WHY ME [TERBIT]

By huffaella

786K 75.6K 1.8K

[BABY BOY VERS] Shakala Hergio Travisc, laki-laki yang mengakhiri hidupnya karena terlalu lelah dengan keluar... More

🐻✨[1.Berubah]✨🐻
🐻✨[3.Travisc]✨🐻
🐻✨[4. Trauma]✨🐻
🐻✨[5. Zero]✨🐻
🐻✨[6. Kesehatan]✨🐻
🐻✨[7. Sosok Baru]✨🐻
🐻✨[8. Kantin]✨🐻
🐻✨[9. Ingat]✨🐻
🐻✨[10. Manja]✨🐻
🐻✨[11. Dimana dan Dilema?]✨🐻
🐻✨[12. Memulai and Problem]✨🐻
🐻✨[13. Kebersamaan]✨🐻
🐻✨[14. Satu]✨🐻
🐻✨[15. Dua]✨🐻
🐻✨[16. Tiga dan Empat]✨🐻
🐻✨[17. Lima ]✨🐻
🐻✨[18. Rumah Sakit]✨🐻
🐻✨[19. Kesayangan]✨🐻
🐻✨[20. Rumah atau Sekolah]✨🐻
🐻✨[21. Pacar Shaga]✨🐻
🐻✨[22. Kecewa]✨🐻
🐻✨[23. Kekuatan]✨🐻
🐻✨[24. Shaka is Babyboy]✨🐻
🐻✨[25. Liburan]✨🐻
🐻✨[ANNOUNCEMENT]✨🐻

🐻✨[2. Shakala & Shagara]✨🐻

50.8K 4.4K 32
By huffaella

Sudah terhitung lima hari Shaka dirawat, dan selama itu juga laki-laki berwajah lucu ini mengalami perubahan, walau kakinya masih sulit di gerakan karena hampir enam bulan Shaka koma.

Dan sekarang ia sedang ditemani Shaga untuk membantunya berlatih berjalan, dengan perlahan ia jalan sambil memegangi pundak Shaga.

"Sshh,"suara ringisan itu membuat Shaga merasa iba, ia menuntun Shaka agar duduk terlebih dahulu di salah satu bangku.

"Kenapa?"tanya Shaga.

"Nyeri,"ucapnya lirih, tanpa sadar tangannya meremat bahu Shaga yang berada di sampingnya.

Shaga segera mengangkat tubuh kembarannya, mengangkatnya ala bridal style dan membawanya menuju ruang inapnya, mendudukan Shaka di atas ranjang karena anak itu mulai menangis.

"Lho Shaka kenapa Ga?"tanya Gryv, membuat atensi Xavier tertuju pada Shaka.

Xavier segera mendekat, menyuruh Shaga memanggilkan dokter sedangkan dirinya membantu Shaka agar tidur di brankarnya.

"Hiks jangan! Sakit hiks!"Xavier mengurungkan niatnya untuk menidurkan Shaka, ia membawa anak itu ke dalam gendongannya.

Dokter masuk ke dalam ruangan Shaka, ia menyuruh Xavier untuk menaruh Shaka, sedangkan Shaka yang mendengarnya menggeleng ribut, kakinya sakit jika mengenai benda.

"Shaka tenang ya,"karena Shaka yang memang tak mau melepaskan gendongannya, mau tak mau dokter itu memeriksa dengan keadaan Shaka yang berada di gendongan Xavier.

"Ini nggak papa, cuma kram aja, Shaka kalau mau belajar jalan jangan lama-lama, ok!"setelahnya dokter itu pamit undur diri.

Shaka sudah mulai tenang, ia juga sudah duduk di brankarnya, kini ia akan makan siang dan akan di suapi oleh Reyna.

Dengan lahap Shaka menerima suapan mommynya, karena Reyna dan Zevanya sudah datang, Gryv dan Xavier pamit untuk bekerja, sedangkan Jayden dan Lyonel mereka sedang kuliah, Zero sendiri ia bekerja di salah satu cabang perusahaan Travisc, tersisa Karel dan Shaga.

"Mommy,"Reyna tersenyum lalu menatap penuh anak bungsunya itu.

"Kenapa hm?"

"Shaka tadi malam bermimpi jika Shaka di tuduh membunuh seseorang, tapi Shaka tidak ingat selanjutnya bagaimana, karena tiba-tiba semuanya gelap,"

Reyna terdiam, ia sangat bersyukur karena Shaka tidak mengingat adegan dimana ia dicaci maki oleh seluruh orang karena tuduhan itu, dan setelah semuanya terungkap Shaka justru berniat bunuh diri.

"Jangan dipaksain ya, nanti kepala Shaka tambah sakit,"

Shaka mengangguk patuh, bohong jika dia tidak mengingatnya, malahan dia ingat betul bagaimana semua orang mencaci maki dan mengatainya dengan kata-kata kasar.

"Tidur,"Shaga berucap setelah melihat wajah Shaka yang mulai layu, tapi jawaban Shaka menggeleng.

"Nggak hoam mau!"mulutnya terbuka lebar, mata itu juga mulai menutup tapi Shaka memaksanya untuk tetap membukanya.

"Ck!"

Shaka langsung menutup tubuhnya dengan selimut setelah mendengar decakan kembarannya, ia tak suka mendengarnya, karena suara itu persis dengan suara decakan kakaknya di hidupnya yang dulu.

Shaga lalu mengusap kepala Shaka agar membuatnya mengantuk, Shaka tidak akan tidur siang jika belum di gertak, apalagi jika ia tidak tidur siang, malam-malam akan merengek tak nyaman dengan tidurnya.

"Nggak usah pura-pura depan gue"

Ucapan menusuk Shaga membuat Shaka tersentak, ia mengerti akan hal itu, Shaka dan Shaga itu kembar jadi tak mungkin ia tak mengenali kembarannya yang asli.

Tapi Shaka bodo amat, yang terpenting ia mendapatkan kasih sayang dari orang tua, permintaan kecil namun berarti untuk Shaka.

Suara dengkuran halus sudah terdengar, Shaga keluar dari ruangan Shaka untuk mencari udara segar, ia juga menghubungi teman-temannya untuk datang ke rumah sakit ini.

_

Tak terasa Shaka tertidur hampir dua jam lamanya, dan sekarang anak itu harus ke kamar mandi dengan bersusah payah, tidak ada orang di kamarnya dan ia masih sulit untuk berjalan.

"Ugh, sakit!"mata Shaka berkaca-kaca, ketika tubuhnya hampir merosot ke bawah karena tak kuasa menahan bobot tubuh, tetapi tangan kekar lebih dulu menahannya.

"Ayo,"

Shaka menggeleng, kakinya begitu nyeri sehingga ia tak kuat jika harus berjalan kembali, orang itu membuang nafas kecil lalu menggendong Shaka.

"Shaka mau pipis,"cicitnya.

Sungguh wajah Alister membuatnya takut, apalagi wajah teman Alister yang sama mengerikannya, lihat saja tatapan penuh intimidasi mengarah ke arahnya.

"Adek lo?"Alister mengangguk.

Shaka kembali ke kasurnya setelah merasa lega, anak itu kembali berbaring, menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih susu.

"Shaga mana?"

Shaka menggeleng, ia tak tau karena setelah tertidur mungkin Shaga keluar meninggalkannya, mengingat-ingat Shaga ia sepertinya harus waspada pada laki-laki yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi itu.

Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara mereka, Shaka diam, memikirkan bagaimana cara mengubah alur di cerita ini agar Shaka merasakan kasih sayang yang selama ini ia idam-idamkan.

Shaka menjadi teringat bagaimana ia berjuang sendirian, tidak ada yang membantunya dan menyemangatinya, hanya keberuntungan yang ia harapkan.

"Shaka!"

"Ka!"

Shaka tersentak, ia menoleh ke arah Alister yang memanggilnya berulang kali.

"Jangan melamun,"ucapnya.

Shaka mengangguk, lalu ia kembali diam karena tidak ada yang mengajaknya bicara, seluruh keluarganya seperti es batu yang begitu dingin susah untuknya yang tidak berbicara seperti tidak hidup, lagi-lagi Shaka membuang nafasnya.

Alister dan teman-temannya menoleh ke arah Shaka, mulut anak itu mencebik karena bosan, salah satu teman Alister mendekat.

"Gue Ravn,"

Shaka tersenyum manis, menangguk lucu lalu memperkenalkan dirinya juga, kini keduanya berbicang tentang banyak hal.

"Berarti kak Ravn bisa main skeatboard?"tanya Shaka antusias, mata bulat itu juga berbinar.

Ravn yang mendapat respon tersebut tertawa, merasa respon Shaka begitu berlebihan tetapi menggemaskan.

"Kak Ravn, kak Alister, sama kak Januar suka main skeatboard bareng, kalau Shaka mau, boleh ikut! Ntar Shaka kakak ajarin!"

Shaka yang begitu antusias sampai terduduk, membayangkan Ravn mengajarkannya bermain skeatboard, tetapi tatapan tidak mengenakan dari Alister membuat Shaka menurunkan pundaknya.

"Mau?!"

"Nggak deh kayaknya, kaki Shaka masih suka sakit, ntar malah nyusahin doang,"ucapnya lirih.

Ia menundukkan kepalanya merasa tidak nyaman dengan tatapan Alister, tangannya memilin selimutnya. Ravn yang sadar dengan kelakuan Shaka menoleh dimana Alister duduk.

"Tenang aja, kakak nggak bakal ngerasa disusahin sama Shaka,"ujarnya menconba menghibur Shaka.

Shaka mengangguk saja, mood-nya turun karena wajah Alister yang menunjukan raut tidak suka padanya, seperti wajah ayahnya saat marah.

"Lho Shaka, maafin mommy ya ninggalin Shaka, kakak ini adiknya nangis kok diem aja!"

Reyna tiba-tiba masuk dan disuguhi Shaka yang terisak, Ravn yang memang disamping brankar Shaka lantas melangkah mundur memberi sedikit ruang untuk Shaka dan Reyna.

Pintu kembali terbuka menampakan wajah Shaga, ditangannya juga tertenteng brownis dan makanan manis lainnya.

"Kenapa?"tanyanya entah pada siapa.

"Nggak tau tiba-tiba nangis,"jawab Ravn karena memang dia yang mengajak Shaka bercanda tadi.

"Udah ya, liat! Shaga bawa apa buat Shaka,"ucap Reyna.

Shaka melongok sebentar, mata yang masih berair sedikit itu berbinar, brownis yang sangat ia suka berada di tangan Shaga.

Shaga yang melihat tatapan itu memberikan bingkisan itu ke tangan Shaka, adik kembarnya tersenyum manis.

"Makasih!"ucapnya.

Shaka kini sibuk dengan brownisnya, melupakan orang-orang disekitarnya yang sedang menatapnya dengan tatapan gemas, bagaimana tidak, pipi gembul itu naik turun seirama dengan kunyahannya.

"Mommy Shaka mau pulang,"

Reyna yang mendengar itu tersenyum lalu mengusap rambut Shaka yang begitu halus, ia mengangguk memperbolehkan.

"Nanti ya, tunggu infusnya habis, Shaka boleh pulang!"

Shaka mengangguk semangat dan kembali menyantap brownisnya. Melupakan atensi orang yang berada diruangannya.

_

Gimana? Lanjut?

Continue Reading

You'll Also Like

417K 30.7K 40
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
18.2K 417 52
gimana jadinya jika pria berumur 28 tahun jatuh cinta kepada gadis yang bahkan berusia jauh darinya... ini adalah kisah Leonardo Wijaya Kusuma dan Ad...
154K 15.3K 27
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
1.2M 123K 49
(Entah kenapa tiba-tiba Partnya tidak berurutan, kalau mau baca urutin sendiri aja ya, aku juga bingung gimana memperbaikinya).. Alvin merupakan seor...