بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum semuanya, jangan lupa vote dan komen sebelum dibaca. Tandai kalau masih ada typo
Komen sesuai nama jodoh kalian 🤭
Happy reading 🤍
****
"Ya Allah Gus, gitu banget sama saya, bukannya kita calon besan ya?" ucap Gus Adam.
"Dih! Saya nggak mau!" ucap Gus Ilham.
"Abah!" panggil Arsyi.
"Main sama umi aja ya, nak." Ucap Gus Ilham mengusap kepala Arsyi setelah selesai merapikan jilbab putrinya.
"Ote Abah!"
Arsyi pun beranjak pergi dari sana dan menuju kearah umi dan Ning Hana.
"Jodohin anak kita yuk," ucap Gus Adam membuat Gus Ilham dan Ustadz Abraham menoleh.
"Sudah berapa kali sih saya bilang, kalau saya tidak mau menjodoh-jodohkan anak-anak saya! Kamu kira perjodohan itu enak,"
"Memang nggak enak Gus?" Tanya ustadz Abraham.
"Enggak,"
"Kenapa?" Tanya Gus Adam.
"Ya karena memang nggak enak,"
"Tapi Gus Ilham sama Ning Aisyah kan, dijodohkan juga," ucap ustadz Abraham.
"Iya, saya memang dijodohkan, dan saya tau bagaimana rasanya dijodohkan. Dipaksa menikah dengan orang yang kita tidak cintai, Maka dari itu saya tidak mau anak saya merasakan apa yang saya rasakan,"
"Tapi Gus, anda dan Ning Aisyah pada akhirnya saling cinta, memiliki anak dan sampai sekarang masih awet bahkan sudah sampai bucin parah!" Ucap Gus Adam berargumen.
Gus Ilham menghela nafas panjang "Karena saya dan Aisyah memang ditakdirkan untuk bersama. Lagian kenapa pembahasan kalian lari ke pernikahan saya?"
Gus Adam dan Ustadz Abraham saling menatap, mereka berdua pun menyegir lebar menatap Gus Ilham.
"Ya sudah deh, saya doakan biar anak-anak kita saling berjodoh aja," ucap Gus Adam.
"Hm."
"Nggak di aamiin Gus?" Tanya ustadz Abraham.
"Saya mikir-mikir dulu calon besannya modelan Gus Adam," ujar Gus Ilham membuat ustadz Abraham tertawa sambil memukul lengan Gus Adam.
"Ya Allah, Gus. Jahat bener sama saya,"
Lalu kemudian Aisyah datang dari Arah dapur membawa nampan berisi secangkir teh untuk para pria.
"Afwan, bapak-bapak menganggu sebentar," ucap Aisyah bersimpuh dilantai untuk meletakkan minuman untuk para bapak-bapak ini.
"Waduh Ning, sepertinya kurang afdol kalo bilangnya bapak-bapak, kan, ustadz Abraham masih singgel," celetuk Gus Adam.
Aisyah sedikit tertawa ringan "Ya nggak apa-apa Gus, ustadz Abraham kan, guru Aisyah, orang tua kita disekolah. Jadi ustadz Abraham sudah bisa dikatakan bapak-bapak."
"Kesimpulannya, ustadz Abraham sudah tua jadi sudah bisa dipanggil bapak-bapak." Sahut Gus Ilham tertawa.
Sedangkan sang empu, ustadz Abraham hanya bisa menghela nafas panjang.
"Umur kita hampir sama loh, Gus," ujar ustadz Abraham.
"Tapi kita sudah laku!" Ucap Gus Adam.
Aisyah tertawa pelan, ia kemudian menyodorkan secangkir teh kearah suaminya. Kesempatan emas itu Gus Ilham pakai berbuat modus dengan cara memegang tangan istrinya.
Aisyah menatap suaminya agar melepas tangannya, namun sayangnya Gus Ilham rasa enggan melepasnya.
Bahkan hal itu dilihat langsung oleh Gus Adam dan Ustadz Abraham.
"Ehm! Ning Aisyah, gulanya mana?"
"E-eh, iya Gus. Ini Gus Adam dan Ustadz Abraham takar sendiri sesuai selera,"
Setelahnya Aisyah pun beranjak pergi dari sana, masih dengan pantauan suaminya yang terus menatap istrinya.
"Aduhh! Gus Ilham buchen!"
Gus Ilham pun menoleh.
"Apa?"
Ustadz Abraham sampai terkekeh geli melihat tampang datar pria itu atas apa yang dilakukan "Sisi lain Gus Ilham,"
"Bucin nya Gus Ilham... Jadi ingat masa dulu, Gus Ilham marahin Ning Aisyah gara-gara ambil jambu di pesantren saya, terus diburu sama angkasa."
"Beneran!?" Tanya ustadz Abraham yang baru tau cerita itu.
"Iya,"
"Kirain cuma di pesantren ini, istrinya dihukum," ujar ustadz Abraham melirik kearah Gus Ilham.
Sedangkan Gus Ilham hanya bisa membuang napas panjang, jika kembali berkelana pada saat itu, rasanya Gus Ilham ingin mati saja.
°°°°
Selesai acara kumpul bareng, kini keluar kecil Gus Ilham berkumpul ruang tengah.
Arsya dan Arsyi, sedang bermain bersama. Mereka berdua nampak akur kembali setelah drama beda circle itu.
"Aca ayo mulai!" Ucap Arsyi memegang ujung payung dan sisi lain ujung payung itu di pegang Arsya.
"Ayo acii... Perempuan banyak muda...
Acii banyak susah , jalan tutup mata...
Uang dan linggit Aca tidak punya. Aci tutup mata, Aca tutup walung..."
"Mali lah abang oi Mali cayang ikutlah Aci Abang jangan bimbang, Mali lah jalan Abang cepatlah cepat...
Awas celokan, oi kakinya lompat!"
"Mana?"
"Lampat!"
"Hiyah!"
"Hiyah!"
"Lompat Abang lompat!"
"Hiyah!"
"Holee!" Arsya dan Arsyi saling berpelukan atas keberhasilan mereka. Mengikuti permainan di kartun kembar botak itu yang baru saja mereka nonton.
Dan Aisyah hanya mampu tertawa menyaksikan tingkah laku kedua anaknya. Hingga tawanya terhenti saat ponselnya berdering.
Membaca nama yang tertera di layar ponselnya, Aisyah segera menekan tombol hijau menerima panggilan video tersebut.
"Assalamualaikum!" Salam Bang-tan a.k.a Bintang, kakak Laki-laki Aisyah.
"Waalaikumsalam, Bang-Tan!" Ucap Aisyah
"Anak kamu mana?" Tanya Bintang.
"Arsya! Arsyi! Sini nak, Om Bintang nelpon," panggil Aisyah.
"Omtaa!" Pekik Arsyi kegirangan melihat layar ponsel umi nya, terpampang jelas wajah om nya. Sedangkan panggil Omta kepanjangan dari kata Om Bintang.
"Assalamualaikum, omtaa!" Ucap Arsya melambaikan tangannya.
"Waalaikumsalam, nggak onta sekalian cil!" Sinis Bintang "Enggak anak nggak umi nya, selalu ganti-ganti nama orang."
"Hehe, jangan marah lah Abang," rayu Aisyah.
"Kamu yang ajarin kan?"
"Iya Abang, biar mereka gampang nyebutnya,"
"Alah, kurang aja Lo!"
"Dih! Aisyah matiin nih telepon nya," ancam Aisyah.
"Matiin gih! Pulsa gue mau habis!"
Aisyah tertawa.
"Oh ya makasih ya untuk hadiahnya, ayo anak-anak bilang makasih sama omtaa!"
"Syukron, omtaa!" Ujar Arsyi dan Arsya.
"Iya sama-sama, anak pintar,"
"Yaudah deh, Arsya sama Arsyi mau bobok omta udah dulu ya, Assalamualaikum."
"Ya good night bocil, Waalaikumsalam."
Tut!
"Sekarang waktunya tidur!" Seru Aisyah menggendong kedua anaknya.
"Abah mana umi?" Tanya Arsyi.
"Mau tungguin Abah pulang baru mau tidur?" Tanya Aisyah.
"Iya!" Ujar kedua anak itu kompak.
"Yaudah kita tungguin di kamar aja,"
Keduanya pun mengangguk setuju.
°°°°
Setelah selesai menidurkan anak-anak mereka Aisyah dan Gus Ilham pun berjalan ke kamar mereka. Sesampainya di kamar Gus langsung mengambil kitab miliknya sedangkan Aisyah pergi kamar mandi, untuk membersihkan wajah sebelum tidur.
Lima menit kemudian, Aisyah keluar kamar mandi. Ia menatap kearah suaminya yang sedang membaca kitab.
Aisyah kemudian melangkah duduk diatas kasur dekat suaminya.
"Mas Ilham," panggil Aisyah dengan suara manja nya.
"Hm," sahut Gus Ilham.
"Lagi apa?" Tanya Aisyah basa-basi. Benar-benar pernyataan yang konyol, sudah jelas suaminya sedang membaca kitab.
"Baca kitab," jawab Gus Ilham masih fokus pada kirab yang di pegangnya.
"Sekarang hari apa, mas?" Tanya Aisyah.
"Hari Kamis,"
"Kalau hari Kamis malam apa, mas?"
"Malam Jum'at,"
"Ohh," ucap Aisyah mengangguk. "Mas Ilham sibuk?"
"Enggak,"
"Main yuk, di sini," ucap Aisyah menepuk kasur yang ia duduki.
Paham dengan maksud istrinya, Gus Ilham berhenti membaca kitab dan melirik kearah istrinya.
"Ayo mas," panggil Aisyah lagi.
Dan Gus Ilham menutup kitab miliknya lalu menyimpan kembali ketempat nya. Kemudian pria itu meregangkan otot lengan dan lehernya.
"Mas,"
Gus Ilham segera menghampiri istrinya di atas kasur dan...
"Heh! Ganti baju dulu tapi!" Pekik Aisyah.
Gus Ilham tidak menghiraukan. Ia segera Manarik selimut hingga menutupi tubuh mereka.
°°°°
Jam lima pagi, hujan mengguyur bumi, membuat Gus Ilham terpaksa sholat subuh dirumahnya bersama Aisyah istri nya.
"Assalamualaikum warahmatullah...
Assalamualaikum warahmatullah...."
Gus Ilham menoleh kebelakang dan menyodorkan tangannya kepada istrinya untuk dicium. Lalu Gus Ilham dan Aisyah mengambil tasbih mereka masing-masing.
"Ih, mas Ilham. Tasbih itu punya Aisyah!" Protes Aisyah saat suaminya mengambil tasbih miliknya.
"Nggak apa-apa, fungsinya sama kok,"
"Tapi warnanya beda!"
Gus Ilham menghela nafas panjang, baru saja selesai sholat subuh dan mendapatkan pahala, istrinya sudah ngajak ribut.
"Sini tasbih kamu," Gus Ilham mengambil tasbih Aisyah dan menyimpan kembali pada tempatnya.
"Loh?" Aisyah bingung mengapa suami nya menyimpan tasbihnya kembali.
"Sini," titah Gus Ilham.
"Apa?"
"Duduk di sini," ucap Gus Ilham menepuk pahanya.
Walaupun pun bingung, Aisyah menurut dan duduk di pangkuan suaminya.
"Sini tangannya,"
"Hah?"
Gus Ilham mengambil tangan istrinya dan mulai berdzikir memakai jari-jari tangan istrinya.
"Subhanallah, subhanallah, subhanallah..."
"Mas Ilham..." Aisyah menatap wajah suaminya yang sangat dekat dengan wajahnya. Wajah Aisyah merah merona karena salah tingkah.
•••••••
GIMH 2 : AISYAH
Judul nya ganti lagi ya. Sebenarnya lagi pusing mau gimana konsep judulnya😔
Btw gimana nich part nya. Oke kan?
Jangan lupa vote dan komen dan follow 🌝
Follow akun Instagram Author @wattpadasya. Oh ya kalian bisa kok taq akun ku part di cerita ini yang kalian suka nanti ku repost 🤭
Spam next yang banyak ➡️
See you next part Assalamualaikum 🧡
21 februari 2023