My Daddy & Love

By Jii_saan

53.4K 2.9K 468

Tidak ada salahnya mencintai 2 wanita sekaligus selagi salah satu wanita mencintai pria lain. Prinsip hidup y... More

MDL (1)
MDL (2)
MDL (3)
MD&L (4).
MD&L (5).
MD&L (6).
MD & L (7).
MD & L (8).
MD & L (9).
MD & L (10).
MD & L (11).
MD & L (12).
MD & L (13).
MD & L (15).
MD & L (16).
MD & L (17).
MD& L (18).
MD&L (19)
MD&L (20)
MD&L (21)
MD&L (22)
MD&L (23)
MD&L (24)
MD&L (25)
MD&L | 26

MD&L (14).

982 59 2
By Jii_saan

...🌿...

Pukul 22:01 Malam.

Zea berinisiatif untuk mencuci piring setelah membacakan Jea dongeng. Ia menyuruh bibi Fara untuk beristirahat.
Zea merasa kasihan pada bibi Fara umurnya yang tidak lagi muda.

Zea mencuci piring seraya bersenandung. Ia tidak pulang ke rumah ayahnya karena besok adalah hari libur. Tidak ada salahnya jika bermalam di rumah Key. Lagian Juan tidak pernah mencari Zea jika tidak pulang ke rumah ia hanya sibuk bermain api dengan Selena.

Dengan mata penuh kantuk. Key mencari keberadaan Zea karena gadis itu tidak ada di sampingnya.

"Zea?" Key melihat punggung gadis itu membelakangi posisi berdirinya.

"Hm?"

"Untuk apa kamu cuci piring? Mana bibi Fara?"

"Aku menyuruh bibi Fara beristirahat. Dia pasti kecapean tiap hari harus bangun pagi mengurus keperluan kalian," jelas Zea.

Sepasang tangan melingkar di pinggang Zea. Key memeluk Zea mesra dari belakang.

"Sepertinya saya tidak salah memilih calon istri," goda Key.

Zea terkekeh mendengar ucapan Key.
"Terverifikasi aman," kekeh Zea membuat Key tersenyum.

Piring terakhir telah Zea letakan di rak piring. Zea melepas sarung tangan cuci piring dan membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia berbalik menghadap Key.

"Gendong," rengek Zea merentangkan tangan.

Key tersenyum kemudian mengendong tubuh Zea naik ke lantai atas. " My big baby," kekeh pria itu.

Saat menaiki tangga. Key salah fokus dengan benda yang bergoyang di balik baju tidur Zea. Pergerakannya sama dengan langkah kaki Key menaiki tangga.

"Kamu tidak pakai dalaman?" tanya Key penasaran.

Zea mengangguk ragu karena ketahuan membuat Key tersenyum senang.

Cklek!

Pintu kamar Key terbuka dan segera terkunci kembali. Langkah pasti Key membawa Zea ke tempat tidur. Sama sekali Key tidak fokus di buat oleh benda itu. Saat meletakkan Zea benda itu bergoyang acak membuat Key sulit menelan ludah.

"Tahan Key tahan!" batin key resah. Membawa Zea ke tempat tidurnya.

Key sudah beberapa kali melirik milik gadis lain tetapi tidak menggiurkan seperti milik Zea. Entah bentuk benda padat nan besar itu bisa melayang dipikiran Key.

Key menarik nafas kemudian berhembus sebelum meletakkan Zea di kasur. Pria itu menarik selimut tebal dan menutupi seluruh tubuhnya dan Zea, ia mengajak tubuh Zea masuk ke dalam dekapannya hingga benda kenyal itu terasa di dada bidang Key karena pria itu tidak mengenakan atasan hanya celana hitam pendek.

"Meresahkan," batin Key memeluk erat Zea. Sang empu tiba-tiba bergerak karena kesulitan bernapas. Zea mendongakkan kepala dengan mata tertutup. Tiba-tiba pria itu melumat bibir Zea.

Gadis itu sudah mendorong dada Key sekuat tenaga namun Key tidak membiarkan Zea terlepas dari pelukannya. "Mphhh!!" Key menahan tengkuk leher Zea. Setelah merasakan Zea kesulitan bernapas barulah Key melepaskan ciuman mematikannya.

Key menatap Zea dalam. Sedangkan gadis itu kesal karena Key bermain kasar pada bibirnya hingga membuat bibir bawah Zea mengeluarkan darah.

"Maaf cantik," kekeh Key geli melihat Zea kesal.

"Nyebelin!" cetus Zea.

"Saya janji tidak ulangi lagi," cicit Key sedikit menindih tubuh Zea untuk mengecup bahu kanan Zea karena ia berada di sisi kiri.

Zea menahan kedua bahu Key. Karena kedua benda padat miliknya menggesek dada bidang Key.
Key juga merasakan hal yang sama. Dengan jahil pria itu menggeseknya naik turun seraya mencium leher Zea membuat gadis itu tak tenang.

Ia palingkan wajah karena kedua pipinya memerah bak kepiting rebus.

Terakhir Key mencium kening Zea cukup lama, kemudian kembali ke posisi semula dan menyelimuti tubuh Zea.

"Tidur sayang," bisik sensual Key tepat di telinga Zea membuat bulu kuduk berdiri.

Jantung Zea tak henti-hentinya berdetak tak karuan, ia memilih untuk memunggungi Key agar pria itu tidak terus-menerus menatapnya. Bisa copot jantung Zea dari tempatnya.

Key terkekeh melihat tingkah Zea. Ia tahu gadis itu dilanda kegelisahan yang tak bisa. Bukannya menjauh. Key beralih memeluk Zea dari belakang dan memindahkan bantal Zea, menggantinya dengan salah satu lengannya sebagai bantalan.

"Selamat malam calon istri."

...🌿...

"Yaelah, kemaren nangis-nangis, sekarang senyum-senyum kayak orang gila samping kuburan deket rumah gue," cetus Hanna di samping Zea yang sedang menopang dagu seraya tersenyum membayangkan kejadian kemarin saat bersama Key.

"Sewot aja lo," sahut Zea.

"Dih, lo pasti ngebayangin hal yang jorok ya?"

"Jaga ya ucapan lo, sebelum gue tambal pakai lakban," celetuk Zea menunjuk wajah Hanna.

"Iya deh iya, yang kepincut duda mah emang beda," balas Hanna memutar bola mata malas.

Brakkk!!

Brukk!

Tiba-tiba seorang pria mendarat di pangkuan Zea karena di dorong oleh temannya saat bermain kejar-kejaran di kelas. Pria itu tidak segera bangkit
Namun, menatap Zea dalam begitupun sebaliknya.

Zea tidak pernah melihat pria ini di kelasnya. "Ganteng bgt lagi, anak siapa ini!" jerit hati Zea.

Segerombolan orang menutup mulut dengan kedua tangan. Karena aksi Zea dan pria tampan itu seperti adegan di drama China.

"Anjayyyyy!!!" sahut Hanna membuyarkan lamunan Zea dan laki-laki itu. Dengan cepat ia berdiri merapikan bajunya. Begitupun Zea beberapa kali berkedip untuk menyadarkan diri dari batinnya barusan.

"Eaaakkk eakkkk, kiwww!!" timpal siswa lain.

"Yaelah, halalin dulu atuh masss!" teriak Siska, teman sekelas Zea.

"Yaelahhh, cewek gue, lo apa'in, Ming Hao!" teriak ketua kelas.

"Dih, lo siape," celetuk Hanna. Ya seluruh kelas tahu jika Farrel sang ketua kelas menyukai Zea. Namun Zea tidak menanggapi perasaan ketua kelas itu.

"Suara siapa ya? Seperti suara cewek kang halu," ledek Farrel berlaga seperti berpura-pura tidak melihat Hanna. Padahal gadis itu sedang kesal di hadapannya.

"Diam lo wibu, bau bawang. Jauh-jauh gih, baunya smpai ke sini" ledek Hanna. "Huekk!!!"

"Cewek halu, suka kok sama fiksi. Makan tuh tulisan."

"Wibu! Ceweknya gepeng!"

"Sama aja emang gilanya," sahut Sasa meledek.

"Ternyata hanya gue yang waras," timpal Putri.

"Ini lagi, cewek kang halu pacaran sama oppa-oppa Korea, saranghae oppa," ledek Sasa seraya teriak-teriak seperti menonton konser.

"Diam!" teriak Farrel dan Hanna bersamaan.

"Ming Hao?" lirih Zea.

"Anak baru ya?" tanya Hanna lembut menatap sinis Farrel seraya mengulurkan tangan pada Ming Hao. Namun laki-laki itu mengulurkan tangan tepat di depan Zea.

Farrel tertawa terbahak-bahak melihat tangan kanan Hanna terabaikan oleh Ming Hao.

Tawa Farrel terdengar nyaring di telinga Hanna. "Anjing! Tunggu lo!" Hanna beranjak dari kursi mengejar Farrel.

Giliran Hanna dan Farrel yang digoda seisi kelas.

Zea membalas tangan Ming Hao. "Zea," sapa gadis itu sejenak.

"Anak baru?" tanya Zea.

Laki-laki itu mengangguk. "Iya, siswa pindahan," jawab Ming Hao sopan.

"Ming Hao artinya kepercayaan, iya gak sih?" tanya Zea menebak-nebak.

"Iya, kepercayaan. Orang yang dapat dipercaya lebih tepatnya," balas Ming Hao.

Zea mengangguk paham. "Kamu campuran ya?"

Pria itu mengangguk."Ayah dari Dongbei, China. Ibu orang Jakarta," jawab Ming Hao singkat.

"Pantas nama kamu gak asing, kayak artis favorit aku di China."

"Huang Ming Hao?"

Zea mengangguk antusias. "Iya bener banget, tapi aku lebih suka temennya sih ... si paling tinggi kayak tiang listrik," kekeh Zea.

"Bevan?" tebak Ming Hao.

Seketika Zea salah tingkah mendengar nama aktor favoritnya itu membuat Ming Hao terkekeh geli.

Mereka mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama.

Sedangkan sahabatnya itu sibuk mengejar Farrel hingga hampir menabrak Bu Ana yang akan masuk ke kelas.

...🌿...

Zea tersenyum setelah mendapati mobil sport hitam milik Key terparkir di depan gerbang sekolah. Ternyata Key juga berdiri di sana. Pria itu masih lengkap dengan pakaian kantornya.
Duda satu ini meresahkan. Baru juga beberapa hari menduda tapi vibesnya seperti pria perjaka.

"Sudah pulang?" tanya Key saat gadisnya berdiri di depannya.

Zea mendongak ke atas mengangguk seperti anak kecil. "Panas ya?" tanya Key melihat leher dan kening Zea banjir keringat.

"Banget. Mana AC di kelas lagi rusak," gerutu Zea.

"Besok saya suruh ganti yang baru."

"Oh iya, 'kan kamu pemiliknya." Seingat Zea dulu Key pernah bilang jika membeli sekolah untuk membuktikan seberapa kaya duda anak satu ini.

Key mengelus rambut Zea dan menyapu keringat Zea di kening dan leher. "Perhatian banget," goda Zea seketika lupa mereka masih berada di area sekolah. Banyak siswa lainnya melirik mereka berdua.

"Itu wajib, 'kan kamu calon istri saya," kekeh Key membuat Zea tersenyum.

"Yahh ... sebentar lagi status dudanya hilang dong."

"Kamu mau saya jadi duda selamanya, hm?"

"Aku sukanya duda anak satu," balas Zea.

"Tapi duda juga tetap butuh istri, sayang."

"Uhukkk uhukkkk!" sahut Hanna membuat pandangan Zea dan Key ke arahnya. Hanna juga memberikan code mata pada Zea bahwa seseorang yang ia kenal berjalan di belakangnya.

Zea menatap Hanna sinis.

"Salam kenal Om, saya putri temannya Zea. Om, siapanya Zea? Pamannya ya?"

"Saya cal-."

Zea menutup mulut Key sebelum pria itu melanjutkan ucapannya. "Hehe ... iya. Paman gue," potong Zea mengisyaratkan Hanna dengan mata untuk membawa Putri pergi dari tempat mereka.

Mata Key melotot dan menyingkirkan kasar tangan Zea dari mulutnya dan segera masuk ke dalam mobil. "Cepat naik, atau saya tinggal," cetus Key sudah duduk di kursi kemudi.

"Iya, tunggu sebentar."

"Lo sih! Ngapain bawa Putri." Marah Zea pada Hanna. Sedangkan orang bernama Putri itu terlebih dahulu di panggil sang ibu untuk pulang.

"Dia yang narik gue, untuk datengin lo."

Hanna memperhatikan tingkah Key dan paham akan situasi. "Hayoloh ... mas duda udah marah. Bujuk Ze, kasih jatah pasti gak marah lagi," terang Hanna membuat Zea frustasi. Sempat-sempatnya ia bercanda saat keadaan genting.

"Lo gak tahu kalau Key marah kayak apa. Makanya lo ngomong enteng banget," cetus Zea meninggalkan Hanna dan masuk ke mobil Key.

"Lohhh ... Kok marah? Iya deh iya, gue si paling salah," gerutu Hanna saat mobil Key meninggalkan sekolah.

"Yahhh ... temannya marah, deh," sahut Farrel terbahak-bahak karena memperhatikan raut wajah Zea saat meninggalkan Hanna begitu saja.

"Farrel, bangsat!" pekik Hanna mengejar pria itu hingga ke lapangan sekolah.

"Sini lo setan!" teriak Hanna. Sedangkan pria itu melepaskan tasnya agar lebih mudah untuk berlari kencang.

Tiga menit berlalu mereka masih berlari memutari lapangan. Tubuh Hanna mulai melemas. Ia terduduk menjadikan tangannya tempat sandaran dengan lutut. Ia tertunduk.

Farrel mengerutkan kening menghampiri Hanna. "Lo gak pa-pa, Han?" tanya Farrel khawatir.

Saat tangan kanan Farrel ingin memenangi tangan Hanna. Gadis itu terlebih dahulu menggenggam erat pergelangan tangan Farrel. Ia tersenyum bak evil memutar tangan kanan Farrel ke arah berlawanan.

"Sakit Han!" pekik Farrel namun Hanna geram karena terus diledek oleh Farrel.

"Rasain. Mau gue putusin tangan lo, biar gak bisa main basket lagi," desak Hanna. Farrel mendesis kesakitan.

"Kalau tangan gue putus, nanti yang genggam tangan lo di pelaminan siapa?" canda Farrel.

"Dih najis!" Hanna melepas kasar tangan Farrel. Pria itu meringis kesakitan.

"Nyeri banget loh, Han." berharap Hanna berbaik hati membantu pria itu berdiri.

"Bodo amat, gak peduli. Mau gue patahkan sekalian?" tawar Hanna. Farrel mengangguk antusias menggoda Hanna.

"Sini lo!" teriak Hanna karena Farrel kembali berlari, namun semakin lambat membuat Hanna cepat meraih tangannya.

Akibat kelelahan Farrel menjatuhkan tubuhnya saat Hanna sudah memegangi tangannya membuat gadis itu ikut terjatuh di atas tubuh Farrel.

Farrel terdiam menatap manik mata Hanna dari dekat, begitupun Hanna tercengang dengan ketampanan Farrel ternyata dari dekat lebih tampan. "Cantik juga lo," sahut Farrel membuat lamunan Hanna menghilang dan segera bangkit dari tubuh Farrel.

"Baru nyadar lo?" sahut Hanna setelah berdiri membersihkan bajunya.

"Dari deket sih cantik, Han. Kalau jauh mirip apa gitu," ejek Farrel membuat Hanna menatapnya tajam. Farrel berdiri ingin mengambil tas ranselnya. Namun Hanna lebih dahulu berlari dan langsung membawa tas Farrel. Hanna membuangnya ke tempat sampah dekat pos satpam. Untung saja tempat sampah itu baru di buang isinya jadi tidak membuat tas Farrel terlalu kotor.

Hanna tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya keluar gerbang sekolah. "Mampus."

"Dasar bocah," gumam Farrel ngos-ngosan.

...🌿...

Continue Reading

You'll Also Like

108K 1.3K 15
Shaira Zhanafnier tidak sengaja membesarkan anak laki-laki milik keluarga Harvey. Dirinya tidak pernah tahu jika putra yang ia tahu hasil hubungan ge...
66.5K 983 51
(Jangan lupa tinggalkan jejak, komen & vote nya ya geys. Terimakasih 🥰🙏) 💚 Kisah Geani sebagai istri yang kehadirannya tidak pernah dianggap. Bah...
790K 5.2K 6
(Rate 18+/21+) Follow dulu sebelum baca, biar bisa baca secara lengkap. *** "Hitung-hitung latihan jadi ibu, sebelum kita buat anak nanti." "Hilih, s...
45.6K 792 14
KAYANYA LEBIH ASIK KALO KALIAN FOLLOW AKUN WATTPAD DAN SOSIAL MEDIA AKU DULU DEH SEBELUM BACA. JADI, BIAR LEBIH SERU AJA GITU INTERAKSI-NYA. HEHE... ...