HWA GI-SSI (END)

By firma_afika

6.3K 1.4K 122

Ruangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang denga... More

Pengenalan Tokoh
1. Mimpi yang dihancurkan lebih dulu
2. Liontin Bidadari Bersayap
3. Hidup Jangan Terlalu Serius
4. Apakah Aku Seorang Maniak?
5. Bloomsbury
6. Bloomsbury 2
7. Bloomsbury 3
8. Menemukan petunjuk
9. Masa lalu
10. (Masa Lalu) Pertemuan si berandal dengan si kutu buku
11. (Masa Lalu) Rasa Brengseknya Sama
12. (Masa lalu) Menjadi Budak
13. (Masa Lalu) Mendesah di pangkuan orang yang dibenci
14. (Masa lalu) Perasaan kesal yang tidak dapat dipahami
15. (Masa Lalu) Eomma, Appa, kalian sama saja!
16. (Masa Lalu) Gwenchana ... Hwa Gi
17. (Masa Lalu) Angelic Katedral
18. (Masa Lalu) Panti Asuhan
19. ( Masa Lalu) Siapa Yang Brengsek Sekarang?
20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate
21. (Masa Lalu) Pencegatan
22. (Masa Lalu) Menginap
23. (Masa Lalu) Menginap 2
24. (Masa Lalu) Kencan bertiga
25. (Masa Lalu) kehilangan Teman
26. (Masa Lalu) Dipermalukan.
27. (Masa Lalu) Diculik
28. (Masa Lalu) Dilecehkan
29. (Masa Lalu) Ayo bertahan sedikit lagi
30. (Masa Lalu) Tenggelam
31. (Masa Lalu) Mengapa Aku Diselamatkan?
32. (Masa Lalu) Menambah sedikit Noda Lagi
33. Miki disekap
34. Pembunuhan pertama
35. Tak sengaja menjadi penipu
36. Mengorek Luka Lama
37. Bajingan Tetaplah Bajingan
38. Pura-pura Bahagia Juga Butuh Tenaga
39. Penjebakan
40. Penjebakan (2)
41. Pengakuan
42. Tragedi Bloomsburry
43. Berhutang Maaf
44. Pelukan ibu adalah yang ternyaman di dunia
45. Pulang
46. Liontin Bidadari Kembali (nc18+)
48. Kembali Ke Korea
49. Pergi Ke Penjara
50. Angelic Cathedral awal saksi kisah cinta Jae Han dan Hwa Gi

47. Gunakan Aku Sebanyak Yang Kau Mau

112 25 1
By firma_afika


#day47

Clue #Couveuse adalah kotak pemanas bayi yang lahir prematur. 

***

Badai salju sudah reda ketika Jae Han membuka mata. Keduanya tertidur setelah melakukan aktivitas ranjang di siang hari. Di depan Jae Han kini ada seseorang yang tidur dengan posisi miring memunggungi. Selimut tergelincir menampilkan punggung yang dipenuhi oleh tato bidadari bersayap, memang indah jika dilihat hanya sekilas, tapi jika diamati lebih jelas, ada goresan-goresan bekas luka memanjang, seperti luka sabetan. 

Rupanya Hwa Gi membuat tato bidadari bersayap di seluruh punggung hanya untuk menutupi bekas luka yang sebenarnya nampak mengerikan. Apa lagi profesinya sebagai lelaki penghibur mengharuskan dia untuk terus terlihat bersih dan cantik, tapi dengan bekas luka di punggung itu tidak akan berhasil. 

Namun, sekarang Jae Han tidak akan membiarkan Hwa Gi menjualnya tubuhnya lagi, Hwa Gi sudah menjadi miliknya. 

Jae Han meraba gambar tato bidadari di punggung Hwa Gi, jarinya menyentuh kulit bertinta itu dari atas punggung menjalar ke bawah lalu telapak tangan berpindah pada gambar bagian sayap memang terasa kasar tidak semulus yang dia kira. Dulu Jae Han tidak tahu bahwa ayah Hwa Gi juga bersikap buruk padanya, dia mengetahui itu semua setelah ayah Hwa Gi dipenjara dengan kasus penganiayaan terhadap anaknya sendiri. Ketidaktahuan membuat Jae Han merasa semakin bodoh. 

Merasa ada yang membelai punggungnya, Hwa Gi pun terbangun, matanya mengerjap terbuka. "Jangan disentuh, i … itu memalukan." Hwa Gi menaikkan selimut guna menutupi tato di punggung. 

Jae Han memasang raut sedih lalu memeluk tubuh Hwa Gi. "Aku merasa bodoh karena tidak tahu tentang ayahmu. Aku tahu dia tukang mabuk tapi benar-benar tidak menyangka dia seorang ayah yang harusnya melindungi malah tega menyakiti anaknya sendiri sampai separah ini." pelukan Jae Han semakin mengerat. 

"Ya, aku juga berpikir begitu, alkohol membuatnya gila! luka di punggung memang sudah sembuh tapi kenangan buruk itu akan selalu ada, meski aku melindungi luka itu dengan tato tapi bekasnya akan selalu ada," gumam Hwa Gi. 

"Mulai sekarang aku yang akan melindungimu, anggap aku seperti tato bidadari milikmu, gunakan aku sebanyak yang kau mau." Jae Han menarik lembut selimut yang menutupi punggung Hwa Gi. "Aku akan berusaha menyembuhkan luka-lukamu … " bibir Jae Han mengecup tatto di punggung, mengendusnya perlahan. 

Hwa Gi menggigit bibir, reflek menutup mata ketika bibir dan lidah hangat Jae Han bermain di punggungnya. Jae Han menjilat, mengecup tatto bidadari bersayap dengan penuh nafsu. 

Dua sejoli kembali bergumul di dalam selimut, menciptakan kehangatan mereka sendiri dengan saling mencumbu. Ranjang yang mereka tempati bak couveuse dengan suhu semakin menghangat di antara cuaca di luar yang semakin membeku.

Hwa Gi memalingkan wajahnya saat Jae Han mengecup bahunya lalu mencium bibir bengkak itu lagi, tangan Jae Han bermain di dalam selimut, jari tengah meluncur masuk ke dalam hole lembab. "Akh … Jae … Han! kau ingin lagi?" Hwa Gi mengernyit karena rasa nyeri bekas permainan beberapa jam lalu masih terasa tapi sekarang area bokongnya kembali di permainkan, bahkan jari Jae Han terus bertambah masuk, meregangkan hole yang baru beberapa jam lalu ditumpahi dengan spermanya.

"Hwa Gi, kau terlalu menggairahkan … aku tidak bisa menahannya," Shin Wo kembali memasuki Hwa Gi dengan posisi miring.

Hwa Gi tercekat, merasakan holenya kembali diisi dengan kejantanan Jae Han. Pergumulan kembali berlanjut entah ronde ke berapa, Hwa Gi sudah lupa. Desahan pun terus mengalun di ruang kedap suara hingga keduanya mengalami klimaks secara bersamaan, kesenangan tiada tara Jae Han rasakan, seluruh tubuh bergidik dan akhirnya wajahnya menunduk, bersembunyi di leher jenjang Hwa Gi yang juga sedang terengah karena pelepasan.

***

Hari-hari berlalu dengan damai. Hwa Gi dan Miki sedang berada di rumah sakit untuk mengantar Fumiko check up dan berkonsultasi dengan dokter, apakah bisa dalam waktu dekat ibunya bepergian dengan pesawat, pasalnya beberapa minggu lagi keluarga Jae Han akan pulang ke Korea dan tentu saja Hwa Gi juga ikut serta.

Miki terdiam di sudut ruangan, dia berpikir keras, merasa tidak enak hati jika terus mengikuti Hwa Gi dan Ibunya. Miki sadar dia hanya orang asing yang kebetulan berteman dengan orang sebaik Hwa Gi. 

Miki memutuskan jalan-jalan sebentar mengitari rumah sakit sambil menunggu Hwa Gi dan ibunya berbicara dengan dokter. Ketika berjalan di koridor, seorang wanita memanggilnya. "Miki-chan," 

Miki berbalik.

"Oh, ternyata benar kau." Wanita itu tersenyum dan mendatangi Miki. Dia adalah Sena teman semasa sekolah Miki dulu.

"Sena, lama tidak bertemu," ucap Miki agak canggung pasalnya orang ini dulunya tidak terlalu akur dengan Miki.

"Kau kenapa bisa ada di sini, tidak sakit kan?" tanya Sena.

"Tidak, aku menemani ibu temanku dia sedang chek up. Kau sendiri?" tanya balik Miki.

"Sebulan yang lalu aku melahirkan tapi di usia kandungan yang belum cukup dan harus dilakukan operasi, sekarang bayiku lahir prematur harus dirawat di couveuse hingga berat badan dan usianya cukup," wajah Sena tampak sedih saat berbicara.

"Bayimu dirawat di couveuse? semoga bayi dan kamu tetap sehat dan bisa berkumpul secepatnya," ucap Miki merasa kasihan.

"Ngomong-ngomong apa kau sudah menikah?" Sena orangnya dari dulu memang suka blak-blakan, pertanyaan seperti seharusnya tidak ditanyakan pada seseorang, Ini privasi, untuk apa menanyakan urusan ranjang seseorang?

"Belum, aku belum menikah." Miki pura-pura tersenyum, padahal dia ingin secepatnya pergi dari sini.

"Oh, sayang sekali padahal kau itu cantik, kusarankan jangan terlalu pemilih, usia kita terus bertambah, jangan sampai kau menjadi perawan tua." Sena berucap sambil tersenyum tapi kalimatnya pedas bukan main.

"Bukankah pernikahan itu hanya kesepakatan dua belah pihak, jika menikah atas nama cinta, aku yakin cinta bisa berubah, perasaan manusia bisa berubah, jika menikah karena harta, semua tau harta pasti akan habis kecuali kita menikah dengan anak sultan itu pun juga beresiko diduakan. Jadi untuk menikah aku harus banyak berpikir mencari orang yang bisa diajak sepakat saat suka maupun duka." jelas Miki bersemangat.

"Sayang rupanya kau di sini? aku mencarimu kemana-mana." Seorang laki-laki berperawakan sedang menghampiri Sena.

"Oh, aku bertemu teman lama, ini kenalkan suamiku, Akito kenalkan dia Miki teman sekolahku dulu." ujar Sena terlihat begitu sombong.

Suami Sena bernama Akito itu tampak terkejut sebentar lalu berjabat tangan dengan Miki. 

Miki tidak mengenal Akito tapi Akito mengenal Miki, dia tahu pekerjaan Miki di Bloomsbury sebelumnya. Sebenarnya Akito sering datang ke Bloomsbury tanpa sepengetahuan sang istri.

Akito seperti membisikkan sesuatu pada Sena lalu raut waja Sena berubah menjadi tak enak dipandang. "Ooh, rupanya itu alasan kau belum menikah, astaga aku benar-benar tidak percaya," Sena masih seperti yang dulu, sangat suka menggunjing orang lain.

"Apa maksudmu?" Miki mengerutkan dahi dia mulai menyesal mengapa harus bertemu dengan Sena.

"Apa kau mencari kesepakatan pada banyak pria di Bloomsbury?" tanya Sena, tatapan menghina dia lancarkan.

"Kau!" Miki tidak bisa berkata-kata lagi, bahkan sebentar lagi dia akan menangis.

"Sayang, apa yang kau lakukan di sini?" Entah datang dari mana tiba-tiba Shin Woo menggandeng Miki. "Oh, siapa mereka? temanmu ya sayang?" 

Mendengar kata sayang dua kali berturut-turut dari mulut Shin Woo, Miki akhirnya sadar dia harus mengikuti akting Shin Woo yang sedang menjadi kekasih Miki. "Ah ya, dia Sena temanku dan suaminya."

Shin Woo mengulurkan tangan pada Akito. "Kenalkan aku Go Shin Woo, direktur dari perusahaan Go Enterprise Korea. Aku pacar Miki dan rencananya akan bertunangan bulan depan." Wajah tampan bak selebriti itu tersenyum riang. 

Sena ternganga dia hampir tidak percaya. "Kau pacar Miki-chan?" tanyanya kagum pada Shin Woo.

"Iya benar, Miki memang sedikit pemalu, jadi dia jarang mengumbar hubungan kami," ucap Shin Woo.

"Cih, kau itu tampan apa tidak malu dengan barang bekas?" tandas Akito, dia mendecih menatap remeh.

"Hey Bung! jaga bicaramu aku tahu masa lalunya tapi aku mencintainya! dan bagaimana dengan dirimu sendiri, kau tau pekerjaan pacarku sebelum ini, apa kau pelanggan tetap di tempat pacarku bekerja huh?" Pertanyaan itu sukses membuat Akito tergagap. 

"Ti … ti tidak, aku mendengar cerita dari temanku!" Akito jadi serba salah.

Sena menatap garang suaminya. "Kau! apa benar yang dikatakan pemuda ini?"

"Tidak!" bantah Akito.

"Sudah, jangan berbohong, kau tahu dia bekerja di Bloomsbury, kalau hanya cerita dari teman mengapa kau mengenali wajahnya saat bertemu, sudah bisa dipastikan kau datang ke tempat itu dan bersenang-senang." Shin Woo memang Jago menambah kericuhan.

Sena memukul badan suaminya berulang kali dan Akito tetap tidak mengakui bahwa dia juga pelanggan di Bloomsbury.

Sedangkan Shin Woo membawa Miki menjauh dari kerusuhan pasangan suami istri, dia tertawa terbahak sambil menggandeng Miki. "Ayo sayang kita pergi ke kafe, aku lapar." 

Miki menunduk dia tidak menyahut, suasana hatinya sedang buruk. Memang benar apa kata Sena, seharusnya dia juga sudah menikah dan memiliki keluarga kecil bahagia bukan malah tinggal di keluarga Hwa Gi dan merepotkan orang lain, tapi memangnya siapa yang mau menikah dengannya. Miki sadar dia bukan wanita baik-baik, memangnya siapa yang mau menikahi mantan pelacur.

Miki tetap dia saat memasuki mobil Shin Woo. "Hey sudah jangan dipikirkan ucapan mereka, kau tidak bicara sedikitpun itu nampak horor, kau tau?" celetuk Shin Woo.

"Shin Woo, terima kasih karena kau mau menyelamatkan wajahku di depan mereka, aku sangat malu!" Bibir Miki mencebik dengan air mata hampir jatuh menatap Shin Woo yang sedang menyetir. Bahunya naik turun menahan tangis sesenggukan.

"Jangan menangis begitu nanti dikira orang aku menculik seorang gadis!" Shin Woo mengambil tisu dari kotaknya lalu menyeka air mata Miki dengan cara yang tidak lembut sama sekali, bahkan kepala Miki terdorong ke belakang. Miki nampak seorang bocah yang diseka air matanya oleh sang ayah. "Ayo keluarkan ingusmu!" Shin Woo masih sibuk menyetir, konsentrasi terpecah menjadi dua.

Dengan bodohnya Miki mau-mau saja mengeluarkan ingusnya di tisu yang masih dipegang Shin Woo. "Iya benar begitu, anak baik, astaga jorok sekali!" Shin Woo bergidik dan langsung membuang tisu keluar jendela. 

Mata Miki masih memerah dan tangisnya mulai berkurang. "Kita mau kemana?" tanya Miki.

"Ke kafe, aku lapar," sahut Shin Woo.

"Tapi bagaimana dengan Hwa Gi dan Eomma, mereka pasti cemas mencariku dan kau kenapa tiba-tiba ada di rumah sakit?" 

"Kau bisa menelpon Hwa Gi kan? Aku mengantar Jae Han hari ini jadwal fisioterapinya." jelas Shin Woo.

"Aku tidak punya ponsel lagi, ponselku kujual untuk bertahan hidup." Mata Miki kembali berkaca-kaca. "Aku miskin sekarang."

"Sudah biar aku nanti yang mengabari Hwa Gi dan kau diam jangan menangis lagi," Shin Woo antara kesal dan tidak tega dia menyerahkan kotak tisu lalu berucap, "Bersihkan air matamu, nanti kita kubelikan ponsel yang baru."





TBC




















Continue Reading

You'll Also Like

445K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
372K 39.4K 26
Ash-adalah salah seorang pembunuh bayaran dari sebuah organisasi besar. Sejak kematian kedua orangtuanya, ia tidak punya pilihan kecuali tinggal dan...
150K 14.6K 30
Story By:@Aoisky1412 Cover By:@Ariski Ichigami Ren (16); Tuan muda dari Grup Ichigami yang kaya raya. Ia mempunyai kembaran yang lebih tua darinya Ic...
2.9K 559 7
"Senpai! Tungguin gue!" "Vihan, bisa ngga lo stop panggil gue senpai? Gue tuh malu!" .... "Udah! Ngga usah ngomong apa-apa!" "Katanya suka sama Jujut...