✰ Third Event; Halloween day...

By Kampung_Gaje

369 58 486

- ', [ Desc ] ꒱ ↷🖇 Hey, trick or treat? Berikan aku permen atau .... kau akan mendapatkan akibatnya! ✎ᝰ 2022... More

๑ Awalan ๑
๑ Mom ๑
๑ Penyihir Halloween ๑
๑ Tok-tok ๑
๑ Sang Pemburu Hantu ๑
๑ Sweet or Bitter ๑
๑ The Demon God ๑
๑ Sharing ๑

๑ Joining the Unholy ๑

72 8 109
By Kampung_Gaje

Kaje presents special fanfic by rael_sei

"Selamat datang.. kami menyambutmu permaisuri.."

Joining the Unholy © rael_sei
Halloween day © Kaje

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Arine menatap guru yang sedang menjelaskan materi agama di depan sana dengan pandangan kosong.

"Tch.. menjijikan."

Sejujurnya dia membenci pelajaran ini. Baginya ini hanya omong kosong belaka. Jika memang Tuhan itu ada, hidupnya tidak mungkin semenderita ini.

Ibunya yang dibunuh oleh ayahnya sedangkan ayahnya berkeliaran dengan bebas, bahkan dengan tidak berdosanya ia langsung pergi dengan pelacur setelah membunuh ibunya.

Arine benci ini! Jika Tuhan itu memang ada, takdirnya pasti tidak seperti ini. Selain itu perselisihan juga selalu terjadi dimana-mana dengan membawa-bawa nama Tuhan. Mereka menculik bahkan membunuh dengan mengatasnamakan Tuhan.

Ahh.. atau jangan-jangan Tuhan itu sebenarnya tidak ada tetapi hanyalah sebuah doktrin yang dibuat oleh manusia? Entahlah Arine tidak tau.

Intinya Arine benci dengan perilaku mereka semua yang sok suci padahal tingkah lakunya tidak jauh berbeda dari setan.

Arine menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan dan memilih memejamkan mata, merasa muak dengan penjelasan guru di depan sana.

"Aku ingin ini cepat berakhir.."

๑๑๑

Setelah berjuang selama beberapa jam menahan muak dalam diri, akhirnya Arine terbebas. Dia pun pulang dengan segera menuju rumahnya yang entah apa bisa dibilang sebagai rumah atau tidak.

Di pertengahan jalan, Arine bertemu dengan seseorang yang berpakaian seperti pendeta. Pendeta itu berjalan mendekati Arine dan bertingkah layaknya orang suci pada umumnya.

"Halo, gadis manis! Perkenalkan saya adalah Karlim, pendeta dari gereja yang tidak jauh dari sini. Siapa namamu?" Tanya Karlim sambil menyodorkan sebelah tangannya.

'Cih, mulai lagi.' Batin Arine

Arine memutar bola matanya dengan malas dan menjulurkan tangan dengan ogah-ogahan untuk membalas jabatan tangan yang disodorkan oleh Karlim.

"Arine."

"Wah! Nama yang sangat cantik seperti orangnya!" Karlim mengeratkan genggaman tangannya dan tersenyum lebar.

Arine mengernyitkan dahinya saat merasa sedikit sakit di area tangannya. Karlim buru-buru melepaskan tangannya saat menyadari tatapan mata Arine yang menajam.

"Ah, maaf! Saya tidak bermaksud! Terima kasih sudah mau meladeni orang tua ini. Semoga harimu menyenangkan, nona manis! Kami menunggu kedatanganmu di gereja kami." Karlim segera berlalu pergi dari sana meninggalkan Arine yang terheran dengan tingkah lakunya.

"Dasar orang aneh." Gumam Arine.

Arine melanjutkan perjalanannya menuju rumah tanpa menyadari ada dua sosok yang menatapnya dari balik pohon besar tak jauh dari sana.

"Apa menurutmu dia cocok sebagai wadah permaisuri?"

"Tentu saja. Lord yang memilihnya sendiri. Apa kau meragukan pilihan Lord?"

"Tentu saja tidak!"

"Ya sudah, kita tinggal menunggunya saja."

"Hm, baiklah."

๑๑๑

Arine menghempaskan tubuhnya di atas kasur miliknya. Ia menghela napas pelan dan memejamkan matanya.

Sekelibat memori muncul di dalam pikiran Arine tentang ayahnya yang malah asik bercinta dengan pelacur di depan mayat ibunya yang baru saja dibunuh olehnya.

"Tck, ingatan menjijikan itu lagi! Lebih baik aku tidur saja." Ucap Arine.

Arine pun menghembuskan napas kasar dan menenangkan dirinya. Berusaha memikirkan hal lain selain memori kelam masa kecilnya.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar hembusan napas kecil yang teratur keluar dari bibir Arine.

Tik tok.. tik tok..

Jam berdentang keras sebanyak dua belas kali, menunjukkan waktu tengah malam. Arine yang sedari tadi tertidur pulas mulai merasa gelisah, ada rasa panas yang mulai menggerogoti dirinya.

Arine pun membuka matanya, mulutnya terbuka dan tangannya memegang area tenggorokan dengan kencang.

"Ughh.. panas.. sesak.. kenapa.. aku.. ini.. t-tolong.. hah.. hah.. panas.. a-air.. tolong.."

Arine semakin tak bisa diam di kasurnya, ia bergerak sembarang arah. Berusaha menguatkan diri, ia pun bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi dengan sempoyongan.

'Ugh.. kepalaku pusing dan ini sangat panas. Sebenarnya aku kenapa?' Batin Arine.

Tanpa pikir panjang Arine segera menyemplungkan dirinya ke dalam bak mandi.

"A-air.. hah.. hah.."

Tidak tanggung-tanggung, Arine juga ikut menenggelamkan kepalanya ke dalam air.

Blubup blubup

Sayangnya itu semua tidak berpengaruh, yang ada tubuhnya malah semakin panas.

"Arghh.. panas.. panas.. hah.. t-tolong! Panas!!!"

Di tengah usahanya untuk memadamkan rasa panas dalam diri, tiba-tiba terlintas ingatan percakapannya dengan pendeta Karlim.

"Ah, maaf! Saya tidak bermaksud! Terima kasih sudah mau meladeni orang tua ini. Semoga harimu menyenangkan, nona manis! Kami menunggu kedatanganmu di gereja kami."

Mengingatnya membuat tubuh Arine sudah tidak sepanas tadi. Dia perlahan bangkit dari bak mandi dan berjalan keluar rumah. Entah dorongan dari mana, tapi ada dua kata yang terlintas di pikirannya.

Gereja dan Karlim.

Perlahan langkah itu berubah menjadi gerakan cepat seperti berlari. Tubuhnya benar-benar tidak bisa dikendalikan, kakinya berlari kencang menuju gereja yang berada di pinggiran kota.

'Sebentar.. darimana aku tau letak gereja ini? Aku bahkan belum pernah kesini sebelumnya!' Batin Arine.

"G-gereja.. Lord.."

'Huh? Apa yang aku ucapkan? Aku sama sekali tidak mengerti! Apa ini? Kenapa.. kenapa seperti ada yang mengendalikan tubuhku?' Batin Arine.

Tepat di depan pintu gerbang gereja, terdapat dua orang berjubah hitam yang sedang berdiri seperti sedang menunggu kedatangan Arine.

Benar saja, salah satu dari orang itu berjalan mendekati Arine dan mengulurkan tangannya.

"Calon permaisuri.. kami sudah menunggu anda sedari tadi. Mari ikut dengan saya untuk masuk ke dalam, kita selesaikan ritualnya."

Arine mengangguk, tangannya perlahan menyambut uluran yang disodorkan padanya. Tatapan matanya berubah menjadi kosong. Sekilas mata Arine menyala, menampilkan warna merah sebelum akhirnya normal kembali.

Mereka masuk ke dalam gereja. Ternyata di dalam sana ada banyak sekali orang yang sedang berpesta sambil menyantap semacam daging yang berbentuk seperti seorang bayi.

Ya, kalian tidak salah baca. Mereka memang menyantap bayi. Biasanya bayi tersebut berasal dari korban aborsi.

Orang itu tersenyum lebar dan membawa Arine membelah kerumunan, mendekat ke arah Karlim yang sedang berdiri di altar sambil memegang sebuah kitab dengan simbol bintang terbalik dengan kepala kambing ditengahnya.

"Permaisuri.. akhirnya anda datang juga." Ucap Karlim.

"Karlim, tugasku sudah selesai. Aku akan mempersiapkan persembahan pasca-ritual untuk permaisuri."

"Ya. Ku serahkan padamu, Deain."

Karlim mengambil alih tubuh Arine. Ia mendudukkan Arine tepat di depan kursi altar.

"Mari kita selesaikan ritual ini." Ucap Karlim.

Karlim berjongkok di hadapan Arine, ia mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan menyayat pelan jari Arine hingga mengeluarkan darah. Darah itu ditampung di dalam sebuah botol kecil. Setelah cukup, Karlim menutup botolnya dan membawa botol itu tepat di hadapan simbol 666.

Karlim menuangkan darah Arine di atas simbol tersebut dan mulai melantunkan mantra-mantra yang terdapat di dalam kitab di tangannya.

"Kami menyembahmu.. segala dosa dan hawa nafsu yang menguar akan menjadi kekuatanmu. Atas nama Lucifer, kami mengangkatmu sebagai bagian dari kami! Clausum in tenebris anima mea!"

Tubuh Arine mulai mengejang dan muncul asap hitam yang cukup pekat. Asap itu sempat mengelilingi tubuh Arine sebentar sebelum akhirnya perlahan-lahan masuk ke dalam tubuh Arine.

Arine berhenti mengejang, mata yang sedari tadi terbuka lebar perlahan tertutup. Selang beberapa detik mata itu terbuka kembali dan menampilkan warna semerah darah.

Karlim mendekat ke arah Arine dan memasukkan semacam jarum kecil ke lengan bagian atas Arine.

"Selamat. Anda sekarang resmi menjadi bagian dari kami. Lebih tepatnya sekarang anda adalah permaisuri dari Lord Lucifer." Karlim tersenyum lebar.

Arine hanya diam, tatapannya matanya masih kosong. Ia hanya bisa mengikuti saat Karlim membawanya menuju ke bagian tengah gereja.

"Ekhm.. selamat malam para rekan semuanya. Disini saya ingin menyampaikan bahwa ada satu orang lagi yang telah menjadi bagian dari kita. Namanya adalah Arine dan dia pemegang takhta sebagai permaisuri Lord Lucifer mulai saat ini!"

"WUOAHHHHHHHH!!!!!!"

Suasana gereja mulai riuh, tepuk tangan dan teriakan mulai terdengar dari segala penjuru yang menyebabkan Arine mulai mendapat kesadarannya kembali.

'Huh? Aku dimana? Ramai sekali.. tapi kenapa aku berdiri disini dan mereka semua melihat ke arahku?' Batin Arine.

"Baiklah semuanya, mari kita mulai acara malam ini." Ucap Karlim.

Setelah Karlim mengucapkan itu, perlahan mulai terdengar lagu-lagu metal. Mereka semua yang ada disana ikut bernyanyi.

"Permaisuri, mari ikut bernyanyi." Ajak Karlim.

Arine sebenarnya bingung, tapi ia hanya mengangguk dan ikut bernyanyi.

Hingga tiba saatnya pada pembacaan firman. Mereka mulai membaca alkitab, lebih tepatnya satanic bible sambil memuja-muja nama Lucifer.

Pada detik itu juga Arine sadar, bahwa ternyata dirinya telah terjerumus dalam aliran gereja setan.

'Ini.. aku harus kabur!' batin Arine.

Sayangnya Karlim mengetahui niat Arine. Ia pun segera memegangi tubuh Arine dan memaksanya meminum sebuah cairan berwarna merah.

Dari bau amis yang keluar, Arine dapat menebak bahwa itu adalah darah. Arine sempat berontak, tapi ia kalah tenaga. Terlebih muncul satu orang lagi yang memencet hidung Arine sehingga Arine harus menelan cairan itu atau dia akan mati kehabisan napas.

Glek

Arine sempat terbatuk pelan karena dadanya yang terasa sesak. Setelah merasa napasnya  normal kembali, Arine mendengus kesal pada Karlim. Tapi tak dapat dibohongi, ia cukup menyukai sensasi saat darah itu masuk ke tenggorokannya.

"Hm? Sepertinya anda menyukainya. Kalau begitu makanlah ini juga." Ucap seseorang yang tadi memencet hidung Arine.

"Siapa kau?" Tanya Arine sinis.

"Ah, maafkan saya. Saya lupa mengenalkan diri, nama saya Deain. Ini ada camilan untuk anda sebagai bagian dari perjamuan kudus." Deain menyodorkan sebuah piring yang berisikan organ-organ dalam yang masih mentah.

"Apa ini?" Tanya Arine.

"Ini organ dalam bayi, anda harus memakannya untuk memulihkan energi anda sebelum perjamuan kasih bersama Lord nanti." Jawab Karlim.

Arine bergidik pelan, tidak bisa membayangkan kalau dirinya harus memakan organ itu. Tapi seperti ada dorongan kuat dari dalam, ia pun mengambil piring yang disodorkan dan mulai memakannya.

'Huh? Tidak buruk! Malah ini enak.' Batin Arine.

Arine pun memakan organ dalam bayi itu dengan lahap.

"Sepertinya anda menyukainya." Ucap Deain.

Arine hanya mengangguk dan lanjut memakannya lagi. Deain terkekeh pelan, ia menengok pada Karlim dan mengangguk pelan.

Karlim ikut mengangguk, ia pun berteriak kencang. "Kini tiba saatnya puncak acara, perjamuan kasih telah dimulai. Kalian bisa melakukannya dengan siapapun sekarang!"

Para jemaat tersenyum senang, ini bagian yang mereka tunggu-tunggu. Surga dunia yang sesungguhnya! Kenikmatan tiada tara!

Karlim menatap Arine yang saat ini sedang menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Permaisuri Arine?" Panggil Karlim.

Arine tetap diam, ia menatap tangannya dengan jijik. Terlebih perutnya sangat mual saat ini.

'Bodoh! Apa yang ku pikirkan? Kenapa.. kenapa aku bisa memakannya? Itu menjijikan! Bagaimana bisa aku memakan organ dalam bayi yang masih mentah itu? Ugh.. memikirkannya saja aku menjadi semakin mual.'

Paham dengan apa yang dipikirkan oleh Arine, Karlim menepuk pelan bahu Arine.

"Tidak perlu dipikirkan. Ini adalah surga duniawi. Daripada bertindak sok suci mengatasnamakan Tuhan yang tidak ada bandingannya dengan Lord Lucifer, alangkah baiknya anda bergabung bersama kami menentang para orang-orang sok suci tanpa dosa itu. Bukankah mereka adalah iblis yang sebenarnya?" Ucap Karlim.

Arine terdiam. Benar juga apa yang diucapkan oleh Karlim. Ia tidak salah, yang salah adalah mereka para manusia sok suci seolah tanpa dosa itu.

Daripada membual tentang kebaikan dan berkah Tuhan tapi nyatanya tingkah bagaikan iblis, bukankah lebih baik menjadi iblis saja sekalian? Tidak tidak, malah sepertinya iblis lebih baik daripada mereka.

"Hm, kau benar. Iblis bahkan terlihat lebih baik daripada para manusia yang mengaku tanpa dosa itu." Ucap Arine.

Karlim tersenyum, ia menarik tangan Arine menuju sebuah kamar.

"Kalau begitu, mari ikuti saya menuju kamar yang akan menjadi tempat perjamuan kasih anda dengan Lord." Ucap Karlim.

Arine mengangguk walaupun sebenarnya ia kurang paham dengan perjamuan kasih. Tapi dari tingkah laku para jemaat di ruang aula tadi, nampaknya ia mulai mengerti makna dari perjamuan kasih.

"Apa aku memang harus melakukannya?" Tanya Arine.

"Tentu saja, itu adalah tugas anda sebagai seorang permaisuri untuk menyenangkan Lord."

Jantung Arine mulai berdegup kencang. Pipinya juga perlahan memerah. Setelah ia menerima fakta bahwa ia bagian dari gereja setan ini, seperti seolah ada rasa lain yang muncul dalam dirinya sesaat setelah ia mendengar nama Lucifer.

Sesampainya mereka di hadapan sebuah pintu kamar, Karlim segera pamit mengundurkan diri.

"Di dalam sana Lord sudah menunggu kedatangan anda. Silahkan masuk dan nikmati perjamuan kasih kalian. Ini ada sedikit bekal dari saya." Karlim mengeluarkan beberapa botol kaca kecil dan menyerahkannya pada Arine.

"Ini..." Arine menatap Karlim dengan pandangan bingung yang hanya dibalas dengan senyum misterius

"Kalau begitu saya pamit undur diri. Selamat menikmati surga dunia."

Karlim pun pergi meninggalkan Arine yang berdiri seorang diri.

Arine menatap pintu kamar di hadapannya dengan gugup. Ia menarik napas sebelum menghembuskannya lagi secara perlahan.

Setelah memantapkan hati, Arine masuk ke dalam ruangan.

Gelap.

Satu kata yang terlintas di benak Arine.

"Khe khe khe.. kau sudah datang.."

Arine terkejut, ia menatap ke depan dimana ada bayangan sesosok hitam dengan pancaran merah di matanya menatapnya dengan senyum yang sangat mengerikan.

"K-kau.. Lucifer?"

"Ayo bersenang-senang dan layani aku!"

.

.

.

.

.

END

Result : ???

Continue Reading

You'll Also Like

82.2K 7.8K 22
Ryan, seorang pemuda yang terpaksa harus menjadi figuran yang merangkap menjadi antagonis licik karena tidak mau mati dua kali. bertransmigrasi ke se...
632K 968 20
Kumpulan cerpen bertema dewasa
792K 108K 76
Ini kelanjutan story Different Soul★DERA☆ ya. kalau berkenan, mampir ke sana dulu~ ________ Bukan hanya menceritakan perbedaan sikap antara Delon dan...
920K 7.4K 25
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan 🔞 anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca