Sebelum membaca, biasakan vote dan follow dulu, saya yakin kalian tahu cara menghargai siapapun, termasuk penulis
__________________°•°__________________
Diwaktu yang sama di mansion Alexan, semua anggota keluarga sedang berkumpul, termasuk teman teman Davin dan Aurora (minus Aurora, Davin, Alvin, Tasya).
Kalian tahu apa yang terjadi setelah pengusiran tak terhormat yang dilakukan Keluarga Alexan pada Aurora?
Jessi, gadis(?) itu diangkat menjadi anak oleh Melody dan Ryan. Sungguh menakjubkan sekali Keluarga ini.
Anak yang sudah bertahun-tahun mereka rawat, mereka besarkan, namun sekarang malah tidak dipercaya. Hanya karna ucapan seorang wanita ular yang memiliki ambisi menghancurkan keluarga mereka dan dengan mudahnya mereka percaya dengan omongan bullshit Jessi?!
Ingin ku berkata dosa tapi takut kasar.
Mereka sedang bercanda tawa tanpa memikirkan seseorang yang dianggap sudah tiada. Aurora. Bahkan Alvin dan Tasya juga tidak mereka pedulikan.
Tiba-tiba sebuah tayangan televisi membuat Valen dkk membeku.
Breaking News hari ini
CEO dan pendiri perusahaan A'UR Company dikabarkan meninggal dunia karena kecelakaan maut yang menimpa nya. Jenazah Miss Aurel sudah di makamkan beberapa jam yang lalu. Kecelakaan ini dikarenakan rem mobil yang blong diduga karna di sabotase.
Deg!
"Aurora?" Batin Valen dkk terkejut. Alvan dkk pun heran dengan sikap Valen dkk yang tiba-tiba diam dan melamun.
"Hei, kalian kenapa?" Tanya Alvan bingung. Hening. Mereka tak bergeming.
"Hei! Kalian kenapa?" Alvan menaikkan suaranya membuat Valen dkk tersadar.
V"H-hah? Apa? Apa? Kenapa?" Tanya balik Valen gelagapan.
"Kalian kenapa sih? Kek orang kesurupan!" Ucap Jessi sinis. Belum pernah di tabok dolar ya gini.
"Yes! Gua berhasil bunuh Aurora! Sekarang tinggal ngambil harta kekayaan keluarga ini dan juga, Davin!" Batin Jessi tersenyum penuh kemenangan.
"Gak gapapa gapapa" jawab Valen berusaha tenang dan berpikir positif.
"Gajelas" cibir Farel.
"Sayang banget ya, padahal A'UR Company itu udah sukses banget. Daddy denger pendiri dan CEO nya itu perempuan loh, masih seumuran kalian juga. Kalo Daddy masih muda udah Daddy jadiin gebetan kali!" Cetus Ryan menyayangkan.
"Daddy mau selingkuh? Hah? Tidur diluar!" Ucap Melody dengan nada mengancam.
"Eh eh enggak kok sayang!" Ryan gelagapan.
Kemudian suara bel mansion terdengar. Pelaku memencet bel dengan kasar.
Ting tong tong tong tong tong
"Siapa sih? Mencet bel kek mau ngajakin gelud! Gua gibeng juga tuh orang lama lama!" Gerutu Galang kesal. Ia bangkit lalu membuka pintu.
Tak ada satu orangpun di depan. Hanya sebuah kotak berukuran besar yang di hias sebegitu indah namun tidak dengan bau nya. Galang kembali menutup pintu lalu masuk dengan membawa kotak itu.
"Apaan ini ya?" Tanya Galang sendiri.
"Siapa Galang?" Tanya Melody.
"Gatau mom, Galang nemuin ini didepan pintu." Jawab Galang seadanya sambil menunjukkan kotak itu.
"Kotak apaan tuh?" Tanya Andra.
"Gatau, buka aja deh! Mmpphh! Baunya anjir!" Jawab Galang menutup hidungnya karna bau yang menyengat dari kotak itu.
"Ho'oh, baunya kek bangkai!" Sahut Alvan menyetujui. Ya kan emang bangkai.
"Buka aja deh buka" usul Andra. Galang menyetujui lalu meletakkan kotak itu dimeja. Ryan dan Melody yang kepo pun ikut berkumpul.
Deg!
"APAAN INI WOY! SIAPA YANG NGIRIM TERROR INI! BANGSAT!" umpat Alvan ntah pada siapa.
"Siapa yang berani beraninya berbuat seperti ini pada keluarga kita?" Tanya Melody yang masih syok. Bagaimana tidak. Isi kotak itu adalah sebuah patung lilin yang berbentuk tubuh mereka semua dengan warna merah darah dan kepala yang terpisah. Jangan lupakan bangkai ular kobra yang kepalanya dibelah dua.
"Ada suratnya!" Ucap Adel lalu mengambil surat yang terselip diantara patung patung itu. Juga terdapat sebuah flashdisk.
Isi surat itu adalah
Hei kalian!. Bagaimana kejutan dari ku? Apakah kalian suka?. Ah tidak mungkin kalian tidak suka. Kalaupun kalian tak suka, tenang saja, nanti akan ku kirimi lagi.
Oh iya, didalam flashdisk itu ada sesuatu yang harus kalian tonton bersama tuan Alexan dan nyonya Alexan. Oh! Pastikan nona Jessi Afradhita Alexan juga ada disana.
Sudahlah! Terlalu banyak basa-basi. Segeralah tonton video itu, lalu renungkan apa yang telah kalian lakukan pada Queen ku.
Selamat menikmati pertunjukan dari ku!
King Zza
Alvan menggeram marah dan meremas kertas surat itu. Semuanya pun sama. Terlihat kilatan kemarahan dimata mereka.
"Galang, ambil laptop!" Ucap Alvan yang diangguki Galang. Dia langsung beranjak mengambil laptop dan memberikannya pada Alvan.
Alvan menerima laptop nya dan menancapkan flashdisk itu ke laptopnya. Seketika sebuah video terpampang jelas di layar laptop itu.
Sebuah video yang membuat mereka marah. Video yang membuat mereka menyesal, tak percaya, bahkan menangis.
Menyesal karna tak mempercayai Aurora. Menyesal telah mengusir Aurora dari sana. Menyesal telah menampar dan membentak Aurora.
Jessi? Wanita itu sudah bercucuran keringat dingin karna kedok nya terbongkar. Wajahnya memucat seluruh tubuhnya gemetar.
Semua orang menatap tajam, marah, geram, bingung, kesal dan sedih pada Jessi.
"I-itu p-pasti edit-an! Ti-tidak mungkin aku melakukannya!" Bantah Jessi dengan terbata-bata karna ketakutan melihat tatapan tajam dari mereka.
"Disitu udah jelas kalo Lo berusaha buat ngerebut kekayaan keluarga ini dan ngerebut Davin dari Aurora! Bahkan Lo tega fitnah Aurora padahal dia gak ngelakuin hal itu!" Ucap Alvan dingin dan menatap Jessi tajam.
"Tap----"
"Akhirnya kalian tau kebenarannya" ucap seseorang yang tiba-tiba masuk menyela ucapan Jessi.
"Hiks hiks gue minta maaf, Dav! Gue mau ketemu Aurora sekarang, hiks! Dimana dia?!" Valen terisak sambil mengatupkan tangannya pada Davin.
"Hiks hiks, Davin! Alvin, Tasya! Tolong kasih tau mommy dimana Aurora? Hiks! Mommy mau ketemu dia hiks! Mommy mau minta maaf!" Tambah Melody. Mereka semua menyesal atas apa yang telah mereka perbuat pada Aurora.
Davin? Alvin? Tasya? Ya! Mereka yang datang tadi. Setelah Davin memerintahkan untuk mengirimkan bukti bukti itu ke keluarga Alexan, ia mengajak Alvin dan Tasya ke mansion Alexan.
"Tolong beritahu kami dimana Aurora, Dav! Kami mau minta maaf!" Ucap Ryan memohon.
Disaat semua orang tengah memohon untuk dipertemukan dengan Aurora, Jessi yang ketakutan mengambil kesempatan untuk kabur.
Dor
Eeiiitttss! Gak jadi dong! Davin dengan mudah dan cepat menembak kaki kanan Jessi sehingga ia tersungkur kesakitan.
"Arrrgghhh! Sa-sakit!" Rintih Jessi kesakitan sambil memegangi kakinya yang tertembak. Semua terkejut dengan apa yang dilakukan Davin yang tiba-tiba.
"Bawa di ke markas!" Ucap Davin dingin pada anak BKD yang sengaja ia bawa.
Lia udah bilang gak ya kalau BKD or Blood King Devil adalah mafia terkuat, terbesar dan terkejam nomor 2 didunia setelah RDM.
Kalo udah gapapa Lia ingetin aja:)
Anggota BKD segera melakukan apa yang diperintahkan Davin. Mereka membawa Jessi ke markas besar BKD.
"Beneran kalian ingin bertemu Aurora?" Tanya Tasya tersenyum miring. Merek menganggukkan kepalanya antusias.
"Ikut kami!" Sahut Alvin santai namun tidak dengan hatinya. Hatinya serasa di robek robek dengan pisau yang tajam.
Mereka mengikuti kemana Davin, Alvin dan Tasya menuju.
(ᵔᴥᵔ)
Semua tercengang karna Davin, Alvin dan Tasya membawa mereka ke sebuah pemakaman.
"Dav, ngapa lu bawa kita ke makam gini?" Tanya Andra heran. Davin hanya diam tak menanggapinya.
"Nanti kalian akan tahu" jawab Tasya. Itu membuat mereka semakin kebingungan.
Sampai Davin berada di depan makam Aurora, ia berhenti. Semua orang semakin bingung dan bertanya-tanya dalam hati.
"Dav, ngapa lu brenti?" Tanya Alvan.
"Kalian pengen ketemu Aurora kan?" Tanya Davin. Mereka mengangguk semangat namun juga ragu.
"Dia Aurora!" Lanjut Davin sambil menunjuk ke arah makam bertuliskan AURORA AURELIA ZHYVANA QUEENZHA JANSHON
Semua orang mematung tak percaya. Jantung mereka seakan di robek menyisakan sakit yang teramat perih.
"Apaan sih Lo Dav! Bercanda Lo gak lucu! Gak mungkin dia Aurora! Dimana Aurora? Ayo jawab" ucap Alvan tertawa hambar. Dadanya serasa di cabik-cabik. Perih dan sesak.
"Lo semua mau ketemu Aurora kan? Ya ini Aurora!" Sahut Tasya dengan air mata yang kembali mencair.
"LO SEMUA GILA! GAK MUNGKIN DIA AURORA! LO SEMUA BOHONGIN GUE KAN? HAHAHA" Alvan tertawa dengan suara yang parau.
BUGH!
Alvin memberikan bogeman mentah di pipi kiri Alvan. Menyadarkan kembarannya itu bahwa yang jasad yang sudah bersatu dengan tanah itu adalah Aurora.
"INI AURORA! GARA GARA WANITA ULAR ITU AURORA PERGI! GARA GARA KALIAN JUGA AURORA NINGGALIN GUE! KALIAN PUAS SETELAH AURORA GAK ADA LAGI? HAH? PUAS UDAH BUAT AURORA MENDERITA? PUAS?" bentak Davin pada mereka. Emosi nya sudah tak terbendung lagi. Tapi air matanya juga meluruh deras.
"Hiks hiks! AURORA! MAAFIN GUE RA! GUE GAK BECUS JADI SAHABAT LO! GUE UDAH GAK PERCAYA SAMA LO! MAAFIN GUE RA! BANGUN!, JANGAN TINGGALIN GUE SENDIRIAN RA! BANGUN AURORA! Hiks hiks!" teriak Valen histeris sambil memukul mukul tanah kuburan Aurora.
"AURORA SAYANG! BANGUN! MAAFKAN MOMMY SAYANG! BANGUN! PRINCESS! BANGUN! MAAFKAN MOMMY! BERI MOMMY KESEMPATAN UNTUK MENEBUS SEMUA KESALAHAN MOMMY SAYANG! BANGUN! HIKS HIKS!" Teriak Melody lebih histeris. Ryan hanya diam dengan air mata yang mengalir deras. Ia memeluk Melody dari samping berusaha menenangkan nya.
"AURORA! BANGUN! MAAFIN ABANG! MAAF KARNA UDAH GAK PERCAYA SAMA KAMU! MAAFIN ABANG! AYO BANGUN PRINCESS! PELUK ABANG YANG GA BECUS INI!" Alvan menangis pilu menyesal.
"Haha, terlambat kalian menyadari! Setelah Aurora gue jauh kalian baru nyesel! Ayo pergi!" Ucap Davin tertawa dingin lalu pergi dari sana diikuti Alvin dan Tasya.
Naufal? Anak itu tidur dirumah setelah makan malam tadi, karna suruhan Davin dan paksaan dari Alvin dan Tasya.
Menyesal? Satu kata yang sangat memuakkan.
Benar kata orang, kalau penyesalan itu datangnya di akhir, kalau di awal itu namanya pendaftaran.
Zhao Lusi as Tasya Ambergris Axeel
_________________°•°__________________
Saya yakin kalian gak lupa sama pesan saya di atas tadi
Have a nice day