๐ŸŽ๐Ÿ•. ๐Œ๐ข๐ง๐ ๐๐ฎ๐ซ๐๐ž๐ง
๐ŸŽ๐Ÿ–. ๐๐ž๐š๐œ๐ก
๐ŸŽ๐Ÿ—. ๐‰๐ž๐š๐ฅ๐จ๐ฎ๐ฌ
๐Ÿ๐ŸŽ. ๐†๐ฅ๐จ๐จ๐ฆ๐ฒ ๐“๐ข๐ฆ๐ž๐ฌ
๐Ÿ๐Ÿ. ๐€ ๐‚๐จ๐ง๐๐ข๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐Ÿ๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐ฎ๐š๐๐ž
๐Ÿ๐Ÿ‘. ๐…๐ž๐ž๐ฅ ๐”๐ง๐Ÿ๐š๐ข๐ซ
๐Ÿ๐Ÿ’. ๐ƒ๐ž๐ญ๐ž๐ซ๐ข๐จ๐ซ๐š๐ญ๐ข๐ง๐  ๐…๐ข๐ง๐š๐ง๐œ๐ž๐ฌ
๐Ÿ๐Ÿ“. ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ”
๐Ÿ๐Ÿ”. ๐๐ž๐ญ๐ญ๐ž๐ซ ๐š๐ง๐ ๐–๐จ๐ซ๐ฌ๐ž
๐Ÿ๐Ÿ•. ๐€๐ซ๐ซ๐ž๐ฌ๐ญ๐ž๐
๐Ÿ๐Ÿ–. ๐ˆ ๐Œ๐ข๐ฌ๐ฌ ๐‡๐ข๐ฆ
๐Ÿ๐Ÿ—. ๐‡๐ž๐š๐ฏ๐ฒ ๐‘๐š๐ข๐ง
๐Ÿ๐ŸŽ. ๐๐š๐๐ฆ๐จ๐ฎ๐ญ๐ก๐ข๐ง๐ 
๐Ÿ๐Ÿ. ๐’๐จ๐ฆ๐ž ๐Œ๐จ๐ฏ๐ข๐ž๐ฌ
๐Ÿ๐Ÿ. ๐Œ๐จ๐ซ๐ž ๐‘๐ž๐œ๐ค๐ฅ๐ž๐ฌ๐ฌ
๐Ÿ๐Ÿ‘. ๐‡๐ž๐ซ ๐€๐ง๐ ๐ž๐ซ
๐Ÿ๐Ÿ’. ๐€ ๐’๐ฎ๐ ๐ ๐ž๐ฌ๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐Ÿ๐Ÿ“. ๐๐ซ๐ข๐ฌ๐จ๐ง
๐Ÿ๐Ÿ”. ๐๐ž๐ฐ ๐…๐š๐œ๐ญ
๐Ÿ๐Ÿ•. ๐†๐ซ๐š๐๐ฎ๐š๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐Ÿ๐Ÿ–. ๐๐ซ๐ž๐ฏ๐ข๐จ๐ฎ๐ฌ ๐๐ซ๐จ๐›๐ฅ๐ž๐ฆ
๐Ÿ๐Ÿ—. ๐”๐ง๐ค๐ง๐จ๐ฐ๐ง
๐Ÿ‘๐ŸŽ. ๐‡๐š๐ซ๐›๐จ๐ซ
๐Ÿ‘๐Ÿ. ๐…๐ฎ๐ฅ๐ฅ ๐จ๐Ÿ ๐‹๐ข๐ž๐ฌ
๐Ÿ‘๐Ÿ. ๐‡๐จ๐ง๐ž๐ฌ๐ญ๐ฒ
๐Ÿ‘๐Ÿ‘. ๐’๐ญ๐š๐ฒ ๐Ž๐ฏ๐ž๐ซ๐ง๐ข๐ ๐ก๐ญ
๐Ÿ‘๐Ÿ’. ๐๐ข๐ ๐ก๐ญ๐ฆ๐š๐ซ๐ž
๐Ÿ‘๐Ÿ“. ๐’๐ฐ๐ž๐ž๐ญ ๐“๐ก๐ข๐ง๐ ๐ฌ
๐Ÿ‘๐Ÿ”. ๐“๐ซ๐ฎ๐ฌ๐ญ ๐ˆ๐ฌ๐ฌ๐ฎ๐ž๐ฌ
๐Ÿ‘๐Ÿ•. ๐‚๐š๐ฎ๐ ๐ก๐ญ ๐ˆ๐ง ๐“๐ก๐ž ๐€๐œ๐ญ
๐Ÿ‘๐Ÿ–. ๐๐ž๐ฐ๐ฌ๐ฉ๐š๐ฉ๐ž๐ซ
๐Ÿ‘๐Ÿ—. ๐๐ž๐œ๐จ๐ฆ๐ž ๐š ๐๐š๐ซ๐ญ๐ง๐ž๐ซ
๐Ÿ’๐Ÿ. ๐‚๐จ๐ง๐ฃ๐ž๐œ๐ญ๐ฎ๐ซ๐ž
๐Ÿ’๐Ÿ. ๐๐ž๐š๐ญ๐ž๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ‘. ๐“๐ซ๐ž๐š๐ญ ๐–๐จ๐ฎ๐ง๐๐ฌ
๐Ÿ’๐Ÿ’. ๐‚๐จ๐ฆ๐Ÿ๐จ๐ซ๐ญ๐š๐›๐ฅ๐ž
๐Ÿ’๐Ÿ“. ๐€๐ฉ๐ฉ๐จ๐ข๐ง๐ญ๐ฆ๐ž๐ง๐ญ
๐Ÿ’๐Ÿ”. ๐„๐ฌ๐œ๐š๐ฉ๐ž
๐Ÿ’๐Ÿ•. ๐ƒ๐ž๐ž๐ฉ ๐‹๐จ๐ฏ๐ž
๐Ÿ’๐Ÿ–. ๐ƒ๐ข๐ฌ๐ญ๐š๐ง๐œ๐ž
๐Ÿ’๐Ÿ—. ๐‡๐š๐ฎ๐ ๐ก๐ญ๐ฒ
๐Ÿ“๐ŸŽ. ๐‘๐ž๐œ๐ค๐ฅ๐ž๐ฌ๐ฌ๐ง๐ž๐ฌ๐ฌ
๐Ÿ“๐Ÿ. ๐“๐จ๐ฑ๐ข๐œ ๐…๐ฎ๐ฆ๐ž๐ฌ
๐Ÿ“๐Ÿ. ๐’๐š๐ฏ๐ž๐
๐Ÿ“๐Ÿ‘. ๐๐ฎ๐ž๐ฌ๐ญ๐ข๐จ๐ง๐ฌ
๐Ÿ“๐Ÿ’. ๐Œ๐ข๐ฌ๐ฌ๐ข๐จ๐ง
๐Ÿ“๐Ÿ“. ๐€๐ฉ๐จ๐ฅ๐จ๐ ๐ข๐ณ๐ž
๐Ÿ“๐Ÿ”. ๐•๐ข๐œ๐ญ๐ข๐ฆ
๐Ÿ“๐Ÿ•. ๐†๐ž๐ญ ๐“๐จ ๐Š๐ง๐จ๐ฐ ๐˜๐จ๐ฎ
๐Ÿ“๐Ÿ–. ๐“๐ž๐ฅ๐ฅ ๐“๐ก๐ž ๐“๐ซ๐ฎ๐ญ๐ก
๐Ÿ“๐Ÿ—. ๐ˆ ๐€๐๐ฆ๐ข๐ซ๐ž ๐˜๐จ๐ฎ
๐Ÿ”๐ŸŽ. ๐„๐ฏ๐ข๐๐ž๐ง๐œ๐ž
๐Ÿ”๐Ÿ. ๐‘๐ž๐œ๐ข๐ฉ๐ซ๐จ๐œ๐š๐ฅ
๐Ÿ”๐Ÿ. ๐€๐ง๐ ๐ž๐ซ
๐Ÿ”๐Ÿ‘. ๐๐ข๐ง๐ค ๐“๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฉ๐ฌ
๐Ÿ”๐Ÿ’. ๐“๐ก๐ซ๐ข๐ฅ๐ฅ๐ข๐ง๐ 
๐Ÿ”๐Ÿ“. ๐€๐›๐จ๐ฎ๐ญ ๐‡๐ข๐ฌ ๐…๐ž๐ž๐ฅ๐ข๐ง๐ ๐ฌ
๐Ÿ”๐Ÿ”. ๐ˆ๐ง๐Ÿ๐จ๐ซ๐ฆ๐š๐ญ๐ข๐จ๐ง
๐Ÿ”๐Ÿ•. ๐“๐จ๐ฑ๐ข๐œ ๐‘๐ž๐ฅ๐š๐ญ๐ข๐จ๐ง๐ฌ๐ก๐ข๐ฉ
๐Ÿ”๐Ÿ–. ๐Ž๐ฎ๐ซ ๐Ÿ๐ž๐ž๐ฅ๐ข๐ง๐ ๐ฌ
๐Ÿ”๐Ÿ—. ๐Ž๐ฎ๐ซ ๐๐š๐ฆ๐ž
๐Ÿ•๐ŸŽ. ๐ˆ'๐ฆ ๐–๐š๐ข๐ญ๐ข๐ง๐  ๐Ÿ๐จ๐ซ ๐˜๐จ๐ฎ
๐Ÿ•๐Ÿ. ๐“๐ก๐ž ๐„๐ง๐ ๐จ๐Ÿ ๐”๐ฌ
๐„๐ฉ๐ข๐ฅ๐จ๐ 

๐Ÿ’๐ŸŽ. ๐Œ๐ž๐ž๐ญ ๐š ๐“๐ก๐ซ๐ž๐š๐ญ

981 55 4
By qinazxaa

_

■■■

Di tengah perjalanan menuju pelabuhan Palermo, Anne yang merasa gugup menyamakan posisi duduknya, lalu merapikan jaket kulit berwarna hitam yang dipakainya.

Jika Darkan seperti biasanya nyaman menggunakan pakaian kemeja lengkap dengan jas berwarna hitam.

"Tarik napasmu dalam-dalam lalu hembuskan secara perlahan. Ulangi itu beberapa kali sampai kau merasa lebih baik." Darkan menyadari Anne duduk dengan gelisah, ia berucap sambil menoleh sejenak, lalu kembali menatap jalanan di depannya.

"Aku takut jika gagal lagi, sangat sulit untuk masuk ke area perkantoran di sana."

Darkan mengangguk. "Mudah jika tujuan untuk berlibur." ucapnya sambil tersenyum, mencoba menghibur.

"Aku harus segera menemukan Cindy." Di atas pahanya kedua tangan Anne mengepal kuat.

Darkan menepikan mobil, Anne menoleh dengan tatapan bingung. "Kenapa berhenti?"

Darkan tidak menjawab, ia mencondongkan sedikit tubuhnya, salah satu tangannya terulur, menarik sabuk pengaman di kursi Anne yang belum terpasang, lalu memasangkannya.

Anne menggenggam erat tangannya sendiri yang masih berada di atas pahanya. "Terima kasih."

"Anne, secepatnya saudaramu pasti ditemukan." Darkan menepuk tumpuan tangan Anne.

"Jika kau terus gugup seperti itu, pikiranmu akan terganggu. Ingat apa yang aku katakan sore hari tadi? Untuk berhasil mencapai tujuanmu, kendalikan pikiranmu dari hal-hal yang mengganggumu."

"Bolehkah aku menggenggam tanganmu sebentar?" Anne meminta dengan ragu, dan lantas menggigit bawah bibirnya.

Saat Darkan menepuk tangannya tadi, Anne merasa sedikit lebih tenang, tetapi ia yakin dia pasti akan menolak permintaannya.

Namun, tidak sesuai dugaannya Darkan mengangguk setuju, kedua sudut bibirnya pun tertarik, membentuk senyuman yang tulus.

Di atas pahanya, Anne dengan ragu membuka salah satu telapak tangannya, lalu dengan lembut Darkan menyambut tangan dinginnya, menjalin jari jemari mereka dengan erat.

"Tanganmu selalu hangat, apa kau sedang sakit?"

"Tanganmu selalu dingin, apa kau selalu merasa gugup?" Darkan balik bertanya.

"I-ini normal."

"Begitu pun dengan tanganku."

Anne tersenyum, Darkan pun membalas senyumnya. Biarlah seperti ini dalam beberapa saat, meskipun keduanya sedang menyembunyikan ketegangan dan kecanggungan yang terjadi, tetapi mereka menikmati setiap waktu yang diluangkan bersama.

***

Di ruangan kerjanya Sebastian duduk dengan gelisah, dia tengah mencoba menelepon Darkan beberapa kali, tetapi tidak ada satupun panggilan yang diangkat.

Kemudian Sebastian memanggil seseorang, orang yang bekerja padanya lantas masuk ke dalam ruangan. "Cari Darkan di Brooklyn sekarang, pastikan dia berada di tempat tinggal yang alamatnya diberikan kepadaku."

"Baik, Tuan."

Sebastian menghela napas secara kasar, ia mengerti Darkan ingin pergi berlibur dengan mengambil cuti, tetapi ia hanya tidak tenang jika pekerjaan ditinggalkan lebih dari tiga hari.

Sebastian berpikir Darkan harus mengutamakan pekerjaannya, alih-alih membuang-buang waktunya untuk berlibur.

Dan Sebastian tetap masukkan Jean ke dalam pusat rehabilitasi walaupun istrinya menolak dengan keras keputusannya. Ia memasukkan Jean ke tempat tersebut bukan karena tidak menyayanginya, ia ingin anaknya yang paling sulit diatur itu berubah lebih baik, dan setidaknya akan menjadi orang yang sedikit berguna untuknya nanti.

***

"Sebentar lagi kita sampai." Darkan memberitahu saat mereka telah memasuki jalur yang disuguhi pemandangan pantai, dan mereka melaju menuju pintu masuk pusat perdagangan ekspor dan impor itu dilakukan.

Anne mengangguk lalu menghembuskan napasnya secara perlahan, sepanjang perjalanan ia tetap merasa gelisah. "Bersiap." Darkan perlahan menginjak rem mobil saat mereka tiba di depan gerbang masuk yang dalam penjagaan ketat.

Dan karena Darkan tidak memiliki akses masuk otomatis yang terdeteksi, tiga orang penjaga lantas menghampiri mereka.

"Ada tujuan apa Anda kemari, Sir?" seorang penjaga bertanya dalam bahasa Inggris.

Tanpa banyak berbicara Darkan memberikan sebuah kartu identitas pekerjaannya, lalu meletakkan salah satu tangannya pada atas pintu mobil yang kacanya telah ia buka, sedangkan tangan satu laginya ia letakkan di atas stir.

Respon seorang penjaga yang tengah membaca kartu yang diberikan Darkan tadi tampak tidak tertarik dengan maksud kedatangannya, tetapi dia tahu perusahaan tersebut akhir-akhir ini sedang ramai dibicarakan oleh banyak media hingga ke negaranya, Italia.

"Apa Anda telah membuat janji temu dengan seseorang?"

Darkan menggeleng. "Aku di sini sedang berlibur, tetapi aku berpikir untuk memperluas bisnisku, aku tertarik untuk mengekspor dan mengimpor barang dari perusahaan ayahku. Jadi, aku ingin berbicara dengan atasan di sana."

Penjaga itu tampak menimang-nimang perkataan Darkan, lalu ia mengisyaratkan pada penjaga lainnya agar membukakan akses masuk.

"Terima kasih."

Kemudian Darkan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

"Kita tidak langsung menuju kantor mereka?" Anne menunjuk ke suatu bangunan yang tak jauh dari keberadaan mereka saat ini, dan dari kaca tembus pandang bangunan tersebut terlihat beberapa pria berkutat dengan komputer dan tumpukan berkas tinggi di atas meja.

"Kita akan mengamati mereka terlebih dahulu." Darkan memarkirkan mobil di area parkir yang tak terlalu jauh, dan berhadapan langsung dengan bangunan tersebut.

Darkan dengan cepat melepas seat belt lalu mengambil sesuatu dari dashboard, dan menggunakan barang yang dikeluarkannya.

Anne melepas seat belt sembari memperhatikan Darkan yang sedang menggunakan teropong berukuran kecil, mengintai ke depan sana dengan benda tersebut.

"Anne, lihatlah." Darkan memberikan teropong tersebut sambil mengisyaratkan agar Anne lebih mendekat padanya.

Anne menggunakan teropong tersebut, kini ia dapat mengamati yang dilihatnya lebih jelas dari sebelumnya, tak lama itu ia mengerutkan keningnya sambil menajamkan tatapannya saat melihat seorang pria yang dikenalnya di dalam kantor tersebut.

Pria itu terlihat baru saja keluar dari suatu pintu yang masih berada di ruangan tersebut lalu berbincang bersama rekannya.

"Tuk Tuk Tuk."

Tiba-tiba terdengar suara kaca mobil diketuk, Darkan dan Anne menoleh secara bersamaan arah suara, mereka membelalakkan mata, terkejut mendapati seorang pria yang menodongkan pitol di samping pintu yang diduduki Darkan, dan untung saja sebelumnya kaca mobil telah ditutup.

Dari dalam mobil Darkan balik menodong pria itu, dan ia mengenal wajahnya, yang tak lain adalah si pengancam, wajahnya sama persis dengan yang ada di foto.

"Keluarlah." Pengancam itu menurunkan pistolnya lalu kembali mengetuk pintu kaca mobil, dan dia berucap dalam bahasa Inggris.

"Darkan, apa akan aman jika kau keluar??" Anne menghentikan Darkan saat dia akan membuka pintu mobil.

"Dia pasti tidak berani menembak di tempat kerjanya sendiri, aku yakin jabatannya di tempat ini tidak tinggi, dia tidak akan berani membuat keributan, dia pasti takut dipecat."

"Dan kau tetap tunggu di sini."

Anne melonggarkan pegangan tangannya pada lengan Darkan. "Hati-hati."

Darkan mengangguk lalu segera keluar dari mobil, yang disambut gelak tawa dan tatapan merendahkan dari pengancam itu.

"Atas alasan apa kau terus mengancamku??!!"

Pengancam itu menghela napas. "Turunkanlah nada bicaramu, mari kita selesaikan secara baik-baik."

"Apa yang kau inginkan??"

"Apa yang aku inginkan?" Pengancam itu berdecih. "Aku ingin meminta keadilan darimu. Melihatmu berhasil sebagai seorang CEO, aku merasa ini semakin tidak adil, aku muak menahannya." desisnya dengan tatapan tajam.

"Apa maksudmu?? Katakanlah langsung pada intinya."

"Kau dan kakekmu telah membunuh banyak orang, termasuk keluargaku, aku ingin kau yang bertanggung jawab sekarang."

Di dalam mobil, Anne refleks menutup mulutnya, berharap ia salah dengar, atau.. apakah pria yang sedang berbicara dengan Darkan itu hanya mengatakan omong kosong?"

"Dulu karena kau meminjamkan uang pada ayah, ibu, dan adikku untuk berjudi di kasino kalian, membuat mereka kehilangan akal."

"Mereka terus berjudi sampai akhirnya memiliki banyak hutang, dan karena tidak dapat membayarnya, ayah dan ibuku bekerja padanya, sedangkan adikku melalui tes berhasil menjadi anggota mafia dibawah kendalinya, tetapi... tak lama itu aku mendengar kabar adikku dibunuh di apartemennya, dan seseorang mengatakan yang membunuhnya adalah Mr. Geo."

"Kedua orang tuaku yang merasa sangat kehilangannya dan merasa terhina karena bekerja pada orang yang telah membunuh anaknya, mereka memutuskan mengakhiri hidup, hidupku sangat hacur setelah mengetahui itu semua, apalagi aku jarang bersama mereka karena aku tinggal di kota lain."

"Oleh karena itu, sebagai ganti atas semua penderitaan yang aku dan keluargaku alami, kau harus memberikanku uang."

Darkan mendengarkan penjelasan dari pengancam itu sambil menahan amarahnya, ia menggeleng keras, tidak percaya sepenuhnya dengan ucapan pengancam itu.

Sementara itu, di dalam mobil Anne menatap kecewa pada Darkan, ia dengan mudah percaya pada penjelasan pengancam itu yang terlihat menjelaskan dengan penuh kesedihan yang mendalam.

"Apa kau memiliki bukti jika Mr. Geo yang telah membunuhnya??" Darkan masih mampu menahan amarahnya, tidak sampai memukul pengancam itu, memberikan uang memang tidak masalah baginya, tetapi ia yakin uang yang diinginkan pengancam itu jumlahnya tidak akan masuk akal.

"Kau lupa? Kakekmu dari dulu sangatlah sadis, dia banyak menyekap dan membunuh rekan kerjanya sendiri."

"Itu tidak sepenuhnya benar." Salah satu tangan Darkan mengepal kuat. "Mr. Geo hanya menghukum orang yang bersalah padanya dan terbukti bersalah dalam hukum negara."

"Lalu, apa kau pikir pekerjaan yang dijalani Mr. Geo tidak itu tidak salah di mata hukum negara?"

Darkan mengalihkan pandangannya, tidak dapat dipungkiri Mr. Geo memang bersalah, tetapi tidak ada bukti jika Mr. Geo yang telah membunuh adiknya.

Si pengancam yang tampaknya berusia 30 tahun itu melangkah lebih dekat pada Darkan sambil menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, lalu berdecih. "Aku yakin kau memiliki banyak uang sampai sekarang. Jadi, berikan aku uang." ucapnya menuntut.

"Berapa yang kau inginkan?"

"1 triliun dan serahkan jabatanmu yang sekarang."

Darkan lantas mengumpat, sudah ia duga, ini tidak masuk akal!

"Beruntung nyawamu tidak kuambil. Jadi, cepatlah mengambil keputusan." Pengancam itu semakin menuntut. "Jika tidak, aku akan terus mengancammu sampai kau menjadi gila."

"Dan wanita yang berada di dalam mobil itu akan ikut menderita." Pengancam itu berbisik, dia melirik ke arah Anne sambil menyeringai, lalu menepuk pundak Darkan.

Darkan melayangkan satu pukulan keras pada wajah pengancam itu, lalu menarik kerah pakaiannya. "Aku tidak setuju dengan syaratmu itu! Dari perkataanmu kau tampaknya mengancamku bukan karena merasa kehilangan keluargamu, tetapi kau menginginkan uang!"

"Jika kau dari dulu merasa Mr. Geo yang telah membunuh adikmu, lalu mengapa kau tidak mencoba melaporkannya?? Dengan begitu orang yang sebenarnya telah membunuh adikmu itu akan terungkap, sehingga selama itu kau tidak akan memiliki dendam pada kami!"

"Mr. Geo dulu berkuasa! Itu akan sia-sia!" Pengancam itu berteriak marah sambil mendorong Darkan, dan menjauh darinya. "Berhenti membuang-buang waktu, dan segera turuti syaratku tadi!" Dia memaki sambil menodongkan pistol.

Darkan tidak merasa takut sedikit pun pada ancaman itu, dengan gerak tak terbaca, ia berhasil menendang pistol yang dipegang pengancam itu hingga terlepas dari tangannya, dan terlempar jauh.

Pengancam itu mengumpat dan mengeluarkan pisau dari saku celananya, lalu mengarahkannya pada Darkan, melakukan itu untuk melindungi dirinya sendiri, berjaga-jaga jika Darkan akan menyerangnya.

Sementara itu, di dalam mobil Anne semakin panik, dia cemas jika Darkan akan terluka, apalagi ia teringat dengan kejadian pada saat di hutan, di mana Darkan hampir kalah melawan seseorang.

"Kau lebih memilih aku terus mengancammu??!"

"Siapa nama adikmu?"

"Steven Seth."

"Aku akan mencari tahu pelaku sesungguhnya yang telah membunuhnya."

"Jelas sekali pelakunya Mr. Geo! Karena Arciano sendiri yang memberitahunya padaku!"

"Arciano??"

"Ya! Dia salah satu anggota mafia yang cukup dipercaya oleh kakekmu, bukan?? Tetapi dia malah berkhianat sejak lama." Pengancam itu tertawa dengan keras, baginya itu sangat lucu.

Darkan merasa tidak percaya jika Arciano berkhianat dan orang yang mengatakan itu, dan ia sudah lama tak bertemu dengannya, setelah ia tertangkap, keberadaannya sampai saat ini tidak diketahui.

Pengancam itu terkekeh, menyadari Darkan tampaknya sangat terkejut dengan perkataannya.

"Dan apa kau tahu, sebenarnya dari dulu orang yang selalu menyusup masuk ke mansion Mr. Geo untuk membunuhnya adalah aku dan orang lainnya yang merasa dirugikan olehnya, kami pun sampai membayar beberapa anak muda yang tak tercukupi gaya hidupnya untuk masuk ke sana." Ia kembali tergelak tawa, merasa konyol karena pada akhirnya dirinya sendiri yang memberitahukan itu pada Darkan.

"Kau akan terus dihantui sampai akhir hayatmu. Orang lainnya yang merasa dirugikan oleh Mr. Geo pasti akan terus menuntutmu, kau yang akan bertanggung jawab atas kesalahannya karena kau juga terlibat dengannya."

"Beri aku waktu untuk mencari tahu semuanya." Darkan berucap dengan menahan amarahnya.

"Baiklah, kuberi kau waktu satu Minggu, kau harus menemukan pelaku yang telah membunuh adikku, aku akan mengirimkan fotonya. Jika lebih dari seminggu, setujui syarat yang kuberikan." Pengancam itu berucap seolah itu adalah hal mudah.

Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu melangkah pergi sambil bersiul, merasa sangat senang karena sebentar lagi akan mendapatkan banyak uang dan jabatan yang tinggi.

Tidak ada Mr. Geo yang berdiri di belakang Darkan, membuat pengancam itu yakin bahwa Darkan adalah orang yang sangat lemah.

TBC

Saya esmosi😤😤

Di season 2 ini bakalan aku ungkapin semua teka-teki yang ada di season 1, jadi kedua season berkaitan banget, kalian baca dua-duanya gaaak?😆

Ada yang langsung loncat baca season 2?🧐

Continue Reading

You'll Also Like

952K 2.9K 19
21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik...
5.1M 376K 64
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY โ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ขโ€ข "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
981K 67.2K 63
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.3M 73.9K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...