KALIMAT CINTA tak Tertata

By VellaAprilianadefinu

8.2K 10.2K 2

⚠️Wajib folow sebelum baca⚠️ Gaura elyona gadis berusia dua puluh satu tahun, yang memiliki kehidupan keras p... More

PROLOG
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
BROKEN HOME
PERJODOHAN
PERJODOHAN❌❌🚫
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
PERJODOHAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
GENGGAMAN KESABARAN
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
TERTIKAM
BATIN LUKA
BATIN LUKA
BATIN LUKA
BATIN LUKA
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
KUNANG-KUNANG MALAM
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
HADIRNYA LUKA
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
DI HANPAS KEKECEWAAN
DI HAMPAS KEKECEWAAN
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
KAPAN BISA TEROBATI
PENGECUT
PENGECUT
PENGECUT
SURAT CERAI
SURAT CERAI
SURAT CERIA
SURAT CERAI
SURAT CERAI
DUGAAN?
DUGAAN?✍️

BATIN LUKA

148 193 0
By VellaAprilianadefinu

Gaura yang melangkah jalan dari dalam kamar hingga sampai ke luar kamar, dengan berpenampilan rapih dan juga  cantik, mungkin saja ia ingin pergi ke luar.

Berjalan hingga sesampainya di luar, dengan kebetulan ia yang berjalan berpas-pasan bersama suaminya.

"Eh, mas." Sapa Gaura.

Gafi menoleh dengan rautnya yang jutek. "Kemana?" Tanyanya dingin.

"Mmm .... Mau ketemuan sama Mayang, boleh, kan?"

Gafi mengagguk mengizinkan. "Siapa yang ngajak duluan?" Tanya Gafi tiba-tiba.

"Y-ya aku sih, hehe."

"Oh."

Gaura merasa berdiskusiannya tidak penting. "Ihs, yaudah kalo gitu aku pergi dulu deh, baay ...." Buru-buru.

Gafi cuek berbuang muka, dengan ia yang lanjut melangkahkan jalannya kembali.

Saat keduanya sudah sama-sama melangkah jalan berlawanan."Eh bentar," Tiba-tiba Gaura menghentikan langkahnya dan langkah Gafi kembali.

"Apa lagiiih ...?" Kesal Gafi.

"Mmm .... Aku cantik gak? Gak ada yang salah kan, sama penampilan aku?" Tanyanya seraya tersenyum malu-malu.

"He'he! Gak ada yang salah! Cuma penampilannya B aja," Jawabnya dengan songong.

Seketika Gaura langsung cemberut."Huemh! Yaudah kalo gitu, aku pergi deh," Ucapnya, dengan sembari berjalan kesal.

Gafi membodo amatkannya dengan sikap tak peduli.

"Jan ajak Mayang main ke tempat yang aneh-aneh, awas aja kalo Mayang kenapa-kenapa!" Gumam Gafi saat Gaura sudah berjalan jauh dari dekatannya.

Gaura kembali menghentikan langkahnya sejenak, untuk mendengarkan dan mengamati pesan suaminya."Iya-iya, orang mainnya cuman di kafe deket situ doang kok!" Ucap kesal Gaura dengan wajah cemberutnya.

Gafi diam menjutek, hanya menyimak ucapan jelas Gaura.

Gaura pun kembali melanjutkan arah jalannya.












•••••••••🌼🌼🌼•••••••••

Kini Gaura dan juga Mayang yang sudah tengah melanjutkan berjalan-jalan bersama usai menikmati minuman di caffe tadi.

"Ra kita ke tempat yang itu, yok," Ajak Mayang pada Gaura seraya menunjuk-nunjuk ke arah tempat yang ingin ia tuju.

"Kemana?"

"Ito looh .... Ke taman yang di sebelah sana," Tunjuk Mayang lagi.

"Ouh ituu .... Tapi jangan ah."

"Kenapa?"

"Itu jalan rayanya rame banget, kendaraannya kencang-kencang banget, takut."

"Ih kenapa harus takut, Ra?"

"Ya karena bahaya, takut gak bisa nyebrangnya, itu jalan rayanya luas banget loh, kendaraannya juga kenceng banget jalannya."

"Iiih .... Gak papa ayok, kita ke sana, cepeeet ...," Mayang begitu terus memaksa Gaura.

Dengan Gaura yang terus menahan berdieinya agar Mayang tidak mudah menarik tubuhnya.

"Iiihs .... Gaura, ayook ...," Mayang begitu memaksa dan juga mengeyel.

"Jangan, itu bahaya May."

"Enggak loh, kan cuma lewat sebentar doang, cuma nyebrang doang pasti bisa kok."

"Iiih .... Tapi aku takut," Gaura begitu meragukannya.

"Kenapa harus takut? Ayok, kan sama aku."

"Memang ngapain sih harus ke sana?"

"Aku mau beli sesuatu di sana, di sana ada banyak dagangan barang-barang bagus, ayok Ra, aku mau beli boneka."

Gaura yang diam, dengan sikapnya yang terlihat seperti benar-benar sungkan untuk menuruti kemauannya.

"Jangan ajak Mayang main ke tempat yang aneh-aneh, awas aja kalo Mayang kenapa-kenapa!" Ucapan Gafi saat di rumah tadi.

Gaura terus saja teringat dengan pesan Gafi saat di rumah tadi.

"Aaahg ...! Gaura gak asik! Yaudah kalo gitu aku sendiri aja ke sana," Ucap kesal Mayang dengan tiba-tiba ia langsung berlari secepatnya dari Gaura tanpa menghiraukan  Gaura.

"Heh jangan, Mayang! Tunggu!" Seru Gaura pada Mayang yang sudah berlari jauh, dengan ia pun secepatnya langsung ikut berlari mengejar berlarinya Mayang.

Mayang terus saja berlari meninggalkan Gaura.

Gaura yang terus berlari mengejarnya. "Mayaang ...! Tunggu ih!" Seruannya.

Mayang begitu membangka dan tidak mau mendengarkan ucapan Gaura.

Hingga pada akhirnya Mayang yang langsung berlari untuk menyebrangi jalan, namun tiba-tiba saja ...

Ngeeengrr ...! Duar! Breg! Dug!

"Aaaaak ...! Mayaaang ....!" Teriakan panik dan ketakutannya Gaura, saat melihat kejadian yang tak terduga, dan amat tidak ia sangka itu.

Dengan Gaura pun langsung berlari menghampiri Mayang.

Terjadinya tabrak lari kendaraan truk, hingga kini kondisi Mayang sebagai korban, ia sudah tergletak tak sadarkan diri di jalan aspal, dengan kondisi tubuh yang sudah bercucuran darah hingga membercak di jalan aspal.

Gaura yang kini tengah panik dan ketakutan, dengan ia yang sangat tidak menyangka  akan ada kejadian itu.

"Gemana ini? Hiks! Hiks! Hiks!" Ucapan panik dan ketakutannya Guara, sembari menangis terisak-isak.

Gaura berclingak-clinguk gelagapan di sekitar jalanan, untuk melihat kondisi di sekitarnya, ia melihat ada beberapa orang yang ia lihat di kejauhan sana, hingga akhirnya ia pun tanpa berfikir panjang langsung berteriak untuk meminta tolong.

"Tolooong ...!"

"T-tolooong ...! Hiks! Hiks!"

"Hiks! Hiks! Hiks! Toloong ...!"

Teriakan Gaura, dengan nada gemetaran.

Semua orang yang berada di kejauhan sana banyak yang sadar dengan teriakan itu, akhrinya mereka pun mengondisikan keadaan sekitar.

Usai semua orang itu sadar melihat ke arah Gaura yang berada di kejauhan sana, dengan posisi Gaura yang tergampar sendirian di jalan raya dalam keadaan terus berteriak dan juga menangis histeris.

"Weh, weh, ada yang minta tolong itu, kayaknya ada kecelakaan di sana, coba samperin."

"Eh iya, ya."

"Ayok, coba di samperi ke sana."

"Iya, cepet-cepet."

Semua orang di sekitar itu langsung berbondong-bondong  berjalan cepat menghampiri tempat kejadiaannya.

Semua orang yang menghampirinya, jadi terburu-buru dan terlihat amat begitu gugup usai tau ada kejadian kecelakaan itu di jalan raya tersebut.

Dengan Gaura sendiri yang tengah menunggu bantuan, karena perasaan paniknya yang sudah tidak bisa di kontrol, ia pun bingung bagai mana caranya untuk menyrlamatkan Mayang, dengan jalan satu-satunya yang ia temukan dalam fikirannya hanyalah Gafi, hingga pada akhirnya tanpa berbasa-basi lagi ia langsung segera menginformasikan hal ini pada suaminya, ia amat tidak memikirkan bagaimana resiko dirinya nanti setelahnya, yang ia fikirkan hanyalah bagaimana agar sahabatnya bisa segera di selamatkan.

Sebenernya perasaan Gaura amat begitu takut, karena ia terus teringat dengan ancaman suaminya saat di rumah tadi, karena jika suaminya sudah mengancanmnya, itu benar-benar ancaman sungguhan dan tidak main-main.

Setelah beberapa jam kemudian ...

Mayang  yang kini sudah di krumuni banyak orang di sekelilingnya, sekaligus si krumuni para petugas-petugas bantuan di jalan raya tersebut, dengan kini dalam proses pengangkatan menuju rumah sakit darurat.












••••••••🌼🌼🌼••••••••


Gafi yang sempat syok mendengar kabar kejadian itu, ia pun langsung buru-buru menghampiri tempat kejadian, karena sangkin paniknya ia pun pergi masih dalam keadaan memakai pakaian medis dan tidak sempat untuk melepas dan menggantinya, karena ia di kala itu langsung berlari pergi menuju serung mobilnya.

Hingga buru-buru datang, dengan  kini keadaan sudah sampai di rumah sakit,  dengan Gafi yang sudah tengah menemani  Mayang yang akan proses di arahkan ke ruang ICU.

Mayang yang sudah tergampar tak sadarkan diri di atas brankar, dengan darah yang masih bercucuran di kepalanya.

Dengan dorongan brankar yang di arahkan begitu cepat dan terburu-buru menuju ke ruang ICU, dengan di bantu para petuas medis, dan juga Gafi, skaligus Gaura yang ikut mendampinginya.

Dengan perasaan panik dan tegangnya Gaura, ia terus saja menangis ketakutan, ia amat merasa bersalah dalam hal ini, padahal ini bukan kesalahannya.

Dengan Gafi sendiri pun terus saja meneteskan air matanya, dengan perasaan yang sangat-sangatlah mengkhawatirkan keadaan Mayang.

Perasaan syok, panik, gugup, sedih tercampur aduk tidak jelas, dan mengoyak-oyak perasaan Gafi.

Gafi sangat menyayangi gadis itu, dengan ia tidak ingin kehilangan gadis itu, ia pun juga tidak mau hal itu terjadi, karena gadis itu lah bagian dari kebahagiaannya, dan juga penyemangat bagi dirinya dalam hal apapun.

Gaura yang tersalah fokuskan pandangannya ke arah Gafi, dengan fikiran dan hati yang berperasaan cemas dan amat merasa bersalah pada Gafi, karena ia gagal menjaga amanahnya.

Baru kali ini Gaura melihat suaminya menangis sebegitunya, ia selalu positif dan yakin, bahwa hanya Mayanglah wanita bagian dari kebahagiaannya, Gaura sangat memahami hal itu, namun Gaura gagal di hari ini untuk menjaga bagian kebahagiaan dari Gafi, karena jika suaminya bahagia walaupun bukan karena dirinya, Gaura tetap ikut merasa bahagia.

Gaura sangat merasa bersalah, karena telah membuat suaminya menangis dengan air mata yang begitu deras.

Padahal keinginannya ingin seterusnya menjaga dan membahagiakan suaminya dengan cara apapun, agar suaminya tidak sampai bersedih kerenanya, namun kali ini ia gagal, ia telah membuat suaminya menangis hingga begitu deras, ia begitu merasa bersalah.

Mas Gafi maafin aku, aku gak bisa jagain Mayang, Ujar batin tak teganya Gaura.

Perjalanan gugup dan terburu-burunya pada brankar yang terdorong, Hingga kini sampailah sudah brankar tersebut hingga masuk ke dalam ruangan ICU, dengan pintu ruangan ICU yang langsung secepatnya di tutup rapat-rapat oleh para petugas medis, untuk secepatnya melakukan proses oprasinya Mayang.

Hingga Gafi dan juga Gaura yang di halangi masuk, dan di pintai  untuk menunggunya di luar secara paksa, dengan  keduanya yang tidak di perbolehkan untuk ikut masuk dan juga di larang keras oleh para petugasnya.

Padahal Gafi ingin sekali ikut masuk untuk menemaninya di dalam, karena ia amat mengkhawatirkannya, namun karena Gafi yang memahami peraturan itu, ia pun menurutinya untuk menunggunya di luar, walaupun perasaannya secemas itu pada Mayang, dengan hati yang sebenarnya ingin terus berada di dekat Mayang, namun kali ini sementara berpisah dalam beberapa jam.

Gafi begitu merasa terpukul, hingga terpuruk dalam kesedihannya, Gafi masih terus saja menangis, dengan diri yang terus berusaha tegar untuk bangkit.

Gaura yang di luar ruangan bersama Gafi, dengan ia yang sama-sama masih terus ikut menangis karena mengkhawatirkannya.

Dari rasa kepiluannya Gafi, sedari tadi ia yang berada di depan ruangan ICU bersama Gaura, namun ia baru menyadari bahwa di dekatnya ada Gaura, yang tengah ikut berdiri cemas menunggu di depan ruang ICU,

dengan Gafi yang menoleh ke arah Gaura, dengan langsung memberi tatapan sinisnya, dengan raut penuh kekesalan, perasaannya bisa sekecewa itu pada Gaura.

Ini semua karenamu, Gaura! Ujar batin kebencian  Gafi, dengan langsung begitu menyalahkan Gaura.

Gaura yang sedari tadi menangis dan baru sadar bahwa dirinya tengah di tatap sinis oleh suaminya, dengan seketika sikapnya langsung berubah menjadi tegang, dan ketakutan.

Gafi terus menatapnya dengan begitu sinis, dan dengan menunjukan raut wajah penindasan dan penuh kesan-kesan  ancaman pada dirinya.

Gafi melangkah jalan dengan lamban, dengan tatapannya yang masih menyorot sinis, dan dengan bentuk wajahnya yang lembab dari bekas menangis.

Gaura terus saja merengkut-rengkut ketakutan, dengan ia yang terus saja menunduk tegang.

Saat sampai sudah pada dekatan Gaura, di situlah Gafi semakin membulatkan tatapan menyeramkannya.

Selanjutnya Gaura akan di habiskan ketika sampai di rumahnya nanti, itu sudah menjadi tujuan Gafi, karena sangkin merasa kesal dan kecewanya pada Gauran.

Selanjutnya ...













••••••••🌼🌼🌼••••••••

Kini Gaura yang baru saja sampai di bawa ke rumahnya oleh Gafi.

Dengan posisi Gaura yang tengah di seret kasar oleh Gafi, hingga menuju masuk ke dalam kamarnya.

Sepertinya ini detik-detik Gafi yang akan menghabisi Gaura dengan menyiksanya.

Selain itu Gafi pun juga tak hanya menyeretnya dengan kasar, melainkan ia pun juga membenturkan kasar tubuh Gaura, hingga terbentur ke sebuah tiang semen di kamarnya.

"Aaaak ...! A-ampun mas," Teriaknya dengan nada merintih.

Plak! Bugh! Dugh!
Gafi memukuli Gaura, hingga sampai terus membentur-benturkan kepalanya hingga ke tiang tersebut.

"A-ampun mas ... C-cukup."

"DASAR BRENGSEK!" Gafi langsung memukulnya.

"Aaaak ...! A-ampun mas," Rintih Gaura, sembari menangkub wajahnya untuk melindungi dari pukulan suaminya.

"HEH!" Gafi yang meraih kasar rahang Gaura, hingga menekannya keras-keras.

"E-e-ahg ... A-aw ... Hegh."

"Kalau bukan karena kamu! Mungkin sampai sekarang gak akan ada yang terjadi hal kek gini, bodoh!"

"I-iya ... A-aku minta m-maaf mas."

"Ini semua karena mu! Karena ulahmu Mayang jadi seperti ini!"

"I-iya ... S-sekali l-lagi a-aku minta maaf ... A-aw!" Ujar terbata-batanya dengan sembari berteriak kesakitan, saat rahangnya semakin di tekan keras oleh suaminya.

"Andai aja, waktu itu kamu gak ngajakin Mayang buat pergi ke luar, pasti sampe sekarang keadaan Mayang gak akan kek ini!" Gafi terus saja membentak Gaura.

Setelah itu Gafi menarik paksa tubuh Gaura yang tengah tergampar duduk tak berdaya itu dengan sikap kasarnya,hingga tubuhnya sampai berdiri terombang-ambing. "Aahgk ...!" Rintih Gaura.

Lalu setelahnya Gafi menambahnya dengan  membenturkan tubuh Gaura, ke arah meja di belakangnya.

Brag!

"A-aw ... Sssst ..."

Gafi menyondongkan dekat-dekat wajah dan tatapan sinisnya ke arah wajah Gaura.

"Ingat ya! Kalau sampai terjadi apa-apa hari ini pada Mayang, saya gak akan sudi buat maafin kamu! Hal buruk apapun akan saya lakuin buat kamu!"

Gaura diam tak bisa berkata-kata lagi, dengan hanya menyimak bentakan kasar dari bibir suaminya.

"Kamu sudah hampir saja menghilangkan nyawa seseorang, kalau  sampai nyawanya tidak terselamatkan! Sebagai balasannya kamu akan saya bunuh!" Sepontan ucapan sinis Gafi terlontar, dengan suara penuh ancaman.

"O-ouh gitu, o-okeh," Lirihnya yang malah menyetujui ancaman suaminya.

Lalu dengan tindakan cepat yang Gaura lakukan, ia sengaja meraih sebuah benda tajam berbentuk gunting di belakangnya. "Mmh .... ayok bunuh!" Titahnya langsung dengan santai, sembari tiba-tiba ia langsung menyerahkan sebuah benda tajam ke arah suaminya.

Seketika Gafi terkejut dengan tindakan itu.

Di sangkanya Gaura akan takut dengan ancamannya, namun ternyata Gaura malah memudahkan Gafi untuk membunuhnya.

Gaura begitu bersiap sedia, akan di bunuh oleh suaminya.

Tatapan Gafi begitu tertuju fokus pada gunting tersebut, dengan ia yang sangat merasa terkejut dengan tindakan Gaura yang amat tidak ia duga, bahwa  ternyata Gaura malah tidak takut sama-sekali dengan ancamannya.

Gafi pun seketika terbungkam diam.

Gaura masih terus mengenggami gunting tersebut, dan menunggu Gafi untuk segera meraihnya.


Setelah  Gafi sadar dari perasaan emosinya yang tak terkendali itu, dengan amat merasa bersalah, Gafi pun perlahan langsung melepaskan cekikan kasarnya pada leher Gaura, lalu dengan ia yang menatap getir ke arah Gaura yang sudah nampak tak berdaya itu.

"Hehufs ...," Dengan nafas yang lega, usai cekikan itu terlepas dari tangan suaminya.

Gafi menatapnya pilu, dengan perasaan yang seketika merasa tak tega, sepertinya tadi ia tidak sadar melakukan kekerasan itu, karena sangkin emosinya yang sudah melampau tak terkontrol.

Gaura menatap sayu ke arah suaminya, seraya tersenyum. "Hehem ... Kenapa di lepas cekikannya? Ayok cekik lagi, yang keras, nih guntingnya," Lirihnya lagi, sembari meminta Gafi untuk mencekiknya kembali, dengan mengarahkan tangan Gafi ke arah lehernya kembali.

Seketika itu pun Gafi menggeleng dengan gugup, dengan perasaan yang sudah merasa cemas.

Dengan ragu Gafi  perlahan-lahan menggenggam halus kedua bahu Gaura, karena melihat tubuh Gaura yang sudah semakin lemah tak berdaya.

Brak! Jdugh!

"G-gaura," Paniknya langsung menggegami tubuh Gaura, yang tiba-tiba saja tumbang dari berdirinya.

Dengan Gafi yang  malah  semakin bingung dan  pilu melihatnya.

"Nih guntinga ayok cepet bunuh aku, heghahaha," Titah Gaura begitu memaksanya sembari tertawa-tawa menantangnya.

Dengan sedangkan Gafi yang hanya diam membisu, dan bingung untuk melakukannya.

Gaura terus saja menyerahkan guntingnya, hingga sampai ia memaksa suaminya untuk segera menggenggamnya.

"

Ayok cepet, tusuk perut Gaura!" Titahnya lagi memaksa.

Gaura benar-benar menantang tindakan konyol tersebut.

Gafi bergeleng menolaknya, dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa, hm?" Tanya halus Gaura sembari membelai halus kepala Gafi.

Gafi diam dengan terus menatap sendu ke arah Gaura.

"A-ayok ... Nih pegang guntingnya, a-ayok, ayok mas," Paksa Gaura dengan suara yang begitu melirih.

Gafi menatap takut ke arah gunting yang berada di genggamannya, dengan begitu pun Gaura yang terus menggegami tangannya, sembari mengarahkannya untuk segera menusuk perutnya.

Semakin lama tatapan Gaura semakin sayu, tak berdaya, dan dengan tubuh yang akan semakin melemah.

Wajah cantik Gaura yang terlihat pudar, dengan rupa yang sudah bukan lagi wujud manusia, karena kini wajah dan juga tubuhnya yang sudah di penuhi dengan luka-luka babak belur, hingga hidungnya pun terus mengalirkan darah-darah.

Gaura melihat Gafi yang hanya diam saja, ia pun sangat geram. "K-kenapa diem aja, hm? Ayook ...!"

Gafi terus saja diam dalam kecemasannya.

Gaura tidak sabar menunggu tindakan Gafi. "Kalau begitu___" hingga pada akhirnya ...

Srek!

"Aaaakg ...! Jangaan ...!"

Grutak!
Panik Gafi, dengan ia yang langsung cepat siaga merampas guntingnya hingga sampai melemparnya jauh-jauh, untuk menghalangi tindakan konyol yang Gaura lakukan.

"Cukup, Gaura!"

Gaura menatapnya bercanda, dengan sembari tertawa-tawa menantangnya.

Gafi yang sebegitu paniknya, hingga nafasnya yang hampir saja berhenti.

Gafi bernafas dengan tergesa-gesa.

"Heghem, kamu ini lucu ya mas," Ujar Gaura seraya tersenyum tipis, dengan nada tak berdaya.

Gafi masih diam dalam mengatur nafasnya, dengan ia yang terus menggegami erat  bahu Gaura.

Gaura menoleh kembali ke arah gunting yang tergletak di ubin, yang sudah Gafi buang barusan, dengan menatap sayu ke arah gunting, lalu Gaura bertanya kepada suaminya,"K-kenapa g-guntingnya d-di buang, hm? Gak boleh aku mati? Katanya mau bunuh aku? Heghem ... Huft! Aneh kamu tuh mas, mas," Lirihan terakhirnya, dengan seketika itu ia pun langsung terdiam dari kesadarannya, dengan mata terpejam sudah tak sadarkan diri.

Nah di situlah akhirnya Gafi semakin tergoyah panik.

"H-hah! G-gaura ... Gaura, Ra," Panik.

"G-gaura ... G-gaura, bangun Gaura," Paniknya saat melihat keadaan istrihatnya yang tiba-tiba saja sudah terdiam pejam.

"R-ra," Gafi terus berusaha membangunkan Gaura, dengan penepuk-nepuk pelan pipi Gaura, namun ternyata tetap tidak bangun, terlihat jelas bahwa Gaura memang benar-benar sudah tak sadarkan diri.

Mengetahui Gaura yang benar-benar sudah tak sadarkan diri, sikap Gafi benar-benar jadi semakin gelagapan, dan di blanggu dengan rasa ketakutan.

"Ra, ya Tuhan, G-gaura!" Perasaannya semakin membulak-bulak cemas, hingga ia menangis dan mengalirkan deras air matanya.

Lalu tanpa berbasa-basi lagi, Gafi pun segera mengangkat tubuh Gaura, dan membawanya ke arah ranjang.

Jalannya Gafi  terlihat begitu gugup.

Berjalan hingga sampai di dekat ranjang, Gafi pun perlahan membaringkan tubuh Gaura di atasnya.

Lalu cepat-cepat Gafi bergegas mencari obat-obatan yang ia sediakan di dalam rumahnya.























Continue Reading

You'll Also Like

STRANGER By yanjah

General Fiction

672K 75.7K 52
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
768K 39.6K 39
Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian. Ketika kata cinta datang terlambat, semuanya hampir tidak selamat. "Saya membebaska...
DEWASA III [21+] By Didi

General Fiction

111K 291 44
[follow untuk bisa membaca part 21+] KUMPULAN NOVEL-NOVEL DENGAN TEMA DEWASA. BANYAK ADEGAN TAK LAYAK UNTUK USIA DI BAWAH 18 TAHUN. 🔞🔞🔞🔞🔞
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

375K 45K 100
hanya fiksi! baca aja kalo mau