GaReNdra (SELESAI)

By TintaBiru26

513K 47.4K 8.3K

Katanya, anak sulung bahunya harus kuat. Katanya, anak bungsu harus jadi penutup yang berbakat. Lantas, anak... More

1. awal
2. Tokoh
3. tak berpihak
4. Gara-gara Gara
5. Hargai aku
6. Tidak tahu terimakasih
8. Nyebelin
9. Sakit
10. Tolong aku mama
11. Periksa
12. Benar atau bohong?
13. Lihat aku disini
14. Hasil lab?
15. Teman baru
16. berubah?
17. Pingsan?
18. teror
19. salah aku?
20. Kemoterapi atau Radioterapi?
21. Bolehkah aku iri?
22. Jangan Sakit
23. Sakit sendiri
24. bukan salahku
25. Pertolongan
26. Di rawat?
27. Pulang
28. Kemoterapi
29. efek kemo
30. Apa ini?
31. Ancaman?
32. Ternyata...
33. Mama, Revano disini
34. Aneh
35. Aku lelah
36. Info
36. terasa nyata
37. Bingung.
38. Papa Jahat
39. Terbongkar?
40. Putus
41. Nyata-nya.
42. pengorbanan
43. Anak tengah
44. UGD
45. Stuck
45. Janggal
46. Perubahan
47. Siapa?
48. Sandera
Help me
49. Dimana?
50. Saudara
51. Tau sesuatu?
52. Hanya melanjutkan
53. Ngaret
53. Kecewa
53. Terungkap
54. Antara hidup dan mati
55. Mati otak
56. Mati
.....
tak berjudul
57. 2 pangeran tidur
Spesial chapter | 1
Baca dulu yukk

7. Tolong mengerti

7.1K 666 114
By TintaBiru26

Revano melangkah pelan, memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Kemana semua orang? Pikir Revano.

Tidak mau ambil pusing, Akhirnya Revano membaringkan tubuhnya di atas sofa.

Sungguh, tubuhnya begitu terasa lemas. Seluruh badannya begitu di rasa tidak enak, apalagi bagian perut. Sampai-sampai Revano tidak bisa mengutarakannya.

"Sshh..." rintihnya pelan. Bibir bawahnya ia gigit dari dalam.

Bulir keringat sebesar biji jagung mulai mengalir membasahi pipi Revano. 

Drrttt....

Ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Revano merogoh saku celananya, mengambil benda pipih itu lalu melihat layarnya.

Mama's is calling

Kening Revano mengernyit halus, ada apa ibu nya itu menelfon? Tidak mau membuat sang ibu menunggu lama, akhirnya Revano memutuskan untuk segera menyambungkan telfonnya.

"Ha---"

'Kamu kemana aja sih? Kenapa baru di angkat?'

Suara di seberang sana membuat Revano terdiam.

"Maaf ma...Tadi Reva---"

'Kamu tau? Adik kamu masuk rumah sakit. Semua ngumpul disini, cuma kamu yang gak ada. Kamu malah enak-enakan ngumpul sama teman-teman kamu iya? Kelayapan sama teman-teman kamu? Di mana pikiran kamu Revano?'

Apa tadi ibu nya bilang? Adiknya masuk rumah sakit? Maksudnya Andra?

Aisshh...Revano bodoh. Emang adik lo ada berapa? Kan cuma satu. Yaitu Andra!

'Kamu tuh bisa gak sih sekali aja...berguna gitu'

"Maaf ma...Revano tidak kelayapan, Revano di rumah sekarang, Revano seda---"

'Tidak usah alasan Revano, kelakuan kamu sudah buruk dari awal maka akan selalu buruk sampai akhir. Sekarang, kamu kerumah sakit, temani adek kamu. Kasihan Gara, dia butuh istirahat.'

Gara lagi.

'Revano kamu dengar mama kan?'

"I-iya ma,"

'Bawakan pakaian ganti untuk Andra. Bawakan juga untuk mama. Kamu paham?'

"Iya ma,"

'Yasudah, cepetan. Jangan lama-lama, mama sudah gerah banget pengen ganti baju.'

"Iya ma,"

Tut.

Sambungan telfon itu terputus, tentu saja Nilam, sang mama. Yang memutuskan. Membuat Revano menghela nafas pelan.

Revano mengubah posisinya menjadi duduk, tangannya mengutak-atik ponsel. Mencoba menghubungi seseorang. Tersambung.

'Ada apa?' suara di seberang sana menyapa indera pendengaran Revano.

"Halo Ell,"

'Ya?'

"Antar aku kerumah sakit yuk?"

'Ngapain? Kamu sakit?'

Revano tidak menjawab.

'Re...jawab aku, kamu sakit?'

'Revano?'

Dapat Revano dengar, suara Ellina begitu terdengar panik. Dan itu, membuat Revano tersenyum.

'Revano jawab aku, kamu sakit heum?'

"Bukan aku tapi Andra."

Terdengar suara helaan nafas dari seberang sana.

'Kamu bikin panik tau gak? Aku kira kamu sakit. Lagian, kok bisa Andra masuk rumah sakit? Bukannya tadi di sekolah dia udah gak apa-apa ya?'

"Aku juga gak tau, mungkin kesayangannya lagi rewel. Jadi, kamu mau antar aku atau enggak?"

Hening.

'Di rumah sakit ada kak Gara gak?'

Revano mengernyitkan dahi, mengapa Ellina menanyakan Gara?

'Re?'

"Ah? G-gara? Pasti ada dong. Gak mungkin Gara gak ada, mau kemana coba dia? Apalagi, adek kesayangannya lagi sakit."

'Okey deh, aku antar kamu. Aku siap-siap dulu. Nanti kamu jemput aku. Hati-hati di jalan, Bye sayang.'

Revano tersenyum mendengar kata terakhir yang Ellina ucapkan sebelum  sambungan telfonnya terputus.

Revano sampai lupa dengan Gara...mengapa Ellina begitu terdengar antusias? Ah, sudahlah, dia tidak boleh berfikiran yang tidak-tidak bukan?

Maka dengan cepat, Revano bangkit mengabaikan sesuatu yang sedari tadi bergejolak di dalam perutnya.

*****

Revano mengendarai motornya, membelah jalanan kota Jakarta. Di jok belakang ada Ellina yang tengah menyenderkan kepalanya di punggung Revano, sementara tangannya melingkar rapi di perut Revano.

"Kita udah lama ya gak seperti ini?"

Ellina menggerakkan kepalanya, menyamankan posisi kepalanya setelah itu mengangguk pelan.

"Iya udah lama,"

"Kangen gak sih kaya gini? Akhir-akhir ini gak tau kenapa aku ngerasa kayak kamu tuh jauh dari jangkauan aku gitu."

"Kamu apaan sih Re? Kita tiap hari ketemu di sekolah, bahkan kita saling sapa. Kamu nya aja yang kelihatan menghindari aku. Emang, aku ada salah sama kamu ya?"

Revano menggeleng ribut di depan sana. Bukan itu maksud Revano.

"Seharusnya kalau emang aku ada salah, kamu kasih tau aku. Bukan malah ngehindar. Kesannya kayak kamu tuh lelaki pecundang gitu."

"Ell..."

Siapa yang tidak sakit hati di bilang lelaki pecundang oleh orang yang kita sayangi?

"Sorry...udahlah, kamu fokus nyetir aja. Gak usah mikirin apa-apa. Soal Andra, aku yakin dia pasti cepat sembuh."

Revano menghela nafas. Kenapa ia merasa hubungannya dengan Ellina tidak akan bertahan lama? Kenapa Ellina begitu terlihat jauh? Berbeda sekali dengan Ellina 1 tahun yang lalu, yang selalu mengerti dirinya?

"Btw Re...ayah sama bunda aku udah pulang."

"Kok kamu gak bilang?"

"Mau bilang tapi lupa."

"Tau gitu aku mampir dulu tadi."

"Buat apa mampir, bunda sama ayah lagi gak di rumah, mereka lagi di kantor. "

Revano menghela nafas lagi.

"Oh iya, tadi juga bunda nitipin oleh-oleh untuk kak Gara. Tapi udah aku kasih, dan kamu tau reaksi kak Gara gimana? Kak Gara keliatan seneng banget. Aku jadi seneng ngeliat dia antusias kaya gitu."

Revano terdiam.

Gara lagi?

Kenapa Gara?

"Bunda tuh dari dulu gak pernah yang namanya nyiapin oleh-oleh hanya buat teman cowok aku senekat gitu. Kecuali kalau teman aku itu spesial. Berarti, kak Gara orang yang spesial dong ya kalau gitu Re?"

Revano terdiam.

Kata 'Gara orang yang spesial' begitu terngiang di pendengar Revano.

Ya, Gara emang spesial itu sampai-sampai orang meng-spesialkan Gara, termasuk kedua orang tuanya. Tapi...apa mereka tidak mengerti perasaan Revano? Tolonglah, mengerti sekali saja.

"Re...kamu denger aku kan?"

Revano tak menyahut. Banyak pikiran-pikiran yang terlintas di dalam otaknya.

"Re..."

"Orang tua kamu udah pernah ketemu Gara?"

Ellina tersenyum lebar, kepalanya menggeleng pelan.

"Belum...tapi, bunda sama ayah tau Kaka Gara kok. Aku sering kasih lihat fotonya ke mereka. Rencananya aku ikut kamu kerumah sakit itu untuk memberitahu kak Gara bahwa Kaka Gara di undang bunda sama ayah untuk makan malam. Tapi kalau di pikir-pikir untuk malam ini dia gak bisa, iya kan Re?"

"Kamu sering kasih lihat foto Gara ke orang tua kamu?"

"Iyaa Re...mereka kelihatan seneng."

"Kalau foto aku? Aku juga belum pernah ketemu mereka. Kita selalu gagal untuk ketemu. Apa mereka tau, calon menantu nya ini kaya gimana rupanya?"

"Re apaan si?" 

"Aku bercanda. Tapi aku serius nanya, apa foto aku juga kamu kasih lihat ke mereka?"

"Enggak, aku cuma kasih lihat foto kak Gara. Dan mereka senang. Itu udah lebih dari cukup buat aku."

Hening.

"Kamu gak papa kan?"

Revano tidak menyahut.

"Re?"

"Gak papa kok."

Ellina mengernyit, kata gak papa yang keluar dari bibir Revano mengapa terasa lain di pendengaran Ellina?

"Re---"

"Sudah sampai, ayok turun."

Ellina bahkan tidak menyadari bahwa keduanya sudah sampai di rumah sakit. Ellina mengangguk, buru-buru ia menuruni motor Revano.

******

Cklek!

Revano membuka pintu ruang rawat Andra. Disana, kedua orang tuanya serta Gara sedang terduduk, sibuk masing-masing.

Laskar yang tengah sibuk dengan laptopnya. Nilam yang sibuk menyuapi Andra dan Gara yang tengah sibuk dengan ponselnya. Mereka sama-sama menoleh ke arah Revano.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

"Kalian datang?" tanya Gara, lelaki itu bangkit setelahnya menghampiri Revano dan Ellina. Ellina tersenyum lebar ke arahnya. Revano yang melihat itu semakin mengeratkan genggaman tangannya. Seolah jika ia melepaskan genggaman tangan Ellina, Ellina bakal hilang detik itu juga.

"Gara sayang, bisa tolong mama gak?"

"Apa?"

"Tolong bawa temannya Revano ini keluar dulu ya? Mama mau ngomong sama Revano sebentar."

"Dia bukan teman aku." ucap Revano cepat.

"Terserah. Gara ayo sayang, di bawa temannya sebentar. Kalau urusan mama sama Revano sudah selesai, kalian boleh masuk lagi."

Gara manggut-manggut, setelahnya ia membawa Ellina keluar ruang rawat Andra.

"Kenapa sih ma?"

"Kamu gak di ajarin ke disiplinan?"

Revano mengernyit.

"Mama minta kamu datang satu jam yang lalu, tapi kenapa kamu baru datang? Kamu sengaja ngebuat mama nunggu? Kamu gak kasihan sama Kakak dan adik kamu? Hah?"

"Ma...Revano udah disini."

"Tapi kamu ngebuat saya menunggu Revano! Kamu ngebuat Gara menunggu. Dia harus istirahat, dari pulang sekolah dia disini nemenin Andra. Kamu dimana?" kali ini suara Laskar yang terdengar.

"Kamu malah enak kelayapan!"

"Revano gak kelayapan pah."

"Terserah, terlepas dari semua itu. Kamu tetap salah. Saya udah capek ngurus kamu Revano. Saya gak tau lagi harus seperti apa ngadepin sikap kamu."

"Revano gak ngapa-ngapain padahal," lirihnya, bibirnya tersenyum ya tipis, kepalanya tertunduk. Dirinya di salah kan lagi.

"Mama sudah wanti-wanti sama kamu, untuk jaga Andra di sekolah. Tapi tetep aja kamu lalai."

"Revano gak bisa setiap detik di samping Andra mah...bukannya mama sama papa bilang kalian menyekolahkan Revano supaya Revano jadi anak yang pintar? Kalau Di sekolah Revano hanya untuk menjaga Andra, itu namanya Revano bukan sekolah, tapi menjadi bodyguard nya Andra."

Plak.

Kepala Revano tertoleh saat tangan Laskar menamparnya.

"Anak sialan! Jadi kamu tidak ikhlas menjaga Andra?"

"Bukan tidak ikhlas pah, Tapi Revano juga punya kesibukan. Kan masih ada Gara, Gara juga kakaknya Andra."

"Gara sudah kelas tiga, kesibukan dia lebih banyak dari kamu Revano! Punya otak tuh di pake. Jangan bisanya cuma nyusahin, bikin masalah dan kelayapan sama teman-teman kamu."

Revano terdiam. Percuma juga membalas ucapan Laskar. Bisa-bisa Laskar bermain kasar jauh lebih dari ini. 

"Mama bingung sama jalan pikiran kamu Re...kamu tuh sebenernya mau nya apa? Ngejaga Andra gak bisa, disiplin juga gak bisa. Mimpi apa mama bisa punya anak susah di atur kayak kamu?"

Revano semakin terdiam, menundukkan kepalanya.

"Sudah, saya mau pulang. Kamu jaga Andra disini sama mama. Saya dan Gara pulang. Gara harus istirahat. "

Laskar merapikan laptopnya, setelahnya menghampiri Andra yang tak jauh sama seperti Revano. Menundukkan kepala.

"Sayang papa pulang dulu, besok pagi-pagi sekali papa balik lagi kesini. Kamu istirahat, supaya bisa cepet pulang."

Andra manggut-manggut.

Cup.

Revano memejamkan mata saat melihat Laskar mengecup puncak kepala Andra bertepatan dengan sesuatu di dalam perutnya kembali bergejolak. 

Tangan Revano terangkat pelan, mengusap perut datarnya dan sedikit menekannya.

"Saya pulang dulu Nilam. Kalau ada apa-apa langsung kabari saya. Kamu juga istirahat."

"Iya mas, hati-hati. Titip Gara ya?"

Laskar mengusap puncak kepala Nilam seraya menganggukkan kepalanya.  setelah itu berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikit pun ke arah Revano.

"Mana pakaian saya? Saya mau ganti baju dulu. Kamu temani Andra disini, jangan kemana-mana."

Revano mengangguk setelah memberikan satu paper bag berisi pakaian ganti milik Nilam.

"Dek...mama ganti baju dulu sebentar, kamu sama kakak yaa? Mama tinggal sebentar gak papa kan?"

Andra mengangguk. Kini hanya tinggal ada Andra dan Revano. Keduanya masih terdiam, betah dengan posisi masing-masing.

"Re?" panggil Andra, membuat kepala Revano mendongkak menatapnya. Revano tersenyum tipis, kakinya melangkah menghampiri Andra.

"Lo gak papa?" tanya Andra. Revano tidak menyahut.

"Gimana keadaan lo?" Revano balik bertanya. Membuat Andra menghela nafas pelan.

"Baik, sebelum lo datang."

Senyum di bibir Revano memudar saat mendengar perkataan Andra. Jadi, Andra sekarang sedang tidak baik-baik saja karena kehadirannya?

"Huft, seharusnya sedari awal gua gak kesini."

Revano menundukkan kepala. Ingin pergi pun tidak bisa. Andra sendirian disini, kalau ia meninggalkan Andra dan Andra kenapa-kenapa, ia lagi yang di salahkan.

Andra terdiam, ia melirik Revano. Kenapa respon Revano begitu? Apa kata-kata nya membuat Revano sakit hati? Pikir Andra.

"Re?"

"Nanti gua pergi."

Andra menggeleng, ia menatap Revano lekat. Kepala Revano masih tertunduk.

"Lo disini aja,"








Bersambung......

Si Andra nyebelin ya?

Btw, gimana dengan chapter ini?

Asli, pikiran lagi kemana-mana.

Tadinya, member Bangtan yang lain mau di munculin di chapter ini. Tapi nyatanya gak bisa. Mungkin di chapter selanjutnya:)

Si manis, Revano ♥️

Continue Reading

You'll Also Like

83.4K 13.2K 21
Original story by Dusty151 Terlahir kembali sebagai bayi Titan dari bangsa Titan yang hampir punah. Eh? Keajaiban benar-benar terjadi! Milo benar-be...
101K 11.9K 31
I want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.
225K 17.1K 22
Seorang prajurit senior perempuan angkatan darat, harus merelakan dirinya terdampar dalam tubuh seorang Permaisuri yang suka seenaknya dan mengabaika...
71.4K 8.5K 33
Disaat teman sebayanya melanjutkan pendidikan ke universitas, jennie memilih untuk bekerja. Keterbatasan ekonomi membuat diri nya mengubur semua cita...