Married with Enemy [On Going]

By gitaaam

72K 2.2K 839

[ FOLLOW AKUN AKU TERLEBIH DAHULU SEBELUM BACA ] 16+ Berawal dari sebuah aura permusuhan bebuyutan yang beras... More

[01] Married With Enemy
[02] Married with Enemy
[03] Married with Enemy
[04] Married with Enemy
[05] Married with Enemy
[06] Married with Enemy
[07] Married with Enemy
[08] Married with Enemy
[09] Married with Enemy
[10] Married with Enemy
[11] Married with Enemy
[12] Married with Enemy
[13] Married with Enemy
[14] Married with Enemy
[15] Married with Enemy
[16] Married with Enemy
[17] Married with Enemy
[18] Married with Enemy
[19] Married with Enemy
[20] Married with Enemy
[21] Married with Enemy
[22] Married with Enemy
[24] Married with Enemy
[25] Married with Enemy
[26] Married with Enemy
[27] Married with Enemy

[23] Married with Enemy

2.1K 56 5
By gitaaam

MWE

Hallooo!!
Untuk chapter ini singkat dulu yaa, soalnya lagi kurang fit, jadi gak bisa buat mikir dan ngetik.

🌿🌿🌿

[23] Kesalahan atau takdir?

[ H A P P Y R E A D I N G ]

...o0o...

Seminggu kemudian....

Seminggu kemudian yang berarti umur pernikahan Rendi-Freya masih seumur jagung. Tak ada yang berubah dari mereka, mereka masih menjalankan kehidupan masing-masing layaknya seperti masa-masa sebelum menikah.

Tapi sekarang mereka sudah kembali ke apartemen mereka setelah adu debat dengan Mami Ranti dan Bude Nia yang dimenangkan oleh Freya. Tapi, mereka sepakat untuk menempati apartemen Freya, sedangkan apartemen Rendi semua kunci/kartu akses masuk unit ditahan oleh Mami Ranti.

Karena setiap unit hanya memiliki satu kamar membuat mereka terpaksa tidur satu ranjang. Serta barang-barang Rendi juga sudah dipindahkan sebagian ke apartemen Freya dan sebagian masih menetap di unit Rendi.

Saat ini Freya sedang berada di dalam lift, dirinya baru saja pulang dari membeli sarapan seorang diri. Di dalam lift ternyata juga ada Mas Bian yang tampak baru selesai berolahraga terlihat dari pakaian yang ia kenakan.

"Selamat pagi, Mas Bian." Freya mencoba membuka obrolan agar tak terlalu senyap.

Mas Bian menoleh dan tersenyum. "Pagi juga. Oh ya gimana sama keadaan kamu? Sudah sehat?" tanya Mas Bian.

Freya memandang Mas Bian dengan heran, bagaimana bisa Mas Bian tau bahwa dirinya sakit?

Memandang wajah bingung Freya membuat Mas Bian paham. "Kebetulan saya yang bawak kamu ke rumah sakit waktu itu, saya liat kamu kesakitan sampai darah menetes gitu jadi langsung saya bawak ke rumah sakit," jelas Mas Bian.

Sontak Freya membulatkan mulutnya. "Ohh. Tapi, kenapa pas saya bangun yang ada malah si Rendi itu? Mas Bian kemana?" tanya Freya.

"Saat saya gendong kamu ke lobby, disitu saya liat si Rendi dan menawarkan diri untuk ikut ke rumah sakit. Jadinya, saya yang nyetir dan Rendi yang jaga kamu di belakang. Tapi saya hanya bisa nganter sampai parkiran saja, karena memang saya sedang buru-buru saat itu." Mas Bian kembali menjelaskan keadaan saat itu.

Lagi, Freya kembali mengangguk. "Makasih ya, Mas, atas pertolongannya. Maaf juga saya gak tau kalau Mas yang nolong saya."

"Santai saja," jawab Mas Bian. "Sudah baikan?" tanya Mas Bian.

Freya tersenyum dan mengangguk. "Alhamdulillah, sudah Mas."

"Sakit apa kalau saya boleh tau?"

Pertanyaan yang di lontarkan Mas Bian membuat Freya kicep dan bingung saat menjawab. "Emm biasa Mas, masalah perempuan saat mau datang tamu bulanan, makanya waktu itu ngeluarin darah," jawab Freya secara asal.

Melihat Mas Bian yang mengangguk membuat Freya bernafas lega. Berarti, Mas Bian percaya dengan bualannya.

Saat sudah sampai di depan unitnya, Freya pamit undur diri terlebih dahulu. "Saya masuk duluan ya, Mas."

Mas Bian mengangguk dan mengelus rambut Freya pelan. "Iya, lain kali kalau ada apa-apa hubungin kerabat kamu agar kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi."

Mendapat perlakuan seperti itu dari Mas Bian membuat Freya mengangguk kaku. Sedangkan Mas Bian yang tersadar segera menarik kembali tangannya yang berada di atas kepala Freya.

"Kamu gak jadi masuk?" tanya Mas Bian saat melihat Freya yang masih terdiam kaku itu.

Freya gelagapan. "E—eh, ini mau masuk kok, terimakasih Mas Bian."

Setelah mengucapkan itu Freya langsung membuka pintu unitnya dan dengan cepat menutup pintu itu kembali. Freya bersandar di daun pintu sambil menarik nafas cepat dengan tangan yang memegangi dadanya.

"Kok Mas Bian bisa kayak gitu?" gumam Freya sambil memegangi kedua pipinya dan menepuknya pelan.

"Aaaa! Demi apa, ternyata Mas Bian romantis banget. Sama gue aja yang orang asing romantis banget, apalagi sama pacarnya, pasti lebih romantis lagi. Duh, tiba-tiba kepingin jadi pacar Mas Bian."

Freya bergumam sendiri sambil menggoyangkan kecil tubuhnya dengan tersenyum-senyum sendiri. Membuat manusia yang di pojok sana melihatnya dengan keheranan melihat itu.

"Lo kenapa? Sawan? Sakit?" tanya manusia itu mendekat dan mendaratkan punggung tangannya di kening Freya. "Gak panas kok."

Freya menghempaskan tangan itu dengan kesal. "Ih! Rendi! Apaan sih tangan lo! Awas ah, mood gue jadi rusak gara-gara liat lo!" sentak Freya dengan kesal.

"Lagian kelakuan lo aneh, senyum-senyum sendiri buat gue jadi merinding."

"Asal lo tau aja ya, gue tadi jumpa Mas Bian. Lo tau apa yang di buat sama gue?" tanya Freya dengan binar dimatanya.

Rendi mengangkat bahunya. "Gak tau, dan gak mau tau!"

"Ish! Jawabannya jangan kayak gitu, kepo dikit kek sama apa yang di lakuin ke gue," ujar Freya kesal dan melempar bantal sofa ke wajah Rendi.

Beruntung Rendi menangkap bantal itu dan meletakkannya di atas paha Freya. "Emang apa?" tanya Rendi dengan malas.

Wajah Freya berbinar dan tertawa sendiri sebelum menjawab pertanyaan Rendi. Aksi Freya itu membuat Rendi bergidik ngeri. "Beneran setres ini anak."

Kembali fokus, Freya pun menatap Rendi dengan pandangan berbinar. "Asal lo tau, tadi Mas Bian elus rambu gue, terus Mas Bian jug ninggalin pesan ke gue kalau ada apa-apa telpon saudara biar kejadian kayak kemarin gak terjadi lagi. AKHH! So sweet banget suami idaman gue!" ucap Freya dengan malu-malu dan menutup wajahnya dengan bantal sofa.

Melihat reaksi kegirangan Freya membuat Rendi muak. "Alah! Cuma di elus aja baper. Nih gue elus kepala lo, nih!" Rendi mengelus kepala Freya. Tapi Freya merasakan Rendi bukanlah mengelus, tapi gerakan Rendi seperti sedang membuang kotoran di kepala Freya.

"Elusan lo gak ada efek nya buat gue. Cuma Mas Bian yang bisa buat gue terbang ke langit ke tujuh!" ucap Freya.

Dengan malas Rendi menatap Freya. "Terserah lo deh mau gimana. Asalkan jangan sampai lo bilang tuh Mas Bian calon suami idaman lo, gak inget di perut lo ada si Ucil, hah?"

"Oh iya lupa! Gue sampai lupa kalau ada Ucil disini." Tangan Freya memegang perutnya yang sudah mulai membuncit itu.

"Mana sarapan gue? Udah laper nih!" pinta Rendi ke Freya.

Freya mengangkat bungkusan di tangannya. "Nih."

...o0o...

Malam harinya, Freya yang sedang bersantai di sofa sambil melihat-lihat instagram pun dikagetkan dengan kepala yang tiba-tiba mendarat di pahanya.

"EH!" kagetnya. "Lo ngapain sih?! Awas, gue risih!" sentak Freya sambil menggeser kepala Rendi.

Kepala Rendi menggeleng kuat. "Gak mau!"

"Lo kenapa sih? Kita gak sedekat ini, jadi gue risih sama perbuatan lo!"

Rendi pun mengangkat kepala nya dan memandang Freya dengan wajah datarnya. "Kalau gak sedekat itu, kenapa bisa Ucil ada? Coba gue tanyak."

"Lo amnesia? Ucil ada disini karena kesalahan, kesalahan lo!" Freya menunjuk dada Rendi kuat.

Rendi menyingkirkan telunjuk Freya yang berada di dadanya. "Menurut gue Ucil ada bukan karena kesalahan. Ucil ada karena memang takdir," ucap Rendi dengan nada rendah.

"Itu menurut lo. Menurut gue, Ucil ada karena kesalahan, kesalahan yang bahkan belum bisa gue terima sampai sekarang!" Freya meninggalkan Rendi setelah mengatakan itu.

Deg!

Dada Rendi seperti di hantam benda keras tak kasat mata. Hatinya sakit mendengar itu, walaupun yang dikatakan Freya ada benarnya bahwa Ucil ada karena kesalahan. Tapi, Rendi sudah menerima Ucil dan pernikahan ini dengan lapang dada. Gimana pun Ucil juga terbuat dari sperma nya, darah dagingnya.

"Hah! Seandainya malam itu gue gak mabuk, anjir lah!" Rendi menghela nafas lelah kemudian merebahkan tubuhnya di sofa itu dan memejamkan matanya.

Di dalam kamar ada Freya yang terduduk di tepi ranjang yang langsung menghadap cermin besar.

Freya berdiri mendakati cermin itu, kemudian mengangkat sedikit kaos rumahan yang ia gunakan sehingga menampakkan perutnya yang tampak sedikit menonjol.

Tangannya tergerak untuk mengelus perutnya dengan pelan. Lalu sedetik kemudian langsung menurunkan kaos nya hingga kembali menutupi perutnya. Freya merasa merinding saat mengelus perutnya itu, tak pernah kepikiran akan hami di usianya yang terbilang muda.

Freya memandang perutnya yang tertutup kaos itu di pantulan cermin dan berbicara ke pantulan cermin itu.

"Maaf, tapi gue gak bermaksud ngomong gitu."



To be continued.....





Gimana tanggapan kalian sama ucapan Freya tadi??

Setuju gak nih sama ucapan Freya kalau ai Ucil itu kesalahan?
Atau pada dukung si Rendi?
______________________________________

Jangan lupa tinggalin jejak vote dan komen sesudah bacaa ℘

Komen 'next' disini ➛

See you in the next chapter ᥫ᭡

Jangan lupa untuk follow akun instagram aku ya @gitaaam_wp untuk melihat sekilas tentang cerita yang aku buat yaa.

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
2.4M 133K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
958K 67.2K 63
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...