Aisyah Aqilah || TERBIT

Por nrasya_

2.1M 219K 76.6K

GUS ILHAM MY HUSBAND 2 Dijodohkan saat libur semester? Menikah dengan orang yang tidak kamu cintai, tidak men... M谩s

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06 : Arsyi ngambek
bagian 07 : kucing baru
bagian 08 : Rich Aunty
bagian 09 : Irt
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29 [Bagai api dalam sekam]
bagian 30 : menenangkan diri
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
Ekstra part
Ekstra part bagian 2
VOTE COVER
harga novel Aisyah Aqilah
SPIN OFF AISYAH AQILAH

epilog

51.6K 4K 1K
Por nrasya_

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
["Allahumma shalli 'alán-nabiyil hasyimiyyi Muhammadin wa'ala alihi wa sallim tasliman"]

Halo semuanya, maaf ya nunggu lama, karena ini juga udah ending aku mau terima kasih buat kalian semua.

Happy reading.


♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Dunia ini terlalu singkat, mas. Sedangkan Aisyah dan kamu ingin terus bersama. Untuk itu, Aisyah ingin kita selamanya di surga Nya, saja, karena disana tidak ada lagi kata perpisahan."

Gus mengangguk pelan. "Tetap sama aku ya, walau banyak berantem nya."

Aisyah tertawa, menutupi rasa sakit di kepalanya. "Iyaaa!"

Mendengar jawaban dari Aisyah, Gus Ilham kembali memeluk tubuh istrinya sangat erat.

"Mas! Jangan keras-keras pelukannya, Aisyah nggak bisa nafas!"

"Yaudah," ucap Gus Ilham. "Rasanya kayak gitu tanpa kamu."

"Mas..." Aisyah mencengram lengan suaminya saat kepala terasa sangat sakit, ia tak kuat menahan rasa sakit itu.

"Syah, kamu kenapa?" Tanya Gus Ilham, mulai panik saat Aisyah mengeram kesakitan.

"Sakit..." lirih Aisyah sebelum tak sadarkan diri.

"Syah! Dokter!" Gus Ilham menekan tombol darurat yang berada di samping sang istri.

"Syah sadar Syah, Aisyah!" Gus Ilham mengguncang lengan istrinya. "Aisyah, aku di sini sayang, bicara sedikit saja, sayang, aku bakalan rapu tanpa kamu!"

Tak lama kemudian datanglah Dokter dan suster, langsung memeriksa Aisyah.

"Pak, mohon untuk keluar dulu ya," kata suster tersebut pada Gus Ilham.

"Tolong segerakan golongan darah nya, hb pasien semakin rendah." Ucap dokter tersebut.

Gus Ilham keluar dengan wajah pucat pasi, serta keringat di seluruh tubuhnya.

"Lho, Ilham, kenapa nak?" Tanya umi Maryam.

"Umi, Aisyah..."

"Aisyah kenapa?!" Tanya umi Maryam mulai ikut panik.

"Hb Aisyah semakin rendah, harus segera transfusi darah. Ilham bingung umi, dimana Ilham harus cari golongan darah B negatif..." gus Ilham mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar seperti kehilangan akal sehat, melihat istrinya seperti tadi.

Abi Syakir menghela nafas. Ia mengambil ponsel dan menelpon seseorang di sana. "Tolong siapkan saya, tiket pesawat untuk ke jakarta sekarang juga. Saya otw ke bandara."

"Maryam, saya pergi."

"Mau kemana mas?"

"Ke jakarta. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam," umi Maryam menghela nafas panjang. Ia kembali memegang kedua bahu anaknya berusaha menenangkan.

"Umi!" Gus Iksan datang bersama Hilya.

"Keadaan Aisyah sekarang gimana?"

"Aisyah harus segera transfusi darah. Golongan darah nya, langkah."

"Apa di pesantren nggak ada yang sama golongan darahnya?" Tanya Hilya.

"Ada, cuma semuanya punya riwayat penyakit hipotensi. Mana bisa donor darah. Yang ada, kita jadi pembunuh."

"Terus abi dimana?" Tanya Gus Iksan.

"Pergi ke jakarta."

****

Abi Syakir baru saja mendarat dijakarta setelah lamanya perjalanan bandung ke jakarta lewat jalur udara. Setelahnya, abi Syakir dijemput oleh seseorang, menuju rumah keluarga Aisyah.

Sampai nya, abi Syakir disana. Ia melihat keadaan rumah yang sunyi. Tak ada satupun orang yang keluar saat abi Syakir menekan bel.

"Assalamualaikum!"

Pipp!

Suara klakson mobil membuat abi Syakir menoleh. Sebuah mobil hitam baru saja tiba disana. Keluar salah seorang pria paruh baya membuka gerbang.

"Pak kyai! Assalamualaikum!" Ucap kang Maman menyalami tangan Abi Syakir.

"Adhes mana?"

"Ada dalam mobil, pak. Sebentar saya-"

"Ada apa datang ke sini?" Tanya Papa Adhes bersahut. Ia keluar dari mobil bersama Bintang.

"Apa dari kalian ada yang bergologan darah B negatif?" Tanya abi Syakir langsung pada intinya, ia tak mau waktunya terbuang sia-sia.

"Istri saya," ucap papa Adhes merangkul Lisa.

"Bu Lisa, tolong ikut saya ke bandung. Aisyah butuh darah," ucap abi Syakir.

"Buat apa saya ke sana?" Tanya Lisa.

"Bu, masih bertanya buat apa? Ilham menelpon dari tadi kalian tidak mau angkat. Aisyah sekarat, dia harus transfusi darah secepatnya."

"Apa?!" Lisa sampai oleng mendengar kabar buruk itu. Keluarganya baru saja pulang dari melamar calon istri Bintang.

"Kenapa bisa?"

"Bu, jangan buang waktu untuk bertanya, mending ikut saya. Saya sudah pesan tiket, kita secepatnya ke bandara."

Semua mengangguk cepat. "Biar Bintang yang bawa mobil." Ucap Bintang, sangat panik.

*****

Sedangkan di ruangan nya, Aisyah berjuang melawan hidup dan matinya. Dokter memasangkan banyak alat di badan Aisyah.

"Mas Ilham..." Panggil nya pelan. "Arsya, Arsyi..."

"Umi!" Arsya bangkit dari tidurnya, anak kecil itu, segera keluar dari kamarnya menuju depan ndalem.

"Eh, Gus Arsya! Mau kemana?" Tanya Yuyun.

"Umi!" Panggil Arsya seperti orang linglung.

"Gus Arsya kenapa?" Tanya Yuyun menahan tangan Arsya.

"Mbak Yun, apa umi sama abah, Aca, udah datang?"

"Belum Gus. Sebentar lagi umi sama abah, Gus Arsya datang kok, sama adek barunya juga."

Arsya mengerjapkan polos. "Adek dalam perut umi, sudah keluar?"

"Iyaa, Gus Arsya pasti senang ya?"

Arsya mengangguk singkat. Ia melangkah memeluk tubuh mbak Yuyun. "Tapi perasaan Aca, nda enak mbak," Ungkap anak itu.

Mbak Yuyun mengusap punggung Arsya sambil berkata. "Gus Arsya baru bangun, kadang memang perasaan jadi nggak enak."

"Aca mau umi cepat-cepat pulang," gumam anak itu.

Tak lama kemudian terdengar suara tangisan Arsyi dari atas kamar, membuat mbak Yuyun dan Arsya menutup telinga mereka. Arsyi kalau menangis, benar-benar seperti toa masjid. Menggema ke seluruh ndalem.

****

"Pak, apa sudah ada orang yang siap orang yang siap donor kan darahnya?" Tanya Suster tersebut.

"Belum dok, keadaan anak saya bagaimana?"

"Bu Aisyah belum sadar juga, tolong di segerakan ya, kalau tidak nyawa pasien dalam bahaya." Setelah mengatakan hal itu, suster tersebut berpamitan.

Gus Ilham tak henti-hentinya, menatap Aisyah dari balik kaca sebagai pembatas ruangan. Tubuh Aisyah penuh dengan selang medis.

"Ya Allah, tolong jangan ambil dia dulu, hamba masih sangat butuh dia."

*****

Satu jam lamanya menunggu, Aisyah akhirnya sadarkan diri. Membuat suster yang menjaga di sana,, menghela nafas pelan saat hb Aisyah kembali meningkat. Pendarahan pun, telah selesai. Wanita itu baru saja lepas dari masa kritisnya.

"Bu Aisyah, apa sudah bisa mendengar saya?" Tanya Suster tersebut memastikan.

"Mas Ilham..." lirih Aisyah pelan.

"Apa mau di panggilkan suaminya?"

Aisyah mengangguk lemah.

"Sebentar ya, bu. Sekalian saya panggil dokter."

Suster tersebut keluar, memberi kabar pada keluar Aisyah, bahwa Aisyah baru saja lepas dari masa kritisnya. Suatu keajaiban yang jarang terjadi.

Mendengar hal itu pun, membuat Gus Ilham dan keluarga nya, bersyukur. Gus Ilham segera masuk menemui Aisyah.

"Assalamualaikum, Aisyah." Salam Gus Ilham memberi kecupan ringan di kening istrinya.

Aisyah tersenyum simpul. Ia tak kuat untuk berbicara normal, wanita itu memberi isyarat agar suaminya mendekat.

Gus Ilham mendekatkan telinganya di dekat bibir Aisyah.

"Na-nama anak ki-ta, siapa?"

Gus Ilham kembali menegakkan badannya seperti semula. "Namanya, Aqilah Ilham Vernando."

"Seperti yang kamu minta kan, mau nama anak ke tiga kita, Jadi Aqilah, yang artinya berakal, cerdas, bijaksana dan bakat yang terberkati. Dan Ilham dari nama aku yang artinya pengetahuan. Doa adalah nama, anak ketiga kita ini semua artinya cerdas. Mudah-mudahan dia cerdas dan dermawan."

"Cantik," ucap Aisyah.

"Sama kayak kamu, cantik."

Aisyah kembali memberi isyarat pada suaminya agar mendekat lagi padanya.

"Ja-jaga anak kita ya,"

"Kita jaga sama-sama," ucap Gus Ilham.

Aisyah menggeleng. "Aisyah nggak kuat, tuntun Aisyah ya..."

"Syah!" Perasaan Gus Ilham semakin tak karuan melihat nafas Aisyah memburu.

"Mas..."

Gus Ilham tak kuasa lagi, ia menggenggam erat tangan istrinya. Tangisan gus Ilham pecah, menuntun istrinya. Ia tau istrinya akan pergi.

"Asyhadu an..."

"Asyhadu an..."

"laa ilaaha illallaahu..."

" laa ilaaha illallaahu..." lirih Aisyah.

"Wa asyhaduanna..."

"Wa asyhaduanna..."

"Muhammadar rasuulullah..."

"Muhammadar rasuulullah..."

Tuutt...

Monitor EKG menunjukkan flat/asystole, menandakan pasien sudah meninggal. Bersamaan dengan itu, tim medis baru masuk, melihat Gus Ilham yang sudah merosot ke lantai tak berdaya.

"Dia pergi?"

"Tepat pukul lima sore. Pasien bernama Aisyah Aqilah, telah meninggal dunia."

****

Seluruh keluarga Aisyah baru tiba bersama abi Syakir. Mereka sudah tau berita duka saat perjalanan ke rumah sakit.

Bunda Lisa, wanita itu benar-benar terpukul atas berpulang nya, anak perempuan nya. Mengingat belakangan ini, hubungan mereka sedang renggang.

"Sya, bunda datang..." ucap Lisa mengusap wajah pucat putrinya. "Kenapa harus pergi Syah?" Tanya Lisa parau. Di sampingnya sudah ada Bintang menopong tubuh bundanya. Pria itu, ikut terpukul dengan kepergian Aisyah.

Sedangkan disisi lain, Ada Gus Ilham di tangani oleh Abi Syakir dan Papa Adhes. Gus Ilham pingsan setelah istrinya dinyatakan telah meninggal. Sampai saat ini ia belum sadarkan diri juga.

"Ilham..." Papa Adhes memberi segelas air pada menantunya itu.

"Maaf pa, saya gagal jaga Aisyah." Kata Ilham menangis.

Adhes mengangguk pelan. Diantara yang lain, Papa Adhes terlihat tegar dengan kepergian putrinya. Namun jauh dari lubuk hatinya, ia merasa bersalah karena tak ada di samping putri sematawayang nya, disaat-saat terakhir.

"Kita harus ikhlas untuk Aisyah pergi," ucap Syakir. Ketiga laki-laki itu pun mengangguk.

Namun mau se ikhlas apapun itu, rasa tidak rela dan tidak ikhlas masih tetap saja melekat pada diri manusia. Begitu lah, yang Gus Ilham rasakan.

*****

Langit tampak mendung, Hari ini, jenazah Aisyah dipulang kan ke pesantren, sebelum di kuburan, nantinya. Bersamaan dengan itu pun, sosok malaikat kecil pun pulang bersama rombongan keluarga.

Di ndalem sudah tampak ramai dengan orang-orang yang datang melayat. Juga santri yang turut berkumpul membaca yasin bersama.

Di dalam kamar sudah ada Hilya yang di beri tugas untuk memberitahukan hal ini pada Arsya dan Arsyi. Walaupun mereka anak kecil yang belum mengerti akan hal ini, wajib bagi mereka tau semua ini.

"Jadi umi nggak bisa sama kita lagi?" Tanya Arsya dengan tampang polosnya.

"Iya sayang, tugas umi Aisyah sudah selesai, makanya Allah panggil pulang."

"Tapi tante, kenapa cepat banget? Apa nda tunggu Aci cama Acaa becar dulu?" Tanya Arsyi kali ini.

"Iya betul, tugas umi belum selesai, kita masih butuh umi. Kita masih butuh umi untuk makan, butuh umi untuk tidur, butuh umi kalau Aci ganggu, butuh umi kalau abah pergi kerja, semuanya butuh umi." ucap Arsya panjang lebar.

Hilya berusaha tersenyum, walau hatinya perih mendengar ini. "Kata surah Al Baqarah ayat 156 bilang. Sesungguhnya kita ini milik Allah dan kepadanya lah, kita semua akan kembali."

"Sama seperti umi nya, Arsya dan Arsyi. Milik Allah dan sangat di sayang Allah, makanya di panggil lebih cepat. Tugas kita yang masih hidup ini, belajar dari kematian. Bahwasanya, hidup dan mati kita itu hanya milik Allah Azza wa Jalla."

"Kalian ikhlas umi Aisyah pergi?" Tanya Hilya sekuat tenaga ia menahan tangisnya. Sakit hatinya mengatakan itu, pada anak yang belum paham betul artinya hidup.

"Tapi tante-"

"Kita harus ikhlas Aci, Aca pernah dengar abah ceramah, katanya harus ikhlas dengan takdir yang Allah kasih. Sesungguhnya Allah itu yang maha tau dari apa yang kita tidak tau, benar kan, tante?"

Hilya mengangguk, mengusap kepala anak kembar itu. "Kalau Arsyi sudah Ikhlasin umi?"

Arsyi akhirnya mengangguk. "Aci Ikhlas."

"Sekarang, kita turun ke bawah ya, kita ketemu umi Aisyah untuk terakhir kalinya, tapi janji jangan nangis ya?" Hilya menjulur kan jari manisnya.

Arsya dan Arsyi mengangguk, membalas uluran tangan itu. Setelahnya, mereka bertiga turun ke bawah. Di bawah sana, mayat Aisyah ada di tengah-tengah tamu yang melayat. Mereka semua bersedih.

"Ini siapa?" Tanya Arsyi, awalnya ingin menemui jenazah uminya, berhenti melihat seorang bayi yang di gendong neneknya.

Walaupun matanya sembab, umi Maryam tersenyum simpul pada cucunya, ia menarik Arsyi agar mendekat pada adik baru nya.

"Ini namanya adek Aqilah. Adeknya Arsyi."

"Yang dalam perut umi?" Tanya Arsya pun bersahut.

"Iya, cantik ya?"

"Tapi nenek, kasian dong, Adeknya datang umi malah pergi," ucap Arsya menatap jenazah uminya yang tertutup kain putih.

Bintang yang berada disana pun langsung menarik Arsya dan Arsyi ke dalam pelukan nya. "Great kids." Ucap Bintang.

****

Saat proses pemakaman, Gus Ilham di bantu abi Syakir dan mertuanya menurunkan jenazah Aisyah ke Liang lahat.

Ketika jenazah sudah masuk, Arsyi tiba-tiba menjerit menangis. "Kenapa umi di bawa masuk ke sana, nanti umi kedinginan!"

"Astaghfirullah, Arsyi." Hilya langsung bergerak menangani Arsyi.

"Huahh! Umi Aicah! Aci nda mau umi pergi, huaaa! Tolong bawa keluar umi, abah!"

Gus Ilham terus menahan air matanya, agar tidak jatuh untuk proses akhir ini. Ia berusaha tegar, mendengar tangisan putrinya saja, pertahanan Gus Ilham hampir runtuh.

"Gus Ilham. Silahkan beri tanah penutup."

Gus Ilham mengangguk, di sinilah pertahanan nya, tidak bisa ia tahan. Rasanya jantung nya, ditusuk ribuan pisau. Kemudian, orang-orang lah, yang melanjutkan menutup jenazah Aisyah dengan tanah.

Kini semua sudah terlaksana. Doa bersama pun sudah di panjatkan, satu persatu orang mulai bubar dari makam, Arsya dan Arsyi pun di bawah pulang setelah kedua menangis sangat keras melihat uminya di kubur kan.

Menyisakan Gus Ilham dan Papa Adhes berdua.

Tangan Gus Ilham bergetar hebat saat menyentuh dan mencium batu nisan tersebut, sambil berlinang air matanya.

Sesak di dada, Gus Ilham benar-benar tak karuan membaca kembali nama yang tertera di batu nisan tersebut.

Gus Ilham berbalik memeluk tubuh Papa Adhes, menangis di bahunya. "Saya nggak bisa pa, nggak bisa tanpa dia."

Tidak semua orang yang menghadiri pernikahan akan menikah. Tapi semua orang yang menghadiri pemakaman pasti akan di makam kan.

Dan pada akhirnya, pertemuan memang bersahabat dengan perpisahan. Kehidupan akan selalu sejalan dengan dengan kematian.










"Dear Aisyah istri ku tercinta. Jika aku harus hidup dan berbagi cinta, itu hanya pada mu. Tapi, jika aku harus tanpa mu, maka akan ku arungi hidup ini, tanpa mencari cinta lagi." -Ilham Syakir Vernando.

Ending

*****
Finally, akhirnya aku selesai juga dengan Aisyah Aqilah ini. Aku mau ucapin terima kasih banyak buat pembaca ku semua yang selalu suport dan tungguin kisah mereka.

Aku nggak tau kalian bakalan suka atau tidak Endingnya, tapi ketahui lah, readers ku. Sepenuh hati author mu ini buat nya.

Aku juga mau sampaikan bakalan ada spin off cerita mereka ini judulnya

Kisah ini dari arsya dan Arsyi dewasa, bagaimana sih kehidupan mereka setelah umi Aisyah udah nggak ada di samping mereka lagi?

Aku juga mohon doanya ya, mudah-mudahan "Aisyah Aqilah" ini bisa terbit sama seperti "Gus Ilham my Husband" Pokoknya bantu aku kenalkam Aisyah Aqilah ini pada semua orang.

Spamm next yang banyak. Untuk ekstra part.

See you good bay semuanya. Dan sampai bertemu di cerita ku selanjutnya, aku harap kalian ngga akan tinggalin aku.

Buat pesan apa aja buat author nya >>>

Senin 20 November 2023

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

4.6M 159K 12
Hawa terlahir dari rahim seorang Ibu, yang berstatus sebagai istri kedua. Karena kutukan dari istri pertama sang Ayah, kelima kakaknya meninggal dun...
1.8M 1.4K 30
FOLLOW AKUN INI DULU, UNTUK BISA MEMBACA PART DEWASA YANG DIPRIVAT Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21...
19.4M 882K 58
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
10.2K 871 32
Sebenarnya yang punya masalah dengan Fahrian, si Ketos itu Dea, tapi kenapa Amalia juga ikutan terseret dalam masalah tersebut. Bahkan lucunya takdir...