butterfly disaster

By cosmicandteddy

50.6K 8K 954

ACT 1 - BE YOUR ENEMY ❝Sampai kapan permusuhan ini akan berakhir?❞ Anora tidak terlahir dari keluarga kaya, i... More

Pembuka: Sirkus & Para Pemainnya
1. Bermula
2. Ibu Kota
3. Rival & Lamaran
4. Titik Ini
5. Sepayung
6. Hari Pertama
7. Lingkaran
8. Mengikat Waktu
9. Runyam
10. Kebangkitan Sang Badai
11. Sebuah Karma
12. Gerbera Palace
13. Konversasi
14. Hutang dari Luka
15. Tiupan Trauma
16. Kita & Hidup
17. Gerbang Malam
18. Pesta Ulang Tahun
19. Kupu-Kupu Datang
20. Apartemen
21. Burai
22. Menghindar
23. Permainan Menuju Pulang
24. Stroberi, Aroma, Dekapan
25. Malam Mengerikan
26. Tak Akan Ada yang Mati
27. Badai Prahara
28. Gie & Rencananya
29. Melepaskan
30. Kita Tak Akan Pernah Baik-Baik Saja
31. Hantu
32. Kelana [I]: Pergi
33. Kelana [II]: Cerita di Sisi Lainnya
34. Kelana [III]: Pulang
35. Dejavu
36. Kisah Tak Terduga
37. Malam Pameran
38. Dalam Mimpi Kita
39. Bagaimana Semesta Menarik Kita
40. Badai Kita Tak Pernah Berakhir
41. Ikatan
42. Pernyataan
44. Kupu-Kupu Lainnya Telah Lahir
45. Berakhir
Terima Kasih!
Babak Kedua

43. Perjalanan Jauh Untukmu

465 67 5
By cosmicandteddy

Sebelum memasuki tahun ajaran baru dimana Violet akan memasuki bangku TK, Raka mengajak anaknya untuk berlibur dulu di pertengahan tahun ini. Perjalanan tak akan jauh-jauh sampai keluar negeri, kali ini sang papa akan mengajaknya menuju tempat lain yang tak kalah indah dari luar negeri.

Raka dan putrinya memulai perjalanannya hari ini dengan menaiki kereta. Ini akan menjadi pengalaman pertama untuk Violet menaiki kendaraan tersebut. Perjalanan mereka menghabiskan waktu sekitar dua jam lebih di dalam kereta. Setelahnya, keduanya pun berlanjut lagi dengan menaiki mobil yang Raka pinjam dari salah koleganya yang tinggal di kota ini. Perjalanan kembali memakan waktu sekitar satu jam untuk sampai di tempat tujuan.

Hingga tibalah keduanya di tempat yang dituju, tepatnya di sebuah pedesaan yang berada di dekat pegunungan. Tempat yang dulunya Raka pernah kunjungi, yaitu desa tempat tinggal Anora.

Selama berada di dalam mobil, Violet lebih banyak tertidur karena sudah terlalu lelah melewati perjalanan panjang kali ini. Maka sesampainya di tempat penginapan, Raka memutuskan untuk mereka beristirahat lebih dulu sampai tiba di hari esok.

Di pagi hari keesokannya, perjalanan keduanya berlanjut dengan mengendarai mobil. Sang putri tampak begitu senang melihat pemandangan baru seperti ini di pagi hari.

"Papa, kita mau kemana?" Violet pun menoleh balik pada sang papa yang berkendara di sampingnya, setelah asyik melihat keluar jendela.

"Ke tempat yang kamu pasti kenal pemiliknya siapa." Raka tersenyum tipis dan memberikan sebuah tebakan padanya.

Tentu hal tersebut membuat Violet semakin penasaran dan tak henti menanyakan siapa orang tersebut. Perjalanan mereka tak terasa sudah tiba di tempat yang tuju. Jaraknya tak terlalu jauh dari penginapan mereka.

Kini berdirilah keduanya di salah satu rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas, di dalamnya juga terdapat sebuah kebun kecil. Tak jauh dari rumah ini, ada sebuah bangunan kecil yang menjadi toko untuk menjual hasil kerajinan tembikar mereka.

Di toko kecil itu Raka melihat ada Juan yang tengah mengeluarkan beberapa kendi dari dalam sana. Ia pun menghampirinya segera dan keberadaannya disambut oleh pemilik tersebut.

"Kamu balik ke sini lagi?"

Kedatangan Raka kali ini cukup menyita perhatian Juna belum lagi ada sosok Violet yang bersembunyi di belakang tubuh sang papa.

"Haloo... siapa namanya?" sapa Juna yang setengah menunduk untuk melihat gadis kecil itu.

"Violet." Violet dengan malu-malu melirik padanya.

Raka mengajak sang putri untuk berkenalan pada Juna. Selagi keduanya sibuk mengobrol, di saat itu fokus Raka beralih pada kaki palsu di bagian kanan yang dipakai oleh Juna itu. Ia masih ingat dengan kaki palsu pemberian Anora tersebut.

"Lagi ada pesenan, Bang?"

"Iya. Sekalian mau bersih-bersih jadi dikeluarin semua dulu."

Juna sedang mengeluarkan semua kendi dari dalam tokonya. Satu persatu ia menjemurnya di halaman kecil di belakang toko.

"Bang, Anora ada?" tanya Raka.

"Ada. Panggil aja di dalem, paling di dapur sekarang," jelas Juna.

Raka tertarik untuk ke rumah tersebut sekaligus mengajak Violet, namun perhatian gadis itu beralih begitu melihat ayunan yang berada di belakang toko. Violet lebih memilih bermain di ayunan itu bersama Juna yang menjaganya sambil membersihkan kendi-kendinya itu.

Dari depan rumah tersebut tampak sunyi karena tak ada orang yang menyahuti panggilannya. Raka diam-diam beralih menuju ke sampingnya dimana terdapat kebun di sana dan seseorang yang telah ia cari selama ini.

Anora, gadis itu berada di sana. Bersembunyi di balik rimbunan tanaman cabai. Saat Raka mencoba mendekatinya tampak dirinya tengah mencabut rumput liar di sekitar tanaman tersebut. Belum juga dua langkah Raka mendekat, gadis itu sudah menangkap keberadaannya segera.

Ia tampak terkejut dan segera berdiri melihatnya yang begitu jelas di hadapannya saat ini.

"K—kamu?"

"Hai."

Yang bisa dilakukan Raka hanyalah tersenyum menyapanya dan Anora yang tampak terkejut seolah melihat keberadaan hantu di pagi ini.

"Ngapain ke sini?"

"Ya... liburan."

"Kamu sendirian?"

"Violet ada di sana lagi main ayunan."

Bayangan seminggu lalu dimana malam terakhir mereka bertemu di dalam mobil itu. Anora tak bisa menyingkirkan sediki pun pikiran itu, ia masih mengingat dengan jelas suaranya, ekspresinya dan genggaman tangannya. Raka yang melamarnya di sana dan membuat dirinya selalu kepikiran semenjak pulang ke rumah.

Raka berdeham lebih dulu menghilangkan sedikit canggung karena Anora tampak enggan menatapnya saat ini.

"Kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya pria ini.

"Emang kenapa?" tanya Anora balik tanpa sedikit pun menoleh padanya.

"Mau aku bantu?" Raka menawarkan diri untuk membantunya. Karena dirasa tak ada kerjaan dan suasana semakin canggung, Anora pun mengizinkannya.

Tugas pria ini adalah memetik buah cabai yang telah merah. Anora mengambil lebih dulu keranjang untuk diberikan ke dirinya. Kini kembali lagi mereka berdua larut dalam keheningan yang hanya ditemani suara petikan dan semilir angin pagi.

"Kenapa kamu ke sini?" buka Anora.

"Aku kan liburan," balas Raka.

"Ke tempat ini. Rumahku. Kamu gak liburan ke tempat lain apa?"

"Sebenarnya... aku suka tempat ini pas pertama kali datang ke sini. Suasananya enak, sejuk, tenang, beda dari tempat lain. Aku kayaknya bakal bahagia bisa ke sini terus."

"..."

"Bukannya aku emang bakal ke sini terus ya nanti."

Tak butuh waktu lama untuk Anora mengerti apa yang diucapkan oleh pria itu. Raka tiba-tiba berlutut di hadapannya dan membuat Anora seketika panik melihatnya.

"Jangan!—"

"Sebentar aja, Anora, aku mohon!"

"Aku juga mohon jangan lakuin itu!"

Belum sempat berucap lagi, Raka langsung menarik tangannya untuk ia genggam dan menunjukkan keyakinannya untuk berkata sesuatu. Mengenai pembicaraan mereka yang tertunda dulu.

"Ra, aku gak bakal nyerah buat ngejar kamu. Aku udah kehilangan kamu dulunya dan jangan sampai aku kehilangan lagi. Aku mohon... sekali lagi."

Mendadak Anora sedikit sulit bernapas saat ini san jantungnya berdegup cepat. Ia tak berani menatap Raka dan hanya bisa melihat bagaimana eratnya genggaman tangan pria itu pada tangannya.

"Aku ingin kamu untuk sisa-sisa hidup aku, untuk Violet dan untuk semua impian yang ingin aku wujudin bersama kamu. Atau juga impian kamu yang belum terwujud, aku ingin jadi orang pertama yang melihat itu terwujud untuk kamu. Anora... aku ingin kamu jadi tempat istirahat aku, setelah pencarian panjang aku selama ini. Jadi yang terakhir karena dari awal, dari pertama kali aku lihat kamu di ruang kelas, aku udah jatuh untuk kamu."

Beberapa detik Anora terdiam, ia membutuhkan keberanian untuk mengatakan segalanya. Ada ragu yang masih menyelip di hatinya membuatnya kembali di perasaan tak yakin untuk menerima semua itu.

"Kamu... kamu yakin untuk segalanya yang ada di dalam diri aku? Kamu bisa lihat apa yang terjadi di belakang aku, masa lalu aku dan segala sisi buruk aku. Kamu udah capek ngejar aku, aku gak mau kamu semakin tambah capek ngelihat ekspektasi yang terjadi pada aku sesungguhnya."

"Nggak. Aku udah jatuh cinta sama kamu dan seburuk apapun di belakang kamu, cinta bakal tetap menerimanya karena ada hati yang tulus di sana. Aku menerima kamu, Anora."

Sekali lagi Anora menghembuskan napasnya dengan sedikit berat, "Kamu ngomong sama keluarga aku aja."

"Raka udah ngomong sama ayah kamu."

Lalu ada satu suara tak terduga muncul di belakang Anora. Tepatnya dari ambang pintu dapur dimana sang ibu melihat segalanya di sana.

"Bu?"

"Dia udah minta izin buat ngelamar kamu di beberapa hari terakhir sebelum ayah meninggal. Raka pergi sama ibu ke rumah sakit dulu," jelas sang ibu, "semua keputusan ada diri kamu. Kalo ayahmu udah ngizinin, ibu juga ngizinin kalian berdua," sambung beliau.

Di akhir kalimat itu, tangis Anora memecah dengan cepat. Tak ada yang menyangka apa yang dilakukan pria itu sudah sejak lama menginginkan dirinya. Raka yang meminta izin untuk melamarnya pada sang ayah sebelum beliau pergi.

Anora tak tahu harus berkata apalagi sekarang dan pria itu menggenggam tangannya dengan erat sekali lagi. Sambil mengusap punggung tangannya ia mencoba mengalirkan perasaan tenang di sana.

"Kenapa kamu gak bilang?" lirih Anora.

"Aku nunggu kamu juga Anora. Aku selalu sabar sampai kamu benar-benar mau sama aku," balas Raka.

Jawaban terakhir Anora adalah mengangguk dengan mantap. Ia menjawab semua permintaan pria tersebut dan saat itu juga Raka menjadi haru atas perjuangannya selama ini.

Sang ibu hanya bisa tersenyum melihat semuanya yang terjadi. Melihat kesungguhan Raka untuk memiliki putrinya dan bagaimana perjuangan serta keberaniannya untuk meminta restu kepada sang orang tua.

Tak lama setelahnya, Violet datang sambil berlari kecil menghampiri keduanya di kebun ini. Di belakangnya ada Juan yang juga mengikutinya.

"Jaga adekku baik-baik ya." Juna menepuk pulan pundak Raka dan tersenyum membalasnya.

Sedangkan Violet masih menatap Anora di sana dan Anora pun membukakan kedua lengannya untuk memeluk segera gadis kecil itu. Mereka berdua pun menghambur di dalam satu dekapan yang erat.

"Miss Nora bakalan bareng Vio terus, kan?"

"Iya... iya sayang."

Pagi yang hangat untuk keluarga itu. Permusuhan yang terjadi selama bertahun-tahun itu akhirnya berakhir dengan damai. Dimana keduanya sudah belajar dengan tulus untuk saling memaafkan dan menerima. Rasa takut yang dibentuk satu sama lain telah sirna.

Untuk yang terakhir ini, Anora telah menemukan rumah barunya. Pria itu telah memberikan segalanya untuk dirinya. Dan Raka juga telah menemukan orang yang ia cari selama ini. Mereka berakhir damai di pagi ini.

Badai kupu-kupu itu mereda dan berganti dengan lahirnya banyak kupu-kupu yang baru lagi. Kali ini mereka terbang dengan sangat indah, mengelilingi pemilik dua hati itu yang kembali bersama setelah perjuangan dalam waktu yang panjang.

____________

Seminggu lalu. Gaun impian Raka dan titik terkejut Gie.

Sore hari, tepat setelah pulang dari kantornya, Raka tak langsung pergi menuju rumahnya. Pria itu justru melanjutkan perjalanannya ke salah satu tempat yang sudah sejak dua minggu lalu ingin sekali ia kunjungi.

Sebuah butik yang katanya banyak ibu-ibu sosialita memesan kebaya mereka di tempat ini. Selain itu kerap terdengar beberapa pesanan gaun pernikahan mewah juga berasal dari sini. Raka tertarik mendengarkan semua itu, tapi yang membuatnya lebih tertarik karena ia mengenal dengan pemiliknya langsung.

Sesampainya di tempat tersebut, ia langsung disambut dengan pegawai yang mengarahkannya langsung ke salah satu desainer mereka.

"Hari ini ibu Anne pulang cepat, Pak, karena beliau ada jadwal kontrol dengan dokternya," jelas pegawai tersebut.

Raka menunggu sejenak di ruang tunggunya, selagi pegawai tersebut menyampaikan kedatangannya pada salah satu desainer mereka. Tak menghabiskan waktu lama, seseorang pun datang menyambutnya di sini.

"Mau mesen jas?"

"Hmm... iya itu juga. Gue punya sesuatu."

Gie atau Sella yang rupanya menyambutnya. Gadis itu sedikit terkejut melihat kedatangan Raka di sini. Pasalnya pria itu jarang bahkan tak pernah ke butik ini. Ia sama seperti Azka, lebih memilih pegawai butik ini yang mendatangi mereka.

Di atas meja, Raka mengeluarkan segera sebuah map di hadapannya. Sella menerimanya dan begitu membuka ia dihadapkan langsung dengan selembar desain gaun di dalamnya.

"Buat siapa?" tanya Sella langsung ke tujuan.

"Anora," balas Raka.

Perhatian gadis itu beralih cepat padanya.

"Gue bakal nikah dengan dia dan desain gaun itu adalah desain gue sendiri. Gue mau lo bikin—"

"Wait— bentar nih ya, bentar... lo mau nikah dengan Anora? Lo sadar sama omongan lo?"

Sella memotongnya dengan cepat. Terdengar mengejutkan, bahkan ia nyaris tak percaya saat Raka mengucapkannya tadi.

"Gue sadar seratus persen."

"Lo gak inget udah nyakitin dia dulu?"

"Kita udah damai."

"Di luar nalar."

"Kenapa lo kayak gak suka gitu?"

"Gue ngeraguin lo karena kelakuan lo dulu lumayan nakutin buat dia. Gue kira Azka yang bakalan ngelamar dia. Salah gak sih?"

Raka mengernyit, i tak salah dengar jika Azka menyukai Anora juga. Tidak— dia sudah sering mendengarnya dulu jika pria itu sangat melindungi Anora darinya, dari pertama gadis itu bekerja di Elephant Love.

"Sejak kapan lo berdua lamaran?" sambung Sella.

"Entar gue undang lo di nikahan gue kalo gak percaya." Pada akhirnya Raka berusaha untuk tetap santai menghadapi Sella.

Ia sudah tahu jika Sella pernah kesal dengan kelakuannya waktu mereka SMA. Bahkan pernah terang-terangan ia menolak Raka untuk mengetahui tentang Anora saat di masa sekolah dulu.

"Jangan nyakitin dia lagi. Gue bahkan gak mau ngerestuin lo berdua."

"Gie, lo bahkan gak tahu kalo gue pernah ngorbanin diri gue sampai mau mati cuman buat dia."

Sella mengambil kembali map tersebut, ia memperhatikan dengan seksama desain gaun pernikahan itu. Desain yang sederhana namun juga cantik menurutnya. Selain mendesain gedung-gedung, Raka rupanya juga pandai mendesain gaun seperti ini. Ia mengakui itu.

"Kalo emang lo yakin, semoga ini jadi yang terakhir. Ini kedua buat lo, tapi pertama buat dia," akhir Sella.

Awalnya ia enggan menerima permintaan Raka untuk mewujudkan gaun pernikahan desainya menjadi nyata. Sella hendak memberikannya ke desainer lain, tapi melihat apa yang terjadi di antara mereka, ia pun akhirnya mau membantunya juga.

___________

BERSAMBUNG

NOTE:

Sebentar lagi kisah mereka akan berakhir dengan indah 🤧 ditunggu terus yaa sedikit lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

16.4M 546K 35
Down-on-her-luck Aubrey gets the job offer of a lifetime, with one catch: her ex-husband is her new boss. *** Aubrey...
667K 20.5K 31
"she's the only one he listens to"
1.3M 45.9K 30
just another nomin soulmate au -> [ warnings ] - there will be cursing - there may be some smut - mainly Nomin focused but there may be side ship...
1.8M 123K 49
╻renjun is babysitting two grown men╹ ❀ norenmin / jaenoren ❀ chogiwanese ━┅ ✎ this is made out of pure entertainment and a hundred perc...