8th Grade [END]

By permenyupi123

4.5K 940 549

Naksir cowok culun kelas sebelah Start: 26 Januari 2022 End: - Highest Rank: #1 Puberty 2/2/2022 1. Dilarang... More

Cast
[L] 1. Copycat
[L] 2. Matchmaker
[L] 3. Culprit
[L] 4. Goodie Bag
[L] 5. Kiss You
[L] 6. Biggest Enemy
[L] 7. Heartbeat
[L] 8. New Phone
[L] 9. 33,33 Minutes
[L] 10. His Friend
[L] 11. Movie
[L] 12. Rapunzel
[L] 13. Annoying 'Brother'
[L] 14. Camping
[L] 15. Am I Pretty to U?
[L] 16. Pizza
[L] 17. The Weather is Hot
[L] 18. Holding Hands
[L] 19. Mine
[L] 20. Ice Cream
[L] 21. Message
[L] 22. Wet Dream
[L] 23. Contact Name
[L] 24. Lies
[L] 25. Study Tour
[L] 26. The Happiest Girl in Bali
[W] 27. Do I Like Her?
[W] 28. Anger
[W] 29. Lovely
[W] 30. Sleep Call
[W] 31. Dilemma
[W] 32. Break Up
[W] 33. Single
[W] 34. Sudden Attack
[W] 35. 9th Grade
[W] 36. Romeo
[W] 37. Hug
[W] 38. Past
[W] 40. Move On
[W] 41. Final Exam
[L] 42. Reunion
[L] 43. Friend?
[L] 44. Fries
[L] 45. Weird
[L] 46. Fake or Real
[L] 47. Cheerleader
[L] 48. Tired
[L] 49. Healing
[W] 50. Wallpaper
[W] 51. Say You Love Me (Ending)

[W] 39. Struggle

41 13 2
By permenyupi123

Drama bahasa Inggris telah usai dan hari-hari kami semakin disibukkan oleh belajar dan belajar. Di kelas 9 ini kerja kelompok semakin jarang karena difokuskan ke UN.

Sebentar lagi sudah memasuki bulan Desember dan aku sudah mendaftar SMA yang aku mau.

Tesnya dua hari lagi dan aku sangat gugup.

Bagaimana kalau nanti kegugupanku malah mengacaukan semuanya dan membuatku gagal? Ah, pikiranku sudah macam-macam.

Ngomong-ngomong, beberapa minggu ini Bunda lebih sering tidur di rumah Nenek, jadi aku makan sarapan yang dibuat Bunda lagi. Tidak makan sarapan buatan Nenek seperti biasanya karena Bunda yang memasak.

Kakak seperti biasa jadi orang yang mengantarku ke sekolah. Kadang walaupun tidurnya di rumah, dia selalu disuruh Bunda bangun pagi-pagi agar bisa menjemputku di rumah Nenek dan mengantarku ke sekolah. Padahal aku bisa saja naik angkutan.

Walaupun menyebalkan dan gemar menyiksa adiknya, hanya kakakku lah yang selalu mengantar jemputku. Bukan lelaki agak tua yang diberi sebutan Papa.

Tapi meski begitu, kadang kakakku kalau menjemput sering lama. Pernah aku sampai menunggu sendirian karena semua teman sudah dijemput. Sepertinya dia sengaja.

Seperti sekarang ini, aku duduk di trotoar seperti orang hilang menunggu dia datang. Suasana sudah lumayan sepi karena banyak yang sudah dijemput.

Tapi untung aku tidak menunggu sendiri.

Masih ada Fania.

Semenjak drama bahasa Inggris, aku jadi dekat dengan gadis itu. Sebenarnya dari dulu dekat, dari semenjak dia tiba-tiba mengirimiku pesan dan memperkenalkan diri sebagai Fania Velia kelas 7C.

Namun kami hanya sebatas dekat di chat saja. Bukan dekat yang bisa leluasa mengobrol langsung seperti teman.

Dan semenjak drama kemarin, kami jadi lebih banyak interaksi secara langsung.

"Sabtu jadi tes, Wil?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan.

"Semangat ya?"

"Iya, hehe."

Gadis berambut bob itu tiba-tiba beranjak, "Eh, aku udah dijemput. Duluan ya, Wil?"

Fania berlari kecil dan mendekat ke anak SMA perempuan berkaki panjang yang duduk di atas motor Scoopy di seberang sana.

Mereka kemudian melesat pergi dan Fania sempat melambaikan tangan padaku.

Kadang aku berpikir, apa dia saja ya yang kujadikan pacar setelah lulus SMP nanti?

*****

Aku tidak tahu apakah bisa menghadapi hari ini. Sekarang saja jantungku sudah dag dig dug tidak karuan karena hari ini telah tiba. Hari yang telah kubayangkan akan terjadi selama setahun belakangan.

Aku bangun dengan kondisi mulas tapi tidak ingin ke kamar mandi. Dadaku berat seperti ada yang menekan dan kepalaku sedikit pening.

Rasanya tegang sekali hari ini akan tes masuk SMA.

"Semuanya udah kan? Alat tulis, kartu ujian. Gak ada yang ketinggalan?" tanya Bunda mengingatkan lagi, untuk yang kesekian kalinya.

"Udah, Bunda."

"Dicek lagi."

Aku kemudian membuka tasku dan memastikan lagi untuk kesekian kali.

"Nih." tunjukku.

"Yaudah, kalo gitu."

"Berangkat dulu, Bunda." kataku pamit.

Aku kemudian salim dan Bunda mencium pipiku sampai berbunyi.

Keluar rumah, aku terkejut karena di depan sudah ada Papa. Lelaki itu dalam posisi duduk di atas motor. Membuatku mengernyit heran karena tumben ada di rumah Nenek.

"Dan, Papa mau nganter." kata Kakak yang berdiri tak jauh dari Papa.

Aku lumayan terkejut dengan ucapan Kak Tama barusan, "Katanya tadi kamu yang mau nganter?!"

"Ban motorku malah bocor. Keburu kamu telat ntar kalo ke bengkel dulu."

Anak laki-laki yang rambutnya dibando ke belakang sehingga menampakkan alis dan mata yang tajam itu kemudian melihat ke arahku dan Papa secara bergantian.

"Masa sih?" Aku mendekat ke Kakak untuk memastikan secara langsung apakah ban motornya benar-benar bocor. Ternyata memang bocor.

"Kakak pakai motor Papa aja ke sekolah. Aku bonceng." kataku berusaha agar jangan sampai membonceng Papa.

"Gak ah, motor Papa jelek. Malu kalau ngebawa ke parkiran."

"Sekali ini aja."

"Udah, sama Papa aja kamu."

Egois sekali, masa alasannya begitu. Awas saja kalau suatu saat dia minta tolong.

"Udah ayok." kata Papa.

Aku melihat ke Bunda. Bunda malah memberi isyarat agar aku ikut Papa. Padahal kan aku melihat ke Bunda maksudnya memberi kode agar Kakak dimarahi.

Akhirnya aku naik ke boncengan belakang Papa dengan terpaksa. Rasanya aneh melihat punggung ini lagi dari atas motor setelah sekian lama.

*****

"Udah, Papa pulang aja. Aku bisa sendiri."

Kukira Papa hanya mengantar dan nanti menjemput lagi, tapi malah turun dari motor dan ikut aku ke meja pendaftaran.

"Papa mau liat-liat sekolah Kakak." katanya.

Akhirnya Papa mengikutiku sampai ke ruangan tes, seperti hubungan bapak-anak yang harmonis saja.

Di depan ruangan tes, aku duduk di kursi tunggu yang ditata berjajar. Lelaki yang kata Lina mirip Jack Sparrow itu juga duduk di sebelahku.

Sama sekali tidak ada dalam bayanganku Papa akan menunggui tesku masuk SMA seperti ini. Rasanya aneh.

Ruangan masih dalam kondisi terkunci ketika aku datang.

Tak lama, peserta lain mulai berdatangan dan menunggu di lorong sepertiku juga. Mereka tampak duduk tegang dan ada yang masih menghafal materi.

Hari ini tesnya baru tes akademik, sedangkan besok wawancara.

Aku menarik napas dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan untuk mengurangi kegugupan.

Kubuka ponsel, ternyata ada beberapa pesan masuk. Salah satunya dari Lina.

Lina 9C:
Kamu jadi tes?

Wildan:
Hmm

Lina 9C:
Semangats
Semoga lancar dan tercapai impian kamu
Good luck

Wildan:
Thanks
Tau gak aku dianterin siapa
Tesnya

Lina 9C:
Siapa?
Kak tander?

Wildan:
Bukan
Papa

Lina 9C:
Serius???

Aku kemudian mengarahkan kamera ponselku ke arah bawah.

Wildan:
Sending a photo
Kakiku sama papa

Lina 9C:
Emang udah baikan?
🙂

Wildan:
Ga tau

Aku masih ada sakit hati dengan Papa, jadi sedikit berat untuk baikan dan kembali lagi seperti dulu.

Lagipula, aku tidak perlu senang dan berekspektasi apa-apa dengan semua ini. Papa kan begini karena terpaksa. Kalau saja ban motor makhluk astral itu tidak bocor, Papa juga tidak akan berinisiatif mengantarku begini. Inget, Wildan. Papa itu lebih sayang anak ceweknya. Kamu itu gak penting..

*****

Kepalaku mau pecah.

Kemarin aku tidak mengerjakan tes akademisnya dengan baik. Aku tetap kesulitan menjawab soal-soalnya meski sudah belajar mati-matian.

Lina melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajahku, "Jangan bengong mulu. Itu yang nomer 2 gimana caranya?"

Lamunanku buyar, "Iya iyaa."

Aku kembali mengerjakan soal yang ada di LKS. Karena nanti siang akan dikumpulkan.

"Kamu kenapa sih bengong mulu perasaan?"

"Gak papa."

"Mikirin Juliet?"

"Bukan. Kepikiran tes kemarin."

"Oiya, gimana tesnya?"

Aku menghela napas berat dan berujar dengan lesu, "Ah, gitulah. Banyak yang gak bisa jawab. Jadi pesimis."

"Yaudah masih ada UN ini. Masih bisa nargetin SMA favorit yang negeri."

"Kalau di negeri rambutku gak bisa gondrong."

"Nanti kuliah kan bisa."

"Tapi lama banget harus nunggu 3 tahun."

"Nyari SMA negeri yang ada aksel biar 2 tahun."

"Lama banget 2 tahun."

"Yaudah, gak usah sekolah."

"Ide bagus."

Lina berdecak heran, kemudian lanjut dengan aktivitasnya mengerjakan soal di LKS.

Aku menempelkan telinga kiriku ke atas meja menghadap ke Lina, "Kenapa ya, Lin? Padahal aku udah belajar mati-matian. Aku juga udah gak pernah main keluar lagi. Pulang sekolah langsung ngerjain PR terus belajar nyampe malem jam 10. Jam 2 pagi bangun, belajar lagi nyampe shubuh. Waktu badanku masuk angin juga tetep belajar nyampe muntah. Udah belajar terus masa gagal sih?"

"Kan belum pengumuman."

"Iya, tapi aku udah feeling kalau aku gak lolos. Soalnya susah banget, Lin. Banyak yang aku ngarang."

"Yaudah, Wil. Berdoa aja siapa tau ada keajaiban." kata Lina. "Yang penting selama ini kamu udah berusaha maksimal. Apapun hasilnya nanti, berarti itu yang terbaik."

Lina menaruh telapak tangannya di punggung tanganku selama satu detik. Mataku yang tadi melihat ke arahnya langsung melihat lama ke tanganku yang baru saja dipegang Lina tadi.

Gadis itu lalu bicara tentang kehidupan seolah dia Aristoteles. Namun selama dia bicara, fokusku malah teralihkan ke bola matanya.

"... pokoknya Wil, kamu lupain aja yang kemarin, jangan dipikirin mulu daripada bikin stres."

Aku baru sadar Lina memakai lensa kontak, matanya jadi terlihat lebih bercahaya. Pantas saja daritadi dia terasa berbeda.

Ditambah hari ini gadis itu memakai jepit rambut pita berwarna pink dan anting kecil berbentuk apel.

Kenapa ya dia se-cute ini?

Coba dia pacarku..

Heishh, pikiran ini lagi.

Kenapa ya, semakin kesini tiap kali berdekatan dengan Lina, jiwa kesepian yang haus akan dicintai dalam diriku semakin membara? Harusnya tidak boleh begini.

Gadis itu selesai bicara dan tersenyum singkat, kemudian lanjut mengerjakan soal di LKS lagi.

"Lin, hepi-hepi yuk? Refreshing bentar. Kamu juga stres kan belajar terus-menerus beberapa bulan ini? Mata kamu keliatan lelah."

"Hepi-hepi?"

Aku meletakkan pensil mekanikku di tengah LKS dan menutupnya sebagai batas.

"Kita ke cafe coklat, Lin."

"Cafe.. coklat?" tanya Lina ragu.

"Iya, Lin. Itu cafe kantong pelajar yang jual menu coklat. Coklat kan bisa ngilangin stres. Munculin hormon bahagia."

"Iya tau, yang deket tempat lesku kan?"

"Iya. Kamu udah pernah ke sana?"

"Belum sih."

"Yaudah ayok."

Lina diam lama, "Bukannya.. itu tempat orang pacaran?"

"G—gak ya. Aku aja pernah ke situ sama kakakku berdua, biasa aja."

Bertiga sebenarnya. Satu lagi Kak Nayla. Waktu dia dan kakakku masih pacaran.

Iya iya, aku mengaku, tempat itu memang cafe romantis tempat anak SMA berkencan. Hehe.

"Yaudah nanti aku pikirin."

"Nanti aja yuk pulang sekolah langsung, sebelum kamu les. Sekalian nunggu kelas—"

"Nanti aku chat aja kalau jadi. Soalnya aku mau pulang dulu, gak langsung ke les." potongnya.

Sorenya tidak ada chat apapun. Dan hingga sebulan berlalu, Lina tidak pernah sekalipun mengungkit tentang rencana ini.




_____

Tbc.


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
754K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
1.3M 35.5K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...