Istri Mas Duda [End]

Por Mentarijelita_

1.7M 129K 1.9K

"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue... M谩s

pembukaan cerita
[1] gara-gara boneka bebek
[2] soal pernikahan
[3] Mas Duda
[4] ditinggal pergi Mas Dud
[5] Ananta Dewantara
[6] makan siang bersama
[7] dia Melodi
[8] kantor Arkan
[9] penjelasan Arkan
[10] pasar malam
[11] Anta, Aska dan jajanan
[12] nasi goreng udang
[13] kemarahan Arkan
[14] kerumah sakit
[15] Anta sembuh
[16] perhatian Arkan
[17] pagi yang mengejutkan
[18] kunjungan mertua
[19] satu kamar
[20] luka Refan
[21] cerita Amara
[22] gombal yang gagal
[23] Amara & Kelvin
[24] ke danau
[25] tetap sama
[26] pembagian raport
[27] ke pantai
[28] Arkan yang menyebalkan
[29] ke mall bareng Refan
[30] happy birthday Anta!
[31] tewasnya Amara
[32] hari terakhir, mungkin
[33] kembali pada kehidupan dulu
[34] mereka, kembali?
[36] cerita Arkan
[37] restu
[38] Kelvin dan gadis itu
[39] antara Kelvin dan Anta
[40] putri Arkan dan Amara
[41] flashback Refan
[42] Andira Dewantara (Dila)
Mau Promosi馃榿

[35] kembali bertemu

40.9K 3.4K 165
Por Mentarijelita_

Di kantin terlihat dua orang yang mengisi meja yang ada ditengah. Disaat sebagian orang berada didalam kelas mereka malah asik makan-makan di kantin tanpa ada gangguan, karena bisa dibilang hanya mereka yang mengisi meja kantin yang kini tengah kosong.

"Tadi gue denger suara Anta" Ucap Amara memecah keheningan yang melanda diantara mereka berdua selama makan.

Seolah tak merespon Kelvin terus memakan makanannya tanpa mau menoleh sedikitpun kearah Amara. Ingin marah tapi tak ada alasan karena Kelvin mendiami dirinya.

"Kel, tadi gue nggak sengaja denger suara anak-anak yang mirip sama Anta. Terus dia manggil nama gue 'mama Mara' gitu" Jelas Amara sambil memasukkan satu bakso kedalam mulutnya.

"Gue nggak lagi halu 'kan?"

Kelvin menghela nafas berat lalu memandang Amara dengan tatapan datar. Entahlah hatinya sakit dan takut kehilangan atas gadis di depannya itu.

"Kalau gue bilang itu beneran mereka lo percaya?" Tanya Kelvin balik menatap Amara sebentar lalu kembali menunduk memakan nasi goreng di depannya.

Amara mengangguk yakin "gue percaya, gue nggak mungkin salah denger 'kan, kalau itu bener-bener Anta. Kalaupun itu cuma haluan gue, gue tetep senang karena denger suara dia, apalagi dia manggil gue Mama"

"Panggilan yang sedari dulu gue mau denger dari mulut Anta" Lanjutnya sambil tersenyum manis. Huhu, sepertinya dia kembali teringat kenangan masa lalu yang ada sakit dan senangnya itu.

Tiba-tiba Kelvin bangun hingga menghasilkan suara decitan bangku dengan lantai. Tatapan yang ditunjukkan oleh laki-laki didepan Amara sekarang sangat berbeda, ada tatapan marah, sedih dan kecewa disana, tapi Amara tak apa yang membuat Kelvin seperti itu.

"Ra, gue ke kelas dulu. Baru ingat gur kalau ada mata pelajaran Pak Jaidi sekarang, gue duluan" Setelah menyelesaikan ucapannya Kelvin langsung pergi dari sana tanpa ada niatan menatap Amara.

Melihat kepergian Kelvin yang begitu tiba-tiba membuat Amara bingung, apa dirinya ada salah sampai membuat Kelvin seperti itu. Perasaan tidak ada deh, pikir Amara dengan kerutan di dahinya.

"Kenapa dah sama tuh orang, perasaan moodnya mudah banget buat berubah, seharusnya 'kan gue yang kayak begitu" Monolog Amara dengan cepat menyelesaikan makannya lalu beranjak untuk kembali kedalam kelasnya yang siapa tahu malah sudah masuk dosen tadi yang sempat izin, 'kan tidak ada yang tau.

Tak butuh waktu lama kini Amara sudah berada didepan kelasnya, masih sama tetap kosong tanpa adanya dosen sama saat dirinya meninggalkannya tadi. Dia kembali masuk lalu memilih untuk duduk di bangku bagian belakang paling pojok.

Merebahkan kepalanya diatas tas berniat untuk memejamkan mata sebentar sambil menunggu masuknya dosen selanjutnya yang juga jadwalnya berurutan hari ini.

"Nel, nanti bangunin gue ya kalau dosennya datang" Neli mengangkat tangannya membentuk tanda oke lalu Amara melanjutkan tidurnya.

•••••

"Eh itu bukan sih dosen barunya" Tunjuk Neli yang berada didepan pintu dan melihat seorang laki-laki dengan balutan kemeja hitamnya melangkah menuju kelasnya.

"Iya, itu dosennya!"

"Woy, tuh dosen masuk ke sini! Buru duduk dah" Teriak Neli dan langsung ngacir ke bangkunya sampai lupa membangunkan Amara yang sepertinya sudah terlelap.

Bener saja bertepatan saat suara sepatu tiba didepan kelas mereka disana pula nampak seorang laki-laki dengan balutan kemeja hitamnya begitu cool masuk kedalam sana membuat sejumlah mahasiswi memekik tertahan agar tak membuat keributan.

Dengan aura dinginnya Arkan duduk dibangku yang ada didepan semua mahasiswa, memandang seluruh penjuru ruangan mencari seseorang tapi tak menemukan keberadaan orang itu. Lalu beralih pada absen untuk melihat nama setiap mahasiswanya, tak salah ruangan. Dirinya benar-benar berada di ruangan milik Amara. Lantas mengapa gadis itu tidak ada disana? Apa masih berada dikantin, dirinya mengeraskan rahang saat mengingat kejadian dimana Amara dekat dengan lelaki lain.

Saat dirinya tengah meng absen tanpa sengaja tatapannya jatuh pada seseorang yang tengah tertidur dibelakang sana dan terhalang dengan tubuh seorang lainnya. Sekarang dirinya merasa sedikit marah apalagi di jamnya ada yang tertidur, pantas saja dirinya tak melihat. Sudah ditutupi oleh tubuh gempal seorang mahasiswi lalu ditambah wajahnya yang tertutup dengan sebuah buku. Sepertinya sedikit hukuman pas untuk mahasiswi yang tidak disiplin seperti ini.

Arkan bangkit meninggalkan tanda tanya bagi sejumlah mereka yang ada didalam ruangan itu.

Saat sadar Neli menepuk dahinya, betapa pelupanya dirinya sampai tak membangunkan Amara. Sekarang dirinya tak tahu apa yang akan dilakukan oleh sang dosen pada teman sekelasnya itu. Dirinya masih belum menebak bagaimana pribadi dari dosen baru itu apakah orangnya garang atau malah sebaliknya.

Tanpa pikir panjang dan perasaan Arkan memukul meja hingga membuat mereka yang dekat dengan meja Amara terlonjak sangking kagetnya, bagaimana dengan keadaan Amara yang menjadi korban dari itu?

Dengan keringat sebesar biji jagung yang bersarang di dahinya Amara menatap siapa pelaku yang membuat tidurnya terganggu, bukan berniat memarahi tapi berterima kasih karena sudah menarik dirinya dari mimpi buruk yang sedang dirinya mimpikan.

Saat matanya bertatapan dengan manik mata hitam itu langsung menyebabkan efek yang tak akan Amara perkirakan. Hatinya berdegup tak karuan, ada perasaan senang, sedih kecewa, marah semua bercampur menjadi satu dalam satu bulir bening yang turun dari kelopak matanya. Orang yang baru saja masuk kedalan mimpinya dan membuat dirinya menangis dan takut akan kehilangan.

"Mas Dud~" Lirih Amara bukannya menubruk dada bidang itu Amara justru berlari keluar dari sana dengan air mata yang membanjiri matanya.

Sebenarnya Arkan ingin mengejar Amara tapi dia tak bisa, mengingat tugasnya sekarang. Dia harus menyelesaikannya terlebih dahulu dan juga memberikan waktu bagi Amara untuk berpikir dan menerima.

Didalam kamar mandi tangis Amara pecah, penantian dirinya kini sudah terbalaskan. Tapi hatinya sedih, kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang Arkan menemuinya, kemana dulu disaat dirinya bener-bener mengharapkan lelaki itu.

Sebenarnya Amara sangat ingin memeluk tubuh itu mencurahkan semua perasaan yang selama ini dia pendam sendiri. Menceritakan bagaimana kehidupan dirinya tanpa kehadiran sosok itu, dia ingin menangis mengeluarkan setiap pedih yang juga selama ini dia tahan.

Amara menghidupkan keran air, menampung air sampai penuh dan langsung membasuh wajahnya yang memerah ditambah mata yang agak bengkak. Mematut dirinya didepan cermin, dia terdiam cukup lama memandang dirinya didepan cermin.

Menghela nafas berulang kali kemudian memutuskan untuk keluar dari dalam toilet. Betapa terkejutnya dia saat melihat tubuh jakung yang berada di depannya saat ini, mengapa orang itu dapat berada didepan dirinya.

"M-mas Dud, ngapai ke-kesini?" Tanya Amara gugup entah kenapa spontan menyebut nama Arkan dengan 'Mas Dud'

"Saya rindu sama kamu" Kata Arkan langsung merengkuh tubuh kecil Amara kedalam pelukannya.

"I-ni be-beneran?" Tanya Amara masih tak percaya pada apa yang kini tengah dia lihat dan alami.

Melepaskan pelukannya tangan Arkan berada pada bahu Amara "kamu tidak percaya pada saya? Padahal saya berusaha untuk menemukan kamu dan sekarang kamu malah tidak percaya," Arkan menggeleng-gelengkan kepala memandang Amara "saya ini a-r-k-a-n, suami kamu Amara" Lanjutnya mengacak rambut Amara membuat desiran aneh menjalar disetiap tubuh Amara.

"Aaaa! Aku kangen banget sama Mas Dud!" Teriak Amara melompat kearah Arkan dan bergantung seperti koala "kenapa nggak dari dulu aja sih?! Mas Dud tau nggak, aku tuh nggak bisa hidup tanpa kehadiran Mas Dud disini" Ucap Amara tepat ditelinga Arkan lalu menyembunyikan kepalanya tepat diceruk leher Arkan, menghirup lekat-lekat bau yang memabukkan itu.

"Lebay banget sih" Ucap Arkan dengan gemes lalu mempererat pelukan pada tubuh Amara.

"Kita pulang?" Bisik Arkan bertanya pada Amara.

"Hah? Pulang kemana?" Tanya Amara bingung.

"Saya Antar kamu pulang,"

"Eh tapi..."

Arkan menaikkan kedua alisnya "kenapa? Kamu nggak mau, atau mau pulang sama lelaki di Koridor tadi?" Tanya Arkan tak suka.

Dengan tawa jail Amara menatap wajah Arkan yang sangat dekat dengan wajahnya "ooo, aku tahu, Mas Dud cemburu ya? Ayo ngaku" Todong Amara dengan tatapan jail.

"Sekarang kita pulang" Arkan kembali menurunkan tubuh Amara lalu beralih menggenggam tangan itu untuk mengikutinya.

Amara pasrah saja mengikuti langkah Arkan yang membawanya menuju parkiran. Untung saja tidak banyak mahasiswa yang berkeliaran di luar, dirinya tak ingin memicu gosip jika dirinya dekat dengan dosen baru. Bisa-bisa ricuh nantinya karena hal itu.

Masuklah Amara kedalam mobil milik Arkan lalu dirinya kembali dikejutkam dengan hadirnya seorang anak dengan balutan kaus abu-abu dan celana selutut berwarna hitam tengah duduk enteng dibelakang sambil memegang ponsel.

"Mama Mara!" Pekik anak itu kegirangan saat melihat Amara duduk dijok depan mobil lalu tanpa aba-aba dia langsung pindah posisi duduk diatas pangkuan Amara.

"Uuu, Anta kangen mama Mara" Ungkapnya memeluk tubuh Amara hingga dia mencium bau sesuatu yang memicu kemarahannya.

Dengan tatapan tajam yang menjerumuskan ke menggemaskan Anta menatap sang papa yang kini duduk di sampingnya.

"Papa udah nyolong start duluan 'kan?" Tanyanya kesal melipat kedua tangan didepan dada "Anta marah sama Papa, katanya mau peluk mama Mara sama-sama, tapi kenapa papa yang jadi nyolong start duluan" Tambahnya masih dengan wajah kesal yang begitu menggemaskan.

Melihat keributan antara ayah dan anak ini akhirnya dia menjadi penengah diantara keduanya.

"Udah nggak boleh marah-marah, sebagai bonusnya Anta bisa peluk tante kapan aja dan selama apapun" Tawar Amara menaik turunkan alisnya.

"No no, bukan tante. Tapi Mama Mara" Koreksi Anta memainkan jari telunjuknya didepan wajah Amara "Anta nggak mau kehilangan mama Mara lagi, cukup sekali" Ucapnya sendu lalu menduselkan kepalanya didada Amara dan juga memeluk pinggang Amara yang tentu saja mengundang tatapan kesal dan tak rela dari Arkan.

"Apa?!" Tanya Anta nyolot saat melihat tatapan tak suka dari sang papa "salah papa sendiri yang nyolong start dan nggak aja Anta buat ketemu mama Mara, jadi sekarang Mama Mama buat Anta dulu, papa nanti aja kapan-kapan"

"Hey, itu istri saya kalau kamu mau tau" Kata Arkan kesal melihat raut yang begitu menyebalkan dari wajah Anta.

"Ini juga mama Anta, papa mau apa?" Seolah tak ada yang mau mengalah dan lagi-lagi Amara yang jadi penengah di antara keduanya.

"Kalau kayak gini kapan sampainya? Dari tadi berantem mulu"

"Papa cepet bawa mobilnya, kasian mama Mara. Papa ini gimana sih, bikin mama Mara jadi kesal aja. Ayo jalan" Perintah Anta seolah dirinya adalah orang dewasa.

Delikan mata kesal Arkan tunjukkan untuk anaknya, apa dirinya ini adalah seorang supir yang bisa diperintah begitu saja. Oh sungguh anak ini semakin melunjak kelakuannya saat bergaul dengan Aska dan Jhon.

"Papa cepetan!"

Tak ingin membuat keributan akhirnya Arkan menjalankan mobilnya keluar dari parkiran kampus menuju jalan raya untuk mengantarkan Amara.

Selama perjalanan mulut Arkan tak pernah sekalipun terkatup karena kesal dengan kelakuan Anta dan Amara yang sepertinya tak menganggap dirinya ada, padahal dirinya berada tepat disamping mereka.

Lihatlah ibu dan anak itu asik bercandaan tanpa mengajak dirinya sekalian dalam candaan itu, bahkan saat dirinya berusaha masuk dalam candaan itu malah dikacangin oleh kedua orang itu. Sungguh Arkan kesal hari ini, pokoknya nanti dia akan memonopoli Amara hanya untuk dirinya sendiri tanpa mau berbagi dengan anaknya.

"Sebenarnya kalian anggap saya ini apa, hah?" Tanya Arkan yang sudah sangat kesal.

"Papa"

"Mas Dud"

Jawab keduanya serempak seraya menoleh kearah Arkan yang sesekali fokus ke jalanan didepan.

"Jangan kacangin saya, saya nggak bisa kalau dikacangin seperti ini. Ajak juga saya kedalam obrolan kalian" Ucap Arkan.

"Yaudah Mas Dud mau bahas apa sama kita?" Tanya Amara.

Terdiam sebentar untuk berpikir akhirnya Arkan berbicara "bahas soal hubungan kita, kamu mau langsung saya nikahin atau mau saya lamar terlebih dahulu?" Tanya Arkan serius.

Dengan malu-malu seraya mengigit kuku tangannya Amara menatap Arkan "kalau bisa langsung diseriusin sih, kan udah pernah sah" Kata Amara malu-malu membuat Arkan terkekeh.

"Kalau begitu saya akan langsung ke rumah kamu buat bicarain soal ini"

•••••

Seperti janji aku bakal publish hari ini dan aku bisanya sekarang. Gimana sama pertemuan Amara dan Arkan?

Gila gercep banget Mas Dud udah ajak Amara nikah aja! Kira-kira gimana ya sama nasih Kelvin, ada yang mau nerima nggak aku lelang deh. Kasian jadi sad boy nanti dia. Masa iya yang lain bahagia dia malah sedih sendiri.

Jangan lupa vote dan komennya oke, walaupun nggak semua komen bisa aku balas. Tapi insyaallah aku usahain buat baca, jadi... Sampai jumpa di part selanjutnya babayyyyy!!

Seguir leyendo

Tambi茅n te gustar谩n

ZIEL Por Ayysysxv

Fantas铆a

1.1M 75.1K 47
Daddyyyyyy馃槨 "el mau daddy馃ズ"
6.6M 591K 61
Seorang perempuan yang hidup tanpa adanya keluarga sejak saat SMA membuatnya untuk hidup mandiri. Dia tidak putus asa dan terbukti sekarang dia sudah...
3M 196K 56
~Completed~ #1 - in LoveStory [14-10-20] Seorang wanita tangguh dengan jiwa besar membesarkan bayi laki-laki seorang diri. Apapun pekerjaan ia lakuka...
538K 50.1K 20
[BUKAN TERJEMAHAN!] Deenevan Von Estera adalah Grand duke wilayah utara yang terkenal tertutup. Dia adalah pemeran antagonis dari cerita berjudul "Be...