Celestial Soul Online [End]

By KuroHako

381K 22.1K 1.9K

Rank 3 #Adventure Rank 2 #Adventure Sinopsis; Kisah berpusat kepada Kuro Kanata. Dari luar dia terlihat han... More

Transfer 00 [Prolog] rev.
Transfer 01 [Beginning Player (Liber)] rev.
Transfer 2 [My Skills] rev.
Transfer 3 [Adventure Begin] rev.
Transfer 4 [Death City] rev.
Transfer 5 [Flamia] rev.
Transfer 06 [First Kiss] rev.
Transfer 08 [Fight to Despair] rev.
Transfer 8,5 [Nine Minutes] rev.
Transfer 9 [Happy Birthday (I)] rev.
Transfer 10 [Happy Birthday (2)] rev.
Transfer 11 [Wonderful Gift] rev.
Transfer 12 [Celestial World] rev.
Chapter 13 [Truth] rev.
Transfer 14 [Bonds (I)] rev.
Transfer 15 [Bonds (II)] rev.
Transfer 16 [Bonds (III)]
Transfer 17 [The Twin]
Transfer 18 [The Three]
Transfer 19 [Dimension Break]
Transfer 20 [True God Slayer]
Transfer 21 [God Slayer and Liber)
Transfer 22 [God Slayer and Liber part 2]
Transfer 23 [God Slayer and Liber part 3]
Transfer 24 [God Slayer and Liber part 4]
Transfer 25 [Memories of Secret: The beginning of Everything] rev.
Transfer 26 Memories of Secret ; First Love
Tranfer 27 [Memories of Secret ; Re-Life]
Transfer 28 [Memories of Secret ; The Beginning]
Transfer 29 [Awakening of Darkness]
Transfer 30 [Angels]
Transfer 31 [Beyond The Truth]
Transfer 32 [Guardian part 01]
Transfer 33 <Guardian part 2>
Transfer 34 [Dream World]
Transfer 35 <Never Give Up>
Transfer 36 [Believe]
Transfer 37 [Will]
Transfer 38 [Confrontation]
Transfer 39 [Flamia VS Verona I]
Transfer 40 [Flamia VS Verona II]
Transfer 41 [The Answer is Me]
Transfer 42 [Death and Return]
Transfer 43 [Light and Darkness]
Transfer 44 [Hope and Hopeless]
Transfer 45 [Kuro Kanata]
Extra I

Transfer 07 [That is Secret] rev.

13.3K 695 58
By KuroHako

27 Desember 2039.

Salju turun dengan cukup lebat membuat seluruh kota menjadi putih dan dingin.

Sudah satu minggu Kuro tak Log in ke dunia CSO. Selain alasan yang membuatnya trauma, namun hal ini disebabkan karena dia sibuk dengan dunia nyata.

Pesta natal, dan bekerja paruh waktu adalah alasan utama dia tak Log in beberapa hari ini. 

Sebuah toko buku adalah tempat dia bekerja paruh waktunya akhir akhir ini. Selain tak terlalu sibuk di saat natal, dia juga bisa meluangkan waktunya untuk membaca.

Sedangkan untuk Ruko, dia justru menghabiskan waktunya untuk Log in ke dunia CSO. Selain Event tertentu yang diadakan oleh GM (Game Master), perbedaan cuaca antara CSO dan dunia nyata menjadi alasan utama.

-1 Januari 2040.

Kuro dan Ruko pergi ke kuil bersama untuk berdoa. Mereka hanya berdua karena Chiaki tak bisa ikut bersama mereka.

Ruko mengenakan yukata (kimono) merah yang cantik dan menarik perhatian orang lain. Dia memang bagai dewi dari surga, tak mengherankan jika dia selalu menjadi pusat perhatian.

Setelah melempar uang, Ruko menepuk tangannya dua kali dan berdoa. Kuro melakukan hal yang sama tak jauh dari Ruko.

"Onii-chan, apa yang kau minta?"

"?"

Setelah berdoa selesai, Ruko bertanya karena penasaran.

Kuro melirik sambil berjalan pergi karena masih banyak orang yang mengantri untuk berdoa.

"Onii-chan, apa yang kau minta tahun ini?" tanya Ruko sekali lagi.

"Ah... aku minta masalah dalam hidupku sedikit berkurang."

Terutama masalah yang berasal dari Ruko.

"?!"

Tiba tiba Ruko menggenggam lengan Kuro dengan erat.

Karena hal ini sudah sering terjadi, Kuropun membiarkan Ruko melakukannya meskipun mereka akan dikira sebagai pasangan.

"Aha ha... Onii-chan ini, memangnya tahun lalu kau banyak masalah?"

"Setiap orang selalu punya masalah dalam hidupnya. Bahkan termasuk aku. Oh iya, jangan terlalu erat, nanti membuat orang salah paham."

"Siapa yang peduli dengan mereka. Mereka hanya iri saja dengan Ruko."

Kuro mendesah.

"Kau ini...."

Ruko hanya tertawa kecil.

Mereka berdua lalu pergi dari kuil menuju kembali ke rumah mereka yang tak terlalu jauh.

Normalnya orang akan berkumpul bersama teman temannya untuk merayakan tahun baru, tapi Kuro dan Ruko segera kembali ke rumah karena hawa dingin yang masih menusuk tulang.

"Onii-chan, kenapa tak main CSO lagi? Sudah seminggu lebih Onii-chan tak online kan? Jujur saja, apakah terjadi sesuatu?"

Memang terjadi sesuatu, tapi Kuro tak mungkin memberitahu Ruko. Dia bisa mati.

"Tidak juga. Onii-chan hanya sedang tak ingin main CSO. Tapi jangan kawatir, Onii-chan akan Online saat kau ulang tahun nanti. Itu tak apa apa kan?"

Ulang tahun Ruko tanggal 16 januari. Itu dua minggu lagi. Masih banyak waktu yang tersisa, jadi Kuro merasa tak perlu terburu buru.

"Baiklah, tapi aku beritahu satu hal, penakhlukan Demon King akan segera dilakukan. Kalau bisa aku ingin melakukan itu bersama Onii-chan.."

Karena tak online Kuro banyak ketinggalan informasi. Salah satunya adalah penakhlukan Demon King yang sudah dimulai.

"Hmmm... sudah waktunya kah..., kurasa aku akan melihat lihat situasi saja."

"Itu baru namanya Onii-chan."

Ruko tersenyum senang.

Beberapa hari kemudian, Kuro sudah masuk sekolah seperti biasa. Itu artinya semester ketiga dimulai dan tanda liburan sudah berakhir.

Udara masih dingin, tak mengherankan jika masih banyak yang memakai syal dan jaket untuk menahan hawa dingin.

Sepulang sekolah, Kuro langsung berlatih di dojo seperti biasa, namun kali ini dia hanya latihan sebentar.

Setelah mandi, Kuro Log in ke dunia CSO. Hari ini dia berencana hanya ingin mencari informasi dan Log in hanya sebentar saja. Selain itu dia harus membuat makan malam untuk Ruko.

Berbagai warna terdirtorsi. Setelah cahaya terang, Kuro sampai di sebuah kota yang di kelilingi pohon tinggi.

-Kota Aders, Alfheim.

Kota itu merupakan salah satu kota terbesar di Alfheim. Kota itu terletak dekat lokasi dungeon Demon King dan salah satu kota terdekat dengan Heaven Gate.

Kota ini merupakan tempat terakhir Kuro Online, jadi wajar jika dia langsung berada di tempat itu.

Berbeda dengan dunia nyata yang dingin, seluruh Alfheim saat ini mengalami cuaca panas seperti hutan tropis. Inilah alasan kenapa banyak yang memilih online karena perbedaan cuaca yang begitu besar.

Kuro lalu berjalan menuju tempat dia bisa mendapat informasi, tapi baru beberapa langkah, sebuah pesan muncul.

".........."

Kuro langsung menelan ludahnya. Dia ragu, sangat ragu untuk membuka pesan yang berasal dari Flamia.

Sambil bergetar dan setelah menyiapkan mental, Kuropun membuka pesan itu.

Mata Kuro langsung melebar saat melihat seberapa panjang pesan yang ditulis Flamia. Jika ditulis dalam kertas, mungkin menghabiskan 30 lembar lebih.

Kuro menaruh tangan ke dahinya.

(Gadis ini menyeramkan...)

Setelah mendesah, Kuropun membaca pesan setelah mencari sebuah restoran.

Isi pesan Flamia adalah protes karena tak online. Bahkan ada beberapa kata kasar yang terselip dan membuat Kuro sedikit takut. Tapi ada satu kalimat yang membuat Kuro berkeringat dingin.

['Jangan mencoba kabur atau kusebarkan foto saat kita berciuman'.]

Itu adalah ancaman paling menakutkan yang pernah Kuro dengar.

(Tampaknya aku bertemu dengan iblis dan sekarang aku terjebak dengan iblis itu.)

Menyadari nasibnya yang bisa dikatakan entah beruntung atau sial, Kuro hanya bisa mendesah dalam.

Disaat itulah dia menerima pesan baru. Pesan itu berasal dari Flamia lagi. Kali ini pesan itu cukup singkat, tapi itu membuat Kuro harus segera pergi.

['Temui aku di hutan Hurz, sekarang juga. Kau tahu apa yang terjadi jika tak datang kan?']

Tak punya pilihan lain, Kuropun akhirnya pergi menuju hutan Hurz. Dia keluar kota lalu memanggil Skeleton Dragon kesayangannnya dan memerintahkannya untuk terbang menuju hutan Hurz tempat pertama kali mereka bertemu (seingat Kuro).

Sekitar 15 menit, Kuro sampai di hutan Hurz. Dia mendarat lalu memanggil kembali Skeleton Dragon karena sudah tak dibutuhkan.

Kuro kemudian berjalan menelusuri hutan untuk mencari Flamia.

Memang benar mereka berjanji bertemu, namun hutan Hurz juga cukup luas. Akan sulit menemukan seseorang jika tak memiliki titik tertentu sebagai tempat bertemu.

Sayangnya Kuro tak perlu melakukan itu. Dia bisa menebak dimana Flamia berada saat ini.

.......dan dia benar.

Kuro menemukan Flamia menunggunya di tempat pertama kali mereka berciuman dan sekaligus tempat kenangan yang buruk bagi Kuro (jika itu bisa disebut kenangan buruk).

Di pandangan Kuro, Flamia mirip seorang gadis yang sedang menunggu kekasihnya di bawah pohon.

Kuro mendekat.

"Aku sudah disini, jadi ada ap-"

"[Fire Chain]"

Sebelum sempat menyelesaikan katanya, Kuro sudah terikat oleh rantai api.

"Lagi? Bisakah kau tak melakukan ini? Jujur saja ini cukup membuat harga diriku terluka."

Flamia menaruh kedua tangan di pinggangnya dan terlihat kesal.

"Sayang sekali, itu hukumanmu karena menghindar dariku selama seminggu lebih."

"Aku punya kehidupan di dunia nyata. Jangan samakan aku dengan NEET sepertimu."

"NEET? Apa itu? Aku tak mengerti, tapi sudahlah. Kau sekarang ada disini, kurasa aku akan puas setelah berciuman denganmu. Jujur saja seminggu ini aku merasakan suatu yang aneh karena tak bertemu denganmu. Hm... Ya.. itu perasaan yang tak menyenangkan. Jika bisa aku tak ingin mengalaminya lagi. Apa kau mengerti?"

"Mana aku tahu! Sekarang lepaskan aku! Apa kau tahu rasanya dicium sambil diikat? Jujur saja aku merasa menjadi korban kekerasan seksual dalam game!"

"Tapi jika kulepaskan, kau akan kabur. Aku tak mau itu."

"Baiklah aku tak akan kabur! Tapi bisakah kau lepaskan aku!"

"....janji?"

Kuro mengangguk.

"Janji tak akan kabur?"

Kuro mengangguk berkali kali.

"Jika kau kabur, aku akan melakukan hal yang lebih kepada tubuhmu."

Kuro mengangguk sekali lagi, tapi saat itulah dia menyadari satu hal.

"Hal lebih? Apa maksudmu?"

Saat sedang bingung, rantai api yang mengikat tubuh Kuro menghilang tanpa sisa.

Tubuh Kuro bergerak dengan bebas. Dia bisa kabur, tapi ....dia tak melakukan itu.

Saat melihat Flamia yang perlahan mendekat dengan wajah memerah dan malu malu, wajah cantik Flamia seolah membuat hati Kuro membeku dan tak bisa bergerak.

Akhirnya jarak mereka adalah nol.

Nafas Flamia dapat dirasakan Kuro dengan jelas dan begitu pula kehangatan tubuh Flamia saat mereka saling bersentuhan.

Tatapan yang tajam dan menghipnotis membuat tubuh Kuro perlahan mencium Flamia dengan sendirinya. Bibir mereka bersatu. Flamia tak berusaha menolak dan justru mencium Kuro semakin erat.

Secara tak sadar tangan Kuro memegang tubuh Flamia untuk mencegah dia pergi. Hal yang sama juga dilakukan Flamia.

Mereka berciuman. Melepasnya dan sekali lagi berciuman seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara. Dunia di sekitar mereka menjadi sunyi senyap seolah hanya ada mereka berdua.

Sepuluh menit berlalu. Mereka belum melepas ciuman mereka satu sama lain. Justru saat Flamia mencoba melepas, Kuro justru tak membiarkan bibir Flamia pergi dan Flamiapun akhirnya terjebak dalam ekstasi.

"Kuro......"

"Maaf, tapi kau yang memaksaku..."

Kuro sekali lagi mengunci bibir Flamia dan tak membiarkan Flamia pergi atau menghindar.

Meskipun Kuro berusaha menahan dirinya, namun tubuhnya kini bagai bukan miliknya lagi. Tubuhnya tak mau berhenti meskipun otak Kuro mengatakan untuk berhenti, kecantikan Flamia telah mengambil alih tubuh Kuro.

Setelah 30 menit, barulah Kuro melepas Flamia.

Flamia  tersungkur lemas dan nafasnya terengah engah. Sedangkan Kuro hanya terdiam dengan wajah memerah.

(Ah... aku benar benar melakukannya...)

Kuro tak percaya dengan apa yang dia perbuat terhadapa Flamia. Tapi itu sudah terlanjur. Tak ada alasan untuk menyesalinya.

Kuro mengulurkan tangannya.

"Apa kau baik baik saja?"

"....ha.. a...aku... baik ba..ik saja.. hanya saja, ini suatu yang benar benar... berbeda.."

Flamia menerima uluran tangan dan berdiri.

"Tentu saja. Mencium dan dicium adalah dua hal yang berbeda. Kau dapat merasakanya kan?"

Flamia mengangguk.

"Aku dapat merasakannya."

Kuro lalu duduk dan bersandar di pohon dekat mereka. Dia mendesah dalam lalu tersenyum kecil.

"Apa kau tahu, berciuman seperti ini bukan berarti aku tak menyukainya, hanya saja aku berharap melakukannya karena alasan yang lebih spesial."

"Spesial?"

Flamia duduk di samping Kuro.

"Ya. Menurutku ciuman seperti itu tak akan membuat perasaan hambar maupun perasaan terpaksa muncul. Apa kau tahu maksudku?"

".....entahlah. Sejak tadi aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Tapi jika kau menyuruhku berhenti melakukan ini, aku tak mau. Terus terang ciuman tadi membuatku sadar kalau aku ingin melakukan hal lebih bersamamu."

"Hal lebih?"

Itu sedikit kabar buruk bagi Kuro. Mungkin.

"Ya. Misalnya berburu monster bersama atau menakhlukan dungeon bersama."

"Oh... itu rupanya."

Kuro langsung tertawa kering.

"Sudahlah, sebaiknya aku segera Log out. Aku harus membuat makan malam."

"Heeehh... bukankah kau baru Log In? Kenapa tak lebih lama lagi?"

Flamia merengek seperti anak kecil.

"Maaf, tapi tujuanku Log In hari ini hanyalah untuk melihat situasi. Karena kau, kurasa aku kehabisan waktu." Kuro berdiri. "Jangan kawatir, kita akan bertemu lagi, benarkan?"

"Iya kau benar, tapi ... tapi... " Flamia  berdiri dan memasang wajah rumit. "Baiklah, tapi sebelum kau pergi-"

Flamia mencium Kuro secara tiba tiba. Itu hanyalah sebuah ciuman yang singkat tapi sudah cukup membuat Kuro terkejut dan hampir melompat.

"Jangan lupakan aku meskipun kau berada di dunia nyata."

Kuro hanya tersenyum kecil.

"Mana mungkin aku bisa lupa."

Kuro lalu memanggil Skeleton Dragon dan pergi kembali menuju kota Aders.

Sebelum terbang jauh, Kuro melirik Flamia yang perlahan mulai tak terlihat. Setelah tak terlihat, Kuro mendesah dalam.

"Apa yang sebenarnya kulakukan?"

Sampai sekarang dia tak mengerti.

Dia berciuman dengan Flamia karena tak bisa menolak keinginan Flamia. Jujur saja bagi Kuro berciuman dengan Flamia bukanlah suatu yang buruk. Lelaki mana yang tak senang berciuman dengan gadis secantik Flamia?

Hanya saja, berciuman seperti ini entah mengapa membuat perasaan bersalah mulai muncul di benak Kuro. Perasaan bersalah terhadap Ruko karena melakukan hal ini secara diam diam.

Ditengah rasa galau dan bingung, skill deteksi Kuro memperingatkan Kuro tentang keberadaan seorang Liber di dekatnya.

Kuro melirik tempat skill dia mendeteksi Liber itu. Kuropun akhirnya melihat sosok Liber bertubuh sedikit mungil dan berpakaian gothic lolita.

Gaya berpakaian Liber bisa disesuaikan dengan selera masing masing dan tak harus terpaku dengan aturan game. Satu atau dua orang bergaya gothic lolita adalah suatu yang biasa di CSO.

Tapi Liber itu salah satu orang yang Kuro tahu.

"Kalau tak salah dia kan..."

Kuro terbang rendah dan mendarat tak jauh dari gadis itu.

Gadis itu tersenyum kecil dan mendekat ke arah Kuro.

"Sudah lama tak bertemu, Kuro-niisan."

"Lama tak bertemu, Verona. Ngomong ngomong, apa yang kau lakukan disini?"

Kuro sudah cukup lama mengenal Verona. Mereka bertemu di Nilfheim, tepatnya Verona pernah menyelamatkan Kuro saat berada di Nilfheim.

Saat Kuro berhadapan salah satu Monster Boss, Kuro hampir mati. Disaat itulah Verona menyelamatkan Kuro dengan menebas monster itu.

Dari kekuatan yang ditunjukkan Verona saat itu, Kuro tahu Verona adalah salah satu top player seperti Ruko.

Setelah kejadian itu, hubungan Kuro dan Verona menjadi cukup dekat. Bahkan mereka sudah memasukkan masing masing ke dalam Friend List. Meskipun begitu, mereka jarang bertemu dan hanya berkomunikasi lewat telepati dan pesan saja.

Inilah alasan kenapa saat melihat Verona, Kuro tak bisa tinggal diam.

"Ufufu.. seharusnya aku yang bertanya apa yang dilakukan Kuro-niisan di tempat sepi seperti ini. Uhmm... mungkinkah Kuro-niisan sedang melakukan suatu diam diam."

"Ugh.."

Pertanyaan Verona yang tepat sasaran langsung membuat Kuro panik.

"A-aku hanya sedang berlatih skill aha ha ha.."

"Begitu... tapi berlatih skill kurasa tak perlu tempat yang sepi."

Sekali lagi Kuro dipojokkan oleh Verona.

"Aku berlatih skill rahasia, jadi tak bisa kuperlihatkan kepada orang lain. Apa kau mengerti?"

Jika yang dimaksud adalah skill berciuman, Kuro akan langsung menjawab 'ya'.

"Rahasia? Mungkinkah itu semacam skill merayu gadis?"

"Bffftghh..."

Kuro langsung tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia panik dan berkeringat dingin.

"A-apa maksudmu dengan skill merayu gadis? Memangnya skill semacam itu ada?"

Kuro langsung mengganti topik untuk menghindar.

"Ara, kenapa wajah Kuro-niisan memerah? Kau tahu aku hanya bercanda kan? fufu fu."

"Kau ini... kapan kau berhenti mempermainkanku?"

"Mempermainkan? Aku hanya bertanya seperti biasa. Atau... semua pertanyaanku semuanya benar?"

"Gu.. te-tentu saja tidak ada satupun yang benar, ahh... sudahlah, jika tak ada urusan lain, aku permisi dulu. Ada hal yang harus kulakukan di dunia nyata."

"Ara, kenapa terburu buru? Setidaknya temani aku makan terlebih dahulu sebelum pergi."

"Hmm.. maaf, tapi aku ta-"

"Aku yang membuatnya dengan skill memasak yang baru saja kupelajari. Apakah Kuro-niisan tak mau mencobanya? Jika tidak, ternyata anggapanku tentang Kuro-niisan selama ini salah."

Player bisa membuat makanan mereka sendiri. Tapi untuk menciptakan masakan yang enak dibutuhkan skill memasak yang tinggi.

Untuk kasus Verona, Kuro tak tahu, tapi dia tahu menjadi percobaan Verona. Yang menjadi masalah adalah Kuro tak bisa menolaknya.

"Baiklah. Aku mengerti. Aku akan mencicipi masakanmu. Tapi dimana?"

Verona  memunculkan sebuah keranjang piknik. Dengan skill sejenis Auto Use/item player jarang melihat menu untuk mengambil item.

Verona lalu membukanya dan menunjukkan isi di dalamnya berupa sandwich yang terlihat lezat.

Kuro duduk di rumput. Dia lalu mengambil salah satu sandwich dengan tangan kanannya.

"........."

Dia sedikit ragu saat memakannya, tapi saat melihat sandwich yang menggoda lidah, Kuro langsung tanpa ragu menyantapnya.

Verona yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

"Hmm... lumayan.."

Biasa saja. Tak terlalu enak, tapi juga tak terlalu buruk. Mungkin dikarenakan skill memasak Verona yang belum terlalu tinggi.

"?!"

Kuro tiba tiba dikejutan oleh tubuhnya yang tak bisa digerakan. Tubuhnya kini seolah olah menjadi patung.

Kuro lalu tumbang di tanah dengan wajah membiru.

"Poison?"

Kuro menyadari terkena Bad Status. Atau lebih mudahnya dia kena racun yang mematikan.

"Ara? ...tampaknya masakanku kurang enak."

"Ini bukan tak enak lagi, tapi masakan yang bisa membunuh."

Kuro menggunakan Antidot yang berfungsi menetralkan Bad Status. Tubuhnya lalu bisa bergerak lagi secara normal.

"Ha... aku hampir saja mati."

"Kenapa seolah olah Kuro-niisan mengatakan masakanku adalah benda paling berbahaya di dunia?"

"Apa kau tak sadar telah menciptakan benda paling berbahaya di dunia? Maa.. sudahlah.. aku sebaiknya pergi."

Kuro langsung berdiri tegak.

"Terima kasih untuk makanannya, tapi kurasa butuh waktu lebih lama hingga masakan buatanmu bisa disebut makanan."

"Buuu... Kuro-niisan tak punya perasaan."

Meskipun Verona terlihat mengambek, namun Kuro hanya tertawa kecil. Dia tahu Verona tak benar benar marah.

"Jika masakanmu lebih baik, aku dengan senang hati memakannya setiap kali kau memintanya, Verona."

"Ara? Apa Kuro-niisan yakin?"

"Tentu, kenapa tidak?"

"Kalau begitu aku dengan senang hati akan memasakan makanan untuk Kuro-niisan setiap hari."

Tiba tiba wajah Verona memerah.

"Ah.. aku akan menantikannya."

Kuro lalu melompat dan naik ke punggung Skeleton Dragon yang sejak tadi menunggunya.

Setelah melambaikan tangan, Kuro akhirnya berpisah dengan Verona. Kuro lalu Log Out setelah tiba di kota Aders.

Keesokan harinya, Kuro masuk sekolah seperti biasa. Dia selalu tiba disaat terakhir, dan itu biasanya membuat dia langsung mengikuti pelajaran.

Wali kelas Kuro memasuki ruangan. Guru Kuro bernama Frenda Fukiho. Dia setengah Inggris dan Jepang. Selain dadanya yang besar, rambut pirangnya memberikan kesan tersendiri.

"Baiklah, ibu akan mengabsen terlebih dahulu. Akana Abashi."

"Hadir."

Setelah mengabsen selesai, Frenda tersenyum kecil.

"Baiklah, tidak ada yang tak masuk hari ini. Karena itulah, hari ini kita langsung mengadakan test(ujian)."

Semua murid langsung tak senang.

"Hehhh... serius?"

"Kita baru saja mulai semester ketiga.. Frenda-sensei tak serius kan?"

"Sayang sekali aku tak bercanda." jawab Frenda. "Sebaiknya kalian jangan protes dan kerjakan soal di PC kalian masing masing."

Sekarang semua serba komputer. Begitu pula dengan media belajar para siswa.

Dengan meja yang dibuat khusus, siswa hanya perlu menulis di layar menggunakan pen tablet yang disiapkan sekolah. Selain itu, sebuah layar transparan mengambang di depan murid menunjukkan mata pelajaran dan soal yang harus mereka kerjakan.

Para siswa tentu dapat mengakses berbagai informasi dari database sekolah. Itulah kenapa siswa tak perlu takut akan kehilangan materi yang baru saja mereka pelajari.

Mengenai soal ujian. Biasanya guru akan membuat dan secara otomatis akan dikirimkan ke komputer di meja masing masing murid.

"Sekarang kerjakan. Waktu kalian hanya satu jam. Jadi gunakan waktu kalian dengan baik."

Semua murid akhirnya mengerjakan dengan memasang wajah rumit. Tapi tidak dengan Kuro.

Ujian hanyalah test untuk mengetahui seberapa baik pelajaran yang diserap murid. Tak ada yang ditakutkan atau dikawatirkan.

Jika belajar, pasti akan dapat mengerjakan soal ujian dengan baik. Pada akhirnya, ulangan itu berjalan dengan lancar tanpa ada masalah berarti.

Tanda jam sekolah telah berakhir. Kuro bersiap pulang. Saat itulah dua orang tiba tiba masuk ke ruang kelasnya dan menyapa Kuro.

"Yo Kuro!"

"Kuro-san."

Salah satu adalah seorang gadis berambut sebahu dengan sebuah jepit merah. Gadis yang cukup manis.

Sedangkan satunya seorang pemuda berambut pendek yang terlihat biasa saja.

"Ada apa kalian menemuiku, Fumiko, Yuya?"

Jika di dalam CSO, mereka berdua adalah Umi dan Leo.

Berbeda dengan Kuro, wajah mereka cukup berbeda dengan karakter di CSO.

Fakta bahwa mereka satu sekolah juga merupakan suatu kebetulan belaka. Fumiko dan Yuya berada di kelas yang berbeda dengan Kuro. Tak mengherankan jika mereka tak saling kenal meskipun berada satu sekolah.

Pertemuan mereka juga bisa dibilang kebetulan belaka yaitu saat pada pelajaran olahraga gabungan. Tentu yang menyadari pertama kali adalah Fumiko dan Yuya.

"Kau dingin seperti biasanya, Kuro-san."

"Aku benci mengatakan ini, tapi karaktermu itu sedikit menyebalkan."

"Aku memang seperti ini, jika kalian hanya ingin protes dengan sifatku, sebaiknya kita sudahi saja karena aku terburu buru dan tak punya waktu membahas ini."

Kuro berdiri dan mengambil pedang bambunya.

"Ha... kau ini. Cobalah untuk tak terlalu serius."

"Ya. Kuro-san terlalu serius."

"Dan kalian berdua terlalu santai. Sekarang bisakah beritahu maksud kedatangan kalian?"

Fumiko dan Yuya menatap satu sama lain lalu mengangguk bersamaan.

"Kuro-san, apa kau punya waktu luang setelah ini?"

"Tidak juga. Aku hanya ingin segera pulang dan berlatih di dojo. Memangnya apakah ada hal penting yang ingin kalian bicarakan?"

"Ya begitulah." jawab Yuya dengan tersenyum. "Ada hal kecil yang ingin kami diskusikan denganmu."

Kuro bisa menebak topik yang akan mereka bicarakan.

"Jika kalian membahas CSO, kurasa ada orang yang lebih cocok daripada aku."

"Jangan bercanda. Kau tahu alasan kami hanya berdiskusi denganmu kan?"

Yuya tersenyum tipis seperti rubah.

Alasan kenapa mereka hanya mau berdiskusi dengan Kuro hanyalah karena mereka malu.

Jika dibandingkan dengan Kuro yang sudah mencapai Alfheim, Yuya dan Fumiko masih terjebak di Midgard.

Tak seperti Kuro, mereka bermain CSO secara pelan dan mengutamakan untuk bersenang senang. Hal ini biasanya membuat level naik secara lebih alami.

Alasan kedua kenapa hanya mau berdiskusi dengan Kuro adalah karena mereka sama sama pemula dalam CSO. Jika Fumiko dan Yuya meminta saran kepada pemain veteran yang bisa ditemukan dengan mudah di sekolah, maka yang mereka dapat adalah spoiler dan itu membuat mereka tak tertarik lagi.

"Baiklah, aku mengerti. Jadi kita akan berdiskusi dimana? Kita tak akan membahasnya di sekolah kan?"

"Mengenai itu, aku dan Fumiko sudah menyiapkan tempat karaoke untuk berdiskusi. Bukankah ideku cermelang? Kita bisa berdiskusi sambil bersenang senang."

"Idemu terlalu biasa. Apa kau tak tahu itu?"

"Guh.. aku tak ingin mendengar itu dari orang yang tak pernah bersenang senang."

".............."

"Apa?"

"Bukan apa apa. Jika kalian sudah menyiapkan tempat, berarti kita sebaiknya cepat ke sana. Kalian tahu aku tak punya banyak waktu kan?"

Fumiko dan Yuya tersenyum bersamaan karena mereka bisa membuat Kuro melakukan suatu yang bisa dibilang langka.

Kuro cukup terkenal karena tertutup dan jarang bergaul. Karena itulah ada rumor yang mampu mengajak Kuro pergi, dia akan mendapatkan keberuntungan.

Tentu Kuro tak mengetahui rumor ini.

Mereka bertiga lalu keluar dari ruang kelas. Disaat itulah tiba tiba sebuah pengumuman terdengar.

'Perhatian, kepada Kuro Kanata, murid kelas 1-3 diharap segera ke ruang guru secepatnya. Sekali lagi. Kepada Kuro Kanata, murid kelas 1-3 diharap segera ke ruang guru secepatnya. Terima kasih.'

Mereka bertiga berhenti melangkah dan memasang wajah rumit.

"Apa yang kau perbuat?" tanya Yuya.

"Jangan bertanya kepadaku. Aku juga tak tahu alasan kenapa aku dipanggil."

"Berita itu ternyata benar."

"Apa yang ksu maksud? Huh.. sudahlah. Aku akan menyelesaikan ini secepatnya. Kalian tunggu di pintu gerbang saja. Jika lebih dari 15 menit aku tak keluar, sebaiknya kita batalkan saja. Apa kalian mengerti?"

"Kenapa kau berkata seolah olah akan mati?"

Kuro mengabaikan Yuya dan pergi menuju ruang guru.

Sedangkan Fumiko dan Yuya berjalan menuju luar sekolah dan menunggu Kuro di pintu gerbang.

Alasan kenapa Kuro dipanggil, mereka tak tahu. Namun mereka mendengar kalau kelas Kuro mengadakan ujian. Jika seperti itu, mungkin Kuro dipanggil adalah karena mendapatkan nilai Nol. ......mungkin.

Sekitar 10 menit, Kuro akhirnya keluar dan menemui Fumiko dan Yuya. Tak disangka Kuro ternyata lebih cepat.

Yuya dan Fumiko langsung terlihat penasaran karena Kuro terlihat kesal. Itu pertanda buruk.

"Kuro-san, apakah ada masalah?" tanya Fumiko.

Tiba tiba Kuro tersenyum.

"Kalian tak perlu kawatir. Aku memang mendapat masalah, tapi itu sudah selesai. Dan kurasa aku tak akan pernah dipanggil lagi ke ruang guru."

""Huh??!""

Mereka langsung penasaran dengan apa yang telah Kuro perbuat.

"Sebaiknya kita lupakan ini dan segera pergi. Sebagai catatan aku tak akan bernyanyi meskipun kalian memaksaku."

"Uu..uh.. kami rasa itu bukan masalah besar."

Mereka bertiga lalu pergi ke tempat karaoke yang menjadi langganan murid sekolah seperti Kuro.

Sementara itu, dari jendela ruang guru, Frenda mendesah sambil memegang hasil print dari soal yang dikerjakan Kuro.

Angka 70 terlihat jelas di lembaran itu. 70 adalah angka yang selalu didapat Kuro selama ujian. Itu angka yang biasa bagi sebagian murid, tapi tidak dengan Kuro.

Selama 2 semester, Frenda sudah mulai curiga karena Kuro selalu mendapat nilai 70. Bahkan hampir semua nilai Kuro adalah 70 baik di pelajaran olahraga maupun pelajaran biasa.

Ya. Kuro seolah olah sengaja mendapatkan nilai 70.

Hal inilah yang membuat Frenda melakukan sebuah test untuk menguji dugaannya. Dan dugaanya benar saat melihat hasil test Kuro yang bernilai 70 meskipun soal yang dibuat Frenda 3 kali lebih sulit daripada murid lainnya.

"........."

Frenda mendesah sekali lagi.

Dia memanggil Kuro ke ruang guru untuk mendapatkan sebuah penjelasan, tapi yang dia dapatkan adalah suatu diluar dugaan yaitu berupa sebuah ancaman dari Kuro.

[Pernahkah anda mendengar pepatah 'rasa tahu kadang bisa membuatmu terbunuh'. Frenda-sensei tak perlu tahu kenapa aku melakukan ini. Anda cukup memberikan nilai sesuai hasil yang kudapat saja. Bukankah itu tugas seorang guru? Ini adalah peringatan terakhirku, jadi jangan panggil aku jika tidak ada urusan penting.]

Saat mengingat perkataan Kuro, Frenda sedikit kesal dan ingin protes, tapi kepala sekolah langsung menemui Frenda dan menjelaskan bahwa Kuro sengaja mendapatkan nilai 70 karena suatu hal.

Dan hal yang membuat Frenda terkejut adalah kepala sekolah juga memperingatkan hal yang sama.

"Kuro Kanata, ...sebenarnya siapa kau?"

Rasa penasaran menghampiri Frenda. Tidak. Semua pasti langsung penasaran jika dihadapkan dengan situasi seperti Frenda.

"Sebaiknya aku berhenti sebelum kebiasaan burukku muncul."

Frenda lalu pergi ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya sebagai guru. Pada hari itu dia memutuskan untuk berhenti mencari tahu.

Di tempat karaoke, Kuro, Fumiko dan Yuya duduk sambil menikmati makanan ringan yang mereka beli.

Biasanya kebanyakan akan bernyanyi saat di tempat karaoke, tapi karena tujuan mereka bukanlah untuk bernyanyi, mereka memutuskan bernyanyi setelah membahas masalah mereka.

"Jadi bisa kita mulai?"

"Kau selalu seperti ini, tapi tak apalah." Yuya mendesah kecil sebelum melanjutkan. "Kau tahu kami masih berada di Midgard kan?"

Kuro mengangguk.

"Terus terang ada sebuah Quest unik yang ingin kami selesaikan."

"Lalu apa hubungannya denganku? Kurasa kalian tak akan mengalami kesulitan berkat data yang kuberikan kepada kalian."

Data yang diberikan Kuro adalah data mengenai monster yang pernah diberikan Chiaki dan Ruko. Dengan data itu membuat Yuya dan Fumiko mudah mengalahkan monster dan menjalankan misi.

"Kuro-san benar, tapi Quest ini sedikit unik dan kami kesulitan menyelesaikannya. Karena itulah kami berduskusi dengan Kuro-san untuk membantu kami."

Saat itulah Kuro menyadari sesuatu yang sedikit ganjil.

"Ngomong ngomong, Quest apa yang kalian lakukan?"

"Quest 'Story Writer'." jawab Yuya. "Kau sudah tahu kenapa kami berdiskusi denganmu?"

"......."

Kuro hanya bisa menyipitkan matanya.

Story Writer merupakan Quest unik dimana player diharuskan menjadi seorang penulis cerita. Cerita itu nantinya akan langsung diperankan oleh NPC seperti pertunjukkan drama.

Tujuan dari Quest ini adalah untuk memberikan hiburan kepada penonton yang juga merupakan NPC. Tingkat keberhasilan Quest ini ditentukan seberapa puas penonton dan itulah yang menjadikan Quest ini bisa dikategorikan sulit.

Yang unik dari Quest ini adalah hadiah yang diterima Liber jika berhasil menjalankan Quest. Hadiah biasa adalah berupa item, tapi hadiah utama dari Quest ini adalah sebuah skill unik dan langka bernama [Imagine].

Skill Imagine memungkinkan Liber mengubah skill yang mereka miliki secara bebas. Karena inilah skill ini dikategorikan skill langka tingkat Super Ultra Rare.

Contohnya adalah [Fire Ball]. Itu adalah skill yang membuat Liber menciptakan bola ap. Tetapi jika menggunakan [Imagine], Liber bisa mengubah bentuk bola api sesuai keingingan mereka seperti segitiga dan kotak.

Meskipun efek dan kekuatan serangan tak mengalami perbedaan, namun jika digunakan dengan baik, skil Imagine bisa menjadi salah satu skill yang paling berbahaya dan mematikan.

Kuro adalah salah satu Liber yang mendapatkan skill [Imagine] itu. Dan dia sudah membuktikannya.

Dia masih tak terlalu sering menggunakan skill itu karena skill itu sangatlah jarang pemiliknya.  Kuro tak terlalu ceroboh untuk ingin menjadi target PK.

Untuk alasan kenapa Yuya dan Fumiko tahu adalah karena Kuro memberi tahu mereka.

"Kami sudah berkali kali menjalankan Quest itu, tapi yang kami dapatkan adalah item tak berguna."

"Kuro-san pernah menyelesaikan Quest itu. Kami sebenarnya tak ingin melakukan ini, tapi ada Quest lain yang ingin kami lakukan secepatnya."

Jika kalian ingin melakukan hal lain, kenapa kalian tetap melakukannya? Itulah yang dipikirkan Kuro setelah mendengar itu. Tetapi mereka mungkin ingin mendapatkan skill Imagine karena melihat jangka panjang.

"Aku mengerti situasi kalian, tapi aku tak yakin bisa membantu banyak karena Quest itu berbeda dengan Quest biasa dan tak bisa disamakan dengan soal matematika."

Tingkat keberhasilan Story Writer adalah tingkat kepuasan penonton. Ini suatu yang sulit karena ini adalah suatu yang tak pasti.

Jika dibandingkan dengan Quest mengalahkan monster, Story Writer memiliki tingkat kesulitan yang berbeda jauh.

"Kami tahu itu, karena itulah kami setidaknya ingin mendapatkan petunjuk dari orang yang pernah menyelesaikannya."

"Kuro-san, bantulah kami."

Fumiko terlihat memelas dan putus asa. Begitu pula dengan Yuya.

Kuro mendesah kecil lalu mimum soda.

"Kalian jangan salah paham. Bukannya aku tak ingin membantu kalian, tapi aku tak tahu apakah bantuanku akan berguna atau tidak."

Fumiko dan Yuya langsung tersenyum senang.

"Kami tahu itu. Sekarang bisakah kau beritahu kami?"

"Hmmm...."

Kuro memejamkan matanya sesaat seperti sedang berpikir. Lebih tepatnya berusaha mengingat sesuatu.

"....sebelum itu, ada yang ingin kupastikan terlebih dahulu. Kalian hanya menulis cerita saja di Story Writer?"

Yuya dan Fumiko mengangguk bersamaan.

"Memangnya kenapa jika kami hanya menulis saja?"

"Bukankah itu Questnya?" tambah Fumiko.

Setelah mendengar itu, Kuro mendesah kecil.

"Pantas saja kalian gagal. Sejak awal kalian salah melakukannya."

"Eh? Apa maksudmu?"

"Apa kalian lupa tentang CSO? Game ini mempunyai aturan yang realitis. Apakah kalian tak berpikir itu hanya berlaku dalam game? Kalian salah. Setiap Quest di CSO juga memakai aturan yang realistis, jadi meskipun Quest sederhana, kalian tak bisa meremehkannya."

Setelah sedikit berpikir, Yuya mulai mengerti apa hubungannya dengan Quest Story Writer.

"Hei.. jangan bilang quest Story Writer adalah quest yang tak hanya menulis naskah cerita saja?"

Sayangnya Kuro mengangguk membenarkan.

"Story Writer adalah quest membuat naskah cerita yang akan diperankan NPC. Dengan kata lain kita membuat naskah drama. Sekarang, setelah menulis naskah, apa yang kalian lakukan?"

"Jika di drama sungguhan, kita akan memilih pemain yang cocok dengan karakter yang dipe- jangan bilang kami juga harus melakukannya?"

"Ya. Kalian harus melakukannya."

"Serius?"

Fumiko dan Yuya langsung terlihat lemas dan pusing.

"Sayangnya, iya. Keistimewaan Story Writer yang lain adalah quest ini tak harus dilakukan dalam satu hari, tapi 3 hari. Selama 3 hari itulah kita harus menyelesaikan naskah dan memilih NPC yang cocok dengan karakter cerita yang kita buat. Disinilah letak kesulitan terbesar dari Quest ini, tapi kita tak perlu kawatir, selama NPC yang kita pilih cocok dan sesuai, maka kita akan berhasil menyelesaikan quest."

Story Writer bukanlah Quest yang mudah. Bahkan bisa disamakan membuat sebuah drama sungguhan di game. Bagi orang tak berpengalaman seperti Fumiko dan Yuya, ini adalah masalah besar.

"Sebagai tambahan, ada satu faktor lagi yang menentukan tingkat keberhasilan quest ini, yaitu improvisasi."

"Kuro-san, apa maksudmu?"

"Bisakah kau menjelaskannya?"

"Yang kumaksud improvisasi adalah saat kita dihadapkan dengan situasi tak terduga seperti NPC melakukan kesalahan karena peran tidak cocok. Saat itulah kita kadang harus mengubah jalan cerita atau mengganti pemeran secepat mungkin. Apa kalian mengerti?"

Perkataan Kuro membuat mereka semakin paham kenapa mereka selalu gagal menjalankan quest, tapi ada satu hal yang membuat mereka penasaran.

"Sebelum itu, apakah kau juga mengalami kesulitan seperti kami?"

"Kalian pikir siapa aku? Tentu aku juga mengalami kesulitan, tapi sejak awal aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku tak terlalu kesulitan dan hanya membutuhkan 2 kali percobaan."

"Eh? Dua kali?" ucap Yuya dengan mata melebar.

"Kami sudah gagal lebih dari 10 kali. Apa kau tahu itu?"

"Tentu saja aku tak tahu."

"Kau monster."

"Apakah itu yang kudapatkan setelah membantu kalian?"

"Aha ha ... kami hanya bercanda." Ucap Fumiko sambil tersenyum kecil. "Kami sangat berterima kasih, tapi setelah mendengar Kuro-san hanya mencoba dua kali, wajar kami berpikiran seperti itu."

"Ya. Apa yang dikatakan Fumi-chan benar."

"Dasar kalian ini.... Maa.. sudahlah."

Tiba tiba Kuro berdiri dan bersiap pergi.

"Jika tak ada yang kita bicarakan, sebaiknya aku segera pergi."

"Eh? Kenapa terburu buru?"

"Kalian sudah tahu kebiasaanku, jadi aku tak perlu menjelaskannya lagi. Lagipula aku tak bernyanyi kan?"

"Itu benar juga, tapi kenapa tak sekali kali bersenang senang bersama kami?"

"Jangan membuatku mengulanginya."

Kuro mengabaikan Yuya dan Fumiko lalu membuka pintu ruangan, tapi sebelum keluar, Kuro menoleh ke arah Yuya dan Fumiko.

"Aku sebenarnya hanya tak ingin mengganggu kencan kalian."

"Huh?" "Eh?"

Kuro lalu tersenyum.

"Sampai jumpa dan nikmati kencan kalian."

Kuro lalu tak terlihat lagi setelah pintu tertutup.

"..........."

"..........."

Sementara itu, keheningan terjadi di dalam ruangan setelah Kuro pergi.

Mereka berdua sadar kalau Kuro ada benarnya, tapi satu hal yang membuat mereka penasaran.

-Apakah di mata orang lain mereka terlihat sebagai sepasang kekasih?

Beberapa hari berlalu sejak saat itu.

Berkat saran dari Kuro, mereka berdua berhasil menjalankan Quest dan mendapatkan skill [Imagine].

Fumiko mengubah bentuk skill [Ice Spear] menjadi seperti hujan es yang jumlahnya ribuan. Sedangkan Yuya mengubah skill [Fire Tornado] menjadi api berbentuk naga dan burung. Itu hanyalah sebagian kecil yang bisa mereka lakukan dengan skill [Imagine]. Hal inilah yang membuat skill [Imagine] begitu spesial.

Saat ini Kuro sedang Log in. Dia berada di kota Aders.

Tentu dia tak lupa berciuman dengan Flamia pada hari itu, tapi setelah selesai, Flamia dan Kuro berpisah karena ada suatu hal.

Jika dibilang sendirian, maka itu tak terlalu tepat.

Tak jauh darinya, sekitar 50-60 Liber sedang terlihat sibuk mempersiapkan sebuah penyerbuan (Raid).

Mereka semua adalah anggota salah satu guild terkuat, Ouroboros. Chika dan Anna terlihat di antara mereka.

Saat ini mereka bersiap untuk menakhlukan Demon King.

Menakhlukan Demon King dikategorikan salah satu Raid Quest tersulit di CSO. Raid Quest sendiri terdiri dari 6 party yang terdiri dari 6 Liber. 36 Liber adalah total dari setiap Raid Quest.

Guild di CSO berjumlah jutaan. Itu wajar karena pemain CSO berjumlah 2 milyar lebih di seluruh dunia. Di antara jutaan guild itu, ada seratus guild dikatakan sebagai guild terkuat.

Ouroboros adalah salah satunya.

Dengan jumlah anggota lebih dari 10.000, Ouroboros dikenal sebagai guild yang cukup kuat dan berbahaya. Meskipun begitu, mereka hanya berada di peringkat 30an.

Karena penakhlukan Demon King hanya bisa dilakukan satu kali dalam sehari, maka biasanya akan dilakukan sebuah undian untuk siapa yang berhak melawan Demon King terlebih dahulu.

Dan hari ini adalah giliran Guild Ouroboros.

Setiap guild biasanya akan mengirim Liber terbaik mereka. Dengan kata lain, semua orang yang berada di tempat itu adalah top player.

"Onii-chann...."

Anna (Ruko) mendekat ke arah Kuro sambil melambaikan tangannya. Itu sedikit membuat Kuro malu.

Di sampingnya, Chika (Chiaki) berjalan di samping Anna dengan ekspresi tenang. Penyihir dan ksatria wanita berambut putih kini menghampiri Kuro.

"Bisakah kau tak melakukan itu? Itu memalukan?"

"Apanya yang memalukan? Bukankah hal biasa seorang adik menyapa kakaknya?"

"..........."

Kuro terdiam karena apa yang dikatakan Ruko benar.

Kuro menoleh ke arah Chika yang terlihat acuh.

"Jangan menatapku. Aku tak ada hubungannya dengan hal ini."

"....aku tak berpikir seperti itu. Tapi apakah tak apa apa kalian kemari? Bukankah masih banyak yang harus kalian siapkan?"

"Tidak apa apa. Onii-chan tak perlu kawatir. Kami sudah mempersiapkan semuanya dan sekarang kami hanya perlu menunggu seseorang yang menyebalkan."

Entah mengapa Anna terlihat tak senang.

"Orang menyebalkan?" tanya Kuro keheranan.

"Dia hanya tak menyukai orang itu. Kuro-chan tak perlu memikirkannya. Hanya saja kuharap kau bisa bekerja sama dengannya, Anna-chan. Kau tahu kita mendapatkan kesempatan langka untuk mendapatkan bantuan dari salah satu Valkryie Maiden."

"Aku tahu itu, tapi aku tetap tak menyukainya."

"Aku lebih penasaran kenapa kau membencinya padahal kau belum bertemu dengannya?"

"Aku juga tak mengerti, tapi instingku sebagai wanita mengatakan gadis itu adalah seorang saingan."

Sekarang Chika mengerti alasan kenapa Anna tak menyukai orang yang belum dia temui.

"Kau ini.. hentikan sifat broconmu untuk sekarang ini."

"Kenapa aku harus menghentikannya? Aku tak salah dalam hal ini."

"Sudahlah. Selama kau bisa bekerja sama dengannya, aku tak akan mempermasalahkannya. Ingat, mungkin ini adalah satu satunya kesempatan kita mengalahkan Demon King dan mendapatkan hadiah 10 juta yen."

Salah satu alasan kenapa banyak yang menginginkan menakhlukan Demon King secepatnya adalah uang yang didapat dari hasil mengalahkan Demon King.

Awalnya hadiah sebesar itu dianggap palsu, namun setelah penakhlukan Demon King di Midgard dan Nilfheim, maka uang sekarang menjadi alasan terbesar.

"Jika berurusan dengan uang, kau selalu lupa diri, Chika-chan."

"Aku butuh uang banyak untuk membeli PC baru, kau tahu itu kan?"

"Yeah..."

"Ngomong ngomong, siapa itu Valkryie Maiden?"

Setelah terdiam cukup lama karena tak mengerti apa yang mereka bicarakan, akhirnya Kuro bertanya.

"Oh.. mereka hanyalah 7 NEET." jawab Anna dengan nada tak senang.

"Jangan bercanda. Aku tahu kau ada benarnya, tapi sekarang kita bergantung kepada 7 NEET itu."

"Aku tetap tak menyukai ini."

"Jangan egois, kita tak bisa mengalahkan Demon King tanpa bantuan mereka. Kau tahu itu kan?"

"Yeahh.. itulah yang membuatku tak senang."

Anna benar benar terlihat tak senang.

"Anooo.."

"Oh.. maaf, Kuro-chan. Kami sedikit lupa diri. ...Ehem.. Valkryie Maiden adalah sebutan untuk 7 Liber wanita terkuat di CSO. Sekarang kami meminta bantuan dari salah satunya."

"Oh.. aku tak menyangka ada orang seperti itu di CSO."

"Sekarang kau tahu kenapa aku menyebut mereka NEET?"

Kuro mengangguk. Entah mengapa pembicaraan ini mengingatkan dia kepada seseorang.

Saat itulah sesosok monster burung api terbang melintas di atas mereka dengan kecepatan tinggi. Monster burung itu adalah salah satu monster legendaris, Phoenix.

Semua orang langsung tersenyum senang dan melihat monster itu dengan wajah gembira. Lebih tepatnya melihat sosok Liber yang berada di atas Phoenix itu.

Tiba tiba sosok manusia melompat dari atas Phoenix dengan anggun. Sosok itu adalah seorang gadis berambut merah membawa dengan armor dada dan pedang yang berada di pinggangnya.

Flamia mendarat dengan sempurna. Disaat yang sama Phoenix menghilang di udara.

"Maaf, aku terlambat karena harus menyiapkan beberapa hal."

Seorang wanita berambut biru pendek mendekati Flamia. Wanita itu adalah pemimpin dari guild Ouroboros.

"Tidak apa apa. Kami seharusnya bersyukur karena kau mau membantu kami."

"Jangan sungkan, Tera. Kita adalah sahabat baik, tentu aku dengan senang hati membantu kalian."

"Yeah... aku senang mendengarnya."

Mereka berdua berjabat tangan dan saling tersenyum.

Keakraban terpancar dari mereka berdua seolah mereka sudah lama saling mengenal.

"Kami beruntung, Tera mengenal Flamia. Jika tidak, kami tak akan mendapatkan bantuannya."

"Yeah. Lihat betapa sombongnya dia. Um? Onii-chan, apa ada yang salah? Jangan bilang kau langsung jatuh cinta kepada NEET itu? Grrr....."

Sebuah pedang berada di leher Kuro.

"Bisakah kau tak berburuk sangka? Aku ingat pernah melihat gadis itu sebelumnya. Aku tak menyangka dia sangat terkenal. Itu saja."

".......entah mengapa aku tak percaya dengan perkataan Onii-chan barusan."

"Aku juga sama."

Akibat Chika menambah bensin ke dalam api, Kuro mendapatkan masalah yang lebih besar.

Tapi saat melirik Flamia, Kuro sekarang mengerti kenapa Flamia tak ingin ada orang yang tahu bahwa mereka saling kenal.

Sayangnya, saat Kuro mengingat apa yang telah mereka perbuat, entah mengapa Kuro merasa benar benar terjebak oleh jeratan iblis.

"..?"

Tiba tiba Flamia tersenyum tipis sambil melirik ke arah Kuro. Tampaknya hanya Kuro yang menyadari hal itu.

Flamia tiba tiba terlihat membicarakan suatu dengan Tera. Disaat itulah Tera juga melirik Kuro sambil mengangguk beberapa kali.

Tera tiba tiba tersenyum tipis dan berjalan mendekati mereka bertiga.

"Anna, Chika, kalian mengenal pemuda ini?" tanya Tera sambil melirik Kuro dari bawah ke atas.

"Jangan tatap Onii-chan seperti orang mesum. Dia adalah kakak laki lakiku di dunia nyata, tentu kami saling mengenal."

"Kuro-chan adalah teman masa kecilku. Aku tahu dia dari bagian yang terluar dan dalam."

Entah mengapa perkataan Chika sedikit menyeramkan.

"Ho...."

Sedangkan Tera tampaknya tertarik dengan fakta bahwa Kuro adalah kakak Anna.

"Jadi inikah sosok Onii-chan kesayanganmu itu? Dia lumayan tampan."

"Grrrr... jangan dekat dekat, Onii-chan hanyalah milikku."

"Hey..."

Kuro ingin protes, tapi saat mengingat ada sebuah pedang di lehernya, dia tak berbuat banyak.

"Tera, apakah ada perlu dengan Kuro-chan?"

Satu satunya yang masih normal, menyadari maksud kedatangan Tera.

"Ahh.. sebenarnya Flamia mengatakan kalau Onii-chanmu ini cukup kuat dan akan berguna di penakhlukan Demon King. Jadi aku hanya ingin memastikan saja, tapi... dia biasa saja."

"Jangan remehkan Onii-chan. Kau tahu, meskipun hanya berlevel 67, Onii-chan bisa sampai di kota ini."

"Huh? Apa kau serius?"

Semua pasti akan terkejut jika mengetahui fakta tentang Kuro. Terutama level yang dimilikinya.

"Ya. Tentu, tapi kenapa wanita itu tahu tentang Onii-chan?"

"Dia pernah melihat Kuro-san bertarung. Kurasa aku juga mengerti kenapa dia menyarankan untuk mengajak Kuro-san. Ngomong ngomong, Kuro-san mempunyai skill khusus apa?"

"Errrr....."

Kuro bingung tak tahu harus menjawab apa.

Seperti kebanyakan RPG, Liber di CSO biasanya ahli dalam satu-dua skill. Sedangkan Kuro, dia mempunyai lebih dari 60 skill yang berbeda dan semuanya tak ada yang spesial.

Tapi dia mengingat skill favoritnya.

"Aku seorang summoner."

Sumonner. Mereka adalah Liber yang mengkhususkan skill memanggil monster. Summoner bisa dibilang cukup langka di CSO.

"Summoner kah? Bisakah kau panggil salah satu makhluk panggilanmu?"

"Err.. baiklah."

Tapi apa?

Sebenarnya Kuro lebih disebut sebagai seorang Necromancer karena membangkitkan monster yang dia bunuh.

Dari sekian ratus monster yang dia bunuh, hanya beberapa monster saja yang dia jadikan koleksi.

Kuro lalu ingat dia mempunyai monster yang cukup unik dan kuat.

"Summon [Byakko]"

Sosok harimau putih dengan dua ekor muncul tak jauh dari Kuro. Harimau itu langsung meraung dan menarik perhatian.

Itu wajar karena Byakko adalah salah satu monster legendaris yang berbahaya dan kuat.

"Hmm... Byakko kah.. Itu monster yang bagus. Yosh.. kau lulus, aku setuju Kuro-san ikut bergabung dengan kita mengalahkan Demon King."

"Huh?"

Kuro sedikit terkejut saat mengetahui dia akan bergabung dengan kelompok penakhluk Demon King.

"Tu-tunggu sebentar. Apakah baik baik saja jika aku ikut?"

"Tenang saja Onii-chan. Bukankah ini kesempatan bagus?"

Tapi bukan itu masalah Kuro.

"Hey, tapi apa kau lupa apa yang terjadi ketika aku berhadapan dengan monster?"

"............"

"..........."

Anna dan Chika langsung terdiam karena paham maksud Kuro.

Selama di Alfheim, mereka bertiga bertarung bersama untuk membantu Kuro. Disaat itulah, Anna dan Chika menyadari satu hal yang sedikit merepotkan, yaitu monster yang mereka hadapi sebagian besar mengalami [Berserk].

Berserk adalah kondisi monster menjadi lebih ganas dan menggunakan skill khusus mereka. Tak hanya itu, level monster yang mengalami Berserk biasanya akan naik level dengan pesat.

Kondisi ini bisa dikatakan sangatlah jarang, tapi entah mengapa hampir setiap monster yang ditemui Kuro mengalami Berserk seperti ada seseorang yang sengaja membuatnya.

Yang menjadi masalah adalah, bagaimana jika Demon King mengalami Berserk? Itu akan menjadi masalah besar.

"Ahaha.. kurasa Demon King tak semudah itu mengalami Berserk. Jadi tenang saja Onii-chan. .....mungkin."

"Hoy..."

"Sudahlah. Tak ada ruginya Kuro-chan ikut menakhlukan Demon King bersama kami. Mungkin saja ini kesempatan bagus untuk melihat Demon King secara langsung."

Meskipun seolah olah Chika mengatakan Demon King seperti hewan di kebun binatang, namun Demon King tampaknya adalah binatang yang ganas.

Kuro mendesah.

"Terserah kalian. Aku tak peduli lagi."

Dan begitulah bagaimana caranya Kuro ikut dalam penakhlukan Demon King.

Sedikit hal yang membuat Kuro terkejut, dia satu party dengan Flamia, Chika, Anna, Tera, Hono.

Sebagian adalah orang yang tak Kuro kenal, tapi itu bukanlah masalah besar.

Setelah itu, mereka semua pergi menuju Dungeon tempat Demon King berada. Sebagian besar terbang menggunakan sayap masing masing, namun seperti biasa, Kuro menunggangi Skeleton Dragon bersama Anna.

Dungeon tempat Demon King adalah sebuah gua besar. Ada beberapa Liber yang menjaga pintu masuk Dungeon. Hal ini sebenarnya hanya untuk mencegah ada yang curang atau menakhlukan dungeon secara sembunyi sembunyi.

36 Liber memasuki gua secara perlahan. Meskipun cahaya minim, namun Kuro masih bisa melihat meskipun tak menggunakan skill Night Vision.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, mereka tiba di sebuah pintu yang cukup untuk 3 truk ukuran besar.

"Semuanya. Kita akan segera melawan Demon King. Jangan lupakan formasi kita dan lakukan seperti yang sudah kita rencanakan sebelumnya."

Tera berhenti untuk memberikan kata terakhir.

Tiba tiba Tera melirik ke arah Kuro.

"Kuro-san, karena kau seorang Summoner, posisimu berada bersama dengan penyembuh, yaitu berada di jarak cukup jauh. Dengan begitu kau dapat memanggil monstermu dengan lebih leluasa."

"Aku mengerti."

Sebenarnya Kuro bisa bertarung jarak dekat, namun dia berada dalam sebuah Raid. Dia tak boleh egois dan memposisikan dirinya di tempat yang tak membuat kacau karena dia orang luar.

"Baiklah, kita mulai!"

""""""Ooohhhhh....!!'"""''''

Semua terlihat bersemangat. Terutama Flamia, Anna dan Chika.

Mereka membuka pintu bersamaan. Setelah itu mereka masuk ke dalam sebuah gua yang bisa dibilang cukup luas. Mungkin sekitar setengah lapangan sepak bola.

Cahaya berkelap kelip seperti bintang menjadi pengganti lampu mereka. Tak hanya itu, satu persatu obor dengan api merah membara menyala seperti menyambut mereka.

Disaat yang sama, embun merah muncul dari udara kosong. Embun itu lalu perlahan memadat dan membentuk sebuah sosok.

"Datang kah. Semua, cepat kalian berada di posisi masing masing!"

Setelah mendengar perintar Tera, semua langsung berpencar dan memposisikan diri mereka sesuai dengan gaya bertarung mereka.

10 Liber berada di baris depan. Mereka adalah tipe petarung jarak dekat yang menggunakan senjata utama berupa pedang dan tombak. Flamia, Anna dan Tera berada di kelompok itu.

13 Liber yang bertipe jarak menengah berada di jarak cukup jauh. Biasanya Liber tipe ini mempunyai magic skill yang lebih kuat daripada sword skill. Hal ini membuat pertahanan mereka menjadi lemah, karena itulah 7 Liber yang mengkhususkan skill pertahanan bertugas melindungi mereka.

Sisanya adalah pendukung yang bertugas memulihkan HP dan MP. Mereka berada di jarak paling jauh dan merupakan tempat teraman. Kuro berada di kelompok itu bersama Chika.

Setelah semua berada dalam posisi masing masing, disaat yang sama embun merah telah berubah wujud sepenuhnya.

Tinggi sekitar 7 meter. Berwarna merah, berbadan kekar dan memiliki wajah menyeramkan. Dua tanduk spiral dan taring besar. Mempunyai 4 tangan dan bersenjatakan pedang merah dua sisi yang besar dan terlihat berbahaya. Sebuah perisai berbentuk lingkaran terbuat dari besi karatan menjadi satu satunya pertahan miliki monster itu.

Akaku <Demon King Class>
Level 380

Tak hanya level tinggi, Akaku memiliki 7 HP bar.

Sekilast kesan Akaku adalah monster yang mustahil dikalahkan, tapi tak ada yang berpikiran seperti itu.

Raungan memecah keheningan dan membuat tanah bergetar. Tapi tak ada yang mundur atau takut. Mereka semua justru terlihat bersemangat dan memancarkan tatapan yang berapi api.

Mereka akan menang. Keyakinan inilah yang membuat setiap anggota Guild Ouroboros tak kenal takut.

Hal yang sama juga berlaku kepada Kuro. Tatapannya berubah tajam. Tingkat konsentrasi juga meningkat pesat. Aura berat mulau terpancar dari dirinya. Sekarang Kuro bagaikan orang lain tapi berada dalam tubuh yang sama.

Chika hanya tersenyum kecil saat melihat perubahan yang terjadi dengan Kuro. Hubungan yang terjalin sejak kecil membuat dia tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Kuro sekarang ini.

"Kerahkan semua kemampuan kalian dalam pertarungan ini. Kalian tahu jika kalian tak melakukannya kan?"

Tera memberikan dorongan terakhir sebelum pertarungan dimulai.

"Ouroboros, ini adalah saatnya berburu!"

""""""'"'Oooooooooouuuuu!!""""''''""

Sorakan memenuhi tempat itu dan meniadi tanda pertarungan antara Demon King dan Ouroboros telah dimulai.

Biografi

=>Sebagai musuh terakhir, Demon King adalah monster terkuat. Dengan rekor kemenangan mencapai 90 persen, guild yang berniat mengalahkannya membutuhkan persiapan matang. Minimal mereka harus memiliki perlengkapan tingkat SSR.

=>Ada 7 Valkryie Maiden di CSO. Dari semuanya, Flamia adalah yang paling sering muncul di dalam publik.

=>Sebagian besar skill yang dimiliki Kuro adalah skill aktif. Untuk skill pasif, skill yang dia miliki jumlahnya sangat sedikit karena levelnya kecil. Untuk mengatasi kelemahan ini, dia lebih sering bergantung pada skill yang dia miliki di dunia nyata.

Continue Reading

You'll Also Like

740 74 5
Sandyakala mengandung arti "pertemuan waktu" atau dalam bahasa sansekerta dapat diartikan sebagai waktu dimana matahari mulai terbenam yaitu cahaya m...
915 91 9
♥~My Sister And My Friends~♥ Bercerita tentang Hari dkk dan jangan lupakan bersama dengan teman teman hari yang akan selalu mendukung mereka kapan sa...
NIGHTMARE By Nesa Tri utari

Mystery / Thriller

715 168 18
Up : Setiap Rabu ~~~~~~~~~~~~ Mimpi yang menjadi kenyataan adalah sesuatu yang diinginkan didalam hidup. Namun, jika itu adalah mimpi buruk...
89.8K 13.7K 39
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...