KOSAN CERIA

By PaiBian

177K 17.5K 3K

Asti tidak menyangka Kosan Ceria yang kadang membosankan di setiap harinya karena hanya diisi oleh si Hana, s... More

1 - Kos Ceria
2 - Penghuni Baru
3 - Peluk Cium Peluk Cium
4 - Malam Pertama
5 - Keseruan Malam Pertama
6 - Telanjang Dada
7 - Link Haram
9 - Gigit Bibir
10 - Tegang
11 - Simulasi Punya Anak
12 - Adam Sialan
13 - Keluar di Toilet
14 - Mesum
15 - Sesama Perempuan
16 - Burung Keras dan Nasib Menyedihkan
17 - Kado Misterius untuk Bang Adam
18 - Bu Kos Balik!
19 - Menusuk Sampai Jantung
20 - Bubur Penghibur
21 - Hot Sexy
22 - Tetangga Baru
23 - Es Dung-Dung yang Bikin Bingung
24 - Perhatian Prihatin
25 - Kaos Kutang Bikin Melayang
26 - Kepulangan Si Hana
27 - GUE CAPEK!
28 - BEKAS MASA LALU
29 - MASALAH SI HANA, MASALAH WARGA KOSAN JUGA
30 - Dibuat Lemas Akbar
31 - Rian Asti Emosi
32 - PASAR SIAL
33 - AKBAR BAIK TAPI KENAPA?
34 - AKBAR RIAN BIKIN PENASARAN
35 - OM DIYAT DAN PERDEBATAN YANG TIADA USAINYA
36 - AKU CEMBURU
37 - TIAP MASALAH PUNYA JALAN KELUAR
38 - Aku Pacarnya Akbar
39 - DIBANGGAKAN
40 - DIA KABUR!
41 - Bu Kos & Ustaz Jamili
42 - Salah Semua
43 - Rian dan Perhatian
44 - Ide Liar dan Membahayakan
45 - Perjanjian Permainan
46 - Gibah
47 - Permainan Itu Ada Lagi
48 - Pengakuan Si Hana
49 - Bukan Kabar Burung
50 - Benang Kusut

8 - Bewok Banyak Bulunya

4.6K 481 67
By PaiBian

• selamat membaca •
______________________


* sebelumnya, aku mau ngasih tahu kalau kosan ceria ada versi chat keseharian mereka. diupload di instagram @ haii.pai, di sana banyak keseruan warga kosan.

----------------

08 – Bewok Banyak Bulunya

°°°

Heran.

Jantungku berdetak cepat saja kutahan supaya tidak kelihatan tegangnya, sedangkan di sebelahku si penghuni kamar baru malah santai-santai saja melihat keberadaan laki-laki menyeramkan di depan kami. Padahal sebelumnya sudah diperingatkan bahwa anak bukos yang bernama Adam itu lebih menyeramkan dari penagihan uang kosan.

Aku, si Hana, si Malik, si Ica, dan si Wahyu sedikit menundukkan kepala agar tidak ada kontak mata dengan Bang Adam yang kini brewoknya semakin lebat saja. Bu Kos juga ada di sampingnya dengan raut bangga, kutebak pasti dia sudah menerima banyak duit makanya mukanya begitu.

"Jadi gini cakep, cantik, gue mau ngasih tahu sesuatu. Tapi ngapa pada nunduk sih? Kagak bakal ada duit di keramik mah mau dilihatin sampe ondel-ondel lahiran juga," ucap Bu Kos yang berhasil membuat kami berenam mengangkat kepala. Tegang. "Gitu kan cakepnya kelihatan."

"Sebelumnye buat Akbar, bujang cakep yang baru pindah kemaren. Kenalin, ini anak Ibu satu-satunye. Adam." Perkataan Bu Kos mendapatkan respons senyum dari si penghuni kamar baru. "Yang lain mah udah pada tahu, jadi kagak usah dikenalin lagilah masih yang ini kok anak gue. Bedanya sekarang tambah cakep aja."

Kutelan ludah, tidak bisa berkomentar. Tapi kalau boleh berkomentar mukanya begitu-begitu saja dari lebaran tahun lalu, badannya doang yang makin kekar sama brewoknya yang makin tebal. Ibu-ibu memang selalu berlebihan memuji anak lelakinya, meski Bang Adam sangat galak pun di mata Bu Kos hal itu tidak terlihat.

"Jadi begini, Neng, Tong. Dalam beberapa waktu ke depan, kosan bakal diurus sama anak gue, Adam."

Melotot. Enggak mungkin!

"Kenape?" Bu Kos melanjutkan, "Soalnye gue mau pegi ke Garut buat lihat anaknya adek gue mau lahiran. Gue berangkat besok subuh, jadi mulai besok lu semua bakal diurus sama Adam. Ngarti?"

"Bukos bakal lama nggak?" tanyaku yang mendapat tatapan jutek dari Bang Adam.

Ini kalau ada pemeriksaan kesehatan kurasa si bewok banyak bulunya itu memiliki darah tinggi, asem banget ekspresinya. Kayaknya juga saat pembagian ekspresi senyum ceria dia datang paling akhir sampai hanya kebagian menyebalkannya saja. Sumpah, di dunia ini ada orang yang walaupun tidak melakukan hal menyebalkan kelihatannya tetap saja menyebalkan, salah satunya Bang Adam bewok.

"Kenapa lu? Kagak mau gue awasin?" sahut Bang Adam bersilang tangan.

Lihat sendiri, songong dan nyebelin begitu. Sabar-sabar deh ini beberapa hari sama kelakuannya di sini. Pengin kusiku saja mukanya, tapi takut dikeluarin, takut enggak dapat diskon sewa kamar lagi.

"Bu-bukan begitu, Bang." Menunduk tak ada semangat berdebat.

Bu Kos menginterupsi. "Lu enggak usah khawatir, Sti. Adam pasti jagain lu semua, kalau dia galak juga demi lu semua."

"Bukan kalau lagi, Bu. Emang anaknya udah galak dari lahir," ucapku dalam hati karena kalau langsung tidak berani.

"Paling bentar gue dua minggu di sana, bisa lebih lama lagi kalau adek gue masih perlu bantuan. Jadi gue nitip pesen ke lu semua, jangan bandel, jangan bader, dengerin apa kata anak gue. Gue doain lu semua sehat-sehat, lancar kerjanye, lancar sekolahnye." Suasana mencekam itu kini berubah jadi sedikit melankolis. "Tapi bayar sewa mah kudu tetep tepat waktu, ye! Kasih ke anak gue, jangan telat-telat nanti lu pada kagak bisa mandi. Apalagi laki nih pasti kudu pada mandi subuh."

"Abis ngapain tuh?" sahut si Malik.

"Malik, serius kek!" sahut si Hana melotot sampai cowok di sebelahnya terdiam.

"Pakek nanya, kata si Hana tiga hari sekali lu suka mandi subuh, Mal," celetuk Bu Kos hingga si pemilik nama Malik yang artinya 'pemilik' itu melotot geram. "Udeh pokoknya itu yang mau gue sampein, nanti gue minta bantuan anak gue kalau ada yang lupa mah."

"Sekarang udahan sedih-sedihnye, gue pasti balik lagi. Nih mending makan oleh-oleh dari anak gue."

Sumpah saat itu tidak ada yang bersedih, tapi bodo amatlah setidaknya ada hal baik dari kedatangan si bewok. Dilihat-lihat oleh-olehnya banyak juga, beda sama sebelum-sebelumnya yang cuma bawa satu tas, sekarang dua tas oleh-oleh ada di atas meja makan.

"Sana lu pada makan, pada ceking begitu prihatin gue," celetuk Bang Adam sembari menuntun Bu Kos keluar karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa dia harus mempersiapkan keberangkatannya besok. Dasar, mentang-mentang badannya bagus pake body shamming-in orang-orang segala.

"Ini boleh dihabisin, kan?" tanyaku.

"Rakus bener lu!" jawab Bang Adam yang masih ada di depan pintu.

"Ya sama kita Bang dimakan, masa sama Asti sendiri." Jadi menyesal bertanya, tapi mau ngambek juga lapar oleh-olehnya sangat menarik.

Debat tidak perlu, isi perut nomor satu.

***

Akbar benar-benar berbeda dari kami berlima, di saat kami memasang wajah sedikit kesal dia malah santai-santai saja memakan makaron warna biru oleh-oleh Bang Bewok. Kami juga makan makanan yang sama cuma beda warna, tapi disertai emosi dan kekesalan yang membara.

Siapa yang tidak kesal saat hari-hari di Kosan Ceria yang damai dan menyenangkan karena ada Akbar si penghuni baru yang tampan, tiba-tiba datang masalah paling besar yaitu si galak Bang Adam. Segala usahaku untuk mendekati Akbar pasti semakin susah saja, untung kemarin lihat roti sobeknya, tapi tetap saja kenapa harus Bang Adam? Kenapa Bu Kos harus ke Garut? Kenapa anak adiknya Bu Kos harus melahirkan?

"Makan yang bener, Sti. Dinikmatin, bukan cemberut mulu dari tadi udah ngabisin setengah kotak juga," tegur si Hana.

"Gue tuh kesel! Apa kalian enggak kesel?"

Tunggu, sekarang mereka juga terlihat biasa-biasa saja, seolah kehadiran Bang Adam bukan lagi masalah besar. Gila ya? Mudah sekali mereka mengubah perasaannya, mudah sekali mereka menerima orang baru yang belum tentu orang itu akan memberikan dampak baik pada hidupnya, jelas-jelas si bewok itu semena-mena tidak punya perasaan iba.

Mentang-mentang dapat oleh-oleh dari dia.

"Bentar, lo semua oke-oke aja gitu kalau Bang Adam ada di sini? Ngontrol kita seenaknya mentang-mentang kita tinggal di bangunan milik dia. Si bewok itu bakal bikin kita enggak nyaman, kok lo semua bisa santai-santai aja?" protesku karena jujur ini sungguh mengganggu.

"Ya lu pikir kita bisa apa, Sti? Ngusir Bang Adam dari sini? Gila kali lu," timpal si Malik. "Siapa tahu dia sekarang lebih baik, dan bentaran doang di sininya. Santai ajalah, makan dulu."

"Lagian sekarang oleh-olehnya lebih banyak, dia mikirin kita berarti," ungkap si Wahyu. "Sebagai orang sunda, biasanya kalau orang pas balik bawa sesuatu buat orang rumah itu tandanya dia sayang sama yang ada di rumah itu."

"Ya itu kan buat orang sunda, gue bukan ya, Yu." Mereka ini sebenarnya lupa tidak sih dengan kejadian sebelumnya? Apa satu kebaikan bisa membuat lupa banyaknya diskriminasi yang pernah laki-laki itu lakukan?

"Di sini yang lagi dateng bulan siapa sih sebenernya? Si Ica kan? Kok malah lo yang marah-marah sih, Sti?" Perkataan si Hana berhasil membuatku naik pitam. Apa hubungannya coba?

"Eh, yang boleh marah emangnya cuma yang lagi PMS aja?"

"Tapi lo enggak seharusnya maksain orang buat setuju sama apa yang lo rasaian!" Si Hana ikut berdiri.

"Jadi lo enggak ngerasain? Lo lupa siapa yang udah bikin penghuni lantai dua itu keluar? Lo lupa seberapa depresinya dia karena perlakuan si bewok waktu itu?" Mengingatnya saja sudah cukup membuatku lupa akan oleh-oleh si Bewok hari ini. "Gue cuma enggak mau kejadian itu terulang lagi, kita enggak tahu siapa yang bakal dibikin enggak nyaman sama dia. Bisa jadi satu di antara kita juga bakal ninggalin tempat ini karena enggak nyaman."

"Sti, kita juga udah sepakat buat enggak bahas itu lagi ya!" sentak si Malik seraya menunjukku. "Udah, diem."

Aku masih tidak terima, ya karena apa yang kukatakan memang begitu kenyataannya. "Gue juga enggak bakal bahas kalau lo semua enggak berlagak lupa sama apa yang udah si bewok itu lakuin, ya!"

"Kita enggak harus perlakuin orang sama kayak dia perlakuin kita, kan? Jadi ya udah." Si Wahyu menginterupsi setelah menelan habis makaron di mulutnya. "Masalah gitu doang sampe diributin. Inget, kita ada temen baru, Akbar, dia enggak tahu apa-apa. Lo enggak mikir ke situ, Sti?"

"Jadi maksud lo ini salah gue?"

"Ya siapa lagi, Sti?"

Diam. Aku hanya tidak menyangka kalimat itu akan kudengar. Bibirku sulit sekali terkatup, mereka yang ada di sana seolah mengusirku karena diam saja seakan setuju akan pernyataan si Wahyu. Mungkin benar, memang aku sumber masalahnya.

"Seharusnya sumber masalah emang enggak kumpul sama sumber masalah lain." Aku menarik diri mundur dan pergi menjauh dari meja makan.

Bodoh, saat itu aku berharap Akbar akan menahanku dan memberikan kalimat menenangkan, tapi sampai aku menaiki tangga dia sama sekali tidak melakukan hal itu. Entah kenapa juga aku tidak masuk ke dalam kamar, dan malah menaiki lantai dua yang kemudian duduk di sofa yang menempel dengan jendela.

Saat itu aku menyesal seketika, kenapa tidak ikuti perkataan si Rian saja, membuka Yang Kusayang sampai malam tiba. Setidaknya meski Rian menyebalkan, dia tidak membuatku menangis. Sedangkan orang-orang yang kupikir akan menyenangkan malah jadi sumber kekecewaan, perasaan senang pulang lebih awal menjadi perasaan paling buruk sekarang.

Tak kusangka tanganku mulai basah karena menopang wajah, mungkin karena aku kecewa realita tidak sesuai yang kusangka. Mungkin aku terlalu berharap orang akan baik karena kuperlakukan mereka dengan baik.

Dan mungkin aku harus lebih dramatis, karena Akbar tiba-tiba di sini.

Tidak bohong, tapi aku memang tengah bersedih. 

°°°

Author:

Halo sobat kueh semua. Pai Bian balik lagi setelah sebelumnya disibukkan oleh dunia kampus. Semoga kamu tetap semangat membaca cerita ini.

Gimana menurutmu chapter ini?

Kira-kira Akbar, Asti, sama kehidupan Kosan Ceria bakal gimana ya setelah kedatangan Bang Bewok? Terus ikutin keseruannya di chapter berikutnya, dan komentar yang banyak di sini supaya saia semangat updatenya, hihi.

Salam,
Paduka Pai Bian.

Continue Reading

You'll Also Like

MALIKA By wulandari

Teen Fiction

139K 7.3K 25
Malik Zattana - Alika Zarraniya. Memang nama mereka hampir sama, tapi cerita kehidupan mereka sangatlah berbeda. Namun keduanya sama-sama populer dis...
15.3K 1.6K 35
[FOLLOW SEBELUM BACA] Update seminggu sekali. Akselerasi, terkenal dengan murid jenius serta kutu buku. Tidak ada banyak waktu bermain sehingga membu...
61.7K 3.6K 53
NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA PUBLISHER PART LENGKAP Diandra Olivia, Seorang mahasiswi semester 3 jurusan Administrasi Pendidikan di sebuah Un...
14.9K 3.3K 16
Cerita ini berisi tentang Humor, perjalanan dua Pria Dewasa yang menjabat sebagai CEO di Perusahaan masing-masing. Meski mereka memiliki Keberuntunga...