Mixed Story S2

By Naya_Taf

4K 521 88

Season 2 dari Mixed... Seperti biasa cast utama wanita sudah pasti Im Nayeon... Bisa jadi remake atau cerita... More

Exile (1)
Exile (3)
Puisi Sang Dewa (1)
Puisi Sang Dewa (2)
Scars (1)
Scars (2)
Malam Badai
Aku, Kamu & Ayahku
(Remake) No One Knows
Missing You
Elang (1)
Elang (2)
Elang (3)
The Devils
The Devils (2)
Pak Dosen (1)
Pak Dosen (2)

Exile (2)

98 25 2
By Naya_Taf

Hari ketiga Nayeon di Bandung hanya ia habiskan untuk membantu di perkebunan teh milik kedua orang tuanya. Seperti saat ini, Nayeon sedang memetik daun teh dan berbaur dengan pekerja lainnya. Rasanya Nayeon sudah lama sekali tidak melakukan hal ini, ia bahkan sampai lupa kapan terakhir kali. Nayeon masih sibuk dengan kegiatannya tersebut sampai ia tidak menyadari ada seorang pria yang sedang berjalan menghampirinya dengan topi anyaman seperti yang Nayeon pakai.

"Nayeon kan?" pria itu menepuk pelan bahu Nayeon, membuat Nayeon menoleh cepat.

Nayeon membuka topi yang dipakainya begitupun dengan sang pria. Mata Nayeon membola sempurna saat melihat siapa pria yang menyapanya tersebut, sebuah senyum sumringah terbit di bibir Nayeon.

"Doyoung?!!" ujarnya riang.

Pria yang dipanggil Doyoung itu mengangguk dengan tawa, "Iya ini gue" jawabnya.

Nayeon menghambur kepelukan Doyoung tidak peduli dengan keranjang daun teh dipunggungnya, membuat Doyoung membalas pelukan itu dengan sebuah senyum yang terukir dibibirnya. Beberapa pekerja disana hanya menatap sepasang teman kecil itu dengan sebuah senyum, karena pemandangan seperti itu sudah sangat jarang sekali terlihat semenjak Nayeon yang merupakan anak dari majikan mereka memilih untuk merantau ke Jakarta, begitu pula dengan teman kecilnya yaitu Doyoung yang memilih untuk tinggal diluar negeri.

"Kamu kapan pulang?" tanya Nayeon setelah ia melepaskan pelukannya.

Doyoung terlihat berpikir sejenak, "Sekitar dua bulan yang lalu lah" jawabnya.

"Jahat banget ngga ngabarin aku" Nayeon memukul kecil lengan Doyoung, membuat pria itu mengaduh kecil setelahnya ia malah tertawa.

"Aku ngga punya nomor hp kamu"

"Ah iya juga" ujar Nayeon dengan cengiran lucunya yang Doyoung rindukan.

Mereka berdua memang sempat hilang kontak, membuat keduanya sama-sama tidak mengetahui kabar masing-masing.

"Kamu lagi pulang, kah? Kok di hari kerja?" tanya Doyoung.

Nayeon tersenyum dan kembali sibuk memetik daun teh dengan Doyoung yang membantu disebelahnya.

"Lagi kangen rumah aja sih, Doy"

Doyoung mengangguk paham, ia juga sering merasakan itu saat bekerja diluar negeri.

"Kamu sendiri? Lagi liburan kah?" tanya Nayeon sedikit menoleh.

Doyoung tertawa kecil sebari melempar kecil daun teh yang dipetiknya kedalam keranjang yang berada dipunggung Nayeon.

"Aku sekarang udah ngga kerja disana lagi, dipindahin buat ngurus cabang perusahaan yang disini"

Nayeon manggut-manggut, "Cabangnya dimana? Di Bandung?" tanyanya lagi, ia sedikitnya penasaran.

Doyoung menggeleng dengan sebuah senyuman kecil yang terbit dibibirnya dengan tatapan yang mengarah pada sisi wajah Nayeon.

"Aku dipindahin ke Jakarta" ujarnya.

"Serius?!" heboh Nayeon merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya serius, kita bisa sering ketemu nanti"

Nayeon tertawa, ia mengangguk setuju dengan ucapan teman sedari kecilnya itu.

"By the way, kamu udah tau mau tinggal dimana?"

Doyoung menggeleng, "Rencananya baru mau nyari sih" ujarnya.

"Di gedung apart aku aja, masih ada unit yang kosong kok disana" saran Nayeon.

Doyoung yang mendengar itu senang bukan main, "Boleh, kamu kapan rencana balik ke Jakarta?" tanya Doyoung.

"Sabtu kayanya, kenapa?"

"Kalau aku ikut ke Jakarta gimana? Sekalian buat liat unitnya, nanti berangkatnya naik mobilku aja"

Nayeon tersenyum senang, "Boleh banget! Aku jadi irit ongkos" canda Nayeon.

Doyoung tersenyum, senang sekali rasanya bisa bertemu kembali dengan Nayeon, sebenarnya sudah dari lama Doyoung menyimpan rasa untuk teman kecilnya tersebut, namun Doyoung cukup tahu diri jika Nayeon sudah dimiliki oleh orang lain; jadi Doyoung lebih memilih untuk menyimpan perasaannya tersebut dan mengagumi Nayeon dari kejauhan.

.
.
.

Jisoo saat ini sedang ikut berkumpul dengan teman-teman Joshua dan sudah pasti ada Johnny disana, sebenarnya Jisoo malas sekali jika harus bertemu dengan Johnny, ia masih kesal dengan mantan dari sahabatnya itu. Tapi ia tidak mungkin akan terus-terusan menghindari Johnny, mau bagaimana pun Johnny juga temannya sedari SMA, bahkan sebelum ia bertemu dengan Joshua.

"Si Nayeon betah banget di Bandung" Yuta buka suara.

"Ya betah lah, kan itu rumahnya" sahut Jisoo.

"Nayeon kapan pulang, Yang?" tanya Joshua.

Sebenarnya itu adalah pertanyaan yang ingin Johnny tanyakan pada Jisoo, namun Joshua sudah mewakilinya, atau memang Joshua menanyakan itu untuk Johnny? Entahlah.

"Sabtu baru pulang dia" jawab Jisoo dengan lirikan kecil kearah Johnny, ingin melihat bagaimana ekspresi pria itu.

Namun Johnny tetap pada ekspresinya yang datar seolah tidak peduli, padahal jelas-jelas dalam hati ia senang bukan main mendengar kabar kepulangan Nayeon.

"Eh eh, gue ikut dong ke stasiun pas kalian jemput Nayeon" pinta Yuta.

"Kita ngga jemput dia di stasiun, Yut" ujar Jisoo.

Sontak saja perkataan Jisoo membuat Johnny, Joshua dan Yuta menatap Jisoo dengan tatapan bertanya. Jisoo yang mendapatkan tatapan seperti itu dari tiga temannya hanya tertawa kecil.

"Jadi gini, sabtu nanti Nayeon ngga pulang naik kereta, dia bareng Doyoung" jelas Jisoo.

"Doyoung?" itu suara Johnny.

Jisoo menaikkan satu alisnya menatap Johnny, "Iya Doyoung, lo pasti tau lah siapa Doyoung" ujar Jisoo, nadanya seolah meledek Johnny.

Johnny terdiam ditempatnya, sedangkan Joshua dan Yuta yang tidak mengenal nama yang menurut mereka sedikit asing itu hanya memasang wajah penasaran.

"Doyoung siapa?" tanya Yuta.

"Doyoung itu temen kecilnya Nayeon, cuma pas lulus SMA dia kuliahnya di Jogja bukan di Bandung, terus kerjanya diluar negeri"

Joshua dan Yuta manggut-manggut mendengar penjelasan Jisoo tentang sosok Doyoung.

"Kamu kenal sama si Doyoung Doyoung itu?" tanya Joshua.

"Kenal, tapi bukan yang kenal deket banget, dulu pas masih sekolah terus main ke rumah Nayeon suka ada dia" jawab Jisoo.

"Johnny juga kenal kok, iya kan John?" tanya Jisoo dengan nada meledeknya.

Kini tatapan Joshua dan Yuta beralih pada Johnny dengan tatapan penasaran, melihat itu Johnny menghela nafas.

"Iya gue kenal Doyoung, dulu gue sempet cemburu sama dia karena deket banget sama Nayeon" jelasnya, menjawab rasa penasaran Joshua dan Yuta.

"Wow, apa ini cinta segitiga?" tanya Yuta dengan nada kelewat riang.

"Ya bukan cinta segitiga sih, kan Johnny sama Nayeon udah putus. Doyoung bebas mau deketin Nayeon udah bukan cinta bersegi lagi, tapi cuma ada Nayeon dan Doyoung aja" itu suara Joshua.

Johnny yang mendengar itu sedikit mengeraskan rahangnya, ia tahu sekali jika temannya itu sedang memanas-manasinya. Jika boleh jujur saat ini Johnny sedikit takut, takut jika diakhir Nayeon beralih pada Doyoung. Beberapa hari ini tanpa Nayeon, Johnny merasakan kehilangan yang begitu besar dan menyakitkan, lalu bagaimana jika nanti Nayeon benar-benar pergi? Apakah Johnny sanggup?

.
.
.

Sabtu pun tiba, setelah mengantar Doyoung untuk melihat unit apartment digedung yang sama dengannya, Nayeon mengajak Doyoung untuk makan malam diluar bersama dengan Jisoo dan juga Yuta, kebetulan Joshua tidak bisa bergabung dengan mereka karena pria itu sedang merasa tidak enak badan.

Doyoung dan Yuta ternyata cepat sekali akrab, entah karena memang Yuta yang supel atau memang Doyoung yang menyenangkan, mereka berdua terlihat seperti teman lama.

"Oh jadi lo tuh salah satu karyawan di NEO Tech, keren juga sih lo bisa kerja disana" ujar Yuta.

"Keren lah, temen gue gitu" timpal Nayeon dengan nada bangga.

Yuta melempar kentang goreng kearahnya, membuat Nayeon tertawa kecil dan membalas perbuatan Yuta, Doyoung yang melihat itu tersenyum kecil. Sedangkan Jisoo sedari tadi mengamati Doyoung yang sedang menatap Nayeon dengan tatapan dalamnya, dan Jisoo tidak bodoh untuk dapat menyimpulkan jika Doyoung masih menyimpan perasaan lebih pada Nayeon.

"Lo nginep apa pulang, Doy?" tanya Jisoo.

"Gue pulang sih" jawabnya.

"Gila lo, udah malem gini" timpal Yuta.

"Besok gue langsung packing, jadi senin udah bisa pindah ke unit baru" jelasnya.

"Buset gercep banget" ujar Yuta.

"Emang kamu kapan mulai kerjanya, Doy?" tanya Nayeon.

Yuta mendekat kearah Jisoo, "Mereka ngomongnya emang aku kamuan?" bisik Yuta pada Jisoo, "Bawaan dari kecil" balas Jisoo.

Yuta manggut-manggut, pantas saja Johnny sempat cemburu dengan Doyoung, pikirnya.

"Masih dua minggu lagi sih, cuma biar aku bisa istirahat dulu sebelum kerja, jadi mau lebih cepet pindahnya" jawab Doyoung sebari menatap Nayeon.

Yuta menaikkan sebelah alisnya, radarnya sebagai seorang pria tiba-tiba saja menyala. Ungkapan tentang pria yang mengetahui isi kepala pria lain agaknya memang benar adanya, contohnya Yuta. Pria gondrong itu dapat menyimpulkan jika Doyoung pindah lebih cepat bukan karena ingin beristirahat atau karena alasan klise lainnya, melainkan karena pria itu ingin dekat dengan Nayeon.

.
.
.

Hal yang paling Nayeon hindari adalah sebuah pertemuan yang tidak terduga, seperti saat ini, ia dan Johnny tiba-tiba saja bertemu di sebuah kafe dengan tangan Johnny yang memegang punggung tangannya karena keduanya berbarengan ingin membuka pintu kafe tersebut.

Nayeon cepat-cepat menarik tangannya, sedangkan Johnny membuka pintu kafe tersebut dan mempersilahkan Nayeon untuk masuk lebih dulu, hal yang sering Johnny lakukan saat mereka masih bersama.

Dan satu hal lagi yang Nayeon benci, yaitu sebuah kebetulan. Kenapa disaat seperti ini kafe justru sangat ramai, membuatnya mau tidak mau harus berbagi meja dengan Johnny. Nayeon mencoba acuh dengan kehadiran pria dihadapannya dan sibuk bermain ponsel sebari menunggu pesanannya tiba.

Johnny sendiri sedari tadi tidak pernah melepaskan tatapannya dari Nayeon, ia mengamati wajah wanita yang seminggu ini tidak ia lihat, wanita yang begitu ia rindukan kehadirannya, wanita yang telah ia sakiti juga hatinya.

Nayeon cukup peka jika sedari tadi Johnny menatap kearahnya, sebenarnya Nayeon ingin sekali memeluk Johnny saat ini dan mengatakan jika ia begitu merindukan Johnny. Nayeon juga ingin mengomentari wajah Johnny yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus disekitar bibir dan dagunya, entah sudah berapa lama Johnny tidak bercukur.

"Kamu apa kabar?" tanya Johnny basa-basi.

Nayeon meletakkan ponselnya, bagaimana pun tidak sopan jika ada yang mengajaknya berbicara namun ia malah fokus pada ponselnya.

"Baik" jawab Nayeon, bohong.

Tentu saja ia tidak baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Johnny tersenyum, senyum tipis yang entah kenapa terlihat menyakitkan untuk Nayeon.

'Jangan nangis disini, Nay' batin Nayeon.

"Kamu sendiri?" Nayeon balik bertanya kepada Johnny.

"Aku-

Ada jeda beberapa detik, dengan Johnny yang menatap tepat kearah manik bulat nan bening milik Nayeon yang menatapnya penuh luka.

"Aku ngga baik" setelahnya pria itu menunduk, tidak sanggup menatap manik Nayeon lebih lama lagi.

Nayeon tahu jika Johnny jujur, mungkin jika hubungan mereka sedang baik Nayeon akan membawa Johnny dalam pelukannya, mengusap punggung lebar itu untuk ia berikan ketenangan, Johnny mungkin terlihat kuat diluar namun sebenarnya Johnny adalah sosok yang begitu rapuh dimata Nayeon.

Mereka berdua sama-sama dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, mereka berdua sama-sama merasakan sakit yang sama, dan mereka sama-sama merasakan kehilangan. Namun untuk kali ini Nayeon ingin egois, ia ingin mengasingkan diri dulu dari Johnny; membiarkan Johnny menyembuhkan luka lamanya. Karena Nayeon tahu, jika Johnny belum sepenuhnya menyembuhkan luka lamanya, mereka berdua tidak akan pernah bisa bersama.

"Hei John" panggil Nayeon membuat Johnny mendongak menatapnya.

Satu senyuman tulus Nayeon berikan, "Aku yakin kamu akan baik-baik aja" ujarnya.

"Aku sakit tanpa kamu" lirih Johnny.

"Aku pun" jawab Nayeon, ia genggam satu tangan Johnny yang berada diatas meja, kemudian ia usap menggunakan ibu jarinya dengan gerakan lembut.

Kenyamanan itu kembali Johnny rasakan.

"Sembuhin diri kamu dulu, John. Setelah itu kamu bisa kembali ke aku" ujar Nayeon.

"Tapi gimana kalau aku ngga bisa sembuh?" tanya Johnny dengan lirih.

Nayeon tersenyum, "Itu tandanya kamu benar-benar kehilangan aku, John" jawab Nayeon.

Nayeon bukannya tidak mencintai Johnny, ia sangat mencintai pria itu dengan seluruh hidupnya. Namun ia adalah perempuan, yang tentu saja memiliki tuntutan dalam hidupnya, salah satunya adalah sebuah pernikahan. Nayeon ingin menikah, ingin memiliki anak dan menua bersama dengan pria yang ia cintai dan mencintainya.

Jika Johnny tidak bisa menyembuhkan luka lamanya, bukankah itu suatu tanda jika Johnny tidak cukup mencintainya?

.
.
.

Johnny memutuskan untuk pulang kerumahnya yang berada di Bandung setelah pertemuannya dengan Nayeon tempo hari. Bukan tanpa alasan Johnny memilih pulang, ia hanya ingin bertemu dengan ibunya. Mungkin bertemu sang ibu adalah langkah pertama untuk menyembuhkan lukanya.

Johnny membuka pintu kayu kamar sang ibu, dapat Johnny lihat jika ibunya sedang duduk dibangku kayu persis disisi jendela besar yang menampilkan pemandangan bukit-bukit kecil dari perkebunan teh. Tangan sang ibu sibuk merajut sebuah syal berwarna coklat, Johnny tersenyum melihat sang ibu yang masih melakukan hobi merajutnya tersebut.

Johnny melangkah masuk kemudian memegang lembut bahu sang ibu, membuat ibunya menoleh dengan sedikit mendongak.

"Johnny?"

Johnny tersenyum, "Johnny pulang, Ma" tuturnya.

Sang ibu tersenyum haru, ia menarik tubuh anak semata wayangnya itu untuk ia peluk, membuat tubuh Johnny setengah menunduk karena menerima pelukan sang ibu. Ibunya menangis, setelah sekian lama Johnny tidak pernah pulang, namun kini anaknya itu ada didalam pelukannya dan kembali pulang.

"Maafin Johnny, Ma. Maafin Johnny" tangis Johnny pecah.

Ibunya tidak bisa mengatakan apa-apa, wanita berusia setengah abad itu hanya mengangguk dalam isak tangisnya, seolah mengatakan bahwa tidak apa-apa kepada Johnny.

~

Kini Johnny sedang bersimpuh dihadapan sang ibu dengan kepala yang ia jatuhkan pada pangkuan ibunya. Sang ibu tidak henti-hentinya tersenyum sedari tadi sebari mengusap lembut helaian rambut sang anak.

"Sudah ya, Nak. Ikhlas kan Papa" ujar sang ibu.

Johnny memejamkan matanya, "Johnny ikhlas, Ma. Johnny udah relain Papa hidup bahagia dengan wanita itu" tutur Johnny dengan suara yang bergetar.

Sang ibu tersenyum.

"Ma?" panggil Johnny.

"Iya, Nak?"

"Johnny bisa bangun keluarga yang utuh kan, Ma?" tanyanya.

"Kamu bisa, Nak. Mama yakin keluarga yang nanti kamu bangun akan bahagia lebih dari apa yang kamu bayangkan"

Johnny menenggelamkan wajahnya pada pangkuan sang ibu, "Johnny cinta dia, Ma. Johnny mau bangun keluarga yang utuh dan bahagia sama dia, Johnny mau lihat dia disepanjang hidup Johnny" tuturnya.

"Kenalkan ke Mama ya, Nak. Mama mau kenal sama perempuan yang bisa membuat kamu kembali pulang ke Mama"

Johnny mengangkat kepalanya, "Nanti ya, Ma. Nanti Johnny bawa dia buat ketemu Mama" tuturnya dengan sebuah senyuman.

"Mama tunggu"

Perasaan tidak nyaman yang telah lama bersarang dalam hatinya itu kini sirna, sudah tidak ada lagi dendam kepada sang ayah yang meninggalkannya dan juga ibunya. Yang lebih penting adalah Johnny sudah kembali pulang kepada ibunya, alasan Johnny tidak berani pulang adalah karena banyak kenangan bersama sang ayah dirumah tersebut, mulai dari kenangan bahagia sampai menyakitkan; itu semakin membuat Johnny takut untuk pulang. Namun rasa takut itu sudah pergi, ia sudah meyakinkan dirinya untuk sembuh dan berdamai dengan masa lalunya.

.
.
.

Nayeon buru-buru bersiap untuk pergi ke apartment Johnny, berbekal makanan yang sempat ia masak dan juga stock obat-obatan yang selalu ada diapartmentnya ia bawa semua untuk Johnny. Setelah dirasa lengkap; Nayeon dengan cepat segera berangkat, mengabaikan Jisoo yang baru saja tiba. Sapaan Jisoo ia abaikan, karena saat ini ia benar-benar khawatir. Dalam hati mengutuk Joshua yang memberikan informasi setengah-setengah tentang keadaan Johnny.


Setelah sampai di apartment Johnny, Nayeon hanya berdiam diri didepan pintu unit milik mantannya tersebut. Menimbang-nimbang haruskah ia masuk? Apa password unit Johnny masih sama? Lalu bagaimana jika Johnny telah menggantinya?

"Bodo amat lah" setelahnya ia menekan beberapa digit angka, dan berhasil.

Nayeon tertawa kecil, ternyata Johnny masih menggunakan tanggal lahirnya untuk menjadi password unitnya, dan itu cukup membuatnya tersenyum senang. Saat masuk kedalam unit milik Johnny, Nayeon melongo ditempatnya.

"Apa gue salah masuk unit?" gumamnya.

Nayeon kembali menyusuri unit yang terlihat sangat berantakan tersebut, meletakkan bawaannya pada meja dapur kemudian melangkah kearah kamar utama. Pintu itu ia buka perlahan, Nayeon menghela nafas lega begitu mengetahui jika dirinya tidak salah unit.

Nayeon duduk dipinggiran tempat tidur Johnny, kemudian memegang kening Johnny yang terasa hangat ditelapak tangannya.

"John" panggilnya.

"Eunghh"

"Bangun dulu yuk, udah makan belum?" tanya Nayeon.

Johnny mengerjapkan matanya beberapa kali, "Nayeon?" bingungnya.

"Iya ini aku, kamu udah makan belum?" Nayeon kembali mengulang pertanyaannya.

Johnny merubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada sandaran tempat tidur.

"Belum" jawabnya.

"Tunggu ya, aku panasin makanan dulu" ujarnya, setelahnya ia keluar dari kamar Johnny.

Selang beberapa menit Nayeon kembali dengan semangkuk sayur sop dengan nasi dan juga satu gelas air.

Nayeon dengan telaten menyuapi Johnny, sedangkan Johnny dalam diamnya ia tersenyum. Nayeon nya tidak pernah berubah, masih Nayeon yang hangat dan penuh kasih sayang. Johnny mengamati wajah cantik Nayeon, mungkin jika dulu tidak ada Nayeon yang memeluknya setelah kepergian ayahnya dari rumah, Johnny tidak akan bertahan sampai sejauh ini.

Nayeon adalah satu-satunya wanita yang memeluknya pada saat itu, mengucapkan kata-kata penenang dan yang selalu membantunya dikampus saat Johnny mulai mengabaikan kuliahnya karena masalah keluarganya. Johnny bodoh jika ia melepaskan begitu saja wanita sebaik Nayeon.

"Udah kenyang?" tanya Nayeon saat Johnny menolak suapan terakhirnya.

Johnny mengangguk, Nayeon meletakkan mangkuk tersebut lalu mengambil gelas berisi air.

"Minum dulu" ujarnya.

Johnny menurut.

"Tunggu 30 menit ya, abis itu baru minum obat"

"Makasih Nay, makasih udah mau dateng kesini" ujar Johnny.

Nayeon menatap Johnny, ia tersenyum.

"Sama-sama, John. Semoga kamu lekas membaik ya"

Johnny ingin mengatakan jika saat ini ia sudah merasa jauh lebih baik karena melihat kehadiran Nayeon, namun jawaban itu tidak dapat ia utarakan karena merasa waktunya kurang tepat. Johnny juga merasa jika Nayeon masih sedikit menjaga jarak darinya, mungkin Nayeon masih ingin mengasingkan diri darinya, mengingat luka yang diberikan Johnny bukan lah luka yang dapat sembuh dalam waktu beberapa hari.

Jadi dari pada memaksa Nayeon untuk kembali padanya untuk saat ini, Johnny lebih memilih untuk memberikan waktu untuk Nayeon, dan juga untuk dirinya sendiri. Setidaknya Nayeon tidak menganggapnya sebagai seorang musuh, meskipun sampai sekarang nomor ponselnya masih diblock oleh Nayeon, tapi tidak apa, Johnny mengerti.

~

Setelah memastikan Johnny meminum obatnya, tidak lama kemudian Nayeon pamit untuk kembali pulang, mengingat ini juga sudah cukup malam. Padahal dulu saat mereka masih bersama jika Johnny sedang sakit seperti ini Nayeon akan setia menemani Johnny dengan menginap diunit Johnny.

"Tadi kamu kesini naik apa?" tanya Johnny.

Nayeon yang sedang memakai sweater rajutnya itu menoleh, "Ojek online" jawabnya.

Johnny menghela nafas, "Terus sekarang pulang naik apa? Ojek online lagi? Bahaya Nay, ini udah malem, mending aku anter aja" ujar Johnny, ia khawatir dengan keselamatan Nayeon.

"Apa sih kamu, udah kamu istirahat aja. Aku pulang bareng Doyoung kok, kebetulan dia lewat daerah sini jadi sekalian dia jemput aku" tutur Nayeon.

Mendengar nama itu membuat Johnny cemburu, kenapa juga Doyoung harus kebetulan lewat daerah tempat tinggalnya. Tapi dari pada membiarkan Nayeon naik angkutan umum seperti ojek online dan sebagainya, Johnny lebih merasa tenang jika Nayeon pulang bersama Doyoung, tidak apa ia harus merasakan cemburu, keselamatan diri Nayeon adalah yang utama bagi Johnny.

"Terus Doyoung nya udah sampai mana? Dia bawa mobil atau motor?" tanya Johnny tidak sabaran.

Nayeon tertawa kecil, Johnny dan sifat posesifnya yang Nayeon rindukan.

"Dia bawa mobil kok, kamu tenang aja" ujar Nayeon.

Nayeon mengecek ponselnya saat mendengar suara notifikasi. Buru-buru ia menyampirkan sling bag yang dibawanya.

"Aku pulang dulu ya" pamitnya pada Johnny.

Kini keduanya sudah saling berhadapan, Johnny mengusap lembut pipi Nayeon.

"Iya hati-hati, maaf ngga bisa antar kamu ke bawah" ujar Johnny merasa sedih.

Nayeon tersenyum, "Ngga apa-apa, selamat istirahat, John" tutur Nayeon.

"Titip salam buat Doyoung, bilangin jangan ngebut, dan suhu AC-nya tolong kecilin, soalnya kamu ngga terlalu kuat sama dinginnya AC" lagi-lagi Nayeon tersenyum.

"Iya nanti aku bilangin ke dia" Nayeon menjauhkan tubuhnya dari Johnny dan berjalan menuju pintu keluar.

Johnny menatap kepergian Nayeon dengan tidak rela, harusnya tadi ia mencium kening Nayeon, melakukan hal yang biasanya mereka lakukan saat masih bersama dulu, namun ia hanya menyentuh pipi tembam Nayeon. Johnny tidak mungkin mencium Nayeon dalam keadaan hubungan mereka yang masih belum jelas, bukan?

.
.
.

Nayeon memasuki mobil Doyoung saat melihat mobil itu berhenti didepan lobi gedung apartment Johnny. Saat masuk Nayeon sudah disambut dengan senyuman Doyoung untuknya.

"Lebar banget tuh senyum" ledek Nayeon sebari memasang sabuk pengamannya.

Mendengar itu Doyoung tertawa, "Seneng soalnya bisa jemput kamu" jawabnya jujur.

Nayeon tertawa mendengar jawaban Doyoung yang terdengar seperti sebuah candaan untuknya.

"Eh kamu udah makan belum? Aku rencananya mau ajak kamu makan dulu, kebetulan aku belum makan" Doyoung sedikit menoleh kearah Nayeon dengan tangan yang sibuk memutar stir kemudinya.

"Boleh, aku juga kebetulan belum makan"

"Kamu mau makan apa?" tanya Doyoung.

"Apa aja sih"

"Nasi goreng oke ngga?"

"Oke kok, deket sini ada tukang nasi goreng yang enak banget, kamu harus coba sih, itu langganan aku sama Johnny" tutur Nayeon.

Doyoung yang mendengar nama itu sempat terdiam. Hampir dua minggu ini ia kembali dekat dengan Nayeon dan ini adalah kali pertamanya Nayeon menyebutkan nama pria itu. Sebenarnya Doyoung penasaran dengan hubungan keduanya saat ini, masih bersama kah? Atau saat ini adalah waktu yang tepat bagi Doyoung untuk bisa masuk kedalam hati Nayeon dan menggantikan posisi Johnny.


To be continue...

.
.
.

Halooo, aku update lagi hehe

Happy reading guys...☺️
Semoga kalian enjoy ya...
Semoga hari kalian menyenangkan😊

Terima kasih untuk kalian yang selalu support cerita aku🙏⚘️🫶🫰

Continue Reading

You'll Also Like

246K 8.3K 25
"Dare to bet? If you can get Saebyul, I will give you $5k." "Deal." When Jeon Wonwoo accepted a bet from his friends. Knowing that it wasn't an easy...
1.3M 32.5K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
783K 65.5K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
7.5K 291 58
Action, Romance, Fantasy