Regal & Rena

By ddynalee

12.6K 2.6K 342

[On Going] Serena Zea Mays bukan jagung. Tapi dia cewek gemes yang diajak pacaran sama mahasiswa galak bernam... More

00. Panggilan Baru
01. Kesiram Air Pupuk Tanaman
02. Gebrakan Mengejutkan
03. Persyaratan Pacaran
04. Serena Keceplosan
05. Dimarahin Kak Regal
06. Digombalin Bocil
07. Sejenak Teringat Dia
08. Foto Selca
09. Mas Pacar
10. Password WiFi
11. Seruni dan Peony
12. "Nggak apa-apa, bang. Nice Try!"
13. Ngedate Sama Pak Guru
14. Good Night, Bocil
15. Support System?
16. "Kenapa Rasanya Sakit Banget?"
17. Cardigan Merah Muda
18. Tongkrongan Mak Lin
19. Permaisuri
20. Pelanggaran Pasal Pasal
21. Ngopi Bersama Bapak Sendy
22. Bioskop Date
23. Pernyataan Revan
24. Revan & Regal
25. Pelukan Singkat
26. Kamu Cantik
27. Dia Serena Zea Mays
28. Aku Sayang Kak Regal
29. Ambulance
30. Gara-Gara Tikus
31. Seruni Yang Mekar
32. Sebuah Misi?
33. Kora - Kora
34. Malam Bersama Regal
35. Tersirat di Akhir Kalimat
36. Distraksi Rasa
37. Posisi Yang Harus Mengerti Segalanya
38. Obstreperous
39. "Aku Janji Nggak Akan Nakal Lagi."
40. Hukuman Baru
41. "Kita Sayang Kak Sarah."
43. Kejutan Malam
44. Bahagia dan Sedih Yang Bersamaan
45. Bubble Damn!
46. Other Side
47. Dumb!
48. Midnight and Break (Kilas Balik)
49. Syarat Bersamanya
50. Balada Anak Muda

42. Kamu Berguna, Rena

243 46 11
By ddynalee

Tongkrongan Mak Lin (4)

Aldo
Assalamualaikum, bagi yang punya nomor Zora tc ulang ya. Nomer dia pada ilang. Terima kasih

Owen
Ga kenal mas

Fandi
Nomer aja ga punya apalagi hatinya :(

Regal
Waalaikumsalam mager

Aldo
Mager mulu, habis ngapain coba?

Owen
Nguli mas🥰

Fandi
Nggilani

Regal
Habis nonton film jadi Maher
*Mager

Owen
Maher??

Regal
Typo

Fandi
Film apa tuchh🌚

Regal
Kepo

Fandi
Pasti habis nonton yg aneh² ya?

Owen
Diam-diam mengintirkan

Regal
Karepmu!

Aldo
Kemarin aku ke rumah dia. Denger dia lagi nonton sesuatu ada suara ah ah nya

Regal
LAGI NONTON MUKBANG SAMYANG!

Fandi
🌚

Aldo mengundang Rena

Rena
Grup apa nih? Penculikan anak ya?

Aldo
Tambah member kita cuy

Regal mengeluarkan Rena

Regal
Goblok

Fandi mengundang Rena

Fandi
Biar tau kelakuan yayangnya kalau lagi sama kita🌚

Regal
Perasaan aku diem aja??

Rena
Hayo habis bahas apaan tuh pake emot bulan biru? Oke deh aku pake yang kuning🌝

Aldo
Regal habis nonton film apa Ren?

Rena
Ya mana kutau. Kakak tanya aku, aku tanya siapa? Ke diriku?

Owen
😭

Fandi
Kita tanya begini soalnya Regal jarang nonton film, siapa tau kan dia nonton yang iya iya

Regal
Ngaco

Rena
Iya iya?

Aldo
Aowkaowkwok

Regal
Jangan diladeni lagi Rena. Kamu keluar saja dan blokir kontak mereka atau ubah pengaturan hanya kontak kamu saja yang bisa mengundang ke dalam grup

Rena
Siap! Laksanakan🙋

Rena keluar

Aldo
Nurut amat

Owen
Curiga dipelet

Fandi
Waw ngerinyaaa😬

Regal
🖕


Bread Barbershop, itu yang ditonton Regal. Bukan film. Mau ngaku nonton kartun tapi malu. Gara-gara sering fyp tiktok Regal jadi kecanduan nonton si roti kang potong rambut itu. Sampai lupa waktu dan lupa sholat isya. Astagfirullah.

Dia sempat melihat ke arah balkon yang terbuka. Rena terlihat duduk di kursi balkon kamarnya sendirian. Gadis itu sedang membaca buku, tapi bukan buku novel. Dia membaca buku mata pelajaran Ekonomi Bisnis.

Tring!

Regal meraih ponselnya ketika mendengar notifikasi dan Rena habis mengetikkan sesuatu di ponsel miliknya.

Rena
Udah duduk lama di balkon sambil baca buku. Malah gak dinotice, cih jjinja!

Regal
Jadi cuma pecitraan?

Rena
Iyaaaa ayaangggggg😡

Regal
Oh

Rena
Jadi nggak mood belajar. Soalnya nggak dipuji

Regal
Haus pujian

Rena
Cuma pengen dipuji pacarku biar semangat gitu loh maksudnya ih! Dahlah males gajadi belajar, ga mood!!!!!!😤😤😤😤

Regal
Oh gitu ya?

Rena
Nggak peka bgt!

Regal
Kalau saya terlalu peka nanti kamu baper

Rena
Astaga naga trulala prikitiww! YA EMG ITU TUJUANKU BIAR BAPER😭😭😭

Regal
🤣

Rena
Ketawa pula. Aku bilangin Papa ni😤

Regal
Nanti saya juga mau bilang ke ayah saya

“OI PENGHUNI SEBERANG!” teriak Rena sukses membuat Regal tergelak. Kepala Regal menyembul dari balik pintu balkon dengan tawanya.

“Lapangan kosong nih ngomong-ngomong. Enaknya kita bertengkar kapan?” tanya Rena di pagar balkon dengan pipi mengembung. Rambutnya yang dicepol dua ke atas menambah kegemasan gadis itu.

“Kenapa kamu berisik sekali? Ini sudah malam nanti tetangga dengar,” balas Regal tanpa berteriak, sebab suara biasa juga sudah terdengar. Memang Rena saja yang suka berteriak.

“Puji dulu. Pacarku pintar, gitu.”

“Sudah.”

“MANA?! NGGAK DENGER?!”

“Sudah di dalam hati.”

“Ih!”

Gadis itu berdecak dan kembali ke dalam kamarnya karena kesal. Apa yang bisa diharapkan dari Regal?

Regal tertawa, lalu menatap rumah yang ada di hadapannya. Ia langsung kepikiran dengan Sarah. Sarah bilang sudah menceritakan segalanya pada Mama Nita dan Papa Sendy. Setelah mengatakan hal itu, Sarah tak pernah lagi memunculkan batang hidungnya barang membuang sampah ke depan rumah. Mama Nita yang biasa mangkal bersama abang-abang tukang sayur pun sudah tiga hari ini tidak keluar.

Yang sering keluar ialah Rena dan Sera. Pasti pulang-pulang akan membawa entah itu sayur atau makanan.

Regal harap semoga permasalahan Sarah cepat selesai.

*****

Pulang dari kumpul remaja komplek. Rena langsung berlari menuju kamar Kak Sarah ketika mendengar Mama Nita berteriak sambil memukuli Sarah.

“Mama! Kenapa Kak Sarah dipukul?!” pekik Rena mencoba menghentikan pukulan Mama Nita dengan gagang sapu pada punggung kakak pertamanya. Sarah hanya duduk diam dan menangis tanpa memberontak.

“Biar kakakmu itu sadar! Biar dia sadar dengan apa yang dia perbuat!”

“Jangan Mama, jangan dipukul!” Rena menarik gagang sapu patah yang digunakan Mama Nita untuk memukul Sarah. Rena melihat tangan Sarah sudah memerah.

Di rumah hanya ada Mama Nita dan Sarah saja tadi. Papa kerja setelah kemarin dinyatakan lolos interview. Tidak sulit bagi Papa untuk mencari pekerjaan baru, sebab Papa sudah banyak memiliki pengalaman kerja dan rata-rata dikenal sebagai pribadi yang ulet dalam pekerjaannya. Sementara Sera sedang pergi ke rumah temannya.

Rena langsung memeluk Sarah supaya Mama Nita tidak lagi memukul kakaknya.

“Makin coba sabar, makin coba diam aja. Hati Mama tambah sakit, Sar. Walaupun kamu nggak hamil, tapi perasaan Mama hancur. Mama merasa gagal jadi Ibu yang baik!”

Mama mendudukkan tubuhnya pada kasur Sarah dan menangis sambil memukul kepalanya sendiri. “Kalau tau begini, Mama nggak akan restui hubunganmu sama Bayu! Dia anak pejabat, Sar! Mau kita tuntut balik juga percuma! Mama sama Papa cuma orang biasa!”

“Kalau anak itu sampai sebar video kamu. Mau ditaruh mana wajah keluarga ini di depan masyarakat?! Kamu tau nggak? Seberjuang apa Mama dan Papamu dulu supaya bisa nggak dipandang rendah oleh banyak orang?! Dulu Mama dan Papamu orang yang nggak mampu, yang selalu dipandang rendah lalu disepelekan! Kamu mau Mama dan Papa dipandang rendah lagi? Bahkan mungkin dipandang menjijikkan?!”

“Sebelum kamu ngelakuin itu kamu pernah mikirin Mama sama Papa nggak sih?! Mikir gimana susahnya kita cari uang buat pendidikan kamu yang mahal?!” tanya Mama Nita sambil memukul lengan Sarah. Rena menjauhkan tangan Mama dan melindungi kakaknya lagi.

Mama Nita memegang kepalanya dengan dua tangan. Kepala wanita itu terasa pusing sekali memikirkan putri pertamanya. Mama Nita pada akhirnya memilih untuk keluar dari kamar Sarah.

“Kak, mana yang sakit? Aku ambilin obat ya?”

“Nggak usah!” bentak Sarah tiba-tiba.

“Kamu keluar aja dari kamar ini,” lanjutnya.

“Tapi, kak.”

“Keluar Rena!”

Hatinya langsung terasa sakit waktu Sarah tiba-tiba membentaknya untuk yang pertama kali. Dari dulu Sarah tak pernah berteriak padanya. Namun, sore ini Sarah membentaknya dan itu membuat Rena menjadi sedih.

Ia menurut, lalu memilih untuk keluar dari kamar Sarah. Rena harus mengerti dengan apa yang Sarah rasakan. Tidak mudah menjadi Sarah, dan tidak mudah juga menjadi Mama dan Papa atau bahkan Sera.

Sejauh ini, hidup Rena terasa paling santai diantara semuanya. Ia selalu dimanjakan dan mendapatkan apa yang ia mau tanpa kesulitan. Tak pernah mengalami kesusahan seperti Mama dan Papa, ataupun tekanan mental dan batin seperti kedua kakaknya.

Rena merasa bahwa hidupnya yang lempeng dan lurus-lurus saja itu tidak adil. Terkadang Rena ingin sesuatu yang menggebrakkan, atau suatu masalah supaya ia tidak selalu menjadi orang yang dimanja. Tanpa sadar masalahnya adalah menjadi orang yang tidak berguna. Rena kerap merasa begitu.

Sampai ia sering bertanya, ia dilahirkan untuk apa? Dan dilahirkan untuk melakukan apa?

Sebab sejauh ini, 70% hidupnya diisi dengan rebahan dan mager-mageran. Tak ada yang bisa dibanggakan juga, selain menang lomba fashion show satu kali.

Rena
Kak Regal
Udah pulang?

Regal
Sebentar lagi saya pulang. Ada apa?

Rena
Kenapa ya orang yang nggak berguna kayak aku ini lahir?

Regal
Kamu ngetik apaan? Selesai dari kampus saya langsung ke rumah kamu

Rena
Jangan ke rumah, Kak. Kak Regal bilang aja lagi ada di mana gitu. Nanti aku yang ke sana

Regal

Nanti saya shareloc. Kamu baik-baik aja kan?

Rena
Kapan aku nggak baik-baik aja kak?

Rena menunggu pesan Regal ketika sudah selesai dengan urusan perkuliahannya. Motor Sera juga sudah kedengeran. Dia sudah pulang. Nanti Rena bakal izin ke Sera aja. Kalau izin ke Mama yang ada dia ikut dimarahi.

Tiga puluh menit Rena guling-guling di kasur buat nunggu pesan dari Regal. Sampai satu pesan masuk dan dia langsung bangkit. Regal minta buat ketemuan di Tongkrongan Mak Lin aja. Ia bingung mau ke mana, karena tak banyak memiliki rekomendasi tempat selain angkringan modern satu itu.

Rena langsung meluncur setelah izin kepada Sera. Ia mengendarai motornya menuju Tongkrongan Mak Lin dengan kecepatan sedang saja. Ditabrak anak SMP waktu itu buat dia trauma, walau bukan kesalahannya.

Sampai di sana, motor Regal sudah tertangkap netra Rena. Segera Rena masuk dan celingukan untuk mencari Pak Guru lesnya satu itu. Sampai orang dengan pakaian batik tertangkap mata. Diselipan antara jari tengah dan telunjuk terdapat rokok yang menyala. Lalu Regal menghisapnya kembali.

“Matiin, Kak,” suruh Rena.

“Kamu udah datang. Kenapa tidak chat dulu?”

Tidak menjawab, Rena langsung duduk di sebelah Regal. Bentuk meja di tempat itu bundar. Lalu kursi dari kayu bundar yang mengelilingi meja.

Regal langsung mematikan rokoknya. “Ada apa?”

Ditanyain ada apa. Rena jadi pengin nangis. Matanya udah berkaca-kaca.

“Kenapa ya, Kak. Hidupku gini-gini aja?” tanya Rena.

“Maksudnya?”

“Flat, datar, membosankan. Sedangkan Kak Sarah sama Kak Sera udah banyak menerjang badai kehidupan, berguna pula. Ya walaupun Kak Sarah lagi ada masalah, tapi aku yakin bakal selesai nanti.”

“Jadi kamu merasa hidupmu kurang asik?” tanya Regal.

“Itu bisa juga.”

“Kamu hidup mencari apa memangnya? Dikasih hidup yang tenang malah minta keributan. Tuhan itu tahu batas kemampuan setiap hambanya. Ujian hidup kamu sekarang itu sekolah, Rena. Kamu fokus di situ saja. Dan kalau kamu merasa hidupmu tidak berguna, kamu salah.” Regal menghentikan ucapan ketika dua pesanan minuman yang ia pesan datang.

“Tuhan itu menciptakan setiap manusia pasti ada gunanya,” lanjutnya.

“Kecuali aku.”

“Misalnya buat orang lain tersenyum. Atau saling memberi kepada orang yang membutuhkan. Menjadi teman yang baik untuk seseorang. Menjadi anak yang baik untuk penerang keribetan pikiran orangtua. Percayalah, Mama dan Papa mu selalu bangga melihat kamu. Apalagi kamu tumbuh menjadi anak yang baik.”

Rena tidak pernah berpikir demikian. Namun, perkataan Regal barusan cukup membuatnya tersadar. “Jadi aku berguna?”

“Ya. Bukan hanya manusia Rena. Makhluk sekecil amoeba aja berguna. Apalagi sebesar manusia, pasti jauh lebih berguna dari amoeba.”

Rena masih menunduk. “Aku mau bantu masalah Kak Sarah cepet selesai. Tapi aku nggak bisa selain nenangin Kak Sarah. Dan dia tadi bentak aku. Aku disuruh keluar dari kamar, pasti karena aku nggak bisa melakukan apa-apa. Cuma bisa meluk dan ikutan nangis aja.”

“Hei!” Regal menarik hidung Rena. “Sebuah pelukan untuk orang yang terpuruk itu jauh lebih berguna ketimbang berjuta kata-kata yang entah bisa membangunkan semangatnya atau tidak. Mungkin Sarah lagi stress aja. Dia cuma butuh waktu. Tapi kemarin waktu kamu peluk, Sarah pasti merasa sangat disayangi oleh kamu.”

“Iya, Kak Sarah bilang gitu.”

“Sarah itu sayang kamu, Rena. Dia bahkan sering tidak memikirkan kesehatannya sendiri demi membahagiakan orang-orang disekitarnya.”

“Aku tau itu,” kata Rena lagi.

“Ya sudah. Jadi apa yang masih buat kamu pusing? Kehidupan yang nggak asik? Tenang aja, hidupmu masih panjang. Umurmu masih enam belas tahun. Jika kamu sudah memasuki usia dewasa hidupmu pasti akan terasa lebih asik, percayalah. Dan supaya asiknya positif, di umur yang sekarang banyak lakukan hal baik. Dimulai dari hal-hal kecil saja, seperti memberi makan kucing di jalanan, atau memberi uang kepada orang yang membutuhkan. Tidak usah dengan nominal besar, semampunya aja. Balasannya itu nanti,” terang Regal membuat pikiran Rena terbuka.

“Kak, jadi mentor kehidupanku aja mau nggak? Habis Kak Regal selalu nyadarin aku supaya nggak insecure dan nggak merasa rendah diri.”

Regal terkekeh. “Memang kamu mau membayar berapa?”

“Seribu mau? Soalnya aku masih pelajar.” Rena meringis dan memberi uang seribu koin yang ia temukan di atas meja. Padahal itu uang milik Regal. Habis dibuat gosok kode paketan barusan.

“Itu uang saya.”

“Makasih, Kak Regal. Setelah ini aku bakal lebih bersyukur masih dikasih hidup yang tenang sama Allah. Aku bakal gunain kehidupan sekali ini dengan sebaik-baiknya. Khamsahamnida. Kak Regal luar biasa. ” Rena berdiri dan menundukkan tubuhnya 90°.

“Iya terima kasih, jangan terlalu menyanjung saya. Saya tahu saya luar biasa.” Sombongnya.

Rena menegakkan tubuhnya kembali. “Jangan besar kepala, Kak. Kata Mama kalau besar kepala nanti kepalanya keluar rambu-rambu lalu lintas.” Ucapan Rena membuat Regal tergelak.

Apa yang dirasakan Rena adalah yang kurasakan juga. Aku selalu tanya, aku dilahirkan untuk apa? Untuk menjadi apa? Untuk melakukan apa? Dan untuk siapa? Karena sejauh ini aku nggak pernah melakukan apapun selain mager-mageran. Kalau dilihat dari orang-orang di sekelilingku, mereka banyak melakukan hal yang berkesan dan membanggakan. Terkadang iri, pasti. Apalagi orangtuaku termasuk strict parent yang kebanyakan melarang ini itu sewaktu aku blm melewati usia 17 tahun. Karena hal itu aku jadi takut untuk mencoba banyak hal baru, dan berakhir aku mengurung diri di kamar untuk rebahan.

Lalu, kemarin aku sadar. Ada alasan mengapa aku dilahirkan. Ternyata aku berguna, bahkan semua orang di dunia ini berguna tanpa terkecuali, walau untuk hal-hal kecil.

Mungkin terlalu panjang aku curhatnya. Tapi, aku bener² nggak punya teman curhat. Jadi maaf kalau kesannya terlalu banyak bacot wkwk. Terima kasih udah baca. Jika ada yang merasa sama seperti aku, ingat-

You must now why you were born. If you're useless, you won't be born. Because God created each human to be useful.

- Dayna

Continue Reading

You'll Also Like

1M 33.4K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
2.2M 186K 27
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] "Dia milikku. Menyentuhnya, dan aku akan membunuhmu" - Alaska ==================================...
1.4M 54K 33
WHATT?!! PUNYA BAYI SAAT MASIH SEKOLAH?!! Apakah kalian akan membuangnya? Atau merawatnya? Alex dan Kalila, dua orang yang sama-sama terjebak dalam...
79.3K 4.9K 39
(PROSES REVISI) Aletta Ainsley Callista cewek cantik supel dan pintar yang terjebak perasaan oleh pangeran es yaitu Arga Ardelard... begitulah juluka...