AZURA (21+)

Da Nezbie

17.2K 119 6

Update seminggu sekali!!! ⛔️18+⛔️ Konten mengandung unsur dewasa sekaligus pergaulam bebas. Ini berawal dari... Altro

Prolog
Perubahan Sikap
Makan Malam
Vibes Azura
Vibes Felix
Club
Saran
Vibez Seth
Vibez Alaska
cafe
Keputusan
interaksi
Gadis Istimewa
Birthday Girl
Dinner
Tantang Wahana
Menuju Malam Tahun Baru
Erga Instagram
Malam Tahun Baru (a)

Penolakan

145 7 0
Da Nezbie

"Lo serius?" Kata Alaska memastikan.

Seperti yang di ucapkan beberapa waktu lalu, jika memang Jeje ingin melakukan hal 'itu' dengannya. Cukup gadis itu datang ke kamar Alaska seorang diri setelah Azura tertidur.

Dan ya, inilah sekarang di mana jam menunjukan pukul tiga pagi dini hari. Di mana Alaska masih terjaga yang diam-diam juga tengah menunggu sahabat adiknya untuk datang ke kamarnya.

Bahkan, dengan posisi Jeje yang sudah bertelanjang tanpa ada sehelai kain menutupi tubuh indahnya dan Alaska yang hanya memakai boxer putih tapi di balik celananya. Barang milik Alaska benar-benar sudah mengeras hebat.

Jeje menjilat mulutnya dengan lidahnya cepat, ada rasa ragu di dalam dirinya sekarang. Ia sadar dan tahu betul apa yang di lakukan ya sekarang ini adalah hal yang salah. Terlebih lagi  Jeje pun tahu betul kalau Alaska tidak menjamin untuk terus bersamanya setelah ia menyerahkan hak berharga milik Jeje kepada laki-laki itu.

"Je, kalau memang Lo ragu. Gue gak akan maksa Lo,"

Setelah mereka saling bercumbu brutal dan terlihat seperti kelaparan, bahkan sejujurnya Jeje sudah mendapatkan klimaks pertamanya akibat Alaska melumat dan memainkan vaginanya dengan lidah lincah laki-laki itu.

Dalam hati, Jeje menginginkannya.

"Gu-gue takuut," Lirih Jeje.

Alaska menatap gadis itu, mengelus pipi Jeje lembut. Lantas sedikit menggeser kan posisinya agar dirinya tidak terlalu menahan Jeje tepat di bawah tubuh miliknya.

"Is okay, gue menghargai keputusan Lo," Kata Alaska lagi, masih memandangi wajah Jeje dari samping.

Bahkan rasanya dengan memandang Jeje sedekat ini. Ia sadar bahwa sahabat adiknya memang benar-benar seunik itu, bentuk wajahnya bahkan kedua matanya yang indah. Sampai-sampai Alaska sedikit memaki dalam hatinya kenapa dirinya tidak menyadari hal menarik yang tersembunyi di sekitarnya.

Standar Alaska benar-benar gadis seperti Gisel dan teman-temannya, gadis kota yang penuh karismatik yang hebat. Bahkan saat dia di Sukabumi pun Alaska benar-benar tidak pernah melirik gadis desa, mereka memang cantik tetapi tidak masuk dalam kategori standar kecantikan yang sudah Alaska tetapkan.

Maka dari itu, saat dirinya sadar bahwa Jeje memang berbeda dari semua temannya di sana dan gadis-gadis yang ia temui di Sukabumi. Dia sedikit menyesal.

"Sorry, banyak hal yang berkecamuk di pikiran gue,"

"Tentang?"

Jeje menoleh, menatap wajah Alaska yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Lo, bahkan gue, yang nasib ke depannya kaya apa setelah melakukan itu. Karena yang gue tahu, Lo memang sulit di gapai,"

"Gue bukan sulit di gapai, cuma memang belum terketuk untuk berkomitmen terlebih menjalin hubungan sama lawan jenis. Karena banyak ribetnya,"

Jeje hanya diam, mengalihkan pandangannya menjadi menatap ke atas langit-langit kamar Alaska. Bahkan gadis itu pun masih bertelanjang bulat di sana, dengan vagina yang terasa kering setelah Alaska melumat dan memakan habis vagina di sertai cairan yang keluar dari sana.

"Gue jatuhnya, obses ya ke elo?" Tanya Jeje kepada Alaska.

"Karena itu perasaan yang menggebu-gebu, di mana gue gak bisa buat ngontrol ketololan gue,"

Mendengar itu Alaska diam, ia tidak tahu harus bersikap seperti apa karena memang nyatanya setiap gadis yang ia temui pasti bakal seperti ini.

Hampir keseluruhan, maka dari itu Alaska tidak ingin berkomentar banyak.

"Kalau jodoh juga pasti hati gue bakal terketuk Je,"
Alaska menoleh, "Tapi entah kapan, karena perjalanan gue masih jauh. Gue masih senang dengan kondisi seperti ini,"

"Main-main sama cewek yang menurut lo menarik?"

"Tergantung situasi," Alaska menarik nafas. "Kalau gue mood ya bakal gue layanin, kalau enggak ya bakal gue tinggal,"

Jeje diam, rasanya sakit mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Alaska.
Memang salah rasanya menyukai seseorang yang sangat berlebihan, ya seperti ini contohnya. Menyakitkan.

Alhasil, gadis itu bangkit dari tidurnya mengambil bajunya yang tengah berserakan di atas kasur Alaska.

"Ke mana?"

"Balik ke kamar, takut Azura ke bangun." jelasnya sebari mengenakan bajunya cepat. "Gue gak mau sahabat gue tau kalau gue ada main sama kakaknya sendiri,"

Iya itu betul, selama ini Jeje memang tidak pernah mengatakan secara gamblang kepada Azura bahwa dirinya menyukai Alaska. Karena ya ia tidak ingin juga persahabatan mereka rusak hanya karena perasaan yang dia yakini ini hanyalah perasaan semata.

Tapi sayang, ini bukan perasaan sementara atau hal lainnya. Terlebih lagi Alaska benar-benar mengambil ciuman pertamanya dan memberikan kenikmatan yang luar biasa untuk pertama kalinya sebagaimana Alaska benar-benar belum memasukan 'milik' laki-laki itu ke vagina kecil nan rapat milik Jeje.

"Lo, marah sama gue?"

Jeje menatap lurus ke arah Alaska, yang tengah duduk sambil melihat ke arahnya.

Kepalanya menggeleng, entah kenapa rasanya air mata gadis itu memaksakan untuk keluar dari kedua kelopak matanya.

Paham dengan wajah Jeje yang tengah menahan tangisnya, Alaska menghela nafas panjang mendekatkan diri ke arah gadis itu.
Lalu tanpa ba-bi-bu, laki-laki itu memeluk tubuh Jeje. Alhasil tangis Jeje meledak tepat di dada bidang Alaska yang tanpa di halangi kain di sana.

Alaska tahu, menyukai seseorang secara sepihak dan seorang diri itu memang menyakitkan. Tetapi bukannya perasaan tidak bisa di paksakan? Terlebih lagi, Alaska memang tidak menyukai Jeje sebagaimana ia mengakui kecantikan pada diri Jeje. Tidak maksudnya bukan tidak tapi masih belum bisa menyukai gadis yang ada di hadapannya ini.

Semua butuh waktu, bahkan jika Jeje tidak mengconfess kan diri kepadanya mungkin Alaska tidak akan menotice perasaan Jeje.

Sekali lagi, semua butuh waktu. Mungkin memang ada kalanya Alaska menyukai Jeje. Entah kapan, yang jelas Alaska tidak segampang itu menyukai bahkan mencintai seorang gadis. Alaska terlalu pemilih tapi jika untuk bersenang-senang ia akan menerimanya jika itu masuk ke kategori standarnya.

"I love you," Lirih Jeje di balik pelukannya.
Alaska mengangguk, mengecup ujung kepala gadis itu singkat. "I know, and i'm sorry,"

Mendengar Alaska tidak membalas ucapannya, tangis Jeje kembali pecah.
Hah! Cinta pertama gadis tersebut benar-benar berhasil membuat Jeje merasakan patah hati yang sesungguhnya.

Sedangkan Azura yang panik karena Jeje tidak ada di sebelahnya gadis itu bangkit. Bahkan saat ia mencoba untuk menelfon gadis tersebut ponselnya ternyata berada di atas nakas tepat di sebelah kasur.

Jeje tidak membawa ponsel miliknya.
Dan jam menunjukan pukul tiga lebih lima belas menit.
Ini masih pagi buta, ke mana gadis itu?
Lantas dengan cepat Jeje mencoba keluar dari kamar, mencari gadis itu ke bawah dan menuju dapur. Kali saja memang Jeje sibuk memasak, tapi kalau di pikir-pikir tidak mungkin juga kalau kegabutan Jeje di jam segini.

Tapi, baru juga keluar dari kamar dan berniat menuju ke anak tangga. Langkahnya berhenti mematung saat Azura melihat Jeje keluar dari kamar Alaska dengan kedua mata yang sembab dan merah.

Jeje pun sama, ia tampak terkejut. Kesialan rasanya tengah melanda gadis itu malam ini.
Tapi entah kenapa Azura tidak memperdulikan bagaimana bisa di jam segini Jeje berada di kamar Azura. Yang terpenting mengapa Jeje bisa tampak terlihat habis menangis dan terlihat sedikit berantakan.

Azura menarik pelan lengan Jeje, menuntun gadis itu ke kamarnya. Lantas menyuruh Jeje untuk duduk tepat di pinggir kasur king sizenya.

Setelah menutup pintu, fokus Azura kembali kepadanya. Mencoba berfikir tenang walaupun tidak bisa.

"Kenapa?" Tanya Azura lembut sambil memegang tangan Jeje.
Jeje menatap Azura, dengan tatapan sendu tapi beberapa detik kemudian tangis gadis itu kembali pecah. Ia benar-benar menyalurkan rasa sakitnya kepada Jeje.
Dirinya tidak tahu harus berkata dan menceritakan apa kepada Azura, karena sejujurnya ia tidak mau bahwa sahabatnya ini merasa kecewa hanya karena dirinya.

Azura bingung, tapi juga di sisi lain ia khawatir ke dengan Jeje di mana ia menangis tepat setelah keluar dari kamar Alaska.

"Lo di apaiin sama Alaska?"

Jeje mencoba untuk tidak menangis, kepalanya menggeleng seakan-akan memang Alaska tidak melakukan apapun kepadanya.

"Terus kenapa?"

"Gue, gu-gue cuma gak bisa kontrol perasaan gue aja Ra," Jelas Jeje yang membuat Azura akhirnya bisa menangkap maksud yang di katakan sahabatnya.

Azura menghela nafas, ia sedikit mengerti bagaimana Alaska. Tidak hanya Jeje yang akan nangis tersedu-sedu jika di tolak oleh Alaska. Bahkan beberapa gadis di sekolahnya dulu sempat lebih parah seperti Jeje.

Maka dari itu, Azura langsung menarik pelan tubuh Jeje agar nangis di dalam pelukannya.
Dan itu benar, Jeje kembali menangis tapi sedikit lebih tenang. Membiarkan gadis itu membuang semua rasa kesal di dalam dirinya.

Terkadang kalau di pikir-pikir, kakaknya ini sedikit amat brengsek terlebih belum juga ada yang mampu menaklukan Alaska agar ia berhenti bersikap laki-laki buaya seperti sekarang.

"Lo hanya sebatas confess doang kan Je?" Kata Azura memastikan.

Jeje menarik tubuhnya, menatap Azura ragu. Lalu ia menggeleng kepalanya pelan.

"Gue sama dia hampir making out,"

Mendengar fakta itu, Azura membelalakkan kedua matanya, rasa tidak percaya benar-benar menimpanya.
Gila! Ini teramat gila, bagaimana bisa sahabatnya dan kakaknya melakukan hal seperti itu?

"Demi apa?!"

Jeje mengangguk ragu lagi, "Tapi gue gak Sampek ngelakuin hal itu Ra, cuma bercumbu doang,"

"Tapi Lo tetep pake baju utuh kan?"

"Enggak,"

"Astaga Jeje,"

Cukup sudah, benar-benar ini semua di luar dugaannya. Dan di akhir tahun ini terlalu banyak kejutan yang terkadang mampu membuat Azura serangan jantung mendadak. Seperti sekarang.

Bahkan dirinya saja tidak mampu, bagaimana bisa sang kakak benar-benar tidak sesuci bahkan malah sebrutal itu?

Demi Tuhan! Azura masih tidak percaya dengan kejadian yang tengah Jeje rasakan barusan. Bahkan Azura pun sulit untuk berkata-kata.

"Iya Ra, gue tahu gue bego. Cuma emang pesona Alaska gak bisa gue tolak,"

Baiklah, Azura paham. Rasanya memang yang di katakan Jeje benar adanya karena ia pernah merasakan hal itu tadi malam saat dia baru saja pulang dinner dengan Erga.
Pesona seorang laki-laki bisa membuat para gadis terbuai, maka dari itu akal kita terkadang tidak bisa terkontrol sama sekali. Terlebih dengan seseorang yang kita sukai atau cintai.






Ini ini yang mau lihat Jeje.
Yang suka insecure sama badan Azura.
Jeje tepos, tapi cakepnya gak ada obat, mangkanya Alaska ngelayanin Jeje 🤣
Jadi gimana?
Apa kalian ingin kapal Alaska dengan Jeje?
Atau Alaska dengan Gretta? Cewek bisu di chapter sebelumnya (gadis Istimewa)
Sama-sama cakep + mukanya pada polos lugu.
Keknya tipe Alaska ini tipe2 muka cewek lugu kek bgni ya wkwkwk

Mari stay tune ajaaaa.

Nih Alaska nih, kelakuan Redflag yg bkin semua cewek tergila-gila sm doi.
Apa doi Bakan punya kelakuan Greenflag setelah bertemu dengan Gretta?

Author pun tidak bisa memastikan wkwkw

Continua a leggere

Ti piacerà anche

2.6M 271K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.7M 77.3K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
244K 23.3K 29
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
506K 38K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...