Married with my idol

By fourteenjae

159K 15.1K 1.7K

"Kalau menikah, sudah pasti berjodoh 'kan?" - [SEQUEL OF STORY "MY BOYFRIEND, JEONG JAEHYUN"] fourteenjae-202... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
Announcement
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42
chapter 43
chapter 44
chapter 45
chapter 46
chapter 47
chapter 48
chapter 49
chapter 50
chapter 51
chapter 52
chapter 53
chapter 54
chapter 55
chapter 56
chapter 57
chapter 58
chapter 59
chapter 60
chapter 61
chapter 62
chapter 63
chapter 64
chapter 65
chapter 66
chapter 67
chapter 68
chapter 69
chapter 70
chapter 71
chapter 72
chapter 73
chapter 74
chapter 75
chapter 76
chapter 77a
chapter 77b
chapter 78
chapter 79a
chapter 79b
chapter 80
chapter 81
chapter 82
chapter 83
chapter 85
chapter 86
chapter 87
chapter 88
chapter 89
chapter 90
chapter 91
chapter 92
chapter 93
chapter 94
chapter 95

chapter 84

1K 113 8
By fourteenjae

"You little dumb ass bitch, I ain't fucking with you." – Big Sean

-

"Kau sudah menghubungi pihak SM Entertainment?" tanya Kim Jaehwa setibanya Min Jae ke meja mereka.

Satu jam setelah pertemuan itu, semua menjadi tergesa-gesa daripada sebelumnya. Kim Jaehwa menyerahkan rekaman suara berisikan perbincangan tadi pada tim investigasinya untuk dilakukan penyelidikan lanjutan.

Lalu Min Jae segera melaporkannya pada Pimpinan dan Shin Yoo Jin. Menjelaskan dengan sangat rinci dan tetap akan mengirimkan laporan tersebut secara resmi melalui email perusahaan. Bahkan Kim Jaehwa juga menitip pesan bahwa pihak Dispatch akan mengirim rincian hasil penyelidikan.

Sementara Park Hye Soo, wanita itu tidak melakukan banyak hal selain duduk menikmati kopi hangat. Diam-diam mengilas balik kedekatannya dengan Cha Hae Rin semasa sekolah.

Kemarin, saat wanita itu meminta maaf, Park Hye Soo bersikeras menahan diri untuk tidak menangis. Bahkan tidak membalas dekap Cha Hae Rin yang menyesali perbuatan.

"Sudah. Mereka akan menunggu kabar resmi darimu." imbuh Min Jae ikut menempati kursi.

"Sama sekali tidak terduga jika dia akan mengakuinya setelah bertemu denganmu." papar Kim Jaehwa pada Park Hye Soo. "Teman lamamu itu... terlalu mudah dipengaruhi."

Kedua orang tersebut mengangguk setuju pada pernyataan singkat Kim Jaehwa.

"Sikap dan pikirannya dapat berubah sesuai lingkungan sekitar. Mudah dipengaruhi tanpa memiliki pendirian kuat." ucap Min Jae menyambung.

Kim Jaehwa mengangguk. "Makanya, saat dia dipengaruhi oleh seseorang anonim itu, Cha Hae Rin semakin merasa sangat membenci hingga ingin melakukannya. Tetapi ketika bertemu denganmu, dia menjadi sosok rapuh penuh kelembutan sehingga tidak mungkin orang seperti dia melakukan ujaran palsu."

Usai mengatakan itu, Kim Jaehwa reflek tersenyum masam hingga membuat Park Hye Soo menyerngit heran.

"Kenapa? Ada sesuatu yang menarik?" tanya Park Hye Soo penasaran.

"Tidak, itu bukan hal menarik. Hanya sebuah kisah lama yang tiba-tiba teringat." Balas Kim Jaehwa semakin membuat kedua orang lawan bicaranya tidak paham. Membuat lelaki itu mengubah posisi duduk sebelum kembali berujar. "Saya merasa déjà vu dengan sikapnya."

"Sikap apa?" Kini Min Jae bersuara. Tidak sabar mendengar kelanjutan kalimat Kim Jaehwa yang setengah-setengah.

"Bertahun lalu, saya pernah melakukan kesalahan pada seseorang. Tidak memiliki pendirian dan terus-menerus merasa sakit hati. Tetapi kemudian menyesali perbuatan sendiri setelah disadarkan oleh seorang sahabat lainnya." jelas Kim Jaehwa. (ch28 my boyfriend, jeong jaehyun)

"Setelah dampak kesalahan itu menyebar, saya tergesa-gesa menyelesaikannya agar kembali seperti semula."  lanjutnya.

"Walau nyaris terlambat tetapi tetap tidak bisa mengelak dari dampaknya. Bertengkar dengan sahabat baik, dihajar kekasih sahabatku, beradu debat dengan rekan kerja dan mendapat surat peringatan dari ketua divisi. Seakan itu adalah bayaran dari kesalahan yang telah saya lakukan padanya." imbuh Kim Jaehwa terkekeh masam. (ch28, ch35, ch38, ch60 my boyfriend, jeong jaehyun)

Ingatan kejadian bertahun lalu seakan berputar ulang membayangi pikiran. Tidak akan pernah terlupakan bagai bagian penting yang harus diingat seumur hidup.

"Apakah itu antara kau dengan Han GoEun?"

"Hookk!" Kim Jaehwa tersedak kopi americano saat Park Hye Soo menebaknya secara akurat tanpa inisial atau keraguan. "Ha-ha, benar."

"Dan sahabat lainnya adalah wanita yang bersama Han GoEun di ruang kerja?" tebak Park Hye Soo lagi.

Kim Jaehwa mengangguk sekali lagi. Wajahnya merona malu setelah masa lalunya diketahui secara cepat oleh lawan bicaranya. "Benar, namanya Kim Eunji. Dia juga bekerja untuk Han GoEun di perusahaan itu."

Lelaki itu terus menceritakan kisah asmara yang kandas sebelum sempat dinyatakan. Mengisi kekosongan waktu dengan menertawakan kepahitan cinta bertepuk sebelah tangan. Sengaja mengalihkan pikiran untuk melupakan sejenak perihal kejadian pelik beberapa saat tadi.

Sementara di lain tempat, usai Min Jae menjelaskan perihal pembicaraan antara Cha Hae Rin dan Park Hye Soo melalui panggilan telepon, Shin Yoo Jin segera bergegas. Sangat tergesa memasuki tabung alumunium dan melewati beberapa staf yang menyapa.

Setelah tiba di lantai sepuluh, kakinya terus melaju melintasi lorong sepi menuju ruang latihan. Membuka pintu hingga menginterupsikan proses pengajaran koreografi. Membuat banyak pasang mata menoleh, mengaburkan fokus ketukan nada. Mengacaukan barisan para member karena keheranan melihat kehadiran Shin Yoo Jin.

Manajer itu masuk lebih dekat, mengajak pelatih koreografer sedikit menjauh untuk bicara singkat selagi musik masih menyala keras. Pembicaraan yang tidak didengar itu membuahkan anggukan sang pelatih sambil mematikan alunan lagu.

"Jaehyun," panggil sang pelatih sambil menggerakan satu tangannya. Mengintruksi untuk segera mengikuti Shin Yoo Jin keluar dari ruangan.

Mereka cukup mengerti, mengapa Jaehyun dipanggil hingga tidak mengikuti latihan. Terlampau paham sampai tidak ada lagi perbincangan selagi kedua lelaki itu melangkah keluar. Mereka hanya menyayangkan bahwa masalah pelik tidak kunjung selesai.

Jaehyun tidak berucap apapun selama mengikuti langkah Shin Yoo Jin. Membiarkan manajer membawanya pergi lebih jauh dari ruang-ruang latihan dan kerumunan orang. Sengaja menunggu tanpa banyak bertanya.

"Tunggu di sini," titah Shin Yoo Jin setibanya mereka di rooftop gedung agensi.

Jaehyun tak mengangguk atau menggeleng, lagi-lagi, ia hanya diam sebagai respon. Membiarkan Shin Yoo Jin pergi tanpa merasa penasaran.

Sepoi angin sore menerpa tubuh Jaehyun. Menghantam pelan penuh kelembutan seraya memberi pesan bahwa angin ini akan membawa semua peluh dan kerisauan hati. Walau mulutnya membisu tanpa suara, percayalah, bahwa pikirannya ramai sekali. Memaksa Jaehyun untuk terus berpikir ekstra agar masalah cepat tuntas.

Tatapannya berlabuh pada hamparan kota Seoul. Memperhatikan objek apapun yang dapat ditangkap mata tanpa bantuan lensa. Berharap bahwa isi pikiran dapat teralih untuk beberapa menit. Berharap bahwa angin dapat menenangkan penat.

Bukan berarti selama bersama Han GoEun, tidak mendapatkan ketenangan. Justu kehadiran sang istri adalah pelipur lara terbaik di antara semua rutinitas melelahkan.

Hanya saja, masalah ini memang terlalu menguras pikiran dan harus diselesaikan, bukan?

Setelah Han GoEun menjelaskan mengenai pertemuannya dengan Park Hye Soo dan Kim Jaehwa, Jaehyun dapat menyimpulkan bahwa titik permasalahan sebenarnya belum juga ditemukan.

Kebencian Cha Hae Rin hanyalah kamuflase untuk menutupi sesuatu yang lebih besar dari hal itu. Sengaja menggerogoti tanpa menampakkan diri. Sengaja mempermainkan perasaan kelabilan seseorang agar mudah dihasuti karena tidak ingin mengotori tangan.

Jika minggu lalu, Han GoEun dengan berani mengambil langkah menemui Kim Sae Ron, berarti memang ada sesuatu hal buruk yang telah dilakukan. Karena biasanya, feeling wanita selalu tepat dan akurat tanpa meleset.

Dan Han GoEun pun merasa bahwa Kim Sae Ron juga terlibat dengan kejadian ini. Maka berarti...

"Jaehyun?"

Jaehyun membelalak kaget saat Shin Yoo Jin menepuk pundaknya. Iris mata membesar penuh keterkejutan mendapati manajer datang dengan dua kaleng soda di tangannya.

"Hyung, jantungku nyaris copot." keluh Jaehyun serius.

Shin Yoo Jin menyerahkan sekaleng soda yang segera diterima Jaehyun. "Apa yang kamu pikirkan sampai tidak dengar panggilanku?"

Cezzz!

Dua kaleng soda terbuka bersamaan. Menjeda percakapan ketika keduanya meneguk isi kaleng. Mendinginkan kerongkongan selagi air soda mengalir ringan memenuhi dahaga. Perpaduan semilir angin dan sekaleng soda tidaklah buruk sebagai peneman gundah.

"Jadi, apa yang kamu lamunkan sampai terkejut seperti tadi?" ulang Shin Yoo Jin mengganti kalimat tanya. Ikut menatap hamparan ibu kota sambil sesekali melirik Jaehyun.

"Daripada itu, apa yang ingin kamu bicarakan, hyung?" balas Jaehyun memutar tanya. "Melihatmu datang tergesa-gesa dan memintaku keluar dari ruang latihan, sudah pasti teramat penting, kan?"

"Tepat sekali," jawab Shin Yoo Jin cepat tanpa berniat mengulur atau menjeda. "Min Jaessi sudah menghubungiku perihal pertemuan Park Hye Soo dengan pelaku. Singkatnya adalah Cha Hae Rin bersedia mengikuti prosedur penyelidikan."

Jaehyun terperangah. Begitu takjub mendengar kesingkatan penjelasan Shin Yoo Jin mengenai pertemuan itu.

"Memang sempat terjadi persengitan di antara mereka tapi akhirnya Park Hye Soo bisa membuatnya berpindah haluan. Dan kamu tau," Shin Yoo Jin semakin merapatkan jarak setelah memendarkan tatap. Meyakini situasi tetap jauh dari orang sekitar. "Dugaan adanya seseorang yang mendalangi perbuatan Cha Hae Rin adalah benar."

Jaehyun semakin membisu. Sekelabat dugaan dan kejadian mengulas cepat membentuk bayangan memori. Seperti kepingan yang tersusun menampakkan kejelasan gambar. Atau seperti kekusutan gulungan benang yang tiba-tiba mengendur hingga kian lurus menampakkan ujung temu.

"Apakah...kamu...tau siapa dalangnya?" suara Jaehyun tersendat. Nyaris kehilangan suara selagi menyusun pemikirannya sendiri. Sampai menahan nafas menunggu jawaban Shin Yoo Jin.

"Kim Jaehwa sedang menyelidikinya melalui akun Cha Hae Rin." Jawaban Shin Yoo Jin cukup menjelaskan bahwa berarti dalang tersebut belum diketahui. Bahu Jaehyun merosot mendengar jawaban itu. Nafasnya memburu gusar hingga Shin Yoo Jin menyadari. "Kenapa? Ada apalagi?"

"Hyung, aku harus menemui Han GoEun."

"Apa? Kenapa?" Shin Yoo Jin ikut merasa panik melihat kegelisahan Jaehyun.

"Ada yang harus aku bicarakan dengan istriku." Jaehyun nyaris pergi saat Shin Yoo Jin berhasil menyekal lengan.

"Kamu ingin menemuinya di mana?"

"Kantornya. Aku harus pergi sekara—"

"Setidaknya beritahu agar aku tidak risau! Apa yang ingin kamu bicarakan dengan raut gelisah seperti it—"

"Setelah selesai menemui Han GoEun, aku akan segera menghubungimu." Jaehyun menyela dan melepas cekalan Shin Yoo Jin. "Aku akan menjelaskan semuanya!" lanjutnya setengah berlari. Meninggalkan kepusingan Shin Yoo Jin terhadap kelakuan anak asuhnya.

🍑🍑

Han GoEun sedang terbaring di sofa panjang ketika pintu ruang kerja terbuka. Disusul derap langkah hingga Han GoEun buru-buru terduduk. Ia juga segera menutupi ekspresi terkejutnya dengan berlagak tegas nan wibawa. Namun mendadak menyerngit heran setelah mengetahui sosok yang memasuki ruangan.

"Kupikir pegawai," sungutnya kembali merebahkan diri tanpa mempertanyakan alasan sang lelaki datang menemui.

"Kamu sakit?" tanya Jaehyun terduduk di tepi sofa selagi mendaratkan punggung tangan di kening sang istri. "Atau lelah? Mau pulang?"

Mata yang sempat terpejam itu pun terbuka. Memperhatikan wajah Jaehyun yang menutupi sebagian langit ruang kerja. "Banyak sekali pertanyaanmu. Aku hanya bersantai sebentar, Jaehyun."

"Kamu benar, aku memang punya banyak pertanyaan." papar Jaehyun lebih serius. Mengusap penuh sayang pipi Han GoEun selagi melayangkan kalimat tadi. "Ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan."

Han GoEun masih berbaring selagi menilik raut sang suami. Begitu dalam sirat ketegasan intonasi kalimat Jaehyun. Namun tidak ada yang berubah dari tatapan dan sentuhan itu. Tetap meneduhkan dan penuh kelembutan kasih sayang. Tanpa tuntutan atau penyudutan. Membiarkan Han GoEun bergerak sesuai kesiapan hati.

Jaehyun membantu Han GoEun duduk. Saling bertatap mata selagi keheningan melingkupi selama beberapa detik.

"Han GoEun," panggil Jaehyun menyebut lengkap nama sang istri.

"Hm,"

"Tadi Shin Yoo Jin hyung memberiku info terbaru,"

"Oh ya? Bagaimana?"

"Dia mengatakan...Cha Hae Rin, si pelaku itu..." Jaehyun tak sengaja terbata-bata. Ia sedang fokus merangkai kata sekaligus menelisik raut sang istri. "...mengaku kalau ada seseorang yang memintanya untuk mengunggah artikel."

Mulut Han GoEun terbuka sedikit, sangat terkejut bahwa dugaan berubah menjadi nyata. Matanya mengerjap pelan menatap Jaehyun.

"Heol!" ujarnya rendah.

Hanya itulah yang ingin Jaehyun sampaikan. Setelahnya, mereka kembali diam tak bersuara tanpa mengalihkan tatapan mata. Seakan sedang mengutarakan sesuatu hal lain walau tidak mengeluarkan seuntai kata pun.

"Jadi, kini aku ingin tau, alasanmu menemui Kim Sae Ron pada minggu lalu..."

"Iya," ujar Han GoEun lagi. "Aku akan menjawabnya."

"Sayang?!" Jaehyun mengerjap kaget setelah sang istri dapat menebak isi pikirannya. "Menjawab apa?"

"Apapun yang kamu pikirkan sekarang. Aku akan menjawabnya." ujar Han GoEun santai. "Melihatmu tidak bisa menahan diri, sepertinya ada sikapku yang sangat mengusikmu."

Jaehyun tampak menimbang sesuatu sebelum menggenggam erat kedua tangan Han GoEun. Menarik nafas mengatur luapan rasa penasaran. Berusaha mengontrol diri agar tidak berucap secara buru-buru dan menuntut. Tetap bersuara lembut tanpa memaksa.

"Ceritakan padaku, apa saja yang kamu lakukan hari itu?" tutur Jaehyun melembut. "Kamu menemuinya tanpa takut, setidaknya berikan aku penjelasan mengenai dugaan dan hasil pertemuanmu. Tanpa terkecuali."

Han GoEun mengangguk paham. Justru merasa lega karena suaminya sudah lebih dulu bertanya tanpa bernada kesal.

"Dugaanku langsung tertuju pada Kim Sae Ron setelah artikel Pann itu keluar." jelas Han GoEun. "Tidak ada seorang pun yang memiliki alasan untuk menjatuhkanmu, dramamu, lawan mainmu dan hubungan kita selain dia."

Jaehyun menyimak tanpa sekalipun memalingkan tatap. Mencerna kata per kata untaian penjelasan sang istri.

"Dia adalah satu-satunya dugaan paling tepat dengan semua permasalahan ini. Diawali dari kemundurannya dari drama karena tidak terima pada urutan pemain. Padahal dia juga mendapat peran inti tetapi bersikeras ingin menjadi lawan mainmu."

"Kedua, aku pernah menerima panggilan telepon ketika dia menghubungi nomormu. Dalam perbincangan singkat itu, dia ingin membuatku salah paham mengenai agendamu." Han GoEun menghela kasar. "Tidak cukup dengan itu, pada pertemuan pertama ketika aku menemui member Red velvet, dia berusaha mengolokku dengan menggunakan PTSD dan karangan bebas mengenai kedekatan kalian agar aku tersulut amarah. Dan bahkan nyaris mencelakaiku di lobby." (ch15, ch50)

Jaehyun terkesiap mendengar poin kedua dari dugaan Han GoEun. Ada desiran amarah yang menguasai setiap kali membahas persoalan kecelakaan. Tangannya semakin mengerat berusaha meyakinkan diri bahwa kini sang istri sedang berada di hadapannya. Tidak sedang dalam bahaya, tidak tergores ataupun terluka.

"Ketiga, dia juga pernah menemuiku pada malam hari dan melayangkan peringatan ancaman bahwa aku akan menyesal karena tidak takut dengannya. Lalu yang keempat," Satu jari Han GoEun terangkat lagi sesuai kalimat. "Dia pun membenci Park Hye Soo eonnie karena berhasil mengambil peran yang sangat diinginkannya, yaitu menjadi lawan mainmu alias pasangan dramamu." (ch68, ch25)

"Selayaknya puzzle, semua sikapnya kepada aku, kamu atau Park Hye Soo eonnie, sangat menggambarkan bahwa dia adalah pelaku utamanya. Berperan di balik layar dengan menggunakan seseorang sebagai boneka hidup." imbuhnya.

Han GoEun menyelesaikan penjelasan mengenai dugaan yang dia perkirakan. Alasan paling logis jika memang pelakunya adalah wanita itu. "Dan... mengenai yang kulakukan pada hari itu..."

"Pelan-pelan saja menjelaskannya. Aku bisa menunggu." imbuh Jaehyun.

Ada kegetiran dari sorot mata Han GoEun. Beberapa kali membasahi bibir disertai gigitan kecil, menandakan kegugupan. Sangat serius mengolah kata dalam pikiran sendiri sebelum menyerukan. Membiarkan Jaehyun diam menunggu. Mengheningkan sejenak ruang kerja tanpa pengganggu.

"Tindakanku saat itu memang sangat gegabah," imbuh Han GoEun kembali memulai. "Secara sembrono datang menemui tanpa persiapan matang."

Jaehyun pun kembali menyimak. Menelisik surai rambut Han GoEun menggunakan jemari tangan yang bergerak penuh kasih. Bertindak alami tanpa buat-buat agar sang istri tidak perlu merasa gusar.

"Saat itu, aku hanya berpikir harus menemuinya untuk memastikan dengan caraku sendiri kalau dugaan ini tidak meleset. Setidaknya aku sedikit berkontribusi mencari pelaku. Alasanku menemuinya ke agensi juga karena tempat itu adalah lokasi terbaik untuk menemuinya. Terjamin bisa segera berpapasan tanpa perlu janji." papar Han GoEun mengilas kejadian minggu lalu.

"Sejujurnya memang sedikit takut. Alih-alih memakai bukti, aku menunjuknya sebagai pelaku hanya memakai feeling dan dugaan. Percakapan itu sangat singkat, hanya berisi kalimat lontaran. Aku hanya mengatakan, jika masih merasa bisa mengalahkanku, lebih baik hentikan sekarang daripada menanggung akibatnya."

Sudut bibir Han GoEun melengkung bengis. "Itu adalah kalimat sederhana bersirat ancaman dan sedikit tuduhan. Tetapi siapa sangka, keambiguan kalimat bisa membuatnya terkejut setengah mati? Bahkan manajernya berulang kali mempertanyakan maksud kalimatku namun tidak ada satupun dijawabnya."

"Normalnya, kalau bukan pelaku, kita tidak akan mengerti maksud dari kalimat itu. Ekspresi wajah akan secara natural menunjukkan kebingungan seperti sikap manajernya. Tetapi daripada itu, Kim Sae Ron justru berkata, bukan aku pelakunya. Keterlaluan sekali menuduhku seperti itu." Han GoEun begitu ekspresif menjelaskan kejadian. Mengulang beberapa adegan secara nyata di depan keseriusan Jaehyun.

"Dia jelas bukan termasuk dalam kategori reaksi orang normal karena memang seorang pelaku. Insting pelaku selalu mengelak lebih awal sebagai pertahanan diri. Melupakan bagian penting dari memerankan sebuah tokoh jahat. Itulah alasanku mencurigainya sebagai salah satu pelaku." Han GoEun berhembus nafas panjang setelah selesai menjelaskan uraian dugaan.

Masih saling duduk berhadapan, kini Han GoEun melabuhkan sisi kiri kepalanya di punggung sofa. Menatap Jaehyun yang masih diam mencerna semua kalimat. "Maaf sudah merahasiakannya darimu," ujar Han GoEun.

Jaehyun mengikuti gerak sang istri, merebahkan sisi kepala kanannya sambil bertatap lekat. "Sebenarnya, kamu tidak merahasiakannya dariku. Aku sudah tau saat hari itu juga."

"Aku tau," balas Han GoEun. "Tapi kamu memilih untuk tidak bertanya lebih awal padahal penasaran setengah mati sampai mengusikmu seperti ini."

"Selain penasaran, aku juga khawatir. Aku yakin kamu bisa menjaga diri. Terlebih ada kehadiran Eunji dan pengawal yang senantiasa menjagamu selagi tidak bersamaku. Tetapi menemui wanita seperti Kim Sae Ron tanpa berbincang denganku itu...berbahaya, sayang." ujar Jaehyun. Ia sangat cemas hingga suaranya bergetar. Takut jika tindakan wanitanya dapat kembali menyakiti.

"Dia berani menyerangmu di gedung agensiku secara terbuka seperti itu. Berarti ada kemungkinan, dia juga bisa melakukan hal serupa di mana pun tanpa ragu." tekan Jaehyun merisau.

"Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika hal berbahaya kembali menimpamu," tutur Jaehyun semakin rendah. "Mengendalikan pilihanmu memanglah sangat kekanakan dan aku tidak ingin sampai harus seperti itu. Aku juga sangat berterima kasih karena kamu berusaha membantu. Tetapi mengorbankan diri sampai sejauh itu...membuatku takut."

Han GoEun segera memeluk tubuh Jaehyun. Bibirnya melengkung rendah dengan tetesan air mata yang ikut mengalir. Teramat menyadari bahwa tindakannya memang sudah membuat sang suami teramat cemas.

Sementara tangan Jaehyun melingkari pinggang sang istri. Mengusap pelan punggung Han GoEun diselingi tepukan ringan menenangkan.

"Jangan lagi, sayang. Aku mohon." pinta Jaehyun penuh kesungguhan teramat serius. Mengeratkan peluk sambil memejamkan mata. "Tolong tetaplah aman untukku."

🍑🍑

Jaehyun baru saja menyeka peluhnya ketika Taeyong menyerukan waktu latihan telah selesai. Tepat pukul setengah tujuh malam, kesembilan member NCT 127 menyelesaikan latihan. Lebih lama dibanding sebelumnya karena dibarengi pembuatan rekaman dance practice.

Masih sedikit tersengal usai menikmati sekaleng minuman bersinergi, Jaehyun mendapati Johnny tengah duduk bersantai sambil sibuk mengetik layar ponselnya. Tak jarang pula, lelaki itu tampak mengulas senyum. Gerik yang sangat mencurigakan jika hanya sekedar percakapan ringan.

Jaehyun pikir, Johnny tidak akan menyadari geriknya tetapi tepat saat Jaehyun hendak mengintip layar tersebut, Johnny sudah lebih dulu mendorongnya.

"Hei, Jaehyun! Aku tidak pernah sekalipun mengintip pesan dari istrimu. Jadi, jangan pernah mencoba untuk mengintip ponselku. Pergi sana." sungut Johnny mengusir.

Tetapi Jaehyun tidak beranjak sesenti pun. Bahkan hanya melambai singkat pada sebagian member yang mulai berhamburan keluar lebih dulu. Ia tetap menatap Johnny yang masih terduduk sambil tersenyum jenaka.

"Kim Eunji?"

Beberapa sekon, suara Jaehyun mampu menghentikan ketikan Johnny. Lelaki itu nyaris tersentak sebelum kembali bersikap biasa saja dan melanjutkan aktifitasnya sendiri.

"Bukan Kim Eunji?" tanya Jaehyun lagi. "Kamu mendekati Eunji tetapi bukan dia lawan chat-mu sekarang?"

"Kim Eunji." jawab Johnny mendongak. "Hanya dia."

Sudut bibir Jaehyun menukik samar. Bahkan nyaris berkedut saking sulitnya menahan senyum. Dengan kedua tangan bersemayam di dalam saku celana, Jaehyun kembali berujar, "Kalian sudah berpacaran?"

Johnny tak menanggapi. Rautnya pun berubah serius setelah mendengar pertanyaan lawan bicaranya.

"Hanya komitmen?" tebak Jaehyun lagi.

Ruang latihan hanya menyisakan mereka berdua. Ruang kosong itu semakin membuat Jaehyun sangat leluasa membicarakan tentang Kim Eunji dan hubungan di antaranya. Berusaha mencari tau jawaban Johnny sebagai bahan gossip dengan sang istri sebelum tidur nanti.

"Kalau begitu, hubungan tanpa status?"

"Jaehyun?" panggil Johnny kembali mendongak setelah mengirim pesan. "We're just friend."

Jaehyun mengernyit tidak percaya. "Are you sure?!"

"Yup. Just friend,"

"With benefit?"

Celetukan Jaehyun berhasil membuat Johnny beranjak secara tiba-tiba. Mengejutkan Jaehyun yang segera mundur selangkah sebagai pertahanan diri.

Namun tidak ada kalimat yang ingin diucapkan Johnny. Dia tidak bisa membuat Jaehyun paham mengenai hubungannya dengan Kim Eunji. Johnny dan Jaehyun memiliki presepsi berbeda mengenai keseriusan hubungan.

Setidaknya sampai detik ini, Johnny hanya merasa bahwa dirinya terlampau nyaman bicara dengan Kim Eunji. Berdiskusi dengan wanita itu membuat beban sedikit menguap. Seorang wanita yang ingin ada untuknya dalam jangka waktu sangat panjang. Ia tidak ingin menghubungkannya dengan status karena enggan berpisah jika ada pertengkaran di masa depan nanti.

Dia tidak sepercaya Jaehyun yang bisa melewati berbagai masalah dan tetap bersama. Menurutnya, membuat Kim Eunji tetap mampu dijangkau mata dan tangan sudah sangat cukup. Walau terkadang cara komunikasi mereka sering melewati batas sampai bisa saling bertukar foto yang cukup ambigu dan terbuka.

Jaehyun tidak perlu tau tentang itu. Dan Johnny juga yakin kalau Kim Eunji pun tidak pernah menceritakannya pada Han GoEun.

"Terserah kamu saja, hyung." imbuh Jaehyun setelah hening. "Aku selalu mendapat saran rasional darimu. Jadi sudah pasti kamu lebih cermat dalam mengambil keputusan."

Tidak juga.

"Kamu pasti paham kalau Eunji sahabat istriku. Dibanding aku, Han GoEun yang akan maju memprotes dan memakimu jika dia tau kamu menyakitinya." lanjut Jaehyun. Kedua dimple tercetak jelas saat ia tersenyum.

"Sejauh ini, kita baik-baik saja." balas Johnny tenang.

"Semoga Eunji juga merasa begitu," jawab Jaehyun santai. "Kalau begitu, lanjutkan obrolanmu dengannya. Aku pulang duluan!"

"Jaehyun,"

Jaehyun berbalik setelah sampai di ambang pintu. Menoleh pada Johnny yang mendadak memanggil. "Kenapa?"

"Besok...mau makan malam bersama?"

Satu alis Jaehyun menukik memperhatikan arah pembicaraan Johnny. "Kita berempat?"

Johnny mengangguk. "Bisa?"

"Makan malam di rumahku saja." papar Jaehyun. "See you tomorrow, hyung!"

Johnny kembali terduduk setelah pintu ruangan tertutup. Menyisakan dirinya di area tunggu pada ruang latihan.

Area tunggu yang dimaksud adalah barisan kursi dan sofa pada sisi ruang yang biasanya dipakai member atau staf untuk menunggu. Para staf akan berkumpul di sini selagi member sibuk latihan. Atau dipakai para member untuk menunggu kedatangan koreografer.

Satu pesan Kim Eunji kembali masuk. Hanya sebuah pesan gambar tanpa kata. Membuatnya antusias dan segera menjelajahi isi ponsel.

Sebelumnya ia memang meminta Kim Eunji untuk mengirim foto karena rindu dan setengah bercanda. Walau sempat ditolak tidak ingin menunjukkan, nyatanya kini Kim Eunji sudah mengirimnya.

"WHAT THE FUCK?!"

Johnny menganga melihat tampilan foto yang Kim Eunji berikan padanya. Jantungnya berpacu sangat cepat seakan ingin mencuat keluar. Pikirannya mendadak blank hanya karena sebuah foto hitam putih.

Nafasnya memburu seiring dengan kelakuannya yang memperbesar dan memperkecil foto untuk melihat berbagai detail keseluruhan isi. Bagai orang mesum sampai tidak menyadari bahwa satu tangannya telah mengusap area celana yang mengeras. Berusaha menenangkan diri walau tetap melampiaskan keterkejutannya melalui balasan pesan.

"Kim Eunji, what are you doing to me?!" hardiknya pada diri sendiri. "God...she drives me so hard right now!"

Satu setengah jam kemudian, sembari mengibas rambut, Kim Eunji tersenyum miring melihat keresahan Johnny yang terbaring pasrah di bawahnya. 

🍑🍑

the convo from Johnny pov

Adegan selanjutnya ada di Karyakarsa hehehe~

🍑🍑🍑

Jangan lupa share, komen dan vote!
See you in the next chapter!

Adegan dewasa ada di akun karyakarsa (https://karyakarsa.com/fourteenjae) dan berbayar. 

Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae

2020 - fourteenjae

Continue Reading

You'll Also Like

214K 22.9K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
90.3K 8.5K 33
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
164K 12K 87
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
57.4K 7K 33
"Saat kamu kembali, semua cerita kembali dimulai." Kisal Sal dan Ron kembali berlanjut. Setelah banyak yang terlalui. Mereka kembali bersama. Seperti...