GOOD BOY || JKT48 Ver.

נכתב על ידי xwchkshncrzy

18.7K 1.5K 44

Shan adalah pemuda pengidap skizofrenia, pemuda aneh dengan sejuta tabiat yang membuat siapa saja pasti akan... עוד

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29 [End]

Chapter 6

562 51 2
נכתב על ידי xwchkshncrzy

But you - Ikon 🎶

Shan mendorong sepedanya keluar dari halaman rumah, di punggungnya sudah tercangklong tas ransel yang terlihat terisi penuh. Dia bersenandung kecil sambil tersenyum lebar, suasana pagi ini sangat mendukung mood Shan, membuat laki-laki itu tak berhenti mengulum senyum seolah menjadi manusia paling bahagia di muka bumi.

Langkahnya terhenti tepat di halaman rumah Chika. Shan semakin tersenyum lebar dan dunianya mulai bermunculan warna-warna lain selain hitam dan putih.

Dia merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Chika. Setelah itu, Shan membuka tas ranselnya, mengeluarkan rangkaian bunga tulip merah yang sudah sedikit lusuh karena tadi pagi dia memaksa bunga itu untuk di masukkan ke dalam tasnya. Shan menunggu Chika di sebelah sepedanya, dengan rangkaian bunga tulip di tangannya. Yeah,, sebenarnya dia cukup romantis untuk ukuran pemuda yang gila.

Tak lama Chika keluar dari rumah, berjalan ke arah Shan lalu menyapa laki-laki itu. Chika sedikit tertegun karena penampilan Shan yang lumayan tampan!

"Ini untuk Tetangga. Bunga tulip merah yang melambangkan cinta abadi." Shan mengulurkan bunga tulip itu ke hadapan Chika.

"Kenapa kau mendadak menjadi sangat manis seperti ini hum?? Apa kepalamu baik-baik saja??" Chika menerima bunga dari Shan lalu terkikik geli.

"Tetangga cantik."

Ucapan Shan sukses membuat pipi Chika bersemu, dia mendadak salting dan itu benar-benar membuatnya heran. Selama ini Chika mencoba mendekati Shan hanya agar bisa dekat dengan Boby. Namun hari ini entah mengapa hatinya begitu hangat saat bersama Shan, bahkan dia seperti sudah melupakan Boby begitu saja.

Chika berdehem, langsung menguasai dirinya agar tidak terlihat salting di depan Shan. Namun memangnya Shan paham masalah hati seperti itu? Chika berpikir tidak, Shan pasti tidak akan menyadarinya.

"Ayo pergi! Tetangga duduk disini. Tenang saja, aku ini jagoan. Aman." Shan dengan lancang memegang pergelangan tangan Chika, membuat gadis itu tersentak namun anehnya dia sama sekali tidak marah, dia malah menurut dan duduk di depan, sedangkan Shan duduk di atas jok sepedanya. Chika seperti terkungkung di antara kedua tangan Shan, dia duduk menyamping sambil memegang erat bunga tulip yang Shan beri. Dan, apa-apaan jantungnya yang kini berdebar! Sialan!!

Sepeda Shan melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan halaman rumah Chika menuju ke Danau Serena. Sebuah danau dengan pemandangan yang indah, di kelilingi hutan pinus dengan udaranya yang sangat segar. Beruntung danau itu tidak jauh dari tempat tinggal Shan dan Chika.

Sepanjang perjalanan Chika hanya mendengar ocehan Shan yang random, namun anehnya dia malah senang. Bahkan beberapa kali Chika tertawa lepas saat Shan mulai menceritakan hal-hal yang lucu. Chika seperti melihat sisi lain dari Shan, sebenarnya Shan terlihat seperti pemuda normal pada umumnya, hanya saja pemikiran Shan berbeda jauh dengan pemuda berumur 17 tahun. Tapi setidaknya Shan adalah pemuda yang hangat, dan Chika baru menyadari jika senyuman Shan sangat manis. Ada lesung di pipinya dan itu benar-benar keren!

"Tetangga. Jangan menyukai Kak Boby. Dia sebentar lagi akan menikah. Kak Shania! Dia akan menjadi istri Kak Boby." ucap Shan sambil mengayuh sepedanya dengan santai.

Chika sedikit terkejut. Ya,, hanya sedikit. Bukankah harusnya dia patah hati mendengar Boby yang akan segera menikah? Bukankah selama ini Chika menyukai Boby secara diam-diam?? Tapi kenapa sekarang dia malah merasa biasa saja?

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Jangan sok tau! Kau pikir aku menyukai Kak Boby?? Huhh!!" Chika mencoba berkilah. Kenapa Shan seakan tau jika dirinya menyukai Boby? Apa rasa sukanya terlalu kentara?

Shan terkekeh, lalu membelokkan stangnya ke arah kanan. Sekarang kanan dan kiri jalan hanya terdapat pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, ada juga beberapa pondok kayu yang berdiri di sebrang jalan.

"Aku memang tau. Matamu tidak bisa berbohong. Tetangga tidak bisa membohongiku. Aku juga tau jika Tetangga diam-diam suka memperhatikan Kak Boby jika dia datang ke sekolah." jawab Shan, Chika hanya mendengus sebal. Perlahan kepala Chika terangkat, lalu menatap wajah Shan dari bawah.

"Jangan menatapku terus. Nanti kita bisa jatuh." Shan tersenyum jenaka, lalu menatap Chika sebentar dan kembali menatap depan.

"Tetangga, kau tau tidak jika ular terbesar di dunia itu bukan Anaconda, melainkan Titanoboa. Titanoboa adalah genus ular yang hidup sekitar 60 hingga 58 juta tahun yang lalu pada periode Paleosen. Satu-satunya spesies dalam genus ini yang di ketahui adalah Titanoboa cerrejonensis, ular terbesar yang pernah ditemukan." celoteh Shan.

"Lalu?? Apa urusannya denganku??" jawab Chika sambil menaikkan satu alisnya, bibirnya tersenyum miring sengaja untuk mengejek Shan.

"Tidak. Aku hanya ingin bicara saja. Medusa juga identik dengan ular. Sebenarnya dia baik, namun terjadi sesuatu padanya." sambung Shan.

Sepeda Shan berhenti di tempat parkir yang di peruntukkan untuk kendaraan roda dua. Chika turun dari sepeda itu lalu meneliti ke sekitar, hanya ada beberapa orang yang tampak sedang sibuk dengan urusannya, dan Chika mau bertaruh jika beberapa orang itu adalah pengurus danau. Bukankah ini hari minggu?? Mengapa sepi sekali?

"Kak Sisca membooking tempat ini untukku. Dia bilang jika kencan pertamaku harus lancar. Padahal aku tidak sedang mengajak Tetangga berkencan." ucap Shan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Oh astaga.. Aku lupa jika kau anak orang kaya." Chika bersedekap dada.

"Kita akan kemana??"

Shan tak langsung menjawab, dia malah memegang pergelangan tangan Chika dan menariknya pelan, lalu sedikit menyeret gadis itu agar mengikuti langkahnya.

"Yakkkk!!! Apa ⎯  "

"Ayo naik perahu! Aku punya biskuit enak." sela Shan tanpa mempedulikan tatapan Chika yang terlihat berontak.

.

.

.

Sisca duduk dengan satu kaki yang menumpu di atas kakinya. Tangannya yang mulus terulur dan meraih cangkir berisi teh hijau yang masih mengepulkan asapnya. Wanita itu menyesap minuman hangat tersebut, sejenak mengenyahkan berbagai macam pikiran yang berjubel di otaknya.

"Kenapa tidak membalas pesanku?" laki-laki dengan balutan jas berwarna hitam itu bertanya dengan tatapan yang tak lepas dari Sisca.

"Apa itu penting??" Sisca meletakkan cangkirnya, menimbulkan sedikit bunyi karena sentuhan keramik dan kaca.

Laki-laki yang duduk di depan Sisca itu hanya menghela nafasnya, lalu berdecak. Rahangnya mengeras dan tak lama dia bangkit lalu duduk di sebelah Sisca.

"Terserah padamu. Tapi sejauh apapun kau menghindar dariku, takdirmu akan selalu bersamaku Sisca Sarasean. Jangan berlagak kau bisa menghindari semua ini, lalu berbahagia dengan si keparat itu. Kau hanya milikku, Sisca." laki-laki itu berucap dengan suara bassnya yang terdengar menusuk ke indra pendengaran Sisca. Jujur saja Sisca bergidik ngeri, dia berdehem untuk menutupi ketakutannya. Laki-laki itu tidak boleh melihatnya takut. Tidak!

"Boby akan menikah dengan Shania terlebih dahulu. Jadi sebaiknya kau jangan terlalu percaya diri." balas Sisca dengan tatapannya yang tajam.

"Dan satu lagi, dia mempunyai nama! Berhenti memanggilnya dengan nama kasar itu!!" Sisca berdiri, namun dengan sigap laki-laki itu mencengkram pergelangan tangan Sisca hingga dia meringis kesakitan.

"Lepaskan!! Lepaskan aku Oniel!" Sisca memberontak, namun laki-laki yang di panggil Oniel itu malah semakin mengencangkan cengkramannya.

"Lepaskan dia!"

Suara berat yang terdengar dari arah pintu itu membuat cengkraman Oniel mengendur. Dia lalu melepas cengkramannya pada pergelangan tangan Sisca. Tatapannya tidak sengaja bersirobok dengan Boby yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana.

"Oniel, tidak begitu caranya jika kau ingin menarik perhatian Kak Sisca." Boby berdecih.

"Ikutlah denganku, aku ingin mendiskusikan kerja sama kita." Boby berbalik dan melenggang begitu saja dari hadapan Oniel dan Sisca.

Oniel menepuk ujung jasnya dan berjalan angkuh meninggalkan Sisca.

"Cih! Kupikir Boby adalah manusia terangkuh yang pernah ku temui, ternyata dia lebih angkuh dari yang aku kira." umpat Sisca saat Oniel hilang di belokan tangga yang menuju ke ruang kerja Boby.

.

.

.

Shan dan Chika duduk berhadapan di atas perahu. Di tengah-tengah mereka ada meja kecil yang di atasnya sudah Shan tata dengan satu kotak biskuit, dua kaleng susu coklat, dan sekeranjang kecil buah strawberry. Shan mendayung perahunya sambil terus menatap Chika, sedangkan Chika sibuk memperhatikan pemandangan di sekitar danau yang sangat indah.

"Tetangga.."

Chika otomatis menoleh ke arah Shan.

"Apa???"

"Kau senang tidak??" tanya Shan, lalu dia berhenti mendayung, dan meneguk susu kalengnya.

"Ya,, aku senang. Memangnya kenapa??"

"Jadi, sekarang kau sudah menyukaiku kan?? Jangan menyukai kakaku, kau bukan tipenya. Kak Boby menyukai wanita yang mandiri. Tetangga tidak masuk kriteria." celoteh Shan yang membuat Chika langsung membulatkan matanya. Bisa-bisanya Shan berkomentar seperti itu, sekarang Chika ingin sekali menendang Shan hingga jatuh ke dalam danau.

"Ck!! Berhenti berbicara soal kakakmu. Aku tidak berminat lagi." jawab Chika sambil mengibasakan satu tangannya.

"Berarti Tetangga sudah menyukaiku kan??"

Chika kembali membulatkan matanya, apa pemuda gila di depannya ini sedang menyatakan cinta?? Sungguh! Pikiran Shan sulit di tebak.

"Euhmmmmm yeahhh... Kurasa aku mulai menyukaimu.." jawab Chika sedikit ragu-ragu, namun jawaban itu sukses membuat senyuman lebar di bibir Shan. Dia kemudian mengambil biskuit coklat dan memberikannya pada Chika.

"Biskuit coklat kesukaanku. Sebelumnya aku tidak pernah mau berbagi pada siapapun, biskuit ini mahal dan sangat enak. Tapi karena sekarang yang di depanku Tetangga, jadi.. Terima lah.." Shan mengulurkan tangannya.

"Ini sangat enak! Ayo makan!"

Chika hanya menuruti perkataan Shan, dia menerima biskuit itu dan memakannya. Rasanya??? Biasa saja!

"Yeah,, sangat enak." sarkas Chika.

"Jim dan Tave benar. Tetangga akan menyukai biskuitku." Shan kembali sibuk mendayung.

"Shan?" panggil Chika.

"Iyaa??"

"Sebenarnya, siapa Jim dan Tave??"

Shan tidak langsung menjawab. Matanya malah melirik ke kanan dan ke kiri, lalu ke atas dan ke bawah.

"Temanku. Tapi mereka berwajah menyeramkan." ucap Shan, yang langsung membuat Chika menelan ludahnya karena takut.



TBC.



Shan.




Chika.




Oniel.




Sisca.

המשך קריאה

You'll Also Like

11.7K 1.4K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)
5K 415 17
Kota dalam bahaya! Pasukan mayat hidup menyerang siapapun yang masih hidup dan memakan mereka. Apa yang harus dilakukan? Lantas bagaimana cara Jinan...
297K 27.7K 46
[ On Going! Update di hari JUMAT/SABTU ] Cinta, Prestasi, dan Hobi. Tiga hal yang selalu terlibat dalam kehidupan manusia di fase remaja. Ini adalah...
194K 17.2K 54
ini semua terjadi ketika para member JKT48 diberi kesempatan untuk berlibur disebuah villa yg sudah disiapkan khusus untuk para member berlibur. lang...