_
■■■
Daniel melangkah dengan penuh percaya diri dan semangat seperti biasanya, ia sedang berjalan melewati taman di kediaman kliennya, sedangkan mobilnya telah ia parkirkan di tempat parkir yang tersedia di rumah yang begitu luas itu.
Daniel datang lebih awal dari jam yang telah ditentukan karena siang nanti ia akan mengerahkan lebih banyak polisi untuk mencari ketiga pelaku penculik dan penganiayaan terhadap putrinya yang sampai saat ini masih sulit ditemukan.
Setelah berbicara dengan putrinya kemarin, Daniel pun merasa bersalah dan menyadari bahwa anaknya itu masih merasa belum aman melakukan aktivitas sehari-hari, meskipun ia telah melibatkan psikolog dan psikiater untuk proses pemulihan anaknya dari rasa takutnya itu.
Langkah Daniel terhenti, saat dari kejauhan ia melihat beberapa orang yang tampaknya sedang berada dalam situasi menegangkan.
Terlihat seorang pria tua memohon di bawah kaki keliennya, yang tak lain adalah Matteo. Pria itu berdiri dengan angkuh, dengan di kelilingi para pria berjas, yang sepertinya mereka semua adalah anak buahnya.
Tanpa berpikir panjang, Daniel melangkah mendekat dengan hati-hati, lalu ia bersembunyi di balik tanaman boxwood yang telah ia pastikan dapat menutupi seluruh tubuhnya.
Hingga akhirnya, percakapan mulai terdengar dengan jelas.
"Kau yang menembak Mr. Geo, kenapa harus aku yang kesulitan!" Terlihat Matteo berusaha menyingkirkan secara kasar pria tua yang sedang bertekuk lutut di hadapannya.
"Aku mohon tolong aku, aku akan berada di pihakmu, seperti Mr. Martin yang sekarang tidak mendukung Mr. Geo lagi."
"Mr. Martin memiliki peran yang besar untukku dari dulu, sedangkan kau??"
Pria tua yang sedang memohon itu tampak terkejut, tetapi memilih untuk memohon lagi. "Aku akan melakukan apa pun untuk menjadi rekan kerja yang baik bagimu."
"Siapa yang menginginkan rekan kerja tua dan tidak memiliki apa pun sepertimu." Matteo tergelak atas perkataannya sendiri.
"Aku mohon, aku pasti akan membantumu agar memenangkan kasus, walaupun Darkan kemungkinan akan menang juga, tetapi aku memiliki rahasia lainnya yang akan dapat membuatmu menang."
Matteo secara perlahan menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, menghilangkan rasa kaku di lehernya. "Apa kau sungguh ingin berada di pihakku?" tanyanya penuh penekanan.
"Ya, Mr. Matteo. Kau hebat dalam segalanya, kau memiliki segalanya, bisnis apa pun yang kau miliki juga selalu berhasil, sekali pun itu bisnis ilegal."
Gelak tawa Matteo kembali terdengar. "Kau tahu apa tentang bisnis ilegal yang aku jalankan, hah??" tanyanya sarkas.
Tawa pria yang berdiri dengan angkuh itu mereda. "Kalian lah yang menjalankan bisnis ilegal, kami tidak!" Lalu tanpa belas kasihan, dia melayangkan beberapa tendangan pada pria tua itu.
Tatapan memohon tak lagi terlihat dari sorot mata pria tua itu, dia merintih, menahan rasa sakit di seluruh tubuh dan wajahnya yang terkena pukulan ataupun tendangan, dan dia berpikir permohonannya sia-sia, padahal untuk bisa sampai menemui Matteo kemari bukanlah hal yang mudah.
"Kami sudah tidak lagi menyelundupkan senjata api ataupun narkoba, kami juga sudah tidak lagi menjalankan bisnis ilegal lainnya sejak Darkan yang memimpin, dia juga berusaha membuat semua tempat kasino yang sebelumnya dibangun tanpa izin sekarang agar memiliki izin." Pria tua itu berucap dengan penuh penekanan, ia mulai marah dengan fakta tersebut, dan terbatuk sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri.
"Tidak sepertimu yang melakukan pencucian uang, masih menjalankan beberapa kasino tanpa izin, menyelundupkan senjata api dan narkoba, prostitusi, dan bahkan panti asuhan yang kau bangun itu adalah tempat jual beli orrg—"
"DORRR!!!!"
Daniel refleks memejamkan matanya, ia tercekat, jantungnya berdetak lebih cepat, selain terkejut karena tembakan yang dilayangkan Matteo pada kepala pria tua itu, ia pun terkejut atas perkataan yang diucapkan pria tua itu.
Daniel tidak lagi menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah mereka, saat seorang pria yang ia temui di gerbang masuk melangkah ke arah Matteo.
Daniel pun memutuskan untuk tetap bersembunyi di balik tanaman tersebut, menunggu mereka semua pergi, tetapi tiba-tiba ia dikejutkan dengan Matteo yang entah sejak kapan telah berdiri di sampingnya.
"Permisi, Mr. Daniel. Apakah Anda menunggu lama?" Matteo bertanya dengan ramah, sorot matanya tidak memperlihatkan kepanikan, tetapi senyuman samar di bibirnya terlihat seperti dia memiliki rencana yang licik.
Daniel tersenyum sambil mengajak berjabat tangan, berusaha menyembunyikan kepanikannya. Seharusnya Matteo yang panik, bukan? Tetapi kini dirinya yang hampir tidak dapat mengendalikan kepanikannya.
"Tidak, saya tidak menunggu lama, saya baru saja tiba."
"Mari." Matteo mempersilahkan agar Daniel berjalan di sampingnya, dan di belakang mereka diikuti anak buahnya.
Daniel mulai melangkahkan kakinya dengan ragu, matanya membelalak saat ia tidak melihat pria tua dan sekumpulan orang-orang tadi, bahkan di sana setetes darah pun tidak ada.
Daniel berusaha berpikir dengan keras, dibawa kemana pria tua itu, mereka sangat cepat sekali dalam bertindak, seolah tidak terjadi apa pun, padahal dengan jelas ia melihat Matteo menembak kepala pria tua yang sedang bertekuk lutut dengan lemah itu.
Daniel mengalihkan pandangannya sambil diam-diam menghembuskan napasnya, kedua alisnya bertaut, ia mendadak teringat dengan tuduhan-tuduhan yang dulu ia layangkan pada Mr. Geo, ia pun mengenal pria yang ditembak oleh Matteo tadi, yang tak lain adalah Mr. Ciso, rekan kerja Mr. Geo.
Kini Daniel telah menyimpulkan suatu hal, selain Mr. Geo, ternyata pria di sampingnya ini adalah seorang mafia, dan tuduhan yang dulu sempat ia layangkan pada Mr. Geo ternyata tidak sepenuhnya benar, nyatanya mafia yang lebih berbahaya adalah Matteo, yang dikenal sebagai CEO sukses di suatu perusahaan, dan dikenal karena sifatnya yang baik hati dan suka beramal, apalagi pria itu mendirikan panti asuhan.
Ternyata selama ini Matteo berhasil bersembunyi di balik citra baik dan bijaksana yang di bangunnya.
"Apa yang kau pikirkan Mr. Daniel?" Matteo bertanya di tengah perjalanan mereka menuju ruang tamu di rumah megah tersebut.
Daniel tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, saya hanya kagum pada desain interior rumahmu."
***
Kabar Darkan terlibat dalam kasus penipuan telah sampai pada Sebastian, ia mengetahui hal itu dari koran yang sedang dibacanya, ia bahkan sampai terus membaca ulang karena berpikir ia salah membacanya, tetapi ternyata tidak.
Sebastian melipat koran tersebut, lalu bangkit dari duduknya untuk mencari sang istri.
"Selamat pagi, ayah." Jean yang baru saja keluar dari kamarnya menyapa, dan hanya dibalas anggukan oleh sang ayah.
Kemudian Sebastian mencari sang istri di seluruh ruangan yang ada di rumahnya, tetapi ia tidak menemukannya, ia pun menghampiri anaknya yang sedang sarapan pagi, dengan dipersiapkan oleh pembantu di rumahnya.
"Apa kamu melihat ibumu?"
Jean mengunyah roti di mulutnya sambil menggelengkan kepalanya.
Sebastian menghela napas berat. "Kemana Ibumu pergi sepagi ini."
"Mungkin Ibu bertemu temannya? Karena siapa lagi yang ibu temui di luar, selain temannya."
Sebastian mengangguk dan tengah menelepon sang istri, tetapi panggilan tak kunjung diangkat. "Jean, hari ini ayah akan pergi ke Las Vegas. Tolong jaga ibumu."
"Untuk apa? Urusan bisnis?"
"Ayah akan menemui Zion—maksudku Darkan." Sebastian baru ingat jika anaknya itu selama ini dikenal dengan nama Darkan.
"D-Darkan??" Jean mengerutkan keningnya, ia tentu tidak asing dengan nama itu.
"Dia kakakmu, Zion Sebastian, tetapi dia tumbuh dengan nama Darkan."
Jean menggelengkan kepalanya dan bangkit dari duduknya, lalu terkekeh, dan berpikir mengapa dunia sesempit ini, pria itu telah merebut Anne darinya, dan tanpa disangka dia pun adalah kakaknya??
"Kenapa? Kau seperti telah mengenalnya? Apa kamu teringat dengan kejadian dulu saat Darkan membawa Anne ke rumah sakit?"
Jean memalingkan wajahnya, memilih mengabaikan pertanyaan sang ayah.
"Ayah, Pergi." Sebastian mulai melangkah pergi dengan langkah cepat, terlihat terburu-buru, dan Jean berpikir sepertinya ayahnya itu sangat mengkhawatirkan anak pertamanya.
Setelah memastikan sang ayah benar-benar pergi, Jean lantas mengumpat, dan menendang meja di depannya. Sekarang, ia memiliki pesaing, dan persaingan pastinya akan selalu dimenangkan olehnya.
TBC
Halooo, aku updateee
Jangan lupa vote, komen, dan jangan lupa follow akun aku juga
🦋qinazxaa🦋, makasih!