"Jangan khawatir. Aku sudah mengurus itu semua. Lagi pula apartemen itu bukan atas nama kakekmu jadi kamu tidak perlu khawatir."
Inilah salah satu kelemahan dari Adiwijaya. Tanah dan bangunan apartemen itu tidak ada hubungannya dengan Adiwijaya setelah dibalik nama ke nama Reiko, sebagai hadiah ulang tahunnya dari Adiwijaya.
Karena itu Reiko memang memiliki ruangan yang paling luas di penthouse. Dua lantai sekaligus itu adalah pribadi miliknya.
Dan apartemen itu saat ini memang masih diurus oleh papanya karena Reiko belum memutuskan untuk mengurus manajemennya sendiri.
"Jadi Papa sudah membuat semuanya aman dari kakek?"
"Aku sudah mengurusnya lebih dulu. Karena aku yakin dari awal dia menolak hubunganmu dengan Brigita karena kau pasti masih membawa wanita itu ke apartemen. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Dan Lesmana tidak bisa menembus ini. Aku benar-benar menjaga tempat tinggalmu."
Tentu saja Reiko bersyukur dengan apa yang dikatakan papa-nya ini.
Pria itu memang menjaga anaknya dan dia memang melindungi anaknya dari segala rumor yang buruk yang bisa merusak nama Reiko.
Tidak ada detektif swasta yang bisa menembus apartemen itu. Dan untungnya lagi memang Adiwijaya memberikan kesempatan pada Reiko hidup tanpa dikuntit.
Dia menepati janjinya. Inilah salah satu keuntungan terbesar dari Reiko yang sampai saat ini masih mendapat kepercayaan dari kakeknya.
"Tapi semua penjagaanku itu tidak gratis Reiko."
"Huh, apa maksud Papa?"
"Selama ini aku tidak meminta apapun padamu dan bahkan aku menyembunyikan apapun yang aku lakukan di belakangmu untuk melindungimu. Tapi saat ini ada kesempatan. Aku ingin kamu membantuku."
Keingintahuan yang ada di benak Reiko tentu saja membuat dirinya mengangguk pelan
"Papa menginginkan apa?"
"Sesuatu yang sederhana. Tapi ini bisa membantu kita menjadi seseorang yang paling hebat di Indonesia."
"Apa itu Papa?"
Reiko masih belum mengerti apa maksud papanya
Sampai
"Kamu tahu kan perusahaan Adiwijaya saat ini sudah berada di peringkat nomor dua sebagai perusahaan terbesar di Indonesia?"
Tentu saja Reiko mengangguk.
Jadi sebenarnya tidak mungkin kakeknya tidak punya uang untuk membantu bisnis Reiko tanpa pria itu menjalin kerjasama dengan menantu Hartono.
Kekayaan keluarga Reiko yang berada di peringkat nomor dua itu adalah nilai yang cukup wah.
Tapi karena keinginannya tidak menggunakan dana itu membuat Reiko memang agak kesulitan. Dia juga tidak ingin merengek di depan kakeknya yang menurutnya adalah merendahkan harga diri.
"Bagus kalau kamu tahu. Karena ini bersangkutan dengan apa yang aku harapkan. Dan ini juga bisa membantumu untuk membuat kakekmu semakin percaya padamu."
Senyum di wajah Endra Adiwijaya ketika dia mengatakan ini
Sebuah harapan besar
"Papa menginginkan apa?"
Sehingga Reiko tidak mau berbasa-basi lagi. Dia tak sabar menunggu papanya menjelaskan semua itu.
"Buat kepercayaan Prayoga yang sudah diberikan padamu bisa membuat bisnis kita semakin melesat. Lakukan apapun yang kamu bisa untuk membuat kita mencapai peringkat nomor satu dan menduduki peringkat mereka sekarang di Indonesia."
Sebuah permintaan yang membuat Reiko mengerutkan dahinya dan menggelengkan kepalanya cepat.
"Papa. Maafkan aku karena aku tidak bisa. Aku bekerja sama dengan mereka bukan untuk menjatuhkan mereka tapi kami memiliki satu keinginan bersama untuk sama-sama maju dan sukses. Aku ingin menunjukkan pada dunia bagaimana aku bisa membangun kota mandiri milik mereka itu nantinya menjadi sesuatu yang sangat estetik. Dan mereka juga punya harapan besar untuk menjadikan kota mandiri tersebut memiliki value yang besar."
Reiko menolak tegas karena dia tahu apa yang ada di dalam benak papanya.
Dia tidak bisa melakukan itu. Sebuah permintaan yang sulit. Membuat dirinya menggerutu di dalam hatinya
Tidak Brigita dan sekarang tidak papaku. Semuanya memang benar-benar membuat aku pusing. Kenapa juga mereka ingin sekali memanfaatkan engagement bisnisku dengan keluarga Prayoga untuk keuntungan yang tidak jelas macam ini?
Kesal sebenarnya hati Reiko. Tapi dia memang masih berusaha bersabar karena dia tahu dari mimik wajah Endra Adiwijaya tampak tak suka dengan penolakan ini
"Reiko apa kau gila? Ini adalah satu-satunya kesempatan kamu bisa membuat kakekmu percaya padamu." Endra tak mengerti bagaimana cara pikir anaknya tapi dia memang tetap bersikeras dengan keinginannya ini.
Sebuah harapan yang tiba-tiba tercetus begitu saja dan ide ini membuat dirinya memiliki hasrat baru dari perjanjian bisnis yang akan ditandatangani oleh anaknya itu
"Papa aku tidak bisa melakukannya."
"Reiko dengarkan aku dulu dan jangan tolak apa yang aku katakan." Tapi sayangnya Endra memaksa
"Kamu tahu kondisi kita sulit. Apalagi kakekmu semakin tua dan sepertinya sebentar lagi kalau dia pergi menyusul istrinya kamu akan kesulitan dengan kondisi keluarga kita. Kakekmu sangat dekat sekali dengan Lesmana. Ini adalah sesuatu yang buruk karena Lesmana selalu saja memberikan informasi yang bagus tentang Hartono."
Endra mengungkapkan teori kepada anaknya
"Saat Hartono sudah terlihat lebih baik daripada dirimu dan diriku, saat itu semua pekerjaan yang sudah kulakukan dari masa remaja aku sampai sekarang ini semua sia-sia. Bagaimana aku membangun perusahaan ini." Endra makin menekankan dengan suaranya yang terdengar begitu tegas
"Bagaimana aku merelakan masa-masa remajaku untuk mulai memperhatikan perusahaan ini dan bagaimana aku membangun ini semua akan sia-sia karena akan dibagi olehnya untuk adikku. Adik yang tidak pernah memberikan sumbangsihnya pada perusahaan ini," pekik Endra yang merasa tak rela
"Papa, sebentar." Melihat dia tidak diberikan kesempatan untuk bicara maka Reiko meminta papanya untuk diam dulu sejenak
"Apa Papa memintaku untukku bermain curang dan bermanuver untuk menurunkan peringkat perusahaan Aurora Corporation hanya untuk membuat kakek lebih percaya padaku?"
"Ya untuk saat ini memang itu yang aku inginkan."
"Dan Papa ingin supaya harta keluarga tidak jatuh pada Pak lek Hartono kan?"
"Hmmm." Wajah Endra Adiwijaya terlihat sangat cemas sekali
"Aku selama ini berjuang. Tapi aku tidak tahu alasan apa kakekmu ingin memberikan sebagian hartanya pada Hartono. Padahal dia tidak pernah ikut berjuang demi perusahaan ini."
Sebuah kenyataan yang membuat Reiko pun tersenyum
"Kalau cuman itu alasannya kita tidak perlu merusak namaku Papa."
"Maksudmu apa Reiko?"
Hartono masih tak mengerti
"Papa. Asal kau tahu kalau Raditya Prayoga bukan orang sembarangan yang akan dengan mudah bisa kita tipu."
"Tapi kita berhasil menipunya. Apa kamu tidak lihat bagaimana Papa yang memang tidak sengaja mencoba melindungimu dari kakekmu dan orang-orang yang dikirim kakekmu seandainya Lesmana melakukan ini di belakangku berhasil mengelabui orang-orangnya berusaha menguntitmu dan ingin mencari tahu tentang dirimu?"
"Iya Papa aku bahkan tidak pernah tahu kalau ada seseorang yang dikirim mirip denganku."
Di sinilah Reiko tersenyum
"Bagaimana jika dia mengikuti ke dalam? Dan bagaimana kalau Raditya Prayoga ingin mencari tahu lebih jauh lagi dengan menyadap alat komunikasiku? Karena nomor teleponku tidak mungkin dikloning kan papa?"
"Apa maksudmu bicara begini?"
Tapi Endra Adiwijaya tampak tak suka dengan penjelasan Reiko ini
"Raditya Prayoga hanya tidak mencari tahu lebih dalam saja Papa. Jadi aku mohon jangan hancurkan namaku dan ini akan membuat nama perusahaan kita justru lebih jelek lagi kalau Raditya Prayoga kita singgung. Nama perusahaan kita menjadi taruhannya."
Benar yang dikatakan Reiko. Karena memang Radit bukan orang yang mudah. Dia bisa tertipu oleh Endra bukan karena kehebatan Endra saja karena memang dia tidak serius untuk mengecek sampai ke dalam-dalam.
Radit hanya ingin tahu tentang hubungan antara Brigita dan Reiko. Itupun hanya dari intensitas profesionalitas mereka yang masing-masing terlihat fokus pada pekerjaannya. Dia tidak menyuruh orang untuk menunggu di kantor itu. Dan hanya mengamati yang penting-penting saja.
"Jadi kamu tidak mau melakukannya?"
"Tidak. Tapi sebagai gantinya aku bisa menawarkan sesuatu yang penting untukmu."
"Apa itu?"
Sebuah pertanyaan yang membuat Reiko tersenyum sebelum dia melanjutkan bicara
"Aku bisa memberikan rekaman suara dan pernyataan kalau Pak lek Hartono tidak akan mengganggu gugat dan tidak akan menerima warisan apapun yang akan diberikan untuknya dari keluarga Adiwijaya."
(bersambung)
Baca cepat: Karyakarsa