Positif!

By Elephantrndm

302K 5.4K 337

!!Warning 21+!! "Seorang mahasiswi cantik menjual konten porno karena hiperseksual, lu mau kalimat itu jadi h... More

1. Akun Alter
2. Geo Gila
3. Hari Kedua
4. Sisi Lain
5. Naira dan Geo
6. Kupu-kupu
7. After Kiss
8. the manipulative
9. Third (21+)
10. Call (21+)
11. MessyHer!
12. Pelanggan Gila (18+)
13. Revenge
14. Masokis (21+)
15. Percikan Rasa
16. Ultraman
17. Mark kenapa?
18. Dia Sakit?
19. Ketahuan
20. Sedikit Berdarah
21. Trauma
22. Triger!
23. Sembunyi Terus
24. Masa Lalu
25. sel Cd4
26. Liburan Bersama Mark
27. Dibalik Kemunculan Kavi
28. Brainwash
29. Rumah Sakit
30. Chat nya di hapus
31. Kebencian Tasha
32. Semuanya abu abu
33. Ada apa dengan Kavi?
34. Naira Curiga
35. Ide Gila Lagi
36. Salah paham
37. Rencana Jahat
38.Eksekusi
39. Trauma
40. Tidak Sesuai Rencana
41. Terpisah
42. Tuduhan Pertama
43. Diancam
44. Drop Out
46. Hubungan Yang Tak Terduga

45. Terungkap Separuh

1.3K 40 7
By Elephantrndm

Jangan lupa untuk vote dan komen biar aku semangat update nya

****

"Aaaaaa." Tasha membuka mulutnya lebar lebar meminta Geo menyuapinya lagi. Geo yang sedang melamun melihat tampilan whatsapp-nya baru tersadar dan kembali menyendokkan nasi dengan lauk sop dan ikan kembung.

"Nggak mau pake wortel," rengek Tasha dengan manja sambil menunjuk irisan wortel di sendok yang sudah berada tepat di depan mulut.

Hari ini adalah hari ketiga setelah Tasha keluar dari rumah sakit. Ia sekarang sudah sembuh total dari overdosis obat beberapa hari lalu. Akan tetapi sikap Tasha masih seperti orang yang sakit, ia butuh perhatian lebih dari Geo.

Geo juga tidak menceritakan kejadian yang menimpa Naira kepada Tasha. Pikirnya untuk apa juga Tasha tahu. Ia pasti tidak akan peduli dan tidak memberikan solusi.

Selagi Tasha mengunyah, Geo kembali memainkan ponselnya. Padahal tidak ada apa-apa disana, ia hanya meratapi pesannya yang belum juga di balas oleh penjaga CCTV parkiran gedung A dan penjaga gedung fakultas ekonomi.

"Geo mulut aku sudah kosong," ucap Tasha menyentuh lengan Geo.

"Eh...iya bentar Sha," balas Geo tak melihat ke arah Tasha. Ia  sedang sibuk mengetikkan sesuatu di kolom chat karena si penjaga CCTV parkiran sedang online.

"Chat-an sama siapa si? Sama Naira?!" tanya Tasha sinis.

"Aku ada di samping kamu loh Geo. Kamu malah chat-an sama cewek lain?" cibir Tasha cemburu membuat Geo berhenti memainkan ponsel dan kembali menyuapinya.

"Bukan gitu Sha. Ini buka mulutnya," ujar Geo menyodorkan sendok ke dekat mulut Tasha.

"Nggak mau! Aku nggak nafsu makan." Tasha menghindar, membuang muka ke samping. Bibirnya mengerucut ke depan pertanda ia sedang kesal.

"Ayok dong makan, nasinya masih banyak tau," balas Geo sangat sabar.

Tasha tetap menjual mahal. Ia tidak menghargai usaha Geo. Geo yang kesal dan dongkol menahan diri agar tak marah.

Tiba-tiba layar ponselnya menyala menampakkan notifikasi telepon dari si penjaga CCTV parkiran.  Dengan cepat Geo mengambilnya dan meninggalkan Tasha yang tengah merajuk.

"Geo! Mau kemana?!" Tasha berteriak, tak ingin Geo pergi walau hanya sebentar saja.

"Bentar Sha ada telepon," ucap Geo lantas mengangkat telepon itu sambil berjalan menjauh.

"Hallo?" Geo menyapa kepada lawan bicara di ujung sana. Namun baru saja ponsel itu menempel di telinganya, tangan Tasha merebut ponsel itu dan mematikan sambungan telepon begitu saja. Otomatis, Geo memelototi Tasha penuh rasa kesal.

"Tasha apaan si?! Siniin Hp aku," pinta Geo berusaha mengambil ponselnya dari saku baju Tasha. Tapi usahanya malah sia sia, Tasha menghindar dan berbaring di kasur sambil menindih saku yang berisi ponsel Geo.

"Katanya kamu mau ngerawat aku," rengek Tasha, mengerucutkan bibirnya ke depan.

"Iya aku mau ngerawat kamu tapi nggak gini juga caranya Sha. Siniin balikin Hp aku, itu telepon penting tau Sha. "

"Penting? Sepenting apa si Naira buat kamu?"

"Itu bukan telepon dari Naira."

"Terus siapa? Ada cewek lain selain Naira?!" Sarkas Tasha dengan suara yang meninggi.

Geo tak dapat lagi membendung emosinya. Ia berdiri dengan menghentakkan kaki kencang sehingga membuat Tasha mengerjakan mata karena kaget.

"Emang lu siapa gue si Sha?! Nggak usah posesif! Lu bukan siapa siapa gue Sha, jangan larang larang gue buat deketin siapapun termasuk deketin Naira."

"Geo! Kok kamu jadi kasar gini?!"

"Gue capek Sha sama semua kelakuan lu!  lu nggak berhak ngatur hidup gue!" bentak Geo membuat Tasha mengepalkan tangannya. Air mata Tasha hendak keluar dari pelupuk matanya.

"Gila! Lu kasar gini karena Naira?

"Enggak usah bawa bawa Naira!"

Tasha terkekeh pelan mendengar perkataan Geo. "Gue sudah duga dari awal lu pasti suka sama Naira 'kan!"

"Terus kalau gue suka kenapa?"

"Geo buka mata! Lu itu HIV. Lu sama aja kaya gue tinggal nunggu mati!" Suara Tasha makin meninggi sukses membuat Geo terdiam, mengatupkan kedua bibirnya.

***

"Kakk main mbe mbean yuk," ucap Ceril menarik-narik tangan Naira. Ia telah bosan bermain Barbie miliknya.

"Badan Kakak masih sakit Ceril. Main yang lain aja ya," tolak Naira bersuara lembut.

"Nggak mau! Ayok Kak jadi embe." Ceril merengek kencang.

"Sudah Ra kalau badan kamu masih sakit nggak usah di paksa. Biar Mama aja yang jagain Ceril. Tapi sebenarnya badan Mama juga sakit karena selama kamu dirawat, hampir 24 jam Mama pegang semua urusan rumah," balas Nita membuat Naira tidak tega.

"Nggak apa apa Ma, biar aku aja. Mama istirahat aja."

Naira menuruti kemauan Ceril. Jika tidak ia akan terus merengek dan menangis. Naira tahan badan Ceril yang menurutnya berat. Naira merangkak dari ujung ruangan hingga ujung ruangan lagi.

"Terus Mbek! Ayo makan rumput disana," ucap Ceril riang gembira sambil menunjuk ke ruang tamu.

Naira merangkak tertatih tatih. Deru nafasnya makin kasar. Saat berada di ruang tamu dan dekat dengan pintu, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng rumah.

"Ada yang datang ada yang datang." Ceril melompat dari punggung Naira, lalu berjingkrak kesenangan.

Nairamembuka pintu dan melihat siapa yang datang malam malam begini.

Ceril mengikuti Naira dibelakang. Dari sela sela pagar rumah, ada seorang laki laki yang berdiri dan mencoba mengintip.

Naira lansung terdiam. Ia kenal sosok itu. Ia ingin kembali masuk ke rumah tapi Ceril malah berlari ke arah pagar dan menunjuk nunjuk barang bawaan laki-laki itu sambil berceloteh ria.

"Ngapain lu disini?" tanya Naira ketus kepada Geo yang berdiri sambil menatapnya lugu. Tangan kanannya memegang balon yang bisa menyala sedangkan tangan kirinya menggenggam paperbag berisi makanan kesukaan Naira.

"Ihh Kak mau itu," sambar Ceril menunjuk nunjuk balon yang digenggam Geo. Geo lansung tersenyum dan menunduk sedikit sehingga bisa menatap mata Ceril.

"Kamu mau ini?"

Ceril mengangguk, salivanya menetes di pinggir mulut. Saat itu Geo baru sadar jika Ceril adalah anak yang berbeda.

"Ini ambil," ucap Geo memberi balon itu kepada Ceril.

"Nama kamu sia..."

"Mama aku punya balon," teriak Ceril sambil berlari masuk ke rumah tanpa membiarkan Geo berhasil menanyakan namanya.

"Nih buat kamu," ujar Geo menyodorkan paperbag itu. Kata 'kamu' yang Geo ucapkan membuat Naira merasa aneh.

Naira hanya menatapnya sinis sampai Geo menurunkan tangannya.

"Ngapain lu disini?!"

"Aku mau buktiin ke kamu kalau ucapan aku kemarin benar. Aku sama Kavi nggak punya hubungan apa-apa."

"Terus menurut lu gue bisa percaya sama bukti yang lu punya?"

Geo menghela nafas, ucapan Naira membuat dirinya sedih. Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan rekaman CCTV  parkiran saat kejadian.

"Lihat ini," kata Geo memperlihatkan video rekaman itu.

Naira yang tampak tidak peduli akhirnya ikut melihat video itu dengan serius.

Jantung Naira seperti berhenti berdetak saat melihat rekaman pukul 17.20 ada Mark yang masuk ke parkiran kemudian pukul 18.28 Geo berjalan masuk ke parkiran itu. Mereka berdua sama sama tertangkap di kamera CCTV yang sama. Hati kecil Naira mulai mempengaruhi logika. Mungkin saja semua perkataan Geo memang benar.

"Sudah cuman segitu doang buktinya?" tanya Naira sambil melipat kedua tangan di dada.

Geo mengangguk perlahan.

"Tapi maaf Kak gue nggak bisa percaya sama lu lagi!" cibir Naira langsung melengos pergi

***
Ruangan rapat dosen kembali ramai. Dari jam tiga sore, Mark dan Geo sedang di wawancarai habis habisan. Disana juga ada Mery yang ikut merasakan ketegangan.

Rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa Geo sedang  menunggu Mark selesai kelas dan masuk ke kelasnya telah diputar, sekarang para dosen melihat video satunya lagi saat Geo pergi ke parkiran dan sebelumnya sudah ada Mark yang juga pergi ke parkiran.

Semua Dosen terbelalak kaget karena bukti ini menggugurkan dugaan bahwa Geo adalah dalang di balik kasus Naira. Semua perkataan Geo kemarin dapat dianggap benar walaupun tidak ada bukti CCTV yang memperlihatkan bahwa Geo dan Mark bertemu di hari itu. Wisnu menatap tajam ke arah Mark yang terlihat sangat santai. Ia jadi curiga jika semuanya memang ulah Mark

"Mark saya tanya sekali lagi, kamu ketemu Geo atau tidak?" tanya Wisnu menyipitkan mata ke arah Mark yang berada tepat di hadapannya.

"Saya nggak ketemu Kak Geo Pak, semua CCTV itu cuman kebetulan aja," kata Mark tetap tidak mau mengaku.

Tangan Geo sudah mengepal erat di bawah meja. Ia menatap bengis ke arah Mark.

"Mark, tolong jujur. Nggak usah ada yang kamu tutup tutupin. Kami semua tidak akan memberikan hukuman yang berat kok."

"Saya sudah berbicara apa adanya Pak. Memang di hari itu saya ada kelas tapi saya tidak mengobrol dengan Kak Geo. Kemudian sorenya saya memang ke parkiran karena ingin tidur sebentar sambil menunggu Naira rapat. Bapak dan Ibu sudah lihat Chat saya dengan Naira 'kan. Dia minta ditungguin sampai rapatnya selesai." Mark memperjelas dengan suara yang sangat tenang, mampu memikat orang orang bahwa ia berbicara jujur.

"Bohong Pak! Kalau gini caranya lebih baik bawa saja kasus ini ke polisi, supaya ada detektif kepolisian yang terlibat. Kalau disini, Mark akan terus-terusan berbohong Pak!" seru Geo menampakkan wajah yang sudah merah padam. Berhadapan dengan Mark lebih menguras emosinya dibandingkan bertemu dengan Kavi. Mulut Mark benar benar manipulatif. Ia manusia  terlicik.

"Sabar Geo. Kamu jangan terbawa emosi kaya gitu," timpal Wisnu menepuk bahu Geo yang kebetulan ia duduk di sebelah kiri. Semua orang setuju dengan apa yang diucapkan Geo namun lagi-lagi pihak kampus tidak punya wewenang untuk melaporkan kasus ini tanpa persetujuan Naira.

Semua orang disana terduduk lesu dan frustasi dengan penyelesaian yang belum terlihat jelas.

"Pak saya boleh izin bicara?" Tiba-tiba Mery mengangkat tangan. Suaranya pelan dan terdengar sangat hati-hati.

"Iya silahkan," balas Wisnu.

"Saya memang tidak punya bukti kalau Mark dan Kak Geo bertemu di hari itu dan semua ucapan Geo memang belum tentu benar begitupun dengan ucapan Mark. Tapi .... chat ini mungkin bisa jadi petunjuk Pak Bu," ujar Mery mengeluarkan ponselnya tepat di hadapan Wisnu. Semua orang disana berdiri, berkumpul untuk melihat apa yang Mery tunjukkan.

"Itu chat pertama saya dengan Kak Kavi, yang kenalan pertama kali dengan Kak Kavi itu saya Pak Bu dan saya tahu Kak Kavi dari Mark."

Hasil screenshoot chat Mery dengan Kavi membuat semua orang menatap curiga ke arah Mark. Mark sekarang terlihat lebih gelisah dari sebelumnya.

"Terus maksudnya apa lu bilang kaya gitu?!" Mark mengamuk, berteriak ke arah Mery.

"Saya tidak berkmaksud menuduh Mark, tapi mungkin saja Mark dan Kavi kerja sama karen mereka sudah saling dekat," ujar Mery sangat ketakutan.

"Pak saya nggak mungkin nyuruh Kak Kavi buat melecehkan Naira. Naira itu sahabat saya dari SMP Pak." Mata Mark melebar dan berbinar-binar, seolah-olah minta dikasihani.

****

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

531K 40.5K 46
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
1.9M 196K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
696K 20.3K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
400K 28.3K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...