While Her Guitar Gently Weeps

Autorstwa AzilAilama

696 46 8

Ini dia rasanya jadi cewek yang punya kakak cowok. Semua dialami Cessa dengan berawal dari Mas Danang yang pu... Więcej

Part 1
Part 3
Part 4

Part 2

107 10 1
Autorstwa AzilAilama

Malam ini Cessa sudah rapi, menurutnya. Karena dia memakai T-shirt terbaiknya, sebuah T-shirt asli dari band heavy metal favoritnya yang barangnya baru saja sampai kemarin sore, setelah hampir sebulan dia menunggu pengiriman dari Sydney, Australia asal band tersebut. Lalu jeans yang tidak belel, tidak seperti jeansnya yang lain.

Cessa lalu mengikat rambut panjang ikalnya dengan rapi, kemudian sedikit membubuhkan bedak bayi ke wajahnya yang memang sudah manis tanpa harus dipoles sana-sini. Bedak bayi itu saja sudah hampir habis umurnya namun tabungnya masih tetap berat terisi karena jarang dipakai. Kemudian Cessa memakai pelembab bibir, kado dari Ibunya dan berusaha agar mengolesnya setipis mungkin pada bibir mungilnya yang memang sudah berwarna pink merekah tanpa lipstick.

Dengan langkah penuh percaya diri akan mendapat traktiran sepuasnya, Cessa pun keluar kamarnya dan menyeberang menuju kamar Danang.

Tok, tok, tok.

"Maaas... Mas Danaaang, sea food, Maaaas!" panggilnya sambil mengetuk pintu kamar Danang.

Pintu terbuka, tetapi bukannya Danang seperti yang diharapkan Cessa, namun Arga. Dengan muka datarnya Arga mempersilahkan Cessa masuk, "Danang masih mandi," ujarnya sambil menggendikkan kepalanya menunjuk ke arah pintu kamar mandi di kamar Danang itu.

Cessa mengangguk tanda paham maksud Arga, namun kemudian dia menggeleng-geleng, "Pasti sengaja di lama-lamain deh, supaya ngga jadi..." gumamnya pada Arga.

Arga hanya mengangkat bahu dan mendengus tidak peduli, lalu duduk dikasur Danang dan memainkan laptop miliknya sendiri.

"Eh! Ada Cessa!" pekik Dito sambil melepaskan headphone yang menempel di kepalanya, sebelumnya dia sedang bermain games di komputer milik Danang, tidak menyadari kedatangan Cessa.

"Eh, Kak Dito..." canda Cessa meniru Dito, yang membuat Dito terkekeh.

"Rapi banget, Ces. Kayaknya niat banget ya pengen makan sea foodnya," ujar Dito.

"Rapi apanya cuma pake t-shirt sama jeans gitu, setiap hari juga kita pake begituan kali, Dit," Danang menyambung, ternyata dia sudah selesai mandi. Rambutnya masih basah tertutup handuk. Cessa menjulurkan lidahnya, dia memikirkan ejekan balasan untuk abangnya itu.

"Ah, menurut gue adik lo kayak gini aja udah cantik," komentar Dito jujur, kontan membuat pipi Cessa memerah seketika, dan melupakan kata-kata yang sudah dia siapkan untuk membalas Danang.

"Gila, gombal mulu lo, Dit. Bisa kebakar tuh pipi adik gue lama-lama," Danang terbahak, namun tak lama dia mengaduh kesakitan karena Cessa melemparnya dengan bola basket milik Danang, itulah benda terdekat dengannya.

"Ces! Anjrit, bola basket! Keras loh keras, astaga..." Danang mengusap-usap lengannya yang terkena lemparan Cessa.

"Abisnya lo rese sih Mas, lagian kita mau makan sea food di warungan tenda kali. Bukannya makan masakan Perancis di restoran langganan Bapak sama Ibu. Jadi, lo jangan harap gue bakalan make rok atau dress segala," celoteh Cessa menceramahi.

Selagi kedua kakak-beradik itu beradu argumen, Dito perlahan duduk disamping Arga di tempat tidur dimana mereka berdua menonton kelakuan Danang dan Cessa, kemudian bergumam, "Gue jadi pengen banget liat Cessa pake rok terus dandan, pasti tambah cantik," nadanya terdengar yakin dan serius, lalu dia menoleh pada Arga, "Ya ngga bro?" tanyanya.

Arga tertegun sebentar, diam-diam dia membayangkan juga jika Cessa seperti itu. "He-em..." dia bergumam menyetujui. Tapi itu mustahil, batinnya, Arga pun memilih untuk tidak peduli dan beralih lagi ke laptopnya.

Menunggu Danang yang kembali masuk ke kamar mandi lagi--katanya dia lupa sikat gigi, Cessa pun menarik bangku ke dekat tepian tempat tidur dimana Dito dan Arga berada. Cewek itu pun bertanya dengan suara hampir berbisik, "Kak, Mas Danang punya pacar ngga disana?" tidak jelas tujuannya siapa yang ditanya oleh Cessa. Arga sempat teralih dari laptopnya dan menatap Cessa dengan dahi berkerut, mulutnya terbuka seperti mau berkata sesuatu namun ia memilih untuk menyikut Dito, "Lo aja yang jawab, Dit. Ngga tega gue cerita ke adiknya."

"Ngga tega?" gumam Cessa hampir tidak percaya dan sedikit berpikir negatif dengan jawaban Arga, yang seketika makin membuatnya tertarik dan penasaran dengan topik ini.

Dito terlihat tidak terima disuruh begitu tetapi kemudian dia menarik nafas seperti siap bercerita panjang lebar, "Punya," ujarnya singkat.

Kali ini Arga menyikut jauh lebih keras.

"Yeeeh, gue udah ngarep cerita seru panjang lebar padahal..." Cessa kecewa, Arga pun geleng-geleng atas tingkah sohibnya itu.

"Lah, lo kan tadi nanya punya apa ngga, Ces. Ngga nanya embel-embel lain," Dito membela diri.

Cessa terlihat berpikir sejenak lalu manggut-manggut sendiri, "Iya juga," dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Tapi serius deh, gesture lo berdua tuh tadi semacem Mas Danang itu punya cerita yang gimanaaa gitu. Terus Kak Arga tadi bilang ngga tega, itu apa tuh maksudnya?"

Merasa namanya disebut-sebut Arga menoleh cepat, "Gue? Kapan... Oh, iya iya." Hampir saja Arga mengelak karena lupa, tetapi dia memutuskan untuk menjelaskan meskipun dia malas untuk berbicara panjang lebar, pikirnya lebih baik dia saja daripada si Dito konyol yang tidak jelas itu.

"Gini, ehm Ces," Arga berusaha mengakrabkan diri dengan menyebut nama Cessa meski terdengar kaku. "Danang punya pacar, udah hampir 1 tahun lah, sama cewek dari Fasilkom yang menurut Dito-selain menurut Danang juga ya, cantik banget."

"Sebelum gue ketemu elo, Ces." Sela Dito cepat, membuat Cessa agak tersipu dan tidak fokus akan cerita Arga.

Arga menoyor kepala Dito, "Serius, Dit..."

"Serius gue, Gaaa." Sahut Dito nyolot, yang tanpa dia sadari wajah cewek yang sedari tadi di pujinya sudah memerah tersipu.

"Ehm, udah, Kak. Kenapa jadi ganti topik gini..." ujar Cessa malu-malu.

"Eh! I-iya..." Dito pun malu, akhirnya dia sadar akan keterbukaannya sedari tadi.

Arga memijat keningnya, "Nah, gue lanjutin ya..."

"Bentar, Kak. Tapi kok menurut Mas Danang sama Kak Dito doang ya? Kalo menurut lo?" Cessa menginterupsi, dia semakin penasaran dengan cewek Fasilkom pacar abangnya yang sepertinya mencurigakan, ditambah penasaran lain yang membuatnya tertarik pada pernyataan tidak langsung Arga mengenai cewek ini.

"Arga mah ngga doyan cewek, kecuali Sar..." cerocosan Dito yang tanpa diminta itu terhenti ketika Arga melayangkan mousepad ke ubun-ubun Dito. Arga sempat terdiam begitu Cessa menyelesaikan kalimatnya, karena di kepalanya langsung terputar memori dan dialog-dialog yang selama dua setengah tahun ini dia coba sangkal dan lupakan. Sampai akhirnya tadi dia kembali ke dunia nyata setelah menyadari Dito yang hampir mengacaukan segalanya.

"Cantik, yah dia cantik," ujar Arga cepat dengan nada sedikit dipaksa.

"Tapi...?" Cessa tidak sabaran, dia menangkap ada nada menggantung dari kata-kata Arga tadi. "Kenapa ngga tega cerita sama gue?" lanjutnya.

"Uh, gue ngga tau respon lo bakal gimana soalnya," Arga melirik Dito yang memutar bola matanya kesal.

"Ces, si Arga ini dulu pernah bilang, jauh sebelum Danang jadian sama Helena-cewek ini namanya Helena, kalo dia cewek ngga bener, negatif, kinda bitchy. Tapi Danang-dan gue juga, ngga percaya sampe sekarang karena ngga ada bukti sih, dan yang kita lihat Helena cewek baik-baik," jelas Dito tidak sabaran. Cessa sedikit menganga karena tidak menyangka akan informasi penting yang dengan cepat diutarakan oleh Dito.

"Haah but it's a fact..." Arga mendesah lemah, sepertinya dia mengalah dan tidak mau membahas topik ini lagi karena dia segera menutup laptop dan keluar dari kamar Danang.

Cessa terdiam, dia menahan diri dan memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh karena dia juga melihat Dito yang enggan membahasnya. Meskipun menjadi semakin banyak pertanyaan dan pernyataan yang muncul di otaknya. Seketika dia merasa kasihan dengan abangnya, Danang menurutnya adalah cowok yang baik-baik dan setia. Rasanya tidak adil jika dia mendapat perempuan yang seperti Helena itu, meskipun Cessa tidak tahu bagaimana atau apakah benar pernyataan tentang Helena tadi. Kinda bitchy, huh? Cessa mengulang dalam hati.

***

Cessa membuka cangkang kerangnya yang ke dua puluh lima dengan mudah, lalu mencungkil dagingnya dan mencelupkan kedalam saos asam manis dari wadah kecil didepannya dan langsung melahapnya. Kemudian matanya beralih ke piring berisi kepiting asap yang berada di seberangnya, tepat di depan Dito. "Kak..." panggil Cessa.

"Ah, ya?" Dito yang tadinya terkesima melihat Cessa yang sudah menghabiskan dua porsi kerang rebus dan mencicipi udang bakar Danang akhirnya tersadar. Sebenarnya bukan hanya Dito, Arga dan Danang-abang Cessa sendiri pun ikut geleng-geleng kepala.

"Ngga jadi. Gue udahan deh makannya, abis lo semua ngeliat gue kayak gembel rakus gitu. Ah, malu gue jadi cewek rakus..." Cessa mencabut tisu beberapa buah dan mulai mengelap jari-jari tangannya.

Dito menggeser piring kepiting asap tepat ke arah Cessa seketika. "Gitaris butuh stamina, tadi pagi kan udah konser," dia tersenyum.

Cessa yang merasa kalah melihat senyum manis Dito yang dengan kedua lesung pipinya itu, menjadi tertunduk malu menghadapi sepiring besar kepiting asap di depannya. "Hehe, thanks, Kak..." gumamnya mencoba untuk nyengir, lalu dengan malu-malu mencomot capit kepiting yang sedari tadi menjadi incarannya.

"Gila, gila. Ampun deh Dit, seharian ya..." ucap Danang memecah kecanggungan antara mereka.

Arga hanya terkekeh melihat Dito yang melempar cangkang kerang kosong ke arah Danang dengan mukanya yang mulai memerah. Lalu dia melirik Cessa, sibuk dengan kepiting dan alat pembukanya-seperti tidak mendengarkan, namun nampak jelas perubahan warna pada pipinya yang juga merona. Cessa yang malu-malu seperti ini sangat berbeda dengan Cessa yang dilihatnya tadi pagi dengan gitar dan rambut ikal indahnya yang tergerai, sangat menarik melihatnya yang ternyata memiliki sifat yang berbeda-beda. Tunggu dulu, menarik? Rambut indah? Kini Arga yang merasakan sedikit kehangatan menjalar di kedua pipinya.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

584K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
7.2M 352K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
912K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...