DERMAGA// (SUDAH TERBIT!)

By suroyyanurlaily

4.4K 150 10

š˜¾š™šš™§š™žš™©š™– š™žš™£š™ž š™Øš™Ŗš™™š™–š™ š™©š™šš™§š™—š™žš™© š™™š™ž š™š™šš™¤š™§š™ž š™ š™–š™©š™– š™„š™Ŗš™—š™”š™žš™Øš™š™žš™£š™œ!! š™ˆš™šš™£š™œš™–š™„š™– ļæ½... More

PROLOG//
{1}. Awal Cerita//
{2}. Pertemuan Mereka//
{4}. Awal Kisah Sang Bumantara & Shandya//
{5}.Apa definisi rumah bagi Bumantara & Sandhya? //
{6}. Kebersamaan//
{8}. Tentang Indiya latita//
{9}. Hari Ini Hujan Turun//
{10}. Di Dunia Ini Masih Banyak Orang Baik//
{12}. Hei! you, aku merindukanmu//
{13}. Bulannya Indah Kayak Kamu//
{15}. Kenyataan//
{16}. It's Oky//
{17}. Sekuat Sesakit //
{19}. Terpikat Senyuman mu//
{20}. The Gang Wacana Forever//
{21}. Psikolog//
{22}. Semesta bercerita//
{24}. THE JAM9TšŸ„µ
{25}. Karena Kita Sahabat//
{27}. 9-1=? //
{30}. Jangan Dulu TUHAN! //
{31}. Manusia Berisik//
{32}. Monokrom//
{33}. Indah Ada Waktunya//
{34}. Sakit lagi.
{35}. Bulan Pada Malam Itu//
EPILOG//
DERMAGA// LOLOS TERBIT!!?
OPEN PRE ORDER!

{18}. RUMAH//

59 4 0
By suroyyanurlaily

HAPPY READING📖

Tandai typo!!!

" Rumah tidak hanya berbentuk bangunan saja, "


--Dermaga//--

Malam ini, malam yang sangat sendu. Malam yang sangat sesak.

Dekapannya sangat hangat untuk malam ini.

Bolehkah meminta ini selalu?

Gadis itu mendongak menatap wajah laki-laki yang sedari tadi menenangkannya dengan memberikan sebuah pelukan.

" Udah baikan? " Tanya pemuda itu, kepada gadis yang masih memeluk tubuhnya.

Perempuan itu melepaskan pelukan tadi dengan sedikit malu, karena sudah memeluk laki-laki yang berstatus menjadi sahabatnya ini.

Menghapus jejak air mata di pipinya, gadis itu memukul tangan sahabat cowoknya dengan kepalan tangannya.

* Dua jam yang lalu. *

Setelah mengantar candra ke rumahnya, lilya mengendarai mobil nya dengan hati-hati karena tinggal beberapa langkah lagi, ia sudah sampai di rumahnya.

*kalau lupa ada di part 29, ya.

Lilya memasuki mobil itu ke garasi dan berjalan menuju pintu utama rumahnya. Ia menganga melihat adegan yang tak semestinya ia tonton.

Baru saja masuk, ia langsung di suguhkan oleh adegan yang tak senonoh.

Tak sengaja ia berteriak ketika melihat mamahnya dengan seorang pria yang tak dikenali lilya. " AK-Astagfirullah!! " Mendengar teriakan itu, kedua orang yang di lihat lilya tadi langsung memberhentikan kegiatan itu dan langsung melihat ke lilya dengan sedikit was-was.

" Mamah.. " Lirihnya. Tangannya terkepal menahan amarah.

" Anda siapa? Anda tidak tahu, jika wanita itu sudah mempunyai suami dan satu anak? " Tanya lilya masih dengan sopan. Afifa dan pria itu berdiri dan mencoba mendekati lilya berusaha menjelaskan.

Bagi lilya, ia tak perlu mendengarkan penjelasan keduanya, sebab ia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika mamahnya berselingkuh.

" Nggak bisa begini mah! Mamah lupa, mamah punya suami dan anak yang sudah besar di sini?! " Tunjuk gadis itu kepada dirinya sendiri.

" Lilya, biarin mamah jelasin semuanya. " Lilya mundur ke belakang keluar dari pintu ketika mamahnya maju ke arahnya.

" Penjelasan apa sih mah, hah?! Udah jelas mamah selingkuh dari papah, " Afifa menarik paksa tangan lilya dan membawanya masuk ke dalam. Wanita itu menunjuk wajah wajah lilya dengan jari telunjuk nya dengan amarah yang terlihat jelas.

" Kamu nggak tahu apa-apa, mending kamu diam. Pembunuh kayak kamu itu gak pantas hidup, kerjaannya cuma bikin malu aja. " Lilya diam, Lagi-lagi membahas itu. Kapan selesai nya? Ia sudah muak ketika mamah dan keluarganya memanggilnya dengan sebutan pembunuh.

" Aku bukan pembunuh mah! Capek tau nggak sih di tuduh dengan hal yang sama. BUKAN AKU MAH, BUKAN AKU YANG BUNUH MELODY, DIA BUNUH DIR-- " belum sempat lilya mengeluarkan semua yang berada di uneg-uneg nya, justru ia merasakan tamparan yang pertama kali ia dapatkan oleh mamahnya. Seseorang yang telah melahirkannya di dunia tanpa cinta.

" TAPI NYATANYA KAMU YANG MEMEGANG PISAU ITU!! SAMPAI KAPANPUN KAMU MENGELAK, GAK ADA YANG BERUBAH SAMA SEKALI LILYA! SAMPAI KAMU MATI PUN DUNIA AKAN TERUS NYALAHIN KAMU ATAS KEMATIAN ANAK SAYA! " Bentak afifa kepada lilya yang masih mengusap pipinya yang masih terasa panas oleh tamparan tadi. Sedangkan pria dewasa yang sedari tadi itu hanya menonton dan tak bereaksi apa-apa ketika melihat afifa menampar pipi anaknya.

Bagai di hujam lima pisau dan dua panah, jantung lilya berdenyut dan oksigennya terasa sangat menipis. Dadanya sesak, sungguh menyakitkan.

" Aku juga nggak mau punya takdir kayak gini mah, " Lirihnya, ia memegang dadanya yang terasa sakit.

" Aku juga nggak pernah di minta untuk dilahirkan dari rahim mamah, dada aku sakit mah. Aku bukan boneka, hati ku sakit ketika mamah bicara seperti itu ke aku. " Afifa diam, ia melihat anaknya satu-satunya yang masih hidup.

Lilya mengusap matanya yang sudah sangat basah. " Serah mah, terserah. Tapi, tolong jangan buat maksiat di rumah kita. Aku nggak suka rumah kita ternodai oleh perbuatan terlarang mamah. "

" Jangan kasih tahu siapa-siapa lilya, jangan kasih tahu papah kamu, ya? Mamah mohon. " Gadis itu menggeleng sangat tak setuju. Ia akan tetap memberitahu papahnya bagaimana pun caranya.

" LILYA KAMU JANGAN KERAS KEPALA! KALAU MAMAH SURUH YA NURUT JANGAN NGEBANGKANG. " Bentak afifa lagi dengan suara sangat keras, tak memperdulikan kalau suaranya bisa saja serak.

" Aku keras kepala karena aku ngikut sifat mamah yang keras kepala juga. " Ketika afifa ingin melayang kan tamparan yang kedua kalinya untuk lilya, tangannya segera di tahan oleh kekasihnya.

" Sayang, udah cukup. Dia masih anak kamu. " Afifa luluh menurunkan tangannya dan tak lagi menatap dengan tatapan marah ke anak perempuan nya.

" Pergi kamu sebelum saya buat hal yang lebih ke kamu. " Suruh wanita itu dengan suara penuh penekanan.

" Nggak! Aku gak akan pergi. Aku gak ikhlas kalau malah berbuat hal yang buruk di sini. " Ingat, sifat keras kepala lilya itu di dapatkan dari mamahnya sendiri.

" Om tolong untuk kali ini, tolong pergi sebelum mamah kamu marah dan bisa aja berbuat di luar kendalinya. " Itu suara kekasih dari mamahnya.

Rasanya sangat sakit di suruh pergi dari rumah sendiri.

Tak ada pilihan lagi, karena lelah berdebat lilya memilih untuk keluar dari rumahnya dengan papahnya menelusuri jalan yang sepi, hanya suara jangkrik dan suara berisik pohon yang di gerakkan oleh angin.

Kembali mengeluarkan air matanya, ia terisak tak ada seorang pun yang mendengar. Dadanya sangat sesak. Ia berjongkok berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Kakinya membawa ia ke rumah yang baru saja lilya hantarkan penghuninya.

Pagar yang di kunci membuat ia merosotkan bahunya, ia membelakangi rumah orang itu dan bersandar di pagar.

" Gw nggak pernah minta buat di lahirin, gw juga nggak mau kalau takdir gw begini. "

" Kenapa Tuhan? " Ia menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Bahunya bergetar menahan gejolak rasa sakit yang ia tahan.

" Tuhan jahat. "

" Kenapa Tuhan ngasih takdir ini ke gw. "

" Gw nggak kuat, apa boleh gw tidur sebelum di suruh? "

Ia tetap terisak, matanya sedikit bengkak karena terlalu banyak menangis.

" Mba kunti, kalau mau gentayangan jangan nyender di pagar rumah orang. Minimal gelantungan di pohon lah! " Lilya kaget dan segera menghadap ke belakang, mereka berdua sama-sama kaget ketika melihat penampilan masing-masing.

" Lilya?! Ngapain lo malam-malam nyender di pagar rumah orang? " Itu candra, pemuda itu sedang duduk-duduk di balkon dan tiba-tiba melihat sesuatu di bawah membuatnya keluar dari rumah dan mendapatkan sosok berbaju putih sedang menundukkan kepalanya.

" Candra.. " Lirih lilya.

" Hei, kenapa nangis. " Lilya mengerucutkan bibinya dan kembali menangis yang membuat candra membuka pintu gerbang yang hanya sebatas dagunya.

Baru saja membuka setengah, sebuah tangan mendarat di pinggangnya, memeluk dirinya. Wajah lilya bersandar di bahu candra dan masih terisak, candra menggerakkan tangannya memeluk dan mengelus punggung sedikit rapuh itu.

Candra mengusap kepala lilya dengan lembut, hatinya ikut sakit ketika mendengar suara tangisan pilu sahabat perempuannya Bagaimanapun lilya adalah perempuan dan ia berasal dari rahim seorang perempuan.

* Dua jam setelahnya.

Mereka berdua duduk di kursi yang berada di dekat pohon mangga yang masih kecil.

" Lo di tampar? " Tanya candra khawatir ketika melihat pipi lilya yang selalu putih kini memerah dan sedikit memar.

Lilya memegang pipi sebelah kanannya yang terasa kebas ketika di pegang. " Hm. "

Pemuda itu mendesah pelan. Lalu membawa tangannya ke dagu lilya menarik menghadap nya dengan pelan. " Sakit, hm? "

" Ini yang lebih sakit. " Lilya menunjuk dada sebelah kirinya.

" Jadi gini rasanya cand, di tampar oleh seorang yang sudah melahirkan kita. G-gw nggak tahu perasaan lo cand, pasti sakit banget kan? " Candra menggaruk tengkuknya kenapa jadi kehidupan nya yang di bahas.

" Sakit. Tapi, saking biasanya gw udah terbiasa. "

" Gw mau mati. " Gumam lilya mendongak menatap bulan yang tak bulat.

" Lo belum di panggil, jangan mati dulu. " Lilya tak berharap pemuda itu mendengar gumamnya tetapi apalah daya ternyata pemuda itu mendengar gumamnya tadi.

" Gw nggak tahu apa yang lo alami, tapi setidaknya tetap bertahan demi orang yang lu sayang, lya. "

" Lo nggak tahu, Orang-orang yang udah mati itu pengen banget hidup lagi buat nebus dosa yang udah mereka buat di dunia ini. Tapi lo? Lo mau mati dengan membawa setumpuk dosa? " Mendengar penuturan candra, lilya sangat merasa bersalah sudah mengucapkan hal tadi.

" Kalau udah malam, jangan nangis nanti diikutin. " Ucap candra menakut-nakuti lilya yang kembali menangis.

" Suara tangis gw langka, gak bisa diikuti. " Candra diam membiarkan sahabatnya ini menangis untuk melepaskan sesuatu yang ganjal di hatinya, sesekali ia mengusap punggung kecil itu menggunakan telapak tangannya.

" Assalamu'alaikum. " Candra mengalihkan perhatian nya ke pagar yang di gedor-gedor oleh seseorang.

" Catra? " Candra berjalan menuju pagar dan membukanya lalu menampakkan seorang pemuda yang terlihat sangat kelelahan.

" Habis darimana lo malam-malam gini baru pulang. "

" Kerja kelompok. " Pandangan catra teralih ketika melihat perempuan yang memandang nya dengan tatapan bingung dengan alis yang terangkat.

" Sampai jam sepuluh? Ngerjain apaan lo? Lilya aja gak kerja kelompok tuh. " Catra memandang lilya dengan tatapan memohon.

Kerja kelompok? Padahal tuh anak kerja paruh waktu. Batinnya.

" Kerja kelompok kok, makanya gw liat lo di halte bus karena gw sehabis kerja kelompok bareng tami. " Beritahu lilya.

" Bukannya lo bilangnya habis jalan-jalan sama tami? " Catra menepuk keningnya.

Lilya gelagapan memikirkan kata yang tepat. " Iya kan itu setelah kerja kelompok, gw kerjain dulu tugas itu bareng tami selepas itu jalan-jalan deh. " Candra mengangguk dan berhenti menaruh kecurigaan terhadap kembarannya.

" Lilya, lo ngapain di sini? Ini udah malam loh, nggak baik tahu cewek ama cowok ketemuan apalagi di malam-malam begini. " Lilya diam, bener kata catra ia tak punya tujuan ke sini, ia ingin pulang tapi tak ingin melihat, dan mendengar suara-suara laknat yang ada di rumahnya.

" Ck, lo masuk aja deh cat! " Candra mendorong tubuh jangkung itu.

" Iya ya, ini juga mau masuk. " Catra benar-benar menghilang dari pandangan keduanya. Candra menghampiri lilya dan duduk di tempatnya tadi.

" Gimana, udah baikan? " Lilya mengangguk kemudian menggeleng. Pemuda itu hanya menghela nafas tak mengerti dengan mood seorang perempuan.

" Apa gw perlu kasih tahu papah gw?"

" Terserah lo, cuman diri lo sendiri yang bisa nentuin itu. Ikuti kata hati lo. " Lilya mengangguk.

" Mau nginap di rumah gw? " Tawar cowok itu tanpa dosa.

" Ck! Lo kira gw perempuan apaan? "

" Lah, gw suruh pulang lo nolak, gw tawar nginap di rumah gw nolak lagi. Mau lo apa sih? Udah tengah malam ini, " Frustasi nya.

" Boleh gw nginap di sini? " Candra mengangguk.

" Tapi, gw takut lo pada ngapa-ngapain gw nanti. "

" Gak ngapa-ngapain kok, palingan cuman di raba. " Lilya memukul punggung kokoh di hadapannya ini dengan sangat keras sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

" Canda anjer. "

" Gak ah! Gw pulang aja. " Lilya berdiri dari duduknya membuat candra mendongak menatap gadis itu.

" Yakin? Awas aja besok gw liat lo nangis lagi. " Lilya diam tak menjawab perkataan candra.

" Gw pulang dulu. " Candra mengikuti langkah lilya dan membukakan gerbang, lilya pergi tanpa menengok ke belakang.

Minimal di anterin lah.

Maximal di liat dari jauh lah. Lilya mengomel dalam hati ketika melihat kepala candra tak terlihat di sana ketika ia mulai melangkah kan kakinya meninggalkan halaman rumah cowok itu.

Cewek itu menghela nafas ketika sudah berdiri di gerbang rumahnya. Membukanya hati-hati kemudian masuk ke pintu utama, membukanya perlahan. Syukur tak ada dosa di sini, tapi tetap saja.

Ia mulai memikirkan apakah ia perlu memberitahu papahnya tentang bagaimana kelakuan mamahnya selama ini. Ia memilih untuk tidak memberitahu, percuma saja jika tak ada bukti yang cukup kuat, biarlah waktu yang mengungkapkan nya.

***

" Dek, yang itu loh. Yang kanan, itu udah mateng. " Sepertinya buah mangga pak RT sudah matang, buah yang di tunggu-tunggu oleh satu orang manusia yang senantiasa menunggu buah itu berbuah dan sekarang sudah matang.

" Sabar napa bang, capek nih iam. " Bocah yang sedang bergelantungan di pohon itu mencak-mencak tak jelas sembari melihat sekeliling mangga yang matang. Tenang kok, mereka sudah meminta izin.

" Bang ilham lempar mangganya ke ayu." Bocah yang bernama ayu itu mengangkat bajunya untuk sebagai tempat jatuhnya mangga yang akan di lempar oleh ilham.

Satu mangga berukuran kecil jatuh tepat di lipatan baju itu.

" Pelemna leutik pisan. Neangan nu gede. " Suruh candra ketika melihat mangga yang berukuran kecil.
(Kecil banget mangganya, cari yang besar-besar bocil)

" Sesah pisan janten lalaki. " Omel ilham kemudian melemparkan dua buah mangga yang cukup besar membuat candra mengangkat jempol puas. (Cerewet banget jadi laki-laki)

" Udah segini aja. " Ilham turun dari pohon, candra dan ayu tertawa melihat beberapa daun mangga yang kering menempel di rambut bocah yang masih berumur 10 tahun itu.

Candra membersihkan daun-daun yang berada di rambut ilham dengan hati-hati sembari tertawa kecil. " Udah yok, kita bikin rujaknya. " Yap, mereka meminta mangga untuk bikin rujak, candra yang mengajak bocah-bocah yang berada di komplek perumahan nya.

" Bikinnya di rumah abang kan? "

" Mau di rumah kosong sebelah rumah abang? " Keduanya menggeleng ribut. Di tangan mereka masing-masing memegang dua buah mangga cukup besar sedangkan candra pemuda itu hanya memegang mangga yang kecil tadi.

Candra tertawa.

Setelah sampai di rumahnya candra, mereka menaruh mangga yang sudah mereka petik dari rumah pak RT tadi di teras rumah candra yang sudah terdapat bermacam-macam buah di sana.

" Huh.. Capek banget. " Keluh candra sambari mengibaskan bajunya berulang kali.

" Dih, apaan abang cuman kerjaannya cuma teriak-teriak nggak jelas. " Ayu membetulkan perkataan ilham. Candra mengedikkan bahunya.

" Bang catra mana? "

" Pergi ke rumah temannya. " Belum tahu saja kau candra...

" Yaudah nih bang, bagi tugas. Ayu ngupas buah timun, ilham ngupas mangga, terus bang candra yang ngupas nanas. " Candra mendelik tak Terima.

" Abang ndak bisa ngupas nanas, masalah di suruh. "

" Kita juga ndak bisa bang. " Ucap ayu, candra berpikir sebentar kemudian membuka handphone nya untuk mencari tutorial.

" Oky, abang bisa. " Candra mengambil pisau lipat dan nanas kemudian bersiap untuk mengupas buah yang banyak bulu hidung itu.

" Bang, bulu hidung nya juga di kupas dong. " Suruh ilham ketika pemuda yang sangat fokus kepada aktivitas yang ia lakukan itu tak mengupas bagian bulu hidung dari nanas itu.

" Lebat banget bulu hidung nya. Ayu punya nggak bulu hidung? " Tanya candra random, ayu memasukkan jari telunjuk nya ke dalam lubang hidung nya membuat ilham dan candra menjauh dari bocah yang masih berumur 10 tahun itu.

" Jangan di masukkin juga ayuuuu.." Mereka tertawa terbahak melihat kepolosan dari bocah laki-laki yang bernama wahyu putra septian itu.

Setelah semuanya di kupas, candra mengumpulkan jadi satu buah-buah yang sudah di kupas menaruhnya di wadah yang lumayan besar kemudian mencucinya di keran yang berada di dekat gerbang rumah candra.

" Ham, cabainya cuman tiga ya.. " Suruhnya.

Ilham menolak dan segera memberikan penjelasan nya. " Kata mamah aku, cabai itu harus genap kalau ganjil katanya makin pedas. "
Candra percaya saja.

" Cabainya empat ya bang.. " Candra mengangkat jempol nya, ia kembali mencuci buah itu sampai bersih kemudian mengarahkan pandangannya ke depan.

" WOIY!! " orang yang di panggil menoleh kemudian ikut melambaikan tangannya.

" MAU IKUT BIKIN RUJAK NGGAK?!! " Orang itu mendekat ke candra tanpa menghilangkan senyuman lebarnya.

" Dih, kalau soal makanan cepat banget lo. " Gadis itu mengibaskan rambut pendek se dadanya kemudian melihat buah-buah yang berada di wadah dalam pegangan candra.

" Mangga yang di sini? " Tanya lilya menunjuk pohon mangga yang di punya candra tetapi masih kecil.

" Nggak, ini minta ke rumahnya pak RT tadi sama itu dua bocil. " Lilya melihat ke arah bocah yang tersenyum ke dia.

" Biar gw. " Lilya mengangkat tangannya untuk mengambil panci yang berada di tangan candra kemudian membawanya ke teras rumah.

" Halo mba.. " Sapa ayu dan ilham serempak.

" Halo juga, " Mereka berdua kembali melanjutkan pekerjaan yang hampir terlupakan. Ayu menuangkan kacang di cobek untuk di ulek oleh ilham.

" Kacang nya jangan banyak-banyak nanti seret. " Keduanya mengangguk mendengar ucapan lilya.

Lilya memotong buah-buah itu menjadi kecil tapi tak terlalu kecil dan di bantu oleh candra di depannya.

" Woyy lah, ini siapa yang ngupas nanasnya? " Ayu menunjuk candra dengan tatapan polosnya, ilham sudah tertawa melihat bentukan nanas yang dagingnya sudah habis di kupas.

" Kan biar bulu hidung nya gak ada. "

" Ya jangan kek gini banget lah. "

Candra terkekeh menertawai kebodohannya sendiri.

Setelah beberapa menit, akhirnya rujak yang di nanti-nanti dari tadi sudah jadi.

" Sae pisan ilham ngulek sambel na. " Puji candra ketika mencicipi sedikit sambal itu. (Hebat banget ilham ngulek sambalnya)

" Iya lah! Ilham. " Bocah itu menepuk dadanya sombong.

Mereka berempat akhirnya memakan rujak itu sesekali berghibah ria. Rujak itu sedikit di sisihkan di piring untuk catra nanti, karena pemuda itu sangat menyukai rujak.

" Nama mba siapa? " Tanya ayu kepada lilya.

Lilya yang sedang mengunnyah, seketika menutup mulutnya sebelum menjawab. " Lilya. "

" Ooh.. Mba lilya toh. " Lilya keselek mendengar itu, sungguh sudah banyak sekali bocah-bocah komplek sini yang memanggilnya dengan sebutan ' Mba ' yang padahal lilya sangat belum terbiasa untuk sebutan itu.

" Kakak aja jangan mba, ya? " Keduanya mengangguk.

" Mangganya kecut pisan euy. " Candra menyipitkan matanya ketika merasakan mangga muda yang ia makan.

" Abang makan mangga yang kecil itu mungkin. " Candra seketika merinding merasakan mangga yang sangat kecut.

" Eum.. Lain kali minta mangga yang udah matang dong, jangan yang masih muda kayak gini, kasihan tahu." Ketiganya kompak mengangguk.

Rujak itu sudah habis di makan oleh mereka berempat hanya menyisakan sedikit sambal dan sedikit buah mangga, sedangkan timun dan nanas nya sudah ludas di makan.

" Nanti biar abang yang nyuci, kalian pulang solat aja sana, udah mau ashar. " Ilham dan ayu mengangguk kemudian mengucapkan salam untuk keduanya sebelum pergi.

Tapi sebelum itu ayu berceletuk. " Bang cand, hari sabtu besok mau nggak pergi main layangan? " Candra mendongak ke atas di sana ia melihat banyak layangan yang berterbangan di sana.

" Iyo, "

Candra membereskan kekacauan itu di bantu oleh lilya yang masih diam di sana. " Lah? Ngapain lo masih di sini? Pulang sono dah adzan ashar nih. "

Lilya mencebikkan mulutnya. " Gw lagi tanggal merah. "

" Ya udah lo pulang sana. Gw mau mandi nih, "

" Yee si anjir, ngusir-ngusir kagak jelas. " Lilya melempar kulit mangga hingga mengenai sang empu.

" SIALAN YEE LO LILYA!! " lilya me-meletkan lidahnya untuk mengejek pemuda itu, sebelum keluar dari perkarangan rumah candra.

" Gw candra, gw oke. " Setelah itu Ia juga masuk ke dalam sambil membawa peralatan yang di pake oleh mereka tadi.

--Dermaga//--

Tau rujak?

Bahan-bahan bikin rujak :

1) Cabai
2) gula merah
3) kacang yang sudah di goreng.
4) Asam jawa
5) garam
6) Terasi boleh tidak

Langkah-langkah:

1). Potong-potong semua buah dengan ukuran sesuai selera.

2). Ulek cabai, terasi, dan garam sampai halus. Tambahkan gula merah kemudian ulek juga hingga halus.

3). Tambahkan kacang goreng dan ulek kasar agar teksturnya renyah.
4). Tuang asam jawa lalu ulek lagi hingga tercampur merata.

5). Tuang bumbu rujak ke buah-buahan dan sajikan.

Ini ya, udah saya taruhan resepnya di sini bagi yang ingin bikin tapi tak tahu caranya👍

Seperti biasa jangan lupa vote dan komen. Terimajihoon kembali😁

Continue Reading

You'll Also Like

896K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
82K 1.8K 15
Sebuah cinta suci kini terhalang sebuah tembok besar, apakah mereka bisa meruntuhkan tembok besar yang menjadi pembatas keduanya? "Kamu boleh mencint...
11M 819K 35
Tersedia di Seluruh Toko Buku! #SeriesCampus1 Biar kuberitahu kamu satu hal. Laki-laki itu, yang sedang berada di bilik kerjanya di Ormawa, yang sed...
2K 257 5
Marvel Valdarez adalah seorang pemuda biasa yang entah bagaimana bisa Mengalami hal yang berada di luar akal sehat manusia, Di saat ia seharusnya ma...