Positif!

By Elephantrndm

302K 5.4K 337

!!Warning 21+!! "Seorang mahasiswi cantik menjual konten porno karena hiperseksual, lu mau kalimat itu jadi h... More

1. Akun Alter
2. Geo Gila
3. Hari Kedua
4. Sisi Lain
5. Naira dan Geo
6. Kupu-kupu
7. After Kiss
8. the manipulative
9. Third (21+)
10. Call (21+)
11. MessyHer!
12. Pelanggan Gila (18+)
13. Revenge
14. Masokis (21+)
15. Percikan Rasa
16. Ultraman
17. Mark kenapa?
18. Dia Sakit?
19. Ketahuan
20. Sedikit Berdarah
22. Triger!
23. Sembunyi Terus
24. Masa Lalu
25. sel Cd4
26. Liburan Bersama Mark
27. Dibalik Kemunculan Kavi
28. Brainwash
29. Rumah Sakit
30. Chat nya di hapus
31. Kebencian Tasha
32. Semuanya abu abu
33. Ada apa dengan Kavi?
34. Naira Curiga
35. Ide Gila Lagi
36. Salah paham
37. Rencana Jahat
38.Eksekusi
39. Trauma
40. Tidak Sesuai Rencana
41. Terpisah
42. Tuduhan Pertama
43. Diancam
44. Drop Out
45. Terungkap Separuh
46. Hubungan Yang Tak Terduga

21. Trauma

3.3K 117 6
By Elephantrndm

Jangan lupa untuk vote dan komen 🥰💚

"Buka celananya," ucap Geo duduk bersimpuh di depan Naira sambil membawa obat merah, perban dan sebaskom air.

Naira yang duduk di pinggir kasur dengan kaki terjuntai ke bawah menatap aneh ke arah Geo. Ia tertegun sebentar.

"M-mau ngapain Kak?" tanyanya gugup.

"Obatin luka lu lah," jawab Geo dengan santai.

Naira menggeleng pelan sambil menutup kakinya rapat. "Gue bisa sendiri," balas Naira mencari alasan agar Geo tidak membantunya. Naira masih punya urat malu. Mana mungkin ia membuka celana di depan Geo.

"Nurut sekali ini aja. Mau nanti infeksi?" jawab Geo menahan kesal. Ia benar-benar khawatir dengan perempuan yang ada di hadapannya itu. Perbuatan Mark sungguh sinting.

"Tapi...."

"Mau buka sendiri atau gue bukain?" potong Geo memberikan pilihan yang tidak bisa dipilih oleh Naira. Ia beranjak dari duduknya kemudian memegang kedua sisi pinggul Naira bersiap melepaskan celana yang Naira kenakan.

"Kak!" seru Naira menahan tangan Geo.

"Kenapa hmm?" Geo memajukan wajahnya sehingga wajah mereka berdekatan. Mengapa Geo selalu membuat jantung Naira berdebar tidak karuan.

"Gue malu! Masa buka celana di depan lu." Akhirnya perasaan Naira terucap.

"Nai lu lupa? gue 'kan pernah lihat lu telanjang." Naira terbelalak, apa harus Geo mengatakan kejadian yang memalukan itu. Naira membuang muka agar Geo tidak melihat pipinya yang seketika memerah.

"Iya si, tapi..."

Geo tidak lagi bisa menahan rasa sabarnya. Naira begitu banyak beralasan. Ia segera menurunkan celana Naira. Mata Naira melebar tak percaya melihat keagresifan Geo yang benar-benar melakukan perkatannya.

Naira pegang erat tangan Geo lalu menepisnya. "Yaudah iya gue buka," sambar Naira mendorong Geo pelan.

"Sana ngadap belakang," sambung Naira yang langsung dituruti oleh Geo. Padahal untuk apa Geo menghadap belakang toh ia akan melihat Naira tidak pakai celana juga.

"Sudah belum?"

"Bentar sakit ni," jawab Naira bersusah payah melepaskan celananya di bagian luka paha kiri.

"Sudah Kak," kata Naira semenit kemudian. Geo berbalik dengan mata yang tertutup.

"Gue boleh lihat ni ya?" tanya Geo ragu-ragu.

"Iya. Tadi disuruh buka celana cepat-cepat sekarang malah tutup mata." Naira menggerutu, bibirnya mengerucut maju.

Geo membuka mata perlahan. Refleks ia menelan ludah melihat pemandangan yang sangat menggiurkan. Pemandangan itu sukses membuat tenggorokan kering. Wajah Naira makin merah, ia tutupi bagian pangkal paha dengan tangan.

Kemudian Geo jongkok lagi di samping luka Naira. Reflek ia menahan nafas dan berpura-pura biasa saja melihat Naira yang padahal telah membuat dirinya berdesir. Ia tidak munafik. Geo masih laki-laki normal. Seketika badan Geo mendadak gerah. Ia bersihkan luka Naira dengan lap basah. Namun Geo tidak bisa fokus, tangannya malah gemetaran.

"Kayanya gue nggak bisa nih kaya gini," batin Geo berkata. Ia tidak bisa menahan hasratnya. Geo beranjak lalu mencari sesuatu di lemari. Sedangkan Naira kebingungan melihat sikap Geo yang tampak gelisah.

"Mending tutupin pakai ini deh," ucap Geo sambil meraih selimut tipis di kasurnya. Ia tidak bisa menahan gejolak aneh di hatinya. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kenapa?" tanya Naira sambil meletakkan selimut itu di atas pahanya.

"Nggak apa-apa."

Geo menghela nafas panjang sebelum kembali jongkok di sebelah kaki Naira yang menjuntai. Sekarang paha Naira tidak terlalu terekspos sehingga Geo bisa fokus mengobatinya. Ia bersihkan luka Naira dengan hati-hati.

"Tahan ya. Maaf kalau bikin sakit," kata Geo sebelum memberikan obat merah. Naira tersentak merasakan lukanya tambah nyeri. Ia menggigit bibir bawah sambil mencengkram seprai. Geo sadar dengan gelagat Naira. Ia memindahkan obat merah yang tadi di genggam dengan tangan kanan ke tangan kiri. Kemudian Geo menyelipkan jari jemarinya di sela-sela jari Naira. Naira menatap datar, apa maksud Geo melakukan itu?.

"Pegangan aja kalau sakit." Naira mengangguk paham, menyembunyikan senyuman. Menggenggam tangan Geo lebih baik dibandingkan mencengkram seprai.

"Mark itu teman dekat lu bukan si?" tanya Geo sambil fokus mengobati luka Naira.

"Iya, teman dari SMP."

"Seriusan? keren juga bisa punya minat yang sama," jawab Geo tampak terkagum-kagum. Jarang sekali ada dua orang yang bisa berteman hingga kuliah. Kebanyakan mereka akan berpisah sewaktu SMA karena menempuh kesukaan di jurusan masing-masing.

"Sebenarnya Mark yang ngalah si. Dulu orang tuanya mau dia masuk arsitektur tapi dia lebih milih bisnis digital kaya gue."

"Wah gila. Kayanya dia baik, tapi kok bisa sekasar ini sama lu?" Geo semakin kagum sekaligus heran dengan Mark.

"Dia kaya gitu karena kesal sama gue."

"Sekesal apapun itu nggak ada pembenaran kalau udah main fisik. Apalagi sampai buat luka kaya gini."

"Jangan salahin Mark. Salahin itu besi kenapa ada di sana."

"Orang kaya Mark itu manipulatif Nai, dia baik tapi ngatur-ngatur kaya gitu." Geo tidak mau kalah dengan Naira. Mark tetap buruk dimatanya.

"Sudah ah jangan omongin teman gue Kak."

"Duh dasar bucin." Geo menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Kok bucin?" tanya Naira mengernyit heran.

"Ya bucin, sudah disakitin kaya gini tapi tetap belain dia,"jawab Geo gagal menahan emosinya.

"Gue sama Mark cuman teman."

Geo menatap Naira tak percaya.

"Seriusan. Gue sudah anggap Mark kaya kakak gue," balas Naira membuka jari telunjuk serta jari tengah sementara jari-jari lainnya mengepal membentuk simbol 'peace'.

"Bagus deh."

"Kenapa bagus?"

Geo bergeming, ntah ia juga bingung mengapa mulutnya berkata demikian. Tiba-tiba saja hatinya merasa lega saat Naira mengatakan tidak ada perasaan dengan Mark. Ia berhenti bertanya, fokus memasang perban di paha kiri Naira.

***

Keesokan harinya badan Geo terasa lebih lemah. Wajahnya juga terasa kaku dan nyeri karena bekas tonjokan Mark kemarin. Namun ia tetap memaksa diri untuk mandi dan bersiap pergi ke kampus. Ia mengambil handuk, mengalungkan di leher kemudian melewati Naira yang sedang duduk dilantai sambil menyender di ranjang tanpa permisi. Naira hanya menatap punggung Geo hingga ia memutar knop pintu kamar mandi.

"Mau ngapain?" tanya Naira menghentikan langkah Geo.

"Mandilah." Geo melirik Naira sekilas.

Naira mendekat berjalan dengan kakinya yang pincang kemudian menempelkan tangannya ke dahi Geo.

"Masih demam nggak boleh mandi," titah Naira.

"Gue harus ke kampus."

"Ngapain?!?" suara Naira melengking memekakkan telinga Geo.

"Ketemu Mery buat ngomongin acara ospek."

"Muka lu babak belur gini ditambah badan panas masih mau peduliin ospek?" Naira menggeleng pelan menyaksikan Geo si budak proker. Ia tidak habis pikir ada orang seperti Geo.

"Gue koordinator acaranya Nai, mau nggak mau harus tanggung jawab. Lu si nggak tau sekacau apa divisi kita," ucap Geo menggerutu. Ia juga sebenarnya tidak mau mengurusi acara ospek dengan keadaan badan yang masih sakit. Tapi mau bagaimana lagi? Kalau bukan dia siapa lagi yang peduli?

"Tapi tetap aja..."

"Stttt." Geo menempelkan telunjuknya di bibir Naira. Bibir atas Naira otomatis menempel dengan bibir bawahnya.

"Jangan berisik oke?" sambung Geo lalu melangkah masuk ke kamar mandi.

"Bentar...." Naira menahan pintu kamar mandi dengan kaki kanannya. Dengan wajah malas, Geo menoleh ke belakang

"Gue mau ikut," sambung Naira membuat Geo terbelalak.

"Ikut mandi?" tanyanya syok.

"Bukanlah! Ikut ke kampus," jawab Naira sedikit meninggikan suara.

Geo menghela nafas berat. Ia mengangguk pasrah kemudian menutup pintu itu. Percuma saja jika ia melarangnya.

"Cepetan mandinya, gue juga pengen mandi," teriak Naira sambil menggedor-gedor pintu. Pagi hari yang begitu berisik.

Sekitar 10 menit Geo selesai membersihkan diri. Ia keluar dengan bertelanjang dada. Senyuman tiba-tiba terukir di wajah saat melihat Naira sedang duduk di pinggir kasur sambil menyodorkan baju yang telah disetrika rapih.

"Mau gue pakein?" tanya Naira ragu-ragu.

Geo terkekeh pelan."Kaya mama gue aja lu,"balas Geo meraih kaos oblong bewarna hitam dan segera memakainya.

"Jangan mama dong, istri gitu."

"Naira lu nggak apa apa 'kan? Luka di paha nggak menyebar ke otak lu 'kan? Kok jadi gila gini?" tanya Geo menempelkan tangannya di dahi Naira sambil diiringi senyum mengejek.

"Ihhh Kak Geo!" Naira menepis tangan Geo kesal.

"Sudah sana mandi atau mau gue gendong?"

"Enggak usah, kaki gue pincang doang bukan buntung." Tawa Geo pecah mendengar candaan yang dilemparkan Naira.

***

Hari Sabtu Kampus tampak lebih sepi. Hanya ada mahasiswa kura-kura—kuliah rapat kuliah rapat—yang rajin datang ke kampus di hari libur layaknya Geo dan Naira. Mereka biasanya berkumpul di taman atau gazebo pinggir gedung kampus.

"Bisa nggak jalannya?" tanya Geo menggenggam lengan Naira. Sedari tempat parkiran Geo memperlambat langkahnya agar tetap setara dengan Naira yang berjalan sambil menyeret kaki kirinya. Lukanya memang tidak terlalu dalam dan hanya di paha saja namun sewaktu subuh Naira merasa sekujur kaki kirinya sangat sakit serta ngilu jika digerakkan.

"Jangan pegangan nanti kalau ada yang lihat gimana?"

Geo langsung melepaskan genggamannya begitu saja, mengikuti permintaan Naira. Padahal kampus sepi, mana mungkin juga ada anak fakultas ekonomi yang melihat mereka.

Sebentar lagi mereka tiba di gazebo dekat gedung ekonomi, tempat Mery dan Geo berjanjian. Kurang dari sepuluh meter matanya menangkap sosok laki-laki tinggi dengan rambut sedikit jambrig yang duduk di samping Mery.

"Kak itu siapa yang di sebelah Mery?" tanya Naira merasa familiar dengan wajah laki-laki itu.

"Oiya gue lupa. Kita rapat sama alumni juga. Dia anak ekonomi jurusan akuntansi angkatan 2017."

Divisi ospek memang butuh pertolongan dari luar sebab banyak masalah yang tidak kunjung selesai. Mereka butuh alumni untuk memberikan pandangan yang beda dari pengalamannya dulu. Apalagi ospek tahun ini akan diselenggarakan offline dan berbeda dengan tahun lalu yang dilakukan online sehingga tidak ada kakak tingkat yang masih kuliah di kampus yang tahu detail perencanaan ospek tatap muka itu seperti apa. Dengan terpaksa mereka harus meminta pertolongan kepada kakak tingkat angkatan 2018 kebawah.

Semakin mendekat, semakin hati Naira tidak tenang. Langkah demi langkah ia selingi dengan doa di dalam hati. Apa mungkin laki-laki yang duduk disamping Mery adalah orang yang sama di pikirannya.

Sampailah mereka berdua di gazebo tempat Mery dan alumni itu duduk. Naira tidak salah sangka, dia adalah orangnya. Manusia bejat yang membuat Naira trauma dan menjadi hiperseksual seperti sekarang. Tangan Naira gemetaran, keringat pertama mulai jatuh di dahinya.

"Halo, Gue Kavi," katanya mengulurkan tangan ke arah Geo. Geo menyambutnya sambil ikut tersenyum ramah.

"Halo juga Kak. Geo, koor acara."

Kemudian tangannya beralih kedepan Naira untuk berkenalan juga dengannya. Namun Naira malah menatap dengan sorot mata hampa. Ia terlalu syok melihat Kavi lagi setelah kurang lebih 6 tahun tidak bertemu. Naira bahkan tidak tahu jika Kavi masuk kampus ini. Jika ia tahu, Naira tidak akan mendaftar di kampusnya sekarang. Ia jijik dengan laki-laki yang ada dihadapannya.

"Nai?" bisik Geo kepada Naira yang terus mematung. Ia tidak enak dengan Kavi yang masih menunggu uluran tangannya dibalas.

Continue Reading

You'll Also Like

343K 10K 41
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
4.4M 98.8K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
5.1M 376K 64
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
400K 28.3K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...