Married with my idol

By fourteenjae

159K 15.1K 1.7K

"Kalau menikah, sudah pasti berjodoh 'kan?" - [SEQUEL OF STORY "MY BOYFRIEND, JEONG JAEHYUN"] fourteenjae-202... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
Announcement
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42
chapter 43
chapter 44
chapter 45
chapter 46
chapter 47
chapter 48
chapter 49
chapter 50
chapter 51
chapter 52
chapter 53
chapter 54
chapter 55
chapter 56
chapter 57
chapter 58
chapter 59
chapter 60
chapter 61
chapter 62
chapter 63
chapter 64
chapter 65
chapter 66
chapter 67
chapter 68
chapter 69
chapter 70
chapter 71
chapter 72
chapter 73
chapter 74
chapter 75
chapter 76
chapter 77b
chapter 78
chapter 79a
chapter 79b
chapter 80
chapter 81
chapter 82
chapter 83
chapter 84
chapter 85
chapter 86
chapter 87
chapter 88
chapter 89
chapter 90
chapter 91
chapter 92
chapter 93
chapter 94
chapter 95

chapter 77a

969 121 121
By fourteenjae

"Tiada lagi yang mampu berdiri halangi rasaku cintaku padamu." – Maudy Ayunda (Perahu Kertas)

-

Jaehyun tersenyum miring menatap sambutan yang diberikan Han GoEun untuknya. Perlahan naik ke atas ranjang dengan sang istri yang sudah merentangkan tangan meminta peluk. Dalam sekali jangkauan, lelaki itu segera mendekap erat tubuh sang istri.

"Haah, rasanya seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu."

"Bertahun-tahun?" Han GoEun tertawa mendengar pernyataan hiperbola sang suami. "Kita hanya tidak bertemu kurang lebih selama sebelas jam."

"Benarkah? Sebelas jam yang terasa lama." Jaehyun menghirup lamat-lamat harum sabun yang menguar dari tubuh Han GoEun sebelum merebahkan diri di sampingnya. "Bagaimaan harimu, sayang?" tanyanya.

"Sibuk tapi tidak terlalu melelahkan. Ada Eunji yang sudah mengatur pembagian tim divisi untuk project mendatang. Aku lebih sering berada di ruangan." jawab GoEun menatap sang suami.

"Makan dengan baik?"

GoEun mengangguk. "Sebetulnya porsi makanku sedikit tapi rutin. Setidaknya bisa dua jam sekali aku meminta untuk diantar makanan."

"Itu sudah bagus. Tidak ada kendala dengan baby?" Jaehyun mengelus perut GoEun seraya menyapa keberadaan sang anak.

"Tidak ada. Baby begitu tenang sehingga aku bisa konsentrasi dengan berkasku. Kalau kamu, bagaimana hari ini?" tukas GoEun berbalik tanya. Jemarinya berlabuh pada rahang kokoh sang suami, mengusap pelan.

"Setelah pembahasan untuk album mendatang, aku langsung mengerjakan recording beberapa b-side. Sementara lagu utama akan dilakukan besok. Tim pelatih keografer juga sudah menunjukkan gerakan dasar. Aku tidak sabar untuk segera berada di tahap promosi." ujar Jaehyun semangat.

GoEun terkekeh. "Aku ingin berada di lokasi yang sama denganmu saat proses syuting di mulai nanti. Apakah boleh?"

Mata Jaehyun berbinar terang. "Apapun boleh untukmu. Jangankan saat proses syuting, kamu mau datang bersamaku besok juga diperbolehkan. Dan karena sudah membicarakan masalah syuting, dramaku akan melakukan pers conference pertama pada pekan ini. Lebih tepatnya hari Sabtu."

"Secepat itu?"

Jaehyun mengangguk. "Itu karena dramanya akan ditayangkan di beberapa platform. Dan press conference selanjutnya dilakukan pada hari penayangan tiba."

"Jika sabtu ini kamu melakukan press conference, apakah itu juga bersamaan dengan perilisan mengenai kehamilanku?"

Lelaki itu tertawa pelan. "Tidak bersamaan tapi memang dilakukan secara berdekatan."

"Kamu sengaja?"

Tawa itu mengudara lebih kencang. "Ketahuan, ya?"

"Ya ampun." Padahal Han GoEun tidak berharap menjadi hal menghebohkan tetapi mendengar rencana sang suami, ternyata lelakinya menyukai situasi hal semacam itu. "Apakah tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa." Tawa Jaehyun terhenti walau senyum masih terpatri manis. "Ada sesuatu yang membuatmu khawatir?"

"Ya, aku sedikit cemas dengan respon penggemarmu—" ucapan GoEun terhenti kala Jaehyun menarik dagunya untuk mengecup lembut.

Ibu jari Jaehyun mengusap pipi GoEun. Dengan ujung hidung saling bersentuhan, dapat terasa deru nafas yang menerpa kulit masing-masing. Dalam temaram lampu kamar yang menyala redup, keduanya menghening beberapa saat.

"Dunia perlu tau bahwa istriku sedang mengandung anakku." tutur Jaehyun lembut. Begitu menenangkan rasanya mendengar suara Jaehyun di saat kekalutan yang muncul tiba-tiba. "Mereka harus tau bahwa aku telah memilikimu dan baby."

Iris mata GoEun bergerak risau begitu menyadari ada yang berbeda dari nada bicara suaminya.

"Dan tidak ada satupun orang yang dapat mengusikmu, —"

GoEun mengangkat tatap.

"—mengganggumu atau,"

"Hei. Hei, Jaehyun."

Lelakinya menghentikan ucap. Bersitatap dengan GoEun yang sudah menatap cemas sambil bertanya, "Ada apa?"

Jaehyun terdiam sesaat dengan wajah kusut. Bibirnya mengerucut sebelum berujar, "Firma hukum agensi sudah menemui pihak Gold Medalist. Dan proses hukum akan segera dilakukan."

Kan. Tebakan Han GoEun benar. Perbedaan nada bicara sang suami terdengar mencolok, perasaan cemasnya tak pernah salah. Sirat mata yang ditujukan Jaehyun juga tak kalah mengkawatirkan. Apa saja yang dilalui suaminya hari ini?

"Ini berita baik, kan?" tanya GoEun memastikan.

Jaehyun mengangguk. "Berita baik tapi topik pembicaraan ini memang membuatku kehilangan minat." Hela nafasnya terdengar suntuk. "Aku tidak mengharapkan apapun selain orang itu mendapat hukuman setimpal karena sudah berani mengganggumu. Apapun sanksi yang nantinya akan dia terima, setidaknya bisa membuat jera dan merenungkan kesalahan."

Tatapan GoEun bergetar. Jemarinya melintas pada sela rambut untuk membawa sang suami ke dalam peluk. Jaehyun tak mengelak, seakan beban yang sempat menghimpit telah menguap bebas. Menyisakan ketenangan yang diberi Han GoEun pada Jaehyun. Begitulah cara mereka untuk saling mengisi kekosongan satu sama lain. Penguatan yang hanya bisa dirasakan oleh keduanya.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik." tutur GoEun. "Terima kasih, Jaehyun."

Jaehyun semakin menyusupkan wajahnya di dada sang istri. Menguncinya dalam lingkaran tangan yang memeluk erat. "Dari dulu tidak pernah berubah, sayang. Aku akan mengusahakan apapun untukmu."

Malam ini boleh saja melelahkan tapi jika lelah itu dapat membuat istrinya hidup dengan aman, Jaehyun sama sekali tidak masalah. Orang-orang di luar sana perlu mengecam kejadian itu baik-baik bahwasanya siapapun yang berani mengusik, mereka dipastikan tidak akan bisa hidup tenang. Seperti katanya barusan, ia akan mengusahakan apapun untuk Han GoEun. Itu adalah janjinya sejak mereka menjadi sepasang kekasih.


🍑🍑


Satu alis Eunji menukik tak nyaman melihat keberadaan Jaehyun di area kantornya. Wanita itu tampak terang-terangan menatap heran walau sebetulnya tidak ada lagi yang perlu diherankan karena hubungan sahabatnya dengan sang suami semakin lekat bagai perangko. Ini sedikit menyebalkan, jam di pergelengan tangannya masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Tetapi pemadangan mata sudah tersuguhi oleh Jaehyun yang terus saja menempel pada Han GoEun.

"Iri, ya?" ledek Jaehyun setibanya mereka di hadapan Eunji.

Ini yang Eunji maksud menyebalkan. Dan kalimat itu harus keluar di saat ia ingin mengawali pagi hari dengan senyum semangat (semangatku tak akan pernah luntur lagi... smashblast).

"Untuk apa datang kemari?" tanya Eunji datar.

"Mengantar istriku. Apalagi?" jawab Jaehyun santai.

Tatapan Eunji beralih pada GoEun dan helaannya semakin panjang. Percuma dia meminta pertolongan melalui tatapan mata, wanita itu hanya terkekeh menertawakan. Lalu berujar, "Kamu terlihat senang, GoEun."

"Aku 'kan tidak mengatakan apa-apa." balas GoEun berlagak polos.

"Jika mau, kamu bisa meminta Johnny hyung untuk datang ke sini." sahut Jaehyun tersenyum miring.

Rasanya Eunji ingin memukul wajah tampan itu sekarang juga. Tapi sayang sekali, wajah suami sahabatnya masih menjadi asset untuk peningkatan daya tarik wisata Negara. Malas menanggapi, Eunji mengalihkan pembicaraan. "Jadi, apa yang kalian inginkan?"

Jaehyun menjentik jemarinya tepat di depan wajah. "Jangan mengganggu ataupun masuk ke ruangan selagi aku belum keluar." katanya tanpa canggung. Setelah itu, dia segera membawa sang istri kembali berjalan hendak memasuki ruang kerja.

"GoEun punya agenda rapat jam sepuluh." Tukas Eunji membalikkan tubuh seiring memandangi punggung kedua orang tersebut.

"Ya, aku tau."

Eunji mendengus. "Jangan terlalu lama!"

Pintu tertutup tanpa balasan apapun lagi dari GoEun ataupun Jaehyun. Meninggalkan Eunji yang termangu tak percaya bahwa dirinya musti mengawali pagi ini dengan kekesalan. Ia malu mengakui tapi sebenarnya sudah iri setengah mati.

Eunji mengerang tertahan. Terduduk di kursi kerjanya menatap pintu besar itu lamat-lamat. Jika ada Johnny, pasti dia bisa mengadukan kelakuan Jaehyun hingga kedua laki-laki itu akan terlibat perdebatan tak berkesudahan. Kenapa Johnny tidak bisa ikut datang ke sini?!

"Arrggh!!" erangnya menutup wajah. "Menyebalkan."

Kerusuhan yang dirasakan Eunji tak lagi terdengar oleh GoEun dan Jaehyun. Di dalam sana, Jaehyun sudah memangku sang istri di kursi kerja. Sambil sibuk mengotak-atik layar monitor menyelami pekerjaan yang biasa Han GoEun lakukan.

"Kamu terus melakukan riset, ya?" tanya Jaehyun.

"Iya, seperti itulah." jawab GoEun pelan.

"Ini menarik. Tapi bukankah biasanya lebih sering mengikuti kemauan konsep klien?" tanyanya sambil menggulir halaman baca.

GoEun mengerucut samar. "Benar. Tapi tidak jarang klien menaruh kepercayaan untuk melakukan perundingan tampilan riasan untuk beberapa konsep yang mereka miliki. Walau begitu, riasan itu 'kan sesuatu hal yang terus berkembang dan biasanya sejalur dengan trend yang sedang booming."

Tangan GoEun mengetuk-ngetuk pulpen ke atas meja seraya tak terlalu memperdulikan aktifitas sang suami. "Entah sebuah inovasi terbaru selayaknya konsep riasan baru atau mengulang konsep yang ada untuk kembali di perkenalkan. Aku harus mempelajari hal semacam itu agar mereka semua tetap bekerja sama dengan perusahaan ini."

Jaehyun mengangguk paham. "Lalu mengenai agenda rapat, apa yang akan dibahas?"

"Oh, itu dengan divisi pemasaran dan operasional budgeting. Pembicaraan mengenai iklan, dampak dan target yang ingin di capai ke depannya. Berkesinambungan dengan anggaran biaya karena mereka memiliki rancangan menaikkan daya konsumen untuk lebih tertarik memakai jasa kita." terang GoEun selintas.

Senyum Jaehyun merekah lebar. "Kamu terdengar keren saat menjelaskan pekerjaan ini padaku. Kamu menyukainya?"

"Ya, tentu saja." jawab GoEun seadanya. Raut suramnya begitu kentara walau ia sudah berusaha menekan keresahan itu dalam-dalam seiring dengan percakapan mereka. Namun sepertinya Jaehyun lebih cepat menyadari hingga lelaki itu menoleh.

Jaehyun terus menelisik memperhatikan tetapi Han GoEun tak sengaja mengalihkan pandang. Berpura-pura sibuk merapihkan pulpen ke kotak penyimpanan. Namun Jaehyun sudah beranggapan lain hingga membuatnya membawa sang istri untuk balas menatap. "Apa ada yang salah?"

GoEun hanya mampu membalas tatap mata itu beberapa detik sebelum kembali melengos setengah hati. Sambil terkekeh kikuk, GoEun menjawab. "Tidak ada."

"Kamu mengira kalau aku akan langsung percaya?"

Jaehyun tampak serius mengatakan pertanyaan itu. Membuat GoEun reflek menggigit bibir bawahnya sambil mengalihkan pandang. Sebagai sosok yang sudah sangat hafal mengenai tabiat sang istri, Jaehyun segera menarik dagu Han GoEun.

"Sudah kubilang, don't bite your lips." Himbau Jaehyun membebaskan bibir bawah GoEun dari gigitan. "Katakan saja. Aku melakukan sesuatu yang salah?"

GoEun melirik Jaehyun sebentar. Sedang berpikir untuk memberitahunya atau tidak. Sementara kedua tangan GoEun bertaut cemas seakan sedang dihadapi pilihan sulit. Wajahnya mendadak merah karena tidak biasanya dia merasakan hal semacam ini. Terlebih pada orang terdekatnya sekalipun.

"Sayang?"

Han GoEun menghela pelan. Malu-malu mencuri pandang walau lebih sering menatap kerah kemeja sang suami. "Aku tidak menyukainya." ungkap GoEun.

Terdengar seperti bisikan namun Jaehyun cukup jelas mendengar pernyataan tersebut. "Tidak menyukai apa?"

"Meskipun bercanda tapi aku tetap tidak menyukainya." terang GoEun lagi.

Baiklah, ini seperti kepingan puzzle yang membingungkan. Kening Jaehyun sampai berkerut dalam mencermati tiap kalimat yang dikatakan GoEun. Sambil merubah posisi duduk hingga GoEun semakin mendekat padanya, Jaehyun terus menatap sang istri. Satu tangannya melingkar pada pinggang GoEun, menjaganya dari kemungkinan terjatuh.

"Katakan yang jelas." pinta Jaehyun.

"Aku tidak suka kamu melakukan hal seperti tadi."

"Seperti apa?"

GoEun mendengus kemudian berseru pelan dan cepat hingga terdengar tak jelas.

"Aku tidak mendengar kalimatmu, sayang."

Ah, ini menyebalkan. Memangnya perlu sampai sedetail itu untuk memahami situasi yang sedang terjadi sekarang? GoEun malu mengakuinya karena ini juga berhubungan dengan sahabatnya sendiri. Bisa saja Jaehyun akan tertawa kencang jika mendengar pernyataan yang tidak biasa ini.

"Tidak, bukan hal penting. Lupakan saja." sungut GoEun segera beranjak hendak menjauh dari pangkuan.

Namun sia-sia. Jaehyun sudah lebih dulu mengetahui niat Han GoEun hingga upaya pelarian itu tidak berhasil. Jaehyun justru semakin mengurung GoEun di antara tubuhnya dan meja kerja selagi berada di pangkuan. Lekat menatap sang istri yang tak dapat berkutik.

"Aku harus bagaimana agar kamu mengatakannya?"

Kini Han GoEun membalas tatap Jaehyun. Lantas bibirnya melengkung rendah sambil mengakhiri kontak mata. "Sepertinya ada yang salah denganku. Biasanya tidak begini tapi kali ini aku tidak suka melihatmu bercanda akrab dengan— Eunji." Suara GoEun semakin pelan pada akhir kalimat.

Nyalinya menciut dan juga merasa tak senang. Merasa kesal tapi juga sedih. Sulit dijelaskan tapi rasanya tidak menenangkan. Entah mana yang lebih mendominasi.

Sementara Jaehyun sedikit terkejut mengenai alasan Han GoEun tampak muram. Ini di luar prediksinya yang mengira masih dalam lingkup hal lain. Mendapati Han GoEun tengah bergelut dengan perasaannya sendiri mengenai kecemburuan terhadap Eunji membuatnya tergelitik. Permasalahan hormon seperti ini pasti akan lebih menyulitkan si pemilik perasaan tersebut.

Tapi lihatlah sekarang, astaga, melihat semburat merah pada pipi dan bibir mengerucut sebal itu justru semakin tampak menggemaskan.

"Manisnya," gumam Jaehyun.

Han GoEun mengembalikan tatap. Matanya menyipit tidak percaya pada kalimat yang diungkapan lelakinya barusan. "Hei, bukankah harusnya kamu mengatakan sesuatu hal yang menenangkan agar aku tidak merasa kesal?"

Tangan yang bersemayam di pinggang Han GoEun makin bergerak membawa tubuh itu lebih dekat. Tersenyum geli sambil terus mendaratkan kecupan singkat di pipi sang istri yang cemberut. "Kalau seperti ini, masih kesal?"

Han GoEun mendecih. "Memangnya aku segampang itu untuk meluluhkan hati?"

Senyum Jaehyun terus terukir. "Kamu 'kan sudah tau kalau aku hanya mencintaimu. Bersikap baik padanya juga karena dia teman dekatmu."

Wajah GoEun semakin tampak suram. "Itulah alasanku menjadi sangat kesal. Dia lebih dari sekedar ungkapan sebagai teman dekat. Harusnya aku tidak memiliki perasaan seperti itu, kan? Sangat menyebalkan mengatakannya melalui mulutku sendiri."

Jemari Jaehyun beruntai pada ujung rambut sang istri. "Sepertinya baby membuatmu semakin terobsesi padaku." GoEun sudah bersiap memprotes jika Jaehyun tidak segera melanjutkan. "Kita dua orang yang saling terobsesi satu sama lain. Ini mengejutkan tapi membuatku senang."

"Jika dibicarakan seperti itu membuatku merinding dengan diriku sendiri." ujarnya sambil menampakkan ekspresi berbeda. Keningnya berkerut dengan perasaan menggelitik yang menyeramkan. "Aku selalu bertanya-tanya mengenai sifat cemburumu jika melihatku sedang bersama teman-temanmu. Sekarang, aku memahaminya."

"Aku sudah mengatakannya sejak awal dirimu menjadi milikku." Wajah Jaehyun memiring. Mengunci tatapan yang begitu memikatkan. "Jika kini kamu memahaminya, kurasa tetap tidak akan melebihi rasa cemburuku."

Tok. Tok.

Ketukan pintu ruangan mengintrupsi pembicaraan. Jaehyun sedang tidak ingin melepaskan tatap sementara seseorang dari luar sana sudah menyembulkan kepala.

"Kalian tidak punya banyak waktu untuk berduaan lebih lama."

Wajah Han GoEun tertekuk masam mendengar suara Kim Eunji. Walau beberapa saat tadi dirinya mengatakan tidak boleh bersikap menjengkelkan seperti itu tapi setelah orang yang bersangkutan datang, ia tetap tidak bisa menyembunyikan perasaannya. GoEun berusaha menoleh untuk membalas pernyataan Eunji tetapi Jaehyun sudah lebih dulu menyeru dingin. "Sudah kubilang jangan mengganggu selagi aku belum keluar."

Eunji mengerungkan alis. Dari sudut pandangnya, GoEun tampak membelakangi dengan berada di atas pangkuan Jaehyun. Punggung wanita itu bahkan terlihat bergerak hendak membalas tatap namun tak bisa akibat posisi yang mencanggungkan. Sementara Jaehyun memiliki banyak kuasa untuk bergerak tetapi memilih untuk tidak melepaskan tatap dari sang istri. Apakah ada sesuatu yang sedang terjadi di antara mereka sampai Jaehyun bertutur dingin seperti itu?

Eunji masih ingin memeriksa sesuatu sampai tetiba Jaehyun memperlihatkan wajah, menatap keberadaannya yang berdiri di ambang pintu. Sorot tajam itu tampak berbeda dibanding kedatangannya beberapa saat tadi. Kemudian pada detik berikutnya, Jaehyun tersenyum ramah.

"Bisakah memberi kami tambahan waktu lebih lama?" pinta Jaehyun.

Eunji sampai merinding dengan perawakan Jaehyun. Lelaki itu memang tersenyum namun sirat nada kalimatnya terdengar begitu dingin dengan kekuasan perintah tanpa ingin mendapat penolakan. Eunji tidak berkutik untuk mengeluarkan sepatah katapun dan hanya bisa membungkuk hormat sebelum kembali keluar.

Usai itu, Jaehyun melirik Han GoEun yang tergelak diam. Dan memakai kesempatan itu untuk melumat bibir sang istri. Menggebu-gebu seraya sedang menunjukkan diri bahwa dia bisa melakukan apapun agar wanitanya tidak merasa cemburu. Melesakkan lidah di dalam mulut GoEun yang memerah rona pada kediktatoran Jaehyun. Hingga lima menit berlalu dan ciuman panas itu terhenti. Menghentikan lenguhan yang sebelumnya sempat mengudara mengisi kekosongan ruang besar.

"Masih kesal?"

GoEun merebahkan wajah pada ceruk leher sang suami sambil menggeleng pelan. "Memalukan sekali mencemburui seperti ini. Aku harus mengendalikan diriku dan bicara dengan Eunji nanti."

Jaehyun mengelus punggung GoEun hangat. "Perasaan semacam itu memang naluriah terjadi tanpa diduga, sayang. Walau bisa dikontrol tetapi rasanya tetap menjengkelkan, bukan?"

Bibir GoEun melengkung rendah mendengar penuturan Jaehyun yang tepat sasaran. "Aku tidak suka dengan perasaan seperti ini. Tidak menyenangkan dan tak tenang padahal kamu sudah menjadi milikku."

"Aku tidak akan kemana-mana." ucap Jaehyun lembut.

Menjadi seseorang yang memiliki kadar kecemburuan di tingkat tertinggi, apakah GoEun tidak sadar bahwa Jaehyun melakukan segala cara walau sudah memilikinya? Pengawalan, penjagaan, pengintaian secara sembunyi, tersulut dengan kedekatan antara GoEun dan rekan grup, sempat tidak menerima kehadiran baby, serta Eunji yang juga menjadi kaki tangan walau lebih sering berpihak kepada GoEun. Itu semua dilakukan agar miliknya tidak diganggu siapapun yang bisa membuatnya marah. Cinta dan obsesi menjadi sejalur yang sebanding.

Perihal cemburu dengan teman sendiri bukan perkara besar jika harus dibandingkan dengan segala hal yang Jaehyun lakukan pada Han GoEun. Betul, kan?


🍑🍑


Di tengah bisingnya kafeteria kantor, Kim Eunji melebarkan mulut dengan tatapan tak percaya setelah mendengar pengakuan Han GoEun. Keningnya berkerut dalam seakan heran dan tidak mengerti. Tapi tetap merasa harus memahami pada kondisi yang sedang terjadi. Di hadapannya, GoEun tampak bersungut dengan wajah muram setengah tak enak.

"Biasanya tidak pernah,"

"Karena biasanya tidak pernah jadi terasa aneh mendengarmu berkata seperti itu." serang Eunji pada GoEun yang menggaruk pelipisnya sambil terkekeh kikuk. "Secara personal dia memang tampan."

Alis GoEun mengerung.

"Tapi jelas bukan tipeku." tukas Eunji melanjutkan. "Aku tidak menyukainya secara romantisme. Jaehyun memang selebriti yang memiliki banyak penggemar wanita termasuk aku dan dirimu, benar?"

"Ya, benar." GoEun menghela kasar. Sebetulnya sikap GoEun untuk mengatakan perasaannya pada Kim Eunji merupakan langkah bagus. Karena sebelumnya, GoEun hanya sibuk menutupi perasaan atau melarikan diri. Tapi tidak disangka bahwa kemajuan ini harus diawali dengan kecemburuannya melihat interaksi antara sang suami dan sang sahabat.

"Memangnya yang bagaimana tipemu? Seperti Johnnyssi?" tanya GoEun.

"Benar."

"Wah!" GoEun terperangah tidak percaya. "Sekarang kamu bahkan tidak mengelak dan membenarkan dengan lantang."

"Hei, itu karena aku harus menegaskan perasaanku terhadapmu yang pencemburu pada temanmu sendiri." celetuk Eunji membela diri.

"Ya sudah, kapan kamu akan meresmikan hubunganmu?"

Eunji tersedak. Enteng sekali wanita ini menanyakan perihal peresmian hubungan padahal dirinya sangat jelas sedang sibuk mengurusi perusahaan. Sepertinya dia lupa dampak akibat yang akan dihadapi ketika menjalin hubungan dengan seorang selebriti. Atau GoEun berpikir bahwa semua wanita akan tangguh seperti dirinya yang berhasil melewati masa pahit hubungan?

"Itu belum terpikirkan." Eunji merotasi bola mata melihat tampang GoEun yang mendelik mengesalkan. "Jangan berpikir yang macam-macam."

"Apa? Aku hanya diam saja."

Eunji berdecak malas. "Dia hanya memperlakukanku selayaknya teman baik."

"Oh, teman baik."

"Aku juga merasa cukup dengan hubungan kita yang seperti ini."

"Hm, seperti itu."

Eunji menderu kesal sambil memijat pelipisnya selagi mengamati Han GoEun yang sibuk menyedot minuman chocolate frappe sambil menatapnya tanpa merasa berdosa. "Kamu sedang mengejekku, kan?"

"Mana mungkin, sensitif sekali." tukas GoEun berlagak sedih. "Tapi jika boleh berkomentar—"

"Tidak perlu,"

"—kalian lebih persis,"

"Aku tidak mau dengar,"

"—seperti hubungan tanpa status, ya."

Eunji melabuhkan tatap pada GoEun. Menghening dengan semburat merah yang menjalar cepat memenuhi pipi Eunji. Lalu detik berikutnya memekik kesal, "Aarrggh!!!"

Di tengah hiruk-pikuk suasana kafeteria yang ramai, wajah Eunji memerah matang. Belasan pegawai diam-diam memperhatikan walau tak berani mendekat karena keberadaan GoEun yang disegani. Sementara GoEun sedikit tak peduli dan tersenyum miring menatap Eunji yang merasa malu.

GoEun seakan sudah merampas rahasianya walau belum sempat diceritakan secara terang-terangan. Menyebalkan sekali mendapati GoEun dengan mudahnya membalik situasi. Bukankah pembicaraan awal mereka mengenai kecemburan wanita itu padanya? Kenapa tiba-tiba menjadi berbalik arah seperti ini?

"Boleh aku mengundurkan diri?"

GoEun tergelak tawa namun detik berikutnya berubah serius. "Tidak. Aku tidak akan mendapat surat pengunduran dirimu sampai kapanpun."

"Kamu harus menaikkan gajiku."

"Bisa diatur."

"Aku juga ingin liburan."

"Dengan Johnnyssi?"

Eunji mendengus. "Menyebalkan."

"Kalau sebegitu inginnya liburan bersama Johnnyssi, kamu bisa ikut denganku dan Jaehyun agar memiliki alasan di depan publik jika seandainya terungkap." terang GoEun. "Pemikiran mengenai penggemar memang selalu mengkhawatirkan. Aku juga tidak pernah terbiasa dengan hal itu."

Eunji tersenyum kecut. "Apakah ini sebuah nasihat dari seseorang yang sudah pernah merasakan asam manis perjalanan asmara bersama selebriti?"

"Tidak sia-sia aku mempekerjakanmu. Pintar sekali." ucap GoEun santai.

Eunji menyesap latte macchiato dinginnya sambil memperhatikan sekitar. Beberapa pegawai memang tampak memperhatikan namun tidak sampai membuat risih. Kemudian kembali beralih pada GoEun yang memakan potongan kue red velvet.

"Kukira, kalian kembali bertengkar."

GoEun mengangkat tatap dengan raut bingung pada maksud kalimat Kim Eunji.

"Kamu dan Jaehyun,"

"Ah! Kembali pada topik awal rupanya." GoEun tertekeh. "Tidak."

"Sabtu ini perilisan berita kehamilanmu, kan? Kamu siap?"

"Ya." GoEun tersenyum simpul. "Jaehyun bilang tidak perlu merasa cemas. Karena suamiku sudah berkata seperti itu, rasanya sedikit tenang."

"Lebih baik tidak melihat kolom komentar saat perilisan nanti."

"Tapi tetap saja selalu penasaran melihat tanggapan mereka padaku." terang GoEun.

"Sepertinya tidak usah. Suasana hatimu bisa memburuk jika membaca komentar mengesalkan." cerna Eunji memahami tabiat sang sahabat. "Kamu sedang mengandung, jangan sampai komentar-komentar kebencian itu mempengaruhimu."

GoEun merotasikan bola matanya mendengar celotehan Kim Eunji yang terdengar serius. Di tengah ingar-bingar kafeteria yang ramai, Han GoEun sedikit berharap bahwa kebisingan ini dapat meredam omelan Eunji.


🍑🍑🍑

vote dan spam komen "🍑" untuk dapat chapter 77b

Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae

Continue Reading

You'll Also Like

59.2K 5.2K 62
Chitralekha adalah anak angkat Bisma yang agung dan adik angkat dari Raja angga karna, jati diri Chitra adalah dewi yaitu adalah anak dari dewa brahm...
90.4K 8.5K 33
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
YES, DADDY! By

Fanfiction

316K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
94.1K 10.6K 33
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...