Enchanted

Por plxntmxrs

1K 128 212

ON GOING 15+ Haluan kedua DaraUpan✨ . . . "Saat pertama kali bertemu pandang denganmu, aku sudah terpesona. S... Más

P R O L O G U E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
A N O T H E R
E L E V A N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T W O

O N E

57 6 1
Por plxntmxrs

Jam istirahat adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh murid sekolah, termasuk dengan tiga siswi yang sedang berjalan menuju kantin sekolah.

"Kapan lu jadian, Ay? Sumpeh, lo gak ngasih tau kita? Kebangetan!"

"Kita? Lo doang yang belum tau, Ra. El sama Ying udah tau, malahan mereka yang nyaksiin."

Ketiga siswi itu tak lain dan tak bukan adalah Adara, Yaya, dan Ying. Iya, tokoh utama di book ini.

Adara menatap tak percaya pada kedua temannya itu, "Curang!"

"Makanya, jangan sibuk sama karakter mulu."

"Ngomong sekali lagi, gue santet lo!" ancam Adara. Ying hendak membalasnya, namun Adara malah terjatuh karena menabrak seseorang.

"Lah, udah kena karma duluan sebelum nyantet gue?"

Karma azab itu, ya. Bukan Bakabane setan merah yang kalian husbuin itu, gak bakal nyata.

Ying menggumam heran yang dibalas gedikkan bahu oleh Yaya. Mereka berdua pun sedikit mendongak untuk melihat siapa yang menabrak Adara. Setelah itu, mata mereka membinar-binar. Atau lebih tepatnya, hanya Ying saja, sementara Yaya memutar bola matanya dan memalingkan wajahnya.

"Shh, berapa kali gue ditabrak orang, sih, hari ini?!" desis Adara.

"Sorry, kamu gak apa-apa?"

Adara mendongak saat melihat sebuah tangan yang terulur di depannya. Dia sedikit menutupi matanya karena terkena silauan saat menatap orang itu.

Ternyata itu Gempa. Si Ketua OSIS yang sangaaaat ramah, tetapi juga tegas dan bertanggung jawab.

"Oh, Gempa? Kenapa kamu nabrak aku, sih?" protes Adara, "Maaf, bukan mahram, ya." Ia menolak uluran tangan Gempa dan memilih untuk bangun sendiri.

"Ah, sorry, lupa." Gempa tersenyum lalu menarik kembali tangannya. "Maaf udah nabrak kamu, aku buru-buru tadi, dan kamu juga jalannya mundur."

"G-gue kebiasan jalan kayak gitu, tau!" bela Adara pada dirinya sendiri sembari memalingkan wajahnya yang sedikit memerah.

"Lain kali jangan begitu, ya? Kalo nabrak kendaraan, bisa bahaya." pesan Gempa.

"Don't worry, justru gue mau gitu biar masuk isekai, terus ketemu husbu, deh!"

Adara mulai berhalusinasi, membuat Yaya dan Ying menatap datar padanya.

"Tch, tukang halu." ejek Ying.

"Woy! Gue dengar, ya!"

"Jangan benaran, ya, Ra," kata Gempa, "nanti banyak yang khawatir."

Tiba-tiba senyum yang menghiasi wajah Adara luntur, hal itu disadari oleh Gempa. Meskipun tidak melihat langsung, Yaya dapat mengetahui itu, sebab dia sudah mengenal Adara sejak dia berumur lima tahun.

"Kalo gitu, coba untuk gak khawatirin gue."

===

"Ra, lo itu sadar gak, sih?" tanya Ying menatap Adara dengan serius.

Adara menaikkan sebelah alisnya pertanda bingung, "Apha?" tanyanya balik dengan pipi mengembung karena terisi bakso.

"Telan dulu, Ra."

Ying mendecak, "Si Gempa, lhooo!!"

"Iya, kenapa?" Ying pun mendecih dengan respon Adara.

"Lo makhluk hidup bukan, sih? Peka, 'kek!"

"Peka, peka, peka. Halah, ampas tak berguna yang mengambang di kali, 'lah!"

"Maksudnya tai, Ra?" teka Yaya.

"Benar."

"Woy, lagi makan juga!" tegur Ying, "emang lo gak nyadar, kenapa Gempa lembut banget sama lo?"

"Biasanya dia begitu, 'kan?"

"Apa, hah?! Lo gak nyadar, ya, hewan pemalas berwarna merah muda?!"

"Babi, ya, Ying?" tebak Yaya lagi.

"Betul."

"Menurut gue, biasa aja, tuh." acuh Adara seraya mengedikkan bahunya.

"Kalo sama Hali, ya?" tanya Yaya dengan mata yang berbinar, Ying pun menatap malas pada Yaya.

"Apaan, sih? Hali, Hali, Hali. Ngapain ngejodohin ini bocah sama si setan gledek itu?"

"HAH?! MEREKA COCOK, YA, ANJIR!" tegas Yaya.

"LEBIH COCOK SAMA GEMPA, YA!"

"APAAN GEMPA? HALI, 'LAH! SIFAT DINGINNYA LULUH KE DARA DOANG, ITU ARTINYA, HALI BENERAN SAYANG SAMA DARA, DONG!"

"JUSTRU COWOK DINGIN ITU SUSAH BUAT ROMANTIS, MENDING COWOK SOFT MACEM GEMPA!"

"Sssst.. Dara sama gue aja, deh." tawar seseorang yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.

"HUWAA, SETAN!"

"MAMAAAA!"

"Woy, woy. Itu kembar lo, Ying." ucap Adara dengan tatapan datar.

Ying pun menoleh, melihat seorang laki-laki yang berstatus Kakak Kembarnya.

"Lo ngapain, sih?!" pekik Ying sembari mencubit pinggang kembarannya.

"ARGH, SAKIT, NYET!"

"GUE MONYET, LO JUGA MONYET!"

"GUE MONYET GANTENG!"

"Lo ngaku sebagai monyet juga, anjer." Adara berucap sembari menepuk keningnya.

Blaze, itu nama kembaran Ying yang berbeda tujuh menit. Mereka berdua sangat mirip, yang membedakan hanya iris dan sifat mereka.

Meski Ying cukup hiperaktif, Blaze lebih darinya. Dan Blaze dikenal sebagai cowok paling playboy kedua di sekolah ini dan sebagai kapten basket yang tahun lalu berhasil membawa piala juara satu antarprovinsi.

Begitu juga dengan Ying, beberapa bulan yang lalu, gadis itu berhasil memenangkan lomba atletik dan meraih juara kedua antarprovinsi.

Mereka sama-sama berbakat di bidang olahraga. Itu gak perlu dikagumi lagi, karena marga Danendra sudah dicap sebagai keluarganya atlet di Indonesia.

Dan tak heran juga, kalau Ying menjadi perempuan paling tinggi se-SMP ini.

"Eh, neng Dara. Kangen sama A'a, nggak?" goda Blaze seraya mendekati Adara. Tentu saja membuat Adara harus mundur untuk menjaga jarak.

Tapi bukan Blaze namanya jika ia menyerah begitu saja. Laki-laki itu tetap memajukan tubuhnya, hingga Adara tak bisa mundur lagi karena ada tembok yang menghalanginya.

Blaze pun tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya. Tangannya bergerak untuk mengkabedon Adara.

Yaya yang melihat itu menjadi was-was, sementara Ying menyeringai lebar.

Karena mereka tahu, kalau Adara didekati seperti itu..

SRET!
SET!
GUBRAK!

... Adara akan membanting orang tersebut.

"Blaze!!"
"Uh, pasti sakit itu."

"Akh! Sakit, anjir!!"

"Rasain, lo! Siapa suruh ngedeketin gue, hah?!" ucap Adara kesal dengan tangan terkepal.

"Gilaaa, kurang kencang, Ra!" seru Ying, ia lebih mendukung Adara daripada Kakaknya sendiri. Dasar saudara yang tidak memiliki akhlak!

"Ice, tolong teman kamu ini, deh." ujar Yaya pada Ice yang baru saja datang menghampiri mereka.

Ice mengerutkan keningnya ketika melihat Blaze yang terpapar di lantai, tapi saat menoleh pada Adara yang masih misuh-misuh pada Blaze, ia langsung paham. Ia pun mendekati Blaze dan mengecek urat nadinya.

"Aman, masih hidup."

Yaya menepuk jidatnya, "Bukan begitu juga maksudnya."

"Bang Ice." panggil Adara dengan ekspresi kesalnya.

Ice tersenyum tipis melihat itu. Menurutnya, Adara seperti anak kucing yang sedang mengeong geram.

"Kenapa?"

"Nanti Abang ada les, ya?"

"Iya, kenapa?"

Adara mendengus sembari memalingkan wajahnya, "G-gak apa-apa! Cuma nanya doang!"

Laki-laki yang tingginya berbeda sekitar lebih dari 15 cm darinya pun terkekeh sembari mengelus kepala Adara. Sebelum itu, ia memakaikan hoodie jaket yang Adara kenakan agar tidak bersentuhan fisik secara langsung.

"Tsundere-chan!" goda Ice.

"Hee??" Wajah Adara memerah, "HAH?! AKU B-BUKAN TSUNDERE, YA!"

"Ha'i, ha'i." Ice tersenyum manis kepadanya, membuat para siswi di kantin yang melihatnya menjadi gila.

Apalagi dengan suara berat yang sengaja Ice keluarkan.

Ah, sudah. Yang nulis cerita ini juga pingsan.

Yaya tersenyum senang melihat kebersamaan kedua saudara sepupu itu. Berbeda dengan Ying yang sudah panas.

"WOY, INI DUNIA BUKAN BUAT LO BERDUA, YA! GUE GAK PERNAH NGONTRAK DI SINI!"

===

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat siswa-siswi Tapops Junior High School berhamburan keluar dari kelas untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.

Namun kini, Adara dan ketiga temannya malah berada di kantin. Mereka hanya sekedar nongkrong dan mengisi perut mereka kembali.

"Makan lo banyak amat, tapi kenapa badan lo segitu-gitu aja, dah?" komentar Ying saat memperhatikan Adara yang memakan banyak makanan. Seperti jasuke, martabak mini, martabak telur, bakso, mie instan, batagor, serta roti bakar.

"Bwodo amwat!"

"Ra, Ra! Katanya, Jujutsu vol 0 bakal rilis!" seru Elvara dengan histeris sembari menunjuk layar ponselnya.

"Serius?! Tanggal berapa? Harus cepet-cepet nonton, sih!"

"Tanggal 16 Maret, bulan ini."

"Fiks! Kita berempat harus nonton ini!"

EKHEM!

"Excuse me, berempat? Udah cukup, ya. Terakhir kali, lo ngerekomendasiin Goblin Cave ke gue." deham Ying dengan tatapan tajam kepada Elvara.

"Emang kenapa sama Goblin Cave?" tanya Yaya lugu yang diangguki oleh Adara. "Kenapa, kenapa??" desaknya kepo.

"Itu tentang adventure, 'kok!" Elvara lebih memilih menjawab pertanyaan Yaya daripada meladeni Ying.

Ying menjadi kesal, lalu memukul temannya dari beda kelas itu.

BUGH!

"Aww.." Elvara meringis sembari mengusap pipinya yang membengkak karena terkena pukulan Ying.

"Lo itu ngeselin!" ujar Ying kesal karena matanya sudah tidak suci lagi.

BRAK!

"An--biip--jing, ba--biip--bi, bang--biip-sat!"

"Kaget, anjir!"

"Astaghfirullah, Umi!"

"Gue makin cakep, gue makin cakep!"

"Kaget lo berempat random banget, sih." komentar seseorang yang tiba-tiba datang dengan menggebrak meja.

Adara menggeram kesal ketika melihat siapa yang mengejutkan mereka. Ia pun bangkit dari duduknya dan menerjang orang itu dengan tangan terkepalnya.

"SOLAR BANGKEEEEE!!"

Solar menyeringai, lantas menghindar dan membuat Adara jatuh tersungkur di lantai.

"Aww, sakit, tuh?" ucap Solar tanpa rasa bersalah.

"Sialan!"

"Bagus, Sol. Kecakepan dia berkurang." puji Elvara sembari menepuk pundak Solar yang tingginya tak jauh darinya. Solar yang dipuji pun memasang ekspresi bangga.

"Solar, kenapa datang-datang gak ucap salam aja?" tanya Yaya dengan senyum manisnya dan aura-aura gelap yang mengelilinginya. Membuat Solar, Elvara, serta Ying yang tidak bersangkutan sama sekali menjadi merinding. Berbeda dengan Adara yang berkacak pinggang di belakang Yaya dengan tatapan tajam pada Solar.

Solar terkekeh gugup, "Anu, Ya. Niatnya mau ngagetin dia, tapi kalian malah kaget juga." jelasnya sembari menunjuk Adara.

"Hah?! Gue hampir jantungan tau, gak?!" pekik Adara sembari memukul lengan Solar.

"Maaf, deh," Solar menunduk untuk mensejajarkan tingginya dengan Adara, hingga jarak mereka hanya berkisar beberapa centi, "cebol."

Seketika wajah Adara sedikit memerah dan terdapat imajiner perempatan di pelipisnya.

SRET!
SET!
GUBRAK!

"ARGH, SAKIT, AN--biip--JING!"

"Mantep, Ra! Makin keren bantingan lo!"
"Astaghfirullah, Ara! Jangan gitu!"
"Buset, gege, tapi bukan Akutami!"

Sesuai pujian yang diucapkan Ying, Adara benar-benar membanting Solar. Ini kedua kalinya dia membanting lelaki di hari ini.

"Aw, sakit, tuh?" Adara mengulang ucapan Solar dengan senyuman manis. Iya, manis.

"You're stupid shit!"

.
.
.

"Ra, jangan banting cowok kayak gitu lagi, 'kek." pinta Yaya. "Kasian yang dibanting sama lo."

"Oh, lo lebih kasian sama cowok yang ngedeketin gue daripada sama gue?"

"B-bukan gituu--"

"Udah, 'lah, Ya. Ini anak emang bandel dibilangin." lerai Elvara sembari menikmati es krim vanilla kesukaannya.

Ying mengangguk setuju, kemudian terkesiap ketika melihat seorang laki-laki menghampiri mereka. Begitu juga dengan Elvara.

Yaya tersenyum melihat laki-laki itu, "Bang Ali." panggilnya.

Ali, ia adalah Kakak laki-laki Yaya. Sebenarnya dia berpribadi tenang, ramah, serta penyabar. Tapi..

"Eh, si bocil."

.. sifat itu akan bertolak belakang jika bertemu Adara.

Adara mendecih kesal menatap Ali, "Lo ngapain, sih, di sini?!"

"Jemput adek gue, 'lah! Lo? Abang lo gak dateng?"

"Lo ngeremehin Abang gue?!"

Ali mengedikkan bahunya, "Ayo, Ya. Males gue ketemu bocil gak sopan begini."

"Gue bukan bocil, sialan!" Ali mengacuhkannya dan memilih untuk masuk ke mobilnya.

"Ara, Bang Supra gak jemput lo?" tanya Yaya, "kalo nggak, bareng aja."

"Jemput."

"Oke, guys! Duluan, ya!" pamit Yaya sembari berlari menghampiri mobilnya yang sudah diisi oleh Ali.

Saat mobil Yaya sudah pergi, Ying langsung melompat kegirangan seraya memegang pundak Adara.

"Gilaaaaaa! Bang Ali ganteng banget, sih! Makin suka gueeee!" jeritnya histeris.

Adara dan Elvara menatap datar pada Ying, "Dasar, bucin!"

"Biarin! Ini tandanya bukti cintaa." Ying menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Nge-crush doang, jadian kagak." sindir Elvara secara terang-terangan.

"Woy, gue dengar!"

"Dek."

Mereka bertiga menoleh ketika ada seseorang yang menghampiri mereka. Oh, lebih tepatnya, menghampiri Adara.

"Bang Supra."

Supra, Kakak laki-laki Adara yang bertaut tujuh tahun darinya. Ia sangat mirip dengan Adara, yang membedakan hanya tinggi badan serta rambut saja.

Mereka sama-sama berambut merah kehitaman. Tetapi rambut Supra lebih gelap daripada Adara serta terdapat beberapa helai rambut kuning.

"El? Pantes Kakak lo chat gue, kenapa lo belum pulang?" tanya Supra pada Elvara.

Adara menyeringai dengan tatapan menggoda Kakaknya, "Bilang aja senang di-chat Kak Lea." godanya.

"D-diem lo! Tiap hari gue ketemu juga, b-buat apa gue senang cuma di-chat gitu?!" bantah Supra.

"Masa? Berarti, Abang tiap hari senang ketemu sama Kak Afy, ya?" Elvara ikut menggoda--ekhem--calon Kakak iparnya.

"T-tinggal jawab bisa gak, sih?!" Wajah Supra memerah malu.

"Mukanya merah, tuh, Kak." Ying ikut-ikutan menggoda.

"Diaaaaaam!!"

Tiga perempuan itu tertawa puas sembari bertos ria. Mereka berhasil menggoda Supra.

Supra menghela napasnya, "Ayo, pulang!" Ia membalikkan badan dan berjalan menuju mobil, sebelum itu, ia berpesan kepada Elvara, "Lo buruan pulang, jangan sampe Kakak lo khawatir."

"Aaaaaa, so sweet~"

"B-bisa diem gak, sih?!"

===

1940 kata
Waww, tanggung, ya?😄

Tokoh baru hari ini :
1. Gempa, Gempa Aksara Arnatha.
2. Blaze, Blaze Gunandar Danendra.
3. Ali, Ali Lintang Putra Tabhita.
4. Supra, Supra Adelardo Dewandra.

Tentang tinggi badan squad girls utama, ini dia..

Ya ampun:(

Untuk laki-laki :

Untuk Ali, nanti aja, ya ( ◜‿◝ )
Btw, karakter Ali ini aku ambil dari Ejen Ali, ada yang nonton tidak?

AKU LG OLENG SM ALI DAN MITSUKI TAUU (╥﹏╥)

Btw, dari karakter laki-laki di atas, masih ada yang kurang nggak, sih?(◕ᴗ◕)

Aku berencana update seminggu sekali, dan aku juga lagi buat alur lagi buat pengganti book Taufan dan Adara. Kemungkinan abis lebaran kupublish.

Baiklah, see next chapter (^▽^)

Jupiter, 27 Maret 2022

Seguir leyendo

También te gustarán

736K 58.9K 63
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
315K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
152K 15.2K 27
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
57.2K 10.1K 29
kisah seorang jenderal yg di permalukan setelah kekalahan yg di alaminya. seorang jenderal agung pemimpin 300.000 pasukan di khianati hingga menyebab...