..
Tama lama setelah Zahira puas memeluk Sang ayah, ia melepaskan pelukannya
"Oh iya Ara, di mana bunda kamu? Di kamar ya?" Tanya Radi pada Zahira
Zahira mengangguk
"I'iya yah"
"Bunda-- ada di kamar"
"Bunda lagi istirahat"
Radi mengangguk mengerti,
"Yasudah"
"Ayah temuin bunda dulu ya"
Zahira mengangguk dengan sedikit senyumnya,
"Iya ayah"
Setelah itu, Radi berjalan menuju ke kamar, di buntuti oleh Zahira,
Ceklik!
Radi membuka pintu yang sudah setengah terbuka,
Ia melihat Zahra yang sudah dalam posisi duduknya, tak berlangsung lama Radi pun menyapa Zahra yang sedari tadi tengah menatapnya ketika Radi mulai memasuki kamar
"Dek" ucap Radi pada Zahra
Zahra tersenyum,
"Mas"
Zahira tangan Melihat kedua orangtuanya tengah mengobrol pun, ia tak berani memasuki kamar kedua orang tuanya
Zahira hanya berdiri di sisi pintu kamar,
Radi duduk di samping Zahra,
Zahra menyalim tangan Radi, dan Radi pun mencium kening Zahra
"Assalamualaikum dek" ucap Radi lagi
"Waalaikumsallam mas" balas Zahra
"Gimana kabar Adek?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra sedikit tersenyum,
"Kabar Adek-- baik-baik saja mas"
Tiba2 tangan Zahra bergerak, dan mengusap2 pipi Radi,
"Gimana kabar mas Radi"
"Adek kangen sama mas"
Ia menghela nafas, dan sedikit tersenyum mendengar pertanyaan Zahra
Radi juga mengusap2 rambut Zahra,
"Mas juga kangen sama Adek"
"Beberapa hari yang lalu, mas rindu banget"
"Pengen meluk Adek"
"Pengen ngobrol sama Adek langsung Ndak lewat telepon dulu"
"Dan pengen cium Adek" ucap Radi pada Zahra
Zahira yang berada di sisi pintu pun mengulumkan senyumnya,
"Ayah-- bisa bucin juga sama bunda"
"Bagiku, itu sudah romantis sih"
"Beda banget sama aku"
"Kak Tama agak kaku, apalagi setelah kejadian tadi malam" gumam Zahira
"Em, apa Adek-- tadi pingsan?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra mengangguk,
"Kata Zahira-- begitu mas"
"Sepertinya Adek juga baru siuman" balas Zahra pada Radi
Radi mengerutkan keningnya,
"Sebenarnya-- apa yang terjadi dek?"
"Apa adek tadi lihat sesuatu?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra menghela nafas, ia sebenarnya tidak ingin kejadian tadi terulang untuk kesekian kalinya,
"Sudahlah mas"
"Itu sudah berlalu, yang terpenting mas sudah pulang, Adek merasa aman kalo mas sudah pulang begini, Ndak was was aja bawaannya" jelas Zahra pada Radi
Radi meneguk salivanya,
Ia masih menatap Zahra,
"Jangan begitu dek"
"Mas ini kan suamimu, jadi mas juga harus tau kejadian apa yang sudah adek alami tadi"
"Adek yang biasanya terbuka, kenapa malah menutupi masalah ini sama mas?" tanya Radi pada Zahra
Zahra seakan menutupi apa yang terjadi barusan,
Zahra seperti termenung dan menatap ke arah lain,
Tak lama kemudian, Zahra kembali melanjutkan obrolannya pada Radi,
"Kalo seandainya kejadian tadi Adek ceritain sama mas, mas pasti Ndak bakal percaya"
"Mas pasti ngganggap Adek seperti menghayal dan seperti orang halu, padahal itu benar-benar terjadi tepat di depan adek"
"Dan-- adek takut itu kembali terjadi mas" jelas Zahra pada Radi
"Zahra"
"Apa suamimu ini pernah mengganggap kamu berhayal? Apa suamimu ini pernah menganggap mu halu? Jawab Zahra, apa mas pernah berkata seperti itu??" Tanya Radi dengan nada agak kesal
Ia tidak pernah sekesal ini kepada Zahra setelah mempunyai anak
Zahra meneguk salivanya,
Radi tidak pernah menganggap dirinya berhayal,
Dengan menundukkan wajahnya, Zahra menggeleng cepat,
Radi meraih tangan Zahra, dan menciumnya,
"Zahra"
"Lihat mas"
"Maafin mas sudah meninggikan suara mas tadi, maafin mas" pinta Radi pada Zahra
Zahra kembali mengalihkan pandangannya ke arah Radi,
"Ndak mas"
"I'ini-- bukan salah mas"
"Ini salah Adek"
"M'mas-- sudah benar"
"Adek juga bingung, kenapa adek jadi bisa jadi egois begini, maafin Adek" balas Zahra dengan suara lirihnya
"Mas sudah memaafkan kamu, tanpa kamu minta" balas Radi balik
Zahra menatap Radi,
"Zahra?"
"I'iya mas?"
"Apa yang kamu lihat itu adalah bayangan hitam?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra membelalakkan kedua matanya ke arah Radi,
B'bagaimana?
Bagaimana mas bisa tau?
Gumam Zahra dalam hati
"K'kenapa mas-- bisa tau? P'padahal kan Adek belum ceritain ke mas?" Tanya Zahra pada Radi
"Zahra"
"Apa kamu lupa kalo kamu pernah cerita tentang hal ini sama mas"
"Waktu itu memang Ndak ada mas di rumah, karena mas tengah mengantar Zahira ke sekolah"
"Kamu bilang, ada sesuatu yang lewat di belakang kamu" jelas Radi pada Zahra
"Dan subuhnya--"
Radi memberhentikan ucapnya
"A'apa yang terjadi mas?" Tanya Zahra pada Radi penasaran
"Bayangan itu kembali muncul di ruang tamu"
"Dia duduk dan menatap mas, seperti punya dendam saja dengan mas" jelas Radi lagi pada Zahra
Radi kembali mengusap2 pipi Zahra,
"Zahra"
"Dengerin mas"
"Dengerin mas baik-baik"
"Mas itu takut kalo kamu di celakain sama dia, tapi mas percaya, bahwa Allah akan menjaga dan melindungi istri mas"
Zahra hanya menatap Radi yang tengah berbicara dengannya,
"Apa kamu tau Zahra, tujuan mas buat kedai di depan rumah kita adalah, agar kamu Ndak kesepian di saat mas pergi"
"Agar kamu tetap merasakan keramaian di saat mas Ndak ada di sisi kamu"
"Mas tau, kamu trauma saat sedang sendirian, kamu merasakan trauma yang sama ketika kita berada di dalam gudang dulu"
"Mas juga tau, kamu takut kalo Seandainya ada sesuatu yang bahaya muncul dalam kegelapan itu"
"Dan untuk mengindari hal itu, mas berusaha agar kamu Ndak lagi merasakan hal itu!" jelas Radi pada Zahra
Zahra kembali meneguk salivanya,
Radi tau apa yang terpendam di dalam lubuk hatinya selama ini,
"K'kenapa mas bisa tau itu semua mas??" Tanya Zahra pada Radi
Radi mengusap2 pipi Zahra lembut,
"Zahra"
"Apa istri mas ini juga lupa akan hal ini, sesuatu yang membuat kita manjadi seperti ini, sesuatu yang membuat kita menikah dengan cara terpaksa"
Zahra yang mendengar hal itu kembali menunduk, tubuhnya gemetar di depan Radi
"Apa itu semua Ndak cukup membuktikan"
"Bahwasanya, mas-- juga punya trauma yang sama dengan mu Zahra!" jelas Radi pada Zahra dengan nada sedikit tinggi
Zahra terkejut dengan pernyataan Radi, sang suami juga punya trauma yang sama
Mendengar hal itu Zahra langsung merasa bahwa Radi memang sangat memperdulikan Zahra, namun Zahra saja yang merasa ingin lebih diperhatikan oleh suaminya
Padahal disisi lain, Radi juga punya trauma yang sama dengannya,
Radi memeluk Zahra,
"Zahra"
"Mas mencintaimu"
"Kejadian tadi, mungkin adalah salah mas, mas seharusnya tau akan hal ini akan terjadi"
"Seharusnya mas meminta kamu untuk tidur bersama Zahira"
"Tapi mas lupa mengatakan hal ini sama kamu" jelas Radi pada Zahra
Zahra membalas pelukan Radi,
"Hiks"
"Hiks"
Zahra tiba2 menangis sesenggukan di pelukan Radi
Radi yang mendengar hal itu pun langsung merasa iba, sedari tadi Radi sedikit meninggikan badan bicaranya kepada Zahra
Hati Zahra yang sekarang sudah terlanjur lembut pun langsung termakan oleh ucapan Radi
"Hiks"
"Maafin Adek mas"
"Adek hiks, Adek udah bicara seenaknya sama mas, hiks" ucap Radi pada Zahra
°°
Erdin Werdrayana As
Radi
Jennifer Eve As
Zahra
Karakter Fav banget sih ini, tapi versi author Yo😅,
Bagi author mereka cocok banget,